ALAT UKUR
A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Tujuan Praktiku
a. Mempelajari alat ukur waktu (stopwatch) dan alatu ukur panjang
(jangka sorong, micrometer sektup, mistar) dengan ketelitian tinggi
b. Mempelajari ketelitian alat ukur waktu (stopwatch) dan alat ukur
panjang (jangka sorong, micrometer sektup, mistar) dengan ketelitian
tinggi
2. Waktu praktikum
Senin, 10 Juni
2015
3. Tempat praktikum
Laboratorium Fisika Dasar lantai II, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Mataram.
C. LANDASAN TEORI
Pengukur adalah suatu teknik dalam meningkatkan suatu bilangan
pada suatu sifat fisis dengan membandingkannya dengan suatu besaran
standar. Biasa dilakukan di Laboratorium disederhanakan berupa pengukuran
jarak. Dengan suatu pengukuran harus berhati-hati agar hanya menghasilkan
gangguan seminimal mungkin terhadap system yang diamati. Selain itu juga
dapat diamati. Selain itu juga dapat diamati dengan kesalahan eksperimental
karena kesemputraan yang tidak terelakan dalam alat ukur atau karena batasan
yang ada, yang terdapat didalam alat indera (Alonso, 2002 : 24)
Suatu pengukuran selalu disertai dengan ketidakpastian. Bebereapa
penyebab ketidak pastian adalah adanya nilai skala terkecil (NST). Kesalahan
kalibrasi, kesalahan titik nol, kesalahan pegas, adanya gesekan, kesalahan
paralaks, fluktuasi parameter pengukuran dan alat lingkungan yang saling
mempengaruhi serta keterampilan pengamat sehingga sangat sulit
mendapatkan nilai sebenarnya suatu besaran melalui pengukuran. Dalam
fisika pengukuran merupakan suatu yang sangat vital. Suatu pengamatan
terhadap besaran fisis harus melalui pengukuran (Gunada, 2014 : 5)
Pengukuran yang sangat teliti sangat dibutuhkan dalam fisika agar
peristiwa yang akan terjadi dapat diprediksi dengan kuat, namun ketika kita
mengukur suatu besaran fisis menggunakan instrument, tidaklah mungkin
akan mendapatkan nilai benar xo melainkan selalu terdapat ketidakpastian.
Pengukuran dilakukan dengan alat yang pasti memiliki nilai skala terkecil
(NST). Untuk mencapat suatu tujuan tertentu didalam fisika adalah melakukan
pengamatn yang disertai dengan pengukuran. Pengamatan suatu gejala secara
umum tidak lengkap apabila tidak ada data didapatkan dari hasil pengamatan.
Kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan
pengukuran suatu besaran menggunakan alat ukur yang sudah di tentukan,
karena pengukuran sebenarnya adalah proses pembandingan nilai besaran
yang belum diketahui dengan nilai standar (Bahtiar, 2010 : 12)
Pada alat ukur micrometer, benda diuji diletakan diantara batang
pengukur kemudian batang pengukur diletakan ke benda uji dengan memutarr
sketup, bila sektup pemutar tidak dapat di putar lagi, maka nilai pengukuran
dapat dibaca. Pembacaan penuh dan 0,5 mm ini harus ditambahkan pada
seperatusan millimeter (Hikam, 2005 : 42)
D. PROSEDUR PERCOBAAN
1. Jangka sorong
a. Melakukan pengukuran terhadap sisi balok
1) Mengambil sebuah balok
2) Mengukur panjang sisi kubus secara bergantian
3) Melakukan pengukuran sebanyak 5 kali pada balok
4) Mencatat hasilnya pada table pengamatan
b. Mengukur diameter dan tinggi silinder
1) Mengambil sebuah silinder
2) Mengukur diameter dan tinggi silinder
3) Melakukan pengukuran sebanyak 5 kali pada silinder
4) Mencatat hasilnya pada tabel
c. Melakukan penimbangan setelah dilakukan pengukuran terhadap balok
dan silinder pada neraca.
2. Mikrometer Sekrup
a. Melakukan pengukuran terhadap plat aluminium
1) Mengukur panjang, lebar, dan tinggi dari plat aluminium sebanyak
5 kali
2) Mencatat hasilnya pada table pengamatan
3) Menentukan rata-rata dari panjang, lebar, dan tinggi
4) Melakukan perhitungan, hasilnya dicatat
b. Mengukur panjang dan diameter kawat
1) Mengambil sebuah kawat
2) Mengukur diameter dan panjang kawat
3) Melakukan pengukuran sebanyak 5 kali pada kawat
4) Mencatat hasilnya pada table pengamatan.
c. Melakukan penimbangan terhadap kedua benda, dan catat pada table
pengamatan
d. Menentukan volume dari kedua benda tersebut dan catatlah hasilnya.
E. HASIL PENGAMATAN
1. Table hasil pengukuran kawat
No Panjang (cm) Diameter (cm) Massa (gr)
1 13,15 cm 0,094 cm 0,62 gr
2 13,15 cm 0,093 cm 0,63 gr
3 13,15 cm 0,094 cm 0,65 gr
4 13,15 cm 0,093 cm 0,66 gr
5 13,15 cm 0,094 cm 0,63 gr
6 13,15 cm 0,093 cm 0,65 gr
7 13,15 cm 0,094 cm 0,66 gr
8 13,15 cm 0,093 cm 0,65 gr
9 13,15 cm 0,093 cm 0,66 gr
10 13,15 cm 0,093 cm 0,64 gr
∑ 131,5 cm 0,934 cm 6,45 gr
F. ANALISIS DATA
1. Kubus
Table perhitungan kubus
∆s = si si 2
n 1
=
27,5 x103
9
275 x104
= 9
16,56 x10 2
=
3
= 5,52 x 10-2 cm
Sisi kubus
Sku = s s cm
= (2,02 ± 5,52 x 10-2) cm
Rata-rata volume kubus
Vi
V = n
82,71
= 10
= 8,28 ml
∆V =
Vi Vi 2 n 1
44,53 x103
=
9
445,3 x104
=
9
21,10 x10 2
=
3
= 7,03 x 10-2 ml
Volume kubus
Vku = (V ± ∆V) ml
= (8,28 ± 7,03 x 10-2) ml
Rata-rata massa kubus
m = m
n
222,18
= 10
= 22,21 gram
∆m =
mi m
2
n 1
5,2 x103
= 9
52 x104
= 9
7,21 x10 2
=
3
= (22,21 ± 2,4 x 10-2) gram
Massa kubus
m = ( m ± ∆m ) gram
= (22,21 ± 2,4 x 10-2) gram
2. Silinder
Table perhitungan silinder
Ti
T = n
20,5
= 10
= 2,05 cm
∆T =
Ti T
2
n 1
0
= 9
= 0 cm
Tinggi Silinder
T
= T T cm
= (2,05 ± 0) cm
Rata-rata diameter Silinder
di
d = n
12,7
= 10
= 1,27 cm
∆d =
di d
2
n 1
0
= 9
= 0 cm
Diameter silinder
d = ( d ± ∆d) cm
= (1,27 ± 0) cm
Rata-rata volume Silinder
Vi
Vs =
n
26
=
10
= 2,6 ml
∆V = Vi V 2
n 1
0
= 9
= 0 cm
Volume Silinder
V = V V
ml
= (2,6 ± 0) ml
Rata-rata massa silinder
m = m
n
221,73
= 10
= 22,17 gram
mi m
∆m =
n1
2
52,3 x103
= 9
523 x104
= 9
22,9 x10 2
=
3
= 7,63 x 10-2 gram
Massa silinder
m = m m gram
= (22,17 ± 7,63 x 10-2) gram
3. Plat Aluminium
Table perhitungan plat
No Pi (cm) p p2 cm
1
2
L1 (cm) L L 2 T1 (cm) T T 2
cm1 2 cm 2
1
1 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
2 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
3 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
4 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
5 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
6 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
7 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
8 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
9 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
10 8,1 cm 0 cm2 1,5 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
∑ 81 cm 0 cm2 15 cm 0 cm2 0,092 cm 0 cm2
p
p = n
81
= 10
= 8,1 cm
∆p =
ip p 2
n 1
0
=
9
= 0 cm
Panjang plat
aluminium p =(p
p) cm
= (81 ± 0) cm
Rata-rata lebar plat
L
L = n
15
= 10
= 1,5 cm
∆L =
iL L 2
n 1
0
= 9
= 0 cm
Lebar plat
L
= L L cm
= (1,5 ± 0) cm
Rata-rata tinggi plat
T
T = n
0,92
= 10
= 0,092 cm
∆T =
Ti T 2
n 1
0
=
9
= 0 cm
Tinggi plat
T
= T T cm
= (0,092 ± 0) cm
Rata-rata volume plat
V
V = n
11,18
= 10
= 1,118 ml
∆V =
V
i
v 2
n1
0
= 9
= 0 cm
Volume plat
V = V V ml
= (1,118 ± 0) ml
Rata-rata massa plat
m = m
n
31
= 10
= 31 gram
∆m =
m1 m
2
n 1
2,8 x102
=
9
1,67 x10 2
=
3
= 5,57 x 10-2 gram
Massa plat
m = (m m) gram
= (3,1 ± 5,57 x 10-2) gram
4. Kawat
T
T = n
13,5
= 10
= 13,15 cm
∆T =
T1 T 2
n 1
0
= 9
= 0 cm
Tinggi kawat
T = (T T ) cm
= (13,15 ± 0) cm
Rata-rata diameter kawat
d = d
n
93,4x10 2
=
10
= 9,34 x 10-2 cm
∆d =
d1 d 2
n 1
2,4x106
=
9
1,55 x10 3
=
3
= 0,52 x 10-3
= 5,2 x 10-5 cm
Diameter kawat
d = (d d ) cm
= (9,34 x 10-2 ± 5,2 x 10-5) cm
Rata-rata volume kawat
V
V = n
89,8x10 2
=
10
= 8,89 x 10-2 ml
∆V =
V1 V 2
n 1
4,4x106
= 9
2,09 x10 3
=
3
= 0,69 x 10-3
= 6,9 x 10-5 ml
Volume kawat
V = (V V ) ml
= (8,98 x 10-2 ± 6,9 x 10-5) ml
Rata-rata massa kawat
m = m
n
64,5x10 2
=
10
= 6,45 x 10-2 gram
∆m =
m1 m
2
n 1
278x106
= 9
= 16,67x106
= 4,08 x 10-3 gram
Massa kawat
m = m m
= 6,45 x 10-2 ± 4,08 x 10-3) gram
G. PEMBAHASAN
Seperti yang kita ketahui bahwa pengukuran merupakan kegiatan
membandingkan sesuatu yang kita ukur menggunakan alat ukur. Adapun alat
ukur yang digunakan dalam percobaan ini adalah 3 alat ukur yang digunakan
untuk mengukur panjang benda yaitu Jangka Sorong, Mikrometer sekrup, dan
penggaris dengan panjang 60 cm, serta 1 alat ukur yang digunakan untuk
mengukur massa benda adalah neraca ohauss. Untuk percobaan ini benda-
benda uang diukur antara lain, Kubus Silinder, plat aluminium dan kawat.
Kubus diukur sisinya menggunakan Neraca ohauss. Silinder yang diukur
adalah panjang dan diameternya menggunakan jangka sorong dan massanya
menggunakan neraca. Plat yang diukur adalah panjang, lebar, dan tingginya
menggunakan micrometer sekrup dan massanya menggunakan neraca ohauss,
begitupun dengan kawat. Dimana setiap percobaan terhadap benda tersebut di
ukur sebanyak 10 kali dan dicatat pada hasil pengamatan.
Setelah dilakuakan perhitungan dari keseluruhan percobaan ternyata
setiap benda memiliki angka ketidakpastian, dimana untuk angka
ketidakpastian pada massa kubus adalah m = (22,21 ± 2,4 x 10-2) gram, sisinya
(2,02 ± 5,25 x 10-2) cm. pada silinder, angka ketidakpastian untuk tingginya
adalah T = (2,05 ± 0) cm, diameternya d = (1,27 ± 0) cm, volumenya v = (2,6
± 0) ml, dan masanya m = (22,17 ± 7,63 x 10 -2) gram, pada plat aluminium,
angka ketidakpastian untuk tingginya T = (8,1 ± 0) cm, volumenya v = (1,118
± 0) ml, dan massanya m = (3,1 ± 5,57 x 10 -2) gram, dan pada kawat, angka
ketidakpastian tingginya T = (13,15 ± 0) cm, diameternya d = (9,34 x 10 -2 ±
5,2 x 10-5) cm, volumenya v = (8,98 x 10-2 ± 6,9 x 10-5) ml, dan angka
ketidakpastian pada massa kawat adalah m = (6,45 x 10 -2 ± 4,08 x 10-2) gram.
Perbedaan angka ketidakpastian dari setiap benda yang diukur disebabkan
oleh perbedaan massa, volume, tinggi, diameter, panjang maupun lebar dari
benda itu sendiri.
H. KESIMPULAN
1. Kesimpulan
a. Pengukuran dari ke empat benda (kubus, plat, silinder dan kawat)
menggunakan alat ukur jangka sorong. Micrometer sekrup dan mistar
menghasilkan nilai ketidakpastian yang berbeda-beda serta ketelitian
yang berbeda pula.
b. Perbedaan angka ketidakpastian dari ke empat benda disebabkan oleh
factor perbedaan fisik benda tersebut.
c. Setiap alat ukur yaitu Mikrometer sekrup, jangka sorong dan mistar
memiliki tingkat ketelitian yang tinggi, yang terlihat dari kecilnya
presentase errornya
2. Saran
Adapun saran dari praktikum ini adalah ketika dalam mengukur
panjang, lebar, tebal/tinggi dari benda tersebut hendaklah diperhatikan
ketepatan dalam melihat satuan ukur pada alat ukur sehingga presentase
error tidak terlalu tinggi.
DAFTAR PUSTAKA
Alonso, Kone. 2002. Fisika Dasar Universitas Mataram : Duta Pustaka Ilmu
Hikam, Suatarna. 2005. Fisika Untuk Sains dan Teknik Jilid I. Jakarta : Erlangga