Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“ Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan “


Pendidikan agama Islam

Disusun oleh

Kelompok 3

Kelas : X IPS 3

Anggota :

1. Ariz zahfal
2. Alisha Febriana
3. Dede Sumarni
4. Anisa Nurfadila
5. Fikri Ardiansyah
6. Dian Sumarni

SMA NEGERI 1 TELAGASARI


TAHUN PELAJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Taufik,
Hidayah serta Inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul Meniti Kehidupan Dengan Kemuliaan . Maksud dan
tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu komponen
nilai dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Penulis merasa bahwa dalam penyusunan makalah ini masih menemui


beberapa kesulitan dan hambatan, sehingga makalah ini masih jauh dari sempurna
dan memiliki banyak kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak. Karena itu sudah sepantasnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Landasan
Pendidikan serta semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.

Akhir kata, mudah-mudahan Allah SWT senantiasa melimpahkan karunia-


Nya dan membalas segala amal serta kebaikan pihak-pihak yang telah membantu
penulis dalam menyusun makalah ini dan semoga tulisan ini dapat memberi
manfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

Jakarta, 2 November 2021

Pemakalah
BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang


Agama dan manusia memiliki hubungan yang sangat erat kaitannya, karena
agama sangat dibutuhkan oleh manusia agar manusia memiliki pegangan hidup
sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam.
Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan
manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan
sempurna dan bahagia. Semua itu akan berdampak pada cara umat muslim mulai
meniti kehidupan mereka kearah yang lebih mulia .

B.   Rumusan Masalah


1. Jelaskan Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan ?
2. Jelaskan Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik,
dan Persaudaraan ?
3. Jelaskan Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan ?
4. Sebutkan Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri,
Husnuzzan, dan Persaudaraan ?
5. Sebutkan Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan ?

C.   Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Husnuzzan
2. Untuk mengetahui Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri,
Prasangka Baik, dan Persaudaraan
3. Untuk mengetahui Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan
4. Untuk mengetahui Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap
Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan Persaudaraan
5. Untuk mengetahui Hikmah Pengendalian Diri, Husnuzzan, dan
Persaudaraan
BAB II
PEMBAHASAN

A. Memahami Makna Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Husnuzzan


1. Pengendalian Diri (Mujāhadah an-Nafs)
Pengendalian diri atau kontrol diri (Mujāhadah an-Nafs) adalah menahan
diri dari segala perilaku yang dapat merugikan diri sendiri dan juga orang lain,
seperti sifat serakah atau tamak. Dalam literatur Islam, pengendalian diri dikenal
dengan istilah aś-śaum, atau puasa. Puasa adalah salah satu sarana mengendalikan
diri. Hal tersebut berdasarkan hadis Rasulullah saw. yang artinya: “Wahai
golongan pemuda! Barangsiapa dari antaramu mampu menikah, hendaklah dia
nikah, kerana yang demikian itu amat menundukkan pemandangan dan amat
memelihara kehormatan, tetapi barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia
puasa, kerana (puasa) itu menahan nafsu baginya.” (H.R. Bukhari)
Jadi, jelaslah bahwa pengendalian diri diperlukan oleh setiap manusia agar
dirinya terjaga dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Swt.
2. Prasangka Baik (Husnuzzan)
Prasangka baik atau Husnuzzan berasal dari kata Arab yaitu Husnu yang
artinya baik, dan §an yang artinya prasangka. Jadi prasangka baik atau positive
thinking dalam terminologi Islam dikenal dengan istilah Husnuzzan. Secara istilah
Husnuzzan adalah sikap orang yang selalu berpikir positif terhadap apa yang telah
diperbuat oleh orang lain. Lawan dari sifat ini adalah buruk sangka (su’uzzan),
yaitu menyangka orang lain melakukan hal-hal buruk tanpa adanya bukti yang
benar. Dalam ilmu akhlak, Husnuzzan dikelompokkan ke dalam tiga bagian, yaitu
Husnuzzan kepada Allah Swt. Husnuzzan kepada diri sendiri, dan Husnuzzan
kepada orang lain.
Prasangka baik adalah sifat sangat penting dimiliki oleh setiap orang yang
beriman. Sebaliknya, prasangka buruk adalah sifat yang harus dijauhi dan
dihindari. Mengapa demikian? Bisakah kamu menjelaskan dan mengemukakan
dampak positif dari perilaku Husnuzzan, serta dampak negatif dari perilaku
su’uzzan?
3. Persaudaraan (ukhuwwah)
Persaudaraan (ukhuwwah) dalam Islam dimaksudkan bukan sebatas
hubungan kekerabatan karena faktor keturunan, tetapi yang dimaksud dengan
persaudaraan dalam Islam adalah persaudaraan yang diikat oleh tali aqidah
(sesama muslim) dan persaudaraan karena fungsi kemanusiaan (sesama manusia
makhluk Allah Swt.). Kedua persaudaraan tersebut sangat jelas dicontohkan oleh
Rasulullah saw., yaitu mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan kaum
Ansar, serta menjalin hubungan persaudaraan dengan suku-suku lain yang tidak
seiman dan melakukan kerja sama dengan mereka.

B. Ayat-Ayat al-Qur’ān tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan


Persaudaraan
1. Q.S. al-Anfāl [8] : Ayat 72
a. Lafal Ayat dan Artinya

‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوهَا َجرُوا َو َجاهَ ُدوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَنفُ ِس ِه ْم فِي َسبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ آ َووا‬
‫ْض ۚ َوالَّ ِذينَ آ َمنُوا َولَ ْم يُهَا ِجرُوا َما لَ ُكم ِّمن‬ ٍ ‫ضهُ ْم أَوْ لِيَا ُء بَع‬ ُ ‫َصرُوا أُولَٰئِكَ بَ ْع‬ َ ‫َّون‬
‫صرُو ُك ْم فِي الدِّي ِن فَ َعلَ ْي ُك ُم النَّصْ ُر إِاَّل‬َ ‫اجرُوا ۚ َوإِ ِن ا ْستَن‬ ِ َ‫َواَل يَتِ ِهم ِّمن َش ْي ٍء َحتَّىٰ يُه‬
‫صي ٌر‬ ِ َ‫ق ۗ َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬
ٌ ‫َعلَىٰ قَوْ ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَهُم ِّميثَا‬
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan
harta dan jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat
kediaman dan memberi pertolongan (kepada orang-orang Muhajirin), mereka itu
satu sama lain lindung-melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman,
tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi
mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika  mereka meminta
pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib
memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara
kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”[Q.S.
al-Anfāl [8] : Ayat 72]

b. Hukum Tajwid
No Lapad Hokum Tajwid
1 ‫ين‬َ ‫الَّ ِذ‬ mad thobii
2 ‫آ َمنُوا‬ Mad badal
3  ‫بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم‬ Ihfa safawi
4 ‫أَ ْولِيَا ُء‬ Mad wajib muntasil
5 ‫َما لَ ُكم ِّمن‬ 1.     Idghom mimi
2.     Idghom mutamasilain
6   ‫ِّمن واَل‬ Idghom bigunah
7  ‫قَ ْو ٍم بَ ْينَ ُك ْم‬ iklab
8 ‫صي ٌر‬ Mad ‘Ard lis Sukµn
ِ َ‫ب‬
c. Kandungan Ayat
Berbagai bentuk serangan, intimidasi, dan kekejaman yang dilakukan oleh
orang-orang musyrik Mekah telah menyebabkan Nabi Muhammad saw. dan kaum
muslimin berhijrah meninggalkan rumah dan kampung halaman mereka di Mekah
menuju Madinah. Di dalam sejarah Islam, mereka yang berhijrah disebut sebagai
kaum Muhajirin. Adapun warga Madinah yang telah beriman kepada Nabi
Muhammad saw. dan menerima kedatangan kaum Muhajirin disebut kaum An¡ar.
Peristiwa bersejarah itu bukanlah sekadar perpindahan yang bersifat geografis,
yaitu perpindahan manusia dari suatu tempat ke tempat lain yang baru. Jika hal itu
merupakan perpindahan atau pergerakan sekelompok masyarakat yang bersifat
geografis dan bernilai biasa-biasa saja, tentunya tidak perlu sejauh itu mereka
menempuh perjalanan sangat berat ke Madinah. Juga peristiwa itu bukanlah
perpindahan manusia yang didasarkan pada motif ekonomi atau kepentingan
politik tertentu. Jika ada motif ekonomi, mengapa kaum Muhajirin malah
meninggalkan berbagai harta kekayaan mereka di Mekah dan tidak
memboyongnya ke Madinah? Mengapa mereka malah mengorbankan harta dan
jiwa sebagaimana dilukiskan pada ayat di atas? Jika ada motif politik,
pertanyaannya adalah apakah Rasulullah saw. diutus oleh Allah Swt. memang
semata-mata demi memperoleh kue kekuasaan di Mekah atau Madinah. Hijrah
merupakan peristiwa dahsyat dalam sejarah agama dan kemanusiaan. Dari sudut
keagamaan, hijrah merupakan peristiwa keagamaan karena berkaitan erat dengan
perjuangan Nabi Muhammad saw. dan sahabat-sahabat beliau dalam
memperjuangkan tegaknya Islam di Mekah. Adapun dari sudut kemanusiaan,
peristiwa hijrah merupakan implementasi dari ajaran agama Islam mengenai
pentingnya menghormati, menjaga, dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan.
Firman Allah Swt. pada ayat di atas yang melukiskan bahwa kaum Muhajirin  dan
Anśar saling lindung-melindungi satu sama lainnya, sungguh mengagumkan.
Itulah wujud dari persaudaraan. Lakukanlah pengamatan dan pembacaan terhadap
buku-buku mengenai peristiwa hijrah tersebut. Di sana kamu akan menemukan
jawaban bahwa persaudaraan (ukhuwwah) akan menjadi salah satu sendi bagi
munculnya peradaban baru dalam sebuah masyarakat baru yang disebut
masyarakat Madani.

2. Q.S. Al-Hujurāt [49] : ayat 12


a. Lafal Ayat dan Artinya

“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah banyak dari prasangka,


sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencaricari
kesalahan orang lain dan janganlah ada di antara kamu yang menggunjing
sebagian yang lain. Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik. Dan bertakwalah kepada
Allah, sesungguhnya Allah Maha Penerimatobat, Maha Penyayang.” {Q.S. Al-
Hujurāt [49] : ayat 12}

b. Hukum Tajwid
No Lapad Hokum Tajwid
1
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ين‬ Mad Jāiz Munfaśil
2
َ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ين‬ Alif Lam Syamsiyah
3 ُ ‫يَ ْغتَب بَّ ْع‬
‫ض ُكم‬ Idgām Mutama¡¡ilain
4 ‫ض ُكم بَ ْعضًا‬ ُ ‫بَّ ْع‬ Ikhfa’ Syafawi

3. Q.S. Al-Hujurāt [49} : Ayat 10


a. Lafal Ayat dan Artinya

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, karena itu damaikanlah


antara kedua saudaramu (yang berselisih) dan bertakwalah kepada Allah agar
kamu mendapat rahmat{Q.S. Al-Hurāt [49] : Ayat 10}

b. Hukum Tajwid

No Lapad Hokum Tajwid


1
َ ُ‫ْال ُم ْؤ ِمن‬
‫ون‬ Alif lam syamsiyah
2  َ ‫إِ ْخ َوةٌ فَأ‬ ikhfa
3
‫أَ َخ َو ْي ُك ْم ۚ َو‬ Izhar safawi
4
َ ‫واتَّقُوا هَّللا‬ َ tafkhim

c. Kandungan Ayat
Pada ayat di atas Allah Swt. menegaskan dua hal pokok. Pertama,
bahwasesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara. Kedua, jika
terdapatperselisihan antarsaudara, kita diperintahkan oleh Allah Swt. untuk
melakukan iślah (upaya perbaikan atau perdamaian).
Apa indikasi dari suatu persaudaraan? Rasulullah saw. bersabda, “Demi
Allahyang menguasai diriku! Seseorang di antara kalian tidak dianggap beriman
kecualijika dia menyayangi saudaranya sesama mukmin sama seperti dia
menyayangi dirinya sendiri.” (H.R. Bukhari)
Selain itu Rasulullah saw. juga menegaskan, “Seorang muslim adalah orang yang
lidah dan tangannya tidak menyakiti muslim lain, dan orang yang berhijrah adalah
orang yang meninggalkan semua larangan Allah.” (H.R. Bukhari)

C. Hadis tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan Persaudaraan


1.  Hadis tentang Pengendalian Diri
Diriwayatkan dari Abi Hurairah ra. bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Orang  yang  perkasa  bukanlah  orang  yang  menang  dalam  perkelahian, tetapi
orang yang perkasa adalah orang yang mengendalikan dirinya ketika 
marah.”(H.R. Bukhari dan Muslim)

2.  Hadis tentang Prasangka Baik


Rasulullah saw. bersabda:

“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena sesungguhnya prasangka itu


adalah perkataan yang paling dusta.” (H.R. Bukhari)
3.  Hadis tentang Persaudaraan
Diriwayatkan dari Nu’man bin Basyir ra. Bahwa Rasulullah saw. Bersabda:

“Perumpamaan  orang-orang  mukmin  dalam  saling  mencintai,  saling


mengasihi,  dan  saling  menyayangi,  seperti  satu  tubuh.  Apabila  satu  organ
tubuh merasa sakit, akan menjalar kepada semua organ tubuh, yaitu tidak dapat
tidur dan merasa demam.” (H.R. Muslim)

D. Contoh Perilaku yang Mencerminkan Sikap Pengendalian Diri,


Husnuzzan, dan Persaudaraan
1. Pengendalian Diri (Mujahadah an-Nafs)
 Bersabar jika ada orang yang mengejek atau mencomooh kita.
 Memaafkan kesalahan orang lain.
 Ikhlas terhadap berbagai macam musibah yang menimpa, dengan terus
mencoba memperbaiki diri dan lingkungan.
 Menjauhi penyakit hati seperti sifat dengki atau iri hati kepada orang lain
dengan tidak membalas kedengkian mereka kepada kita.
 Mensyukuri segala nikmat yang telah diberikan Allah Swt. kepada kita, dan
tidak merusak nikmat tersebut; seperti menjaga lingkungan agar selalu
bersih, menjaga tubuh dengan merawatnya, berolahraga, mengonsumsi
makanan dan minuman yang halal, dan sebagainya.

2. Prasangka Baik (Husnussan)


 Memberikan apresiasi atas prestasi yang dicapai oleh teman atau orang lain
dalam bentuk ucapan atau pemberian hadiah.
 Menerima dan menghargai pendapat teman/orang lain meskipun pendapat
tersebut berlawanan dengan keinginan kita.
 Memberi sumbangan sesuai kemampuan kepada peminta-minta yang datang
ke rumah kita.
 Turut serta dalam kegiatan-kegiatan sosial baik ketika di lingkungan rumah,
sekolah, ataupun masyarakat.
 Mengerjakan tugas-tugas yang diberikan kepada kita dengan penuh
tanggungjawab.

3. Persaudaraan (Ukhuwwah)
 Menjenguk/mendoakan/membantu teman/orang lain yang sedang sakit atau
terkena musibah.
 Mendamaikan teman atau saudara yang berselisih agar mereka sadar dan
kembali bersatu.
 Bergaul dengan orang lain dengan tidak memandang suku, bahasa, budaya,
dan agama yang dianutnya.
 Menghindari segala bentuk permusuhan, tawuran, ataupun kegiatan yang
dapat merugikan orang lain.
 Menghargai perbedaan sukur, bangsa, agama, dan budaya teman/orang lain.

E. Hikmah Pengendalian Diri, Prasangka Baik dan Persaudaraan


1. Hikmah Pengendalian Diri/Kontrol Diri
 Mereka yang bermujahadah berdasar ilmu yang diketahuinya, maka akan
ditunjukkan oleh Allah mengenai perkara-perkara yang belum ia ketahui.
 Mereka yang bermujahadah dengan bertaubat, maka, Allah akan
menunjukkan kepada mereka jalan keikhlasan.
 Dapat terjaga dari nafsu dan tidak akan mengganggu atau dapat
mempengaruhi anggota badan dengan perbuatan yang dilarang oleh syari'at.
 Memperteguh/memperkuat keimanan dan jatidiri.
 Berkepribadian dengan baik dan akhlak yang mulia.
 Membentuk hamba yang dapat lebih bertanggung jawab.

Hikmah Prasangka Baik


 Hidup akan menjadi lebih tenang, tenteram dan lebih damai.
 Hati akan menjadi lebih bersih dan terhindar dari penyakit hati.
 Dapat menumbuhkan sikap yang tulus.
 Tidak akan timbul sikap perselisihan atau perpecahan
 Mengingatkan agar manusia selalu berintrospeksi.
 Memacu semangat agar lebih kreatif.
Hikmah Persaudaraan
 Allah SWT akan melindungi dan menaungi dari ngerinya pada hari kiamat
kelak.
 Mencintai karena Allah SWT tentu akan mendatangkan keimanan yang
kemudian akan mengantarkannya menuju surga.
 Melahirkan akhlak yang sungguh mulia, seperti sikap ramah, cinta kasih,
peduli terhadap kebutuhan saudaranya seiman dan saling membantu.
 Terwujudnya kehidupan yang lebih aman, tentram, dan harmonis tanpa
adanya permusuhan satu sama lain.
 Memperkokoh kekuatan kaum muslimin, dan dapat terwujudnya kejayaan
Islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka kami dapat menyimpulkan
bahwa sesuai dengan makalah “Meniti Hidup Dengan Mulia ” ini, sangat penting
bagi kita untuk mempelajari serta mengamalkan hal-hal yang dapat memberi
kemajuan pada kehidupan kita menuju ke kehidupan yang mulia. Ayat-Ayat al-
Qur’ān yang menjelaskan tentang Pengendalian Diri, Prasangka Baik, dan
Persaudaraan terdapat dalam Q.S. al-Anfāl [8] : Ayat 72, Q.S. Al-Hujurāt [49] :
ayat 12 Q.S. Al-Hujurāt [49] : ayat 10.
Keserakahan manusia dalam berbagai usaha eksploitasi alam, telah
menimbulkan bencana yang mengerikan, dan telah “membunuh” ribuan manusia.
Tidak hanya oleh bencana alam, kematian banyak manusia secara sia-sia juga
disebabkan oleh penggunaan jalan raya dengan semena-mena, konsumsi minuman
dan obat-obatan terlarang, kekerasan dan bentrokan antarkeyakinan, antardesa,
dan bahkan antarsaudara. Angka kriminalitas pun makin menanjak tinggi, berjalan
paralel dengan perilaku korupsi yang mungkin lebih tinggi. Pada sisi lain,
sebagian masyarakat hidup dengan perasaan sensitif, saling curiga, beringas,
egois, dan individualis

B. Saran
Menyadari bahwa makalah ini  masih jauh dari kata sempurna, maka 
kedepannya kami akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang
makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat
di pertanggung jawabkan. Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap
penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah
yang telah di jelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

http://kabelkreatif.blogspot.com/2016/07/memahami-makna-dan-ayat-ayat-al-
quran.html
http://murid.info/memahami-makna-pengendalian-diri-prasangka-baik-dan-
husnuzzan/
http://untukmasadepanindonesia.blogspot.com/2016/12/rangkuman-meniti-hidup-
dengan-kemuliaan.html
https://www.academia.edu/34839693/Meniti_Hidup_dengan_Kemuliaan

Anda mungkin juga menyukai