Anda di halaman 1dari 8

Majalah Kedokteran FK UKI 2010 Vol XXVII No.

1
Januari-Maret
Artikel Asli

Daya Larvisida Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L)


terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti L
Agus Aulung,* Christiani**, Ciptaningsih**

* Departemen Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia


** Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Jakarta.

Abstrak
Demam berdarah dengue (DBD) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue dengan vektor nyamuk
Aedes aegypti L. Salah satu cara untuk menekan populasi Ae. aegypti L yaitu dengan memutus siklus hidupnya
pada stadium larva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun sirih (Piper betle. L)
terhadap mortalitas larva Ae. aegypti L. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan desain
rancangan acak lengkap (RAL). Pengujian dilakukan dengan lima konsentrasi ekstrak daun sirih masing masing
0,05%, 0,1%, 0,2%, dan 0,4%; 0% (kontrol) terhadap larva nyamuk. Tiap konsentrasi dilakukan empat kali
ulangan. Variabel bebas adalah ekstrak daun sirih, sedangkan variabel terikat adalah mortalitas larva Ae. aegypti
L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap mortalitas larva Ae.
aegypti L dengan x² hitung > x² tabel (16,81 > 9,488). Konsentrasi untuk mematikan separuh larva uji (LC.50 )
adalah 0,046 % dan konsentrasi untuk mematikan 90% populasi larva uji (LC.90) adalah 0,1031% ekstrak daun
sirih setelah 24 jam waktu pengamatan.

Kata Kunci : Larvasida, Piper betle. L, Aedes aegypti. L, mortalitas.

Larvicidal effect of Piper betle leaves’ extract


on the Aedes aegypti larvae’s Mortality Rate

Abstract
Dengue hemorrhagic fever is a disease caused by dengue virus which is transmitted by Aedes aegepti L. mosquito
as the vector. One method for the control of the Aedes aegypti population is inference to their lifecycle. A fully
randomised study was aimed to investigate the effect of piper betle leaves’ extract to the Ae. aegypti larvae’s
mortality.The concentration used in the five treatments were 0% (control), 0,05%, 0,1%, 0,2% and 0,4%, with
four replications. The independence variable was the betle leaves’ extract and, the dependence variable was the
mortality of Ae. aegypti larvae. The result shown that the betle leaves’ extract caused larva mortality with x²
calculation > x² table (16,81 > 9,488). The concentration for half of mortality (LC 50) was 0,046%. Finally, the
extract concentration for 90% population mortality was 0,103% after 24 hours treatment.

Key Word : Larvicidal, Piper betle L, Aedes aegypti L, mortality

7
Pendahuluan tentang daya larvisida ekstrak daun sirih
Demam berdarah dengue (DBD) adalah (Piper betle L) terhadap larva Ae. Aegypti
penyakit yang disebabkan oleh virus dan akan mengungkap bagaimana pengaruh
ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti. ekstrak daun sirih (Piper betle L) terhadap
Penyakit itu merupakan masalah kesehatan mortalitas larva Ae. aegypti L, sehingga
masyarakat penting di Indonesia karena dapat digunakan untuk pengendalian
morbiditasnya cukup tinggi dan terapi populasi nyamuk.
spesifiknya belum ditemukan.1
Penderita DBD meningkat setiap Bahan dan Cara
tahunnya. Kasus DBD di DKI Jakarta pada Penelitian dilakukan di Laboratorium
tahun 2000-2005 berturut-turut: 3715, Parasitologi Fakultas Kedokteran
8661, 40377, 52000, 79462 dan 80837 Universitas Indonesia. Pembuatan ekstrak
penderita, oleh karena itu perlu dilakukan daun sirih dilakukan di Laboratorium
pengendalian populasi nyamuk tersebut. Hewan Percobaan Litbangkes dan
Berbagai cara dilakukan untuk identifikasi tanaman sirih dilakukan di
memberantas Ae. aegypti antara lain Herbarium Bogoriense, bidang botani
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Untuk
pemberantasan stadium larva, sampai analisis fitokimia dilakukan di
pemberantasan stadium dewasa. laboratorium Kimia Bahan Alam Lembaga
Pemberantasan stadium larva dapat Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
dilakukan secara hayati atau kimia.1,2 Penelitian ini dilakukan sejak bulan
Pengendalian larva Ae. aegypti secara Februari sampai dengan bulan Mei 2008.
hayati tidak secepat pengendalian secara Metode penelitian yang digunakan adalah
kimiawi, oleh karena penurunan kepadatan eksperimental dengan menggunakan
populasi terjadi perlahan-lahan dan tidak rancangan acak lengkap (RAL). Variabel
secepat bila menggunakan larvisida dari bebas adalah konsentrasi ekstrak daun sirih
bahan kimiawi.3 dan variable terikat adalah mortalitas larva
Pemberantasan vektor penyakit dengan Ae. Aegypti.
menggunakan zat kimia memang dapat Larva Ae.aegypti dikumpulkan dari bak
menekan populasi larva dengan baik, kamar mandi di dalam rumah di daerah
namun dapat menimbulkan resistensi larva, penelitian (Duren Sawit, Jakarta Timur).
pencemaran lingkungan, keracunan dan Dilakukan survei larva dengan cara single
kematian hewan bukan sasaran.4 larva method, dan selanjutnya dibawa ke
Organisasi kesehatan dunia (WHO) sejak laboratorium. Larva Ae. aegypti dipelihara
tahun 1985 menganjurkan untuk mencari dalam waskom berukuran 24 x 35 x 6 cm
terobosan baru, yaitu dengan pengendalian yang berisi air sumur dan diberi makan
hayati atau pengendalian lingkungan.5 rabbit chow. Bila telah terbentuk pupa
Salah satunya adalah penggunaan zat kimia maka dikumpulkan dalam gelas berisi air
alami yang berasal dari tumbuhan. lalu gelas tersebut diletakkan dalam
Sirih (Piper betle L) merupakan kurungan nyamuk yang berukuran 25 x 25
tanaman obat yang sudah dikenal luas oleh x 25 cm. Nyamuk dewasa diberi makan air
masyarakat Indonesia. Tanaman ini mudah gula 10% dan setelah berumur lima hari
didapat, dan sering ditanam dipekarangan nyamuk diberi makan darah mencit.
rumah sebagai tanaman hias. Sirih diduga Kedalam kurungan nyamuk juga
mengandung zat yang bersifat larvisida dimasukkan ovitrap (perangkap telur)
terhadap larva Ae. aegypti. Penelitian sebagai tempat peletakkan telur. Telur yang

8
terkumpul dari ovitrap tersebut dikering- Penelitian dilakukan dengan empat kali
anginkan selama satu minggu. Selanjutnya ulangan dan data dihitung dengan analisis
telur ditetaskan dan larva yang baru probit.
menetas dipindahkan ke waskom berisi air. Data yang diperoleh ditransformasi
Bila larva telah mencapai instar III-IV dengan metode ¥ [   NHPXGLDQ GLXML
maka larva siap untuk diuji. normalitasnya dengan uji Kolmogorov-
Uji bioassay dilakukan menurut Smirnov dan homogenitasnya dengan
prosedur WHO, (dikutip dari Fifendi6) menggunakan uji Bartlett, kemudian data
mula-mula dipilih larva instar III-IV yang dianalisis dengan uji F melalui Anova 1
sama besar lalu sebanyak 25 larva arah, jika hasil yang didapatkan signifikan
dimasukkan ke dalam gelas beaker volume maka dilanjutkan dengan uji LSD (least
50 ml yang berisi 25 ml air sumur. significant different).7,8,9 Untuk mengetahui
Selanjutnya disiapkan gelas minum volume efektifitas dan nilai letak konsentrasi (LC)
300 ml yang diisi 200 ml air. Ke dalam 50 dan LC 90 dilakukan analisis probit.10
gelas tersebut dimasukkan ekstrak daun Derajat kepercayaan penelitian ini 95%.
sirih yang telah ditentukan konsentrasinya
lalu diaduk kuat-kuat dengan batang kaca
sampai homogen. Sebagai medium kontrol Hasil
disiapkan gelas berisi air yang diberikan 1 Hasil identifikasi tanaman oleh
ml etanol 1%. Larva yang telah disiapkan Herbarium Bogoriense Bidang Botani
dimasukkan ke dalam gelas yang telah Pusat Penelitian Biologi LIPI menyatakan
berisi ekstrak daun sirih dengan bahwa tanaman yang digunakan dalam
konsentrasi 0%, 0,05%, 0,1%, 0,2% dan penelitian ini adalah Piper betle L. Analisis
0,4%. Ke dalam gelas uji tersebut juga fitokimia ekstrak daun sirih (Piper betle L)
dimasukkan sedikit rabbit chow sebagai oleh laboratorium kimia bahan alam LIPI,
makanan larva. Angka kematian larva menyatakan bahwa golongan senyawa
dihitung setelah larva terpajan ekstrak daun kimia yang terkandung dalam ekstrak daun
sirih selama 24 jam dengan interval waktu sirih adalah flavonoid, tanin,
pengamatan 4, 8, 12, 16, 20, dan 24 jam. steroid/terpenoid dan kuinon (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil Analisis Fitokimia Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L)

Senyawa kimia Hasil analisis

Alkaloid -
Flovonoid +
Saponin -
Tanin +
Steroid/Terpenoid +
Kinon +
Keterangan: (+), menunjukkan ada kandungan senyawa kimia, (–) menunjukkan tidak ada kandungan senyawa
kimia

9
Berdasarkan hasil pemeriksaan Setelah 24 jam terpajan ekstrak daun
golongan senyawa kimia ekstrak daun sirih terlihat bahwa rata-rata mortalitas
sirih, diketahui ada empat jenis senyawa larva Ae. aegypti pada konsentrasi 0,05%,
kimia. Senyawa kimia tersebut antara lain 0,1%, 0,2%, dan 0,4% serta medium
flavonoid, tanin, steroid/terpenoid dan kontrol 0% secara berurutan adalah 58%,
kuinon (Tabel 1). 76%, 100% , 100% dan 2% (Tabel 2).

Tabel 2. Mortalitas Larva Ae. aegypti dalam berbagai Konsentrasi Ekstrak Uji selama
24 jam Pengamatan

Konsentrasi ekstrak daun sirih (%)


Ulangan 0,0 0,05 0,10 0,20 0,40
1 0 13 17 25 25
2 2 18 21 25 25
3 0 10 21 25 25

¦
4 0 17 17 25 25
2 58 76 100 100
X¯ 0,5 14,5 19 25 25

Dari uji Kolmogorov-Smirnov dan uji hitung > x² tabel (16,81 > 9,488). Hal itu
Homogenitas Barlett terhadap data menunjukkan bahwa perlakuan dengan

ditransformasikan kedalam — x + 0,5,


kematian larva Ae. aegypti setelah ekstrak daun sirih berpengaruh terhadap
kematian larva nyamuk Ae. aegypti.
ternyata variasi data tidak berdistribusi Untuk mengetahui perbedaan mortalitas
normal dan tidak homogen. Hasil uji larva Ae. aegypti pada masing-masing
Kolmogorov-Smirnov didapatkan x² hitung kelompok perlakuan, maka dilanjutkan
> x² tabel (10,17054 >5,991 dan uji Barlett dengan uji perbandingan berganda,8 dari
didapatkan x² hitung > x² tabel (15,9447 > uji tersebut dapat diketahui bahwa terdapat
9,488). Data yang tidak normal dan tidak perbedaan bermakna terhadap mortalitas
homogen tidak dapat dilanjutkan dengan larva Ae. aegypti pada kelompok kontrol
uji F (uji parametrik), tetapi dilanjutkan dengan kelompok perlakuan empat (0,2%)
dengan uji non parametrik Kruskal Wallis. dan dengan kelompok perlakuan lima
Dari uji Kruskal Wallis didapatkan x² (0,4%).

Gambar 1. Persamaan regresi hubungan antara ekstrak uji dengan mortalitas larva uji

10
Penentuan konsentrasi letal 50% dan 3,6510 x – 1,0710 dengan koefisien regresi
90% (Lc 50 dan Lc 90) adalah konsentrasi r = 0,9176 (Gambar 1).
ekstrak daun sirih yang dibutuhkan untuk Mortalitas rata-rata larva nyamuk Ae.
mematikan 50% dan 90% larva uji. Pada aegypti pada masing-masing konsentrasi
penelitian ini diperoleh hasil analisis probit dengan interval waktu pengamatan empat
Lc 50 adalah 0,046% dan Lc 90 adalah jam, selama 24 jam pengamatan ternyata
0,1031%. Hasil perhitungan regresi untuk kematian larva pada konsentrasi ekstrak
mengetahui hubungan antara konsentrasi daun sirih 0,05%, 0,10% , 0,20% dan
ekstrak daun sirih dengan kematian larva 0,40% adalah 14,5 larva, 19 larva, 25 larva
Ae. aegypti diperoleh persamaan Y= dan 25 larva (Gambar 2).

waktu pemajanan
Gambar 2. Mortalitas larva Ae. aegypti pada tiap-tiap konsentrasi dengan interval waktu
pengamatan empat jam selama pengamatan 24 jam

Pembahasan lemak hidroksi ester. Pada kedua penelitian


Berdasarkan hasil penapisan fitokimia, di atas hanya melakukan analisis
ekstrak daun sirih memiliki kandungan kandungan senyawa kimia dan tidak diuji
senyawa tanin, steroid/terpenoid, flavonoid efeknya pada larva Ae. aegypti. Perbedaan
dan kuinon. Daun sirih memiliki kandungan senyawa kimia dapat terjadi
kandungan kimia minyak atsiri yang terdiri karena pada penelitian ini hanya dianalisis
dari kadinen, kavikol, sinel, eugenol, kandungan senyawa kimia secara umum,
kariofilen, karvakrol, terminen, sedangkan pada kedua penelitian terdahulu
11
seskuiterpen. Nalina dan Rachim11 analisis kandungan senyawa kimia diteliti
menemukan bahwa daun sirih memiliki dengan lebih khusus.
komponen yang sama dengan ekstrak daun Terpenoid dan turunannya dapat bekerja
bunga matahari yang dapat menghambat sebagai insektisida akan tetapi banyak
pertumbuhan larva Ae. aegypti, antara lain peneliti berpendapat bahwa fungsi
hydroxychavicol, asam lemak dan asam terpenoid lebih bersifat ekologis daripada

11
fisiologis. Terpenoid dapat menghambat 100% dan menyebabkan varian (SD²)
pertumbuhan tumbuhan pesaingnya dan sama dengan nol, sehingga data dianalisis
terpenoid dapat bekerja sebagai insektisida dengan uji non parametrik Kruskal Wallis.
atau berdaya racun terhadap hewan, Hasil uji Kruskal-Wallis menunjukkan
penolak serangga dan sebagainya. Berbagai bahwa perlakuan ekstrak daun sirih
aktifitas fisiologis yang menarik juga berpengaruh terhadap kematian larva Ae.
ditunjukkan oleh beberapa triterpinoid. aegypti. Hasil uji pembandingan berganda
Beberapa senyawa mungkin mempunyai menunjukkan perbedaan yang bermakna
nilai ekologis bagi tumbuhan pada tingkat konsentrasi tertentu. Pada
pengandungnya, karena senyawa itu kontrol dan tingkat konsentrasi 0,05% tidak
bekerja sebagai anti fungus, insektisida, menunjukkan perbedaan yang signifikan.
atau anti pemangsa.12 Pada kontrol menunjukkan perbedaan yang
Flavonoid merupakan golongan signifikan dengan konsentrasi 0,2% dan
senyawa yang berperan penting dalam 0,4%. Hal itu terjadi karena perbedaan rata-
penyerbukan oleh serangga. Sejumlah rata mortalitas larva sangat besar (Gambar
flavonoid mempunyai rasa pahit hingga 2). Konsentrasi 0,2% juga tidak
bersifat menolak sejenis ulat tertentu.13 menujukkan perbedaan yang signifikan
Rotenon merupakan insektisida alami dengan konsentrasi 0,4%. Hal itu karena
yang merupakan turunan flavonoid, selain mortalitas pada konsentrasi 0,2% dan 0,4%
sebagai insektisida rotenon juga merupakan setelah 24 jam pajanan memberikan hasil
racun bagi ikan.14 Rotenon bekerja sebagai sama, yaitu sebesar 100%.
racun kontak dan racun perut yang Perbedaan bermakna tiap konsentrasi
membunuh serangga secara perlahan ditunjukkan pada tingkat konsentrasi
sampai aktifitas makan berhenti (stop tertentu dan setiap konsentrasi
feeding action). Cara kerja rotenon menunjukkan rata-rata persentase
menghambat enzim pernapasan, antara mortalitas yang besar yaitu > 50% (Tabel
NAD+ (koenzim yang terlibat dalam 2). Rata-rata persentase mortalitas larva
oksidasi dan reduksi dalam proses terendah terjadi pada konsentrasi 0,05%
metabolisme) dan koenzim Q (koenzim yaitu 58%, sedangkan yang tertinggi terjadi
pernapasan yang bertanggung jawab pada konsentrasi 0,2% dan 0,4% yaitu
membawa elektron pada rantai transportasi 100%. Mortalitas larva 100% pada
elektron) yang mengakibatkan kegagalan konsentrasi 0,2% terjadi pada jam ke-16
fungsi pernapasan.15 waktu pengamatan, sedangkan pada
Berdasarkan uraian di atas maka konsentrasi 0,4% terjadi pada jam ke-4
senyawa yang diduga bersifat larvisida waktu pengamatan. Ada perbedaan
pada ekstrak daun sirih adalah tanin. konsentrasi yang besar antara konsentrasi
steroid, terpenoid dan flavonoid. 0,2% dengan 0,4%, sehingga ekstrak daun
Bagaimana cara senyawa-senyawa tersebut sirih pada konsentrasi 0,4% dapat
membunuh larva Ae. aegypti belum membunuh larva lebih cepat dibandingkan
diketahui, mungkin cara kerjanya sama pada konsentrasi 0,2% (Gambar 2).
dengan rotenon. Dari hasil tersebut, dapat dikatakan
Hasil uji Kolmogorov-Smirnov dan uji bahwa peningkatan jumlah kematian larva
Bartlett menyatakan bahwa data tidak terjadi seiring dengan semakin
berdistribusi normal dan tidak homogen. meningkatnya waktu pajanan dan
Hal itu terjadi karena konsentrasi 0,2% dan konsentrasi ekstrak daun sirih. Pada
0,4% memberikan hasil yang sama yakni kelompok kontrol ditemukan mortalitas

12
sebesar 2%. Pada persentase kematian mahkota dewa, angka LC 50 adalah
larva <5% tidak perlu dilakukan koreksi 0,09255% dan LC 90 adalah 0,21694%.
dengan rumus Abbot. Hal itu membuktikan Hal itu menunjukkan bahwa LC 50 dan LC
bahwa kematian larva Ae. aegypti pada 90 ekstrak daun sirih lebih kecil. Ekstrak
kelompok 4 perlakuan disebabkan oleh daun sirih membutuhkan konsentrasi yang
ekstrak daun sirih. lebih rendah untuk membunuh 50% dan
Kematian larva Ae. aegypti dalam 90% larva uji dibandingkan dengan ekstrak
pengujian ini memperlihatkan tanda-tanda daun bunga matahari dan ektrak biji
sebagai berikut : larva tidak bergerak bila mahkota dewa. Hal itu mungkin karena
disentuh, tubuhnya berwarna putih dan perbedaan komposisi kandungan senyawa
kaku. Menurut Watuguly dan Wilhelmus16 kimia yang ada pada tanaman tersebut,
larva yang mati ditandai oleh tidak ada meskipun ada beberapa kandungan
pergerakan, terapung di permukaan dalam senyawa kimia yang sama. Daun bunga
keadaan memanjang, tubuh berwarna putih matahari mengandung alkaloid, saponin,
atau kuning pucat, terjadi inkoordinasi atau tanin, steroid, terpenoid, dan minyak atsiri,
rigor (kaku) dan sebagian kepala terlepas sedangkan ekstrak biji mahkota dewa
atau seluruh bagian hancur. mengandung alkaloid, saponin, flavonoid,
Beberapa tanda yang diungkapkan polifenol dan tanin.
Watuguly dan Wilhelmus16 tidak semuanya Berdasarkan uji toksisitas tersebut dapat
ditemukan pada penelitian ini. Hal tersebut disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak
mungkin diakibatkan waktu yang daun sirih yang diperlukan untuk
digunakan dalam pengujian ini hanya 24 mematikan 50% dan 90% larva Ae. aegypti
jam, sehingga tidak sampai menyebabkan lebih rendah dibandingkan dengan
larva hancur atau kepalanya terlepas. konsentrasi ekstrak daun bunga matahari
Hasil analisis probit pada larva Ae. dan ekstrak biji mahkota dewa.
aegypti dengan waktu pajanan 24 jam
diperoleh dari regresi linier dengan Kesimpulan
persamaan Y = 3,6510 X – 1,0710 dan Berdasarkan hasil penelitian dan
koefisien r = 0,9176. Nilai r menunjukkan analisis data yang telah dikemukakan,
hubungan yang sangat kuat antara maka dapat diambil kesimpulan bahwa
peningkatan mortalitas larva dengan ekstrak daun sirih (Piper betle L)
peningkatan konsentrasi ekstrak daun sirih. berpengaruh terhadap mortalitas larva Ae.
Berdasarkan analisis probit diketahui aegypti dengan kadar LC 50 sebesar
bahwa konsentrasi ekstrak daun sirih untuk 0,046% dan LC 90 0,1031%. Setelah 24
membunuh 50% larva Ae. aegypti (LC 50) jam pajanan dan konsentrasi terendah yang
adalah 0,046% dan konsentrasi ekstrak efektif dalam penelitian ini sebesar 0,1%.
daun sirih untuk membunuh 90% larva Ae.
aegypti (LC 90) adalah 0,1031%. Jika
dibandingkan dengan penelitian larvisida Daftar Pustaka
alami menggunakan ekstrak daun bunga 1. Sungkar SI, Ismid S.. Bionomik Ae.
matahari (Heliantus annus)6 dan ekstrak aegypti, vektor utama demam berdarah
dengue. Medika 1994; 20: 64-9.
biji mahkota dewa (Phaleria papuana 2. Hoedojo. Vektor demam berdarah dengue
Warb)16 didapatkan hasil berbeda. Pada dan upaya penanggulangannya. Maj
ekstrak daun bunga matahari konsentrasi Parasitol Indon 1993; 6 (1): 31-45
LC 50 adalah 0,097% dan LC 90 adalah
0,195%, sedangkan pada ekstrak biji

13
3. Suwasono, H.. Berbagai cara 11. Nalina T, Rahim ZHA..The crude aqueous
pemberantasan larva Aedes aegypti. extract of Piper betle L. and its
Cermin Dunia Kedok 1997; 19: 74-7 antibacterial effect towards Sreptococcus
4. Heyne K. Tumbuhan berbunga Indonesia mutans. Am J Biotechnol Biochem 2007;
jilid II. Jakarta: Yayasan Sarana Wanajaya: 25: 86-90
1997 12. Trevor R. Kandungan organik tumbuhan
5. Departemen Kesehatan Republik tinggi. Bandung: ITB Press. 1995
Indonesia. Direktorat Jendral Pengawasan 13. Sastrohamidjojo, Hardjono. Sintesis bahan
Obat dan Makanan. Pemanfaatan Tanaman alam. Yogyakarta: Gadjah Mada
Obat Edisi III. 1989. University Press. 1996
6. Fifendi M. Pengaruh Ekstrak Daun Bunga 14. Mann, J. 1995. Secondary metabolism.
Mata Hari (Helianthus annus L) Terhadap New York; Oxford Unversity, 1995
Aedes aegypti L. Tesis. Jakarta: 15. Wirawan Adi I. Insektisida pemukiman.
Universitas Indonesia; 1997. hama permukiman Indonesia pengenalan,
7. Sudjana, SR. Metode Statistika. Bandung : biologi dan pengendalian. Bogor; Unit
Tarsito. 1989 Kajian Pengendalian Hama Permukiman
8. Wayne WD. Statistika nonparametrik (UKPHP) Fakultas Kedokteran Hewan
terapan. Jakarta: Gramedia. 1998. IPB. 2006
9. Hastono SP. 2001. Analisis Data. 16. Watuguly T, Wilhelmus. Uji toksisitas
Kesehatan Masyarakat Universitas bioinsektisida ekstrak biji mahkota dewa
Indonesia. 2001 (Phaleria papuana, Warb) terhadap
10. Ummiyati SR.. Analisis Probit Secara mortalitas nyamuk Ae. aegypti L. J Biotek
Aritmatis untuk Pengujian Toksisitas Pertani 2004; 6 (3): 101-14.
Terhadap Serangga. Yogyakarta: Lab
Parasitologi FK-UGM; 1990

14

Anda mungkin juga menyukai