Anda di halaman 1dari 11

Prosiding Penelitian &

e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

PEKERJA SOSIAL INDUSTRI DALAM MENANGANI


PERMASALAHAN PHK DI DUNIA INDUSTRI INDONESIA
D. Anisa Sunija1, Septia Febriani2 , Santoso Tri Raharjo3 , Sahadi Humaedi4

Program Studi Sarjana Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Padjadjaran


1, 2
3, 4 Pusat Studi CSR, Kewirausahaan Sosial & Pemberdayaan Masyarakat, Universitas Padjadjaran

(anisa16001@mail.unpad.ac.id; septia16001@mail.unpad.ac.id; santoso.tri.raharjo@unpad.ac.id;


sahadi.humaedi@unpad.ac.id)

ABSTRAK
World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) membatasi Corporate Social
Responsibility (CSR) adalah suatu komitmen berkelanjutan dari dunia perusahaan untuk bertindak etis
dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi pada komunitas setempat ataupun
masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup karyawan beserta seluruh keluarganya.
Sementara itu sasaran, bidang praktik, dan intervensi pekerjaan sosial semakin luas seiring
berkembangnya masyarakat secara kompleks. Globalisasi dan industrialisasi telah membuka
kesempatan bagi pekerja sosial untuk terlibat dalam dunia industri. Dalam praktiknya, dengan
pendekatan sosialnya, pekerja sosial industri juga dapat berperan sebagai pihak yang dapat membantu
memperbaiki kesehatan fisik maupun mental karyawan, termasuk ketika terjadi PHK (Pemutusan
Hubungan Kerja), pekerja sosial juga dapat mengantisipasi maupun mengatasi ketika terjadinya
masalah yang terjadi pada diri klien dan juga keluarganya. Tulisan berusaha menggali dan memaparkan
secara singkat mengenai ketenagakerjaan di Indonesia, serta peran dan keberadaan pekerja sosial
industri. Pelayanan-pelayanan dalam menangani hal yang berkaitan dengan kesejahteraan, kesehatan
dan keselamatan kerja, serta tindakan preventif dalam penanganan masalah PHK baik bagi pekerjanya
maupun dampaknya terhadap keluarga pekerja. Kurangnya pemahaman dan kesadaran dari
perusahaan dan stakeholder terkait dengan keberadaan dan kebutuhan pekerja sosial di dunia industri
sehingga tidak banyak pekerja sosial industri di Indonesia. Sosialisasi pekerja sosial di dunia industri
perlu terus diupayakan. Undang-Undang no 14 /2019 tentang Pekerja Sosial menegaskan secara legal
yang harus diikuti dengan bukti nyata praktik profesi ini di berbagai ranah praktik di Indonesia.

Kata Kunci: CSR, Pekerja Sosial Industri, PHK

Abstract
The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) Corporate Social Responsibility
(CSR) is a continuing commitment from the corporate world to act ethically and contribute to economic
development in the local community or the wider community, together with improving the lives of
employees and their entire families. Meanwhile targets, areas of practice, and social work interventions
are expanding as society develops in a complex way. Globalization and industrialization have opened
opportunities for social workers to get involved in the industrial world. In practice, with its social
approach, industrial social workers can also play a role as a party that can help improve the physical
and mental health of employees, including when layoffs (Termination of Employment), social workers
can also anticipate or overcome when problems occur to clients. and also his family. The article seeks
to explore and briefly describe employment in Indonesia, as well as the role and presence of industrial
social workers. Services in handling matters relating to welfare, health and safety at work, as well as
preventive measures in dealing with layoff problems both for workers and their impact on the worker's
family. Lack of understanding and awareness of companies and stakeholders related to the existence
and needs of social workers in the industrial world so that not many industrial social workers in
Indonesia. The socialization of social workers in the industrial world needs to be continued. Law no
14/2019 on Social Workers legally affirms that must be followed by concrete evidence of this
professional practice in various realms of practice in Indonesia.

Keywords: CSR, Industrial Social Workers, Layoffs

181
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

PENDAHULUAN sosial masyarakat adalah Pemutusan


Dalam mencapai negara kesejahteraan Hubungan Kerja atau yang biasa disebut
atau welfare state yang sesuai dengan dengan PHK. PHK ini terjadi pada pekerja
tujuan negara Indonesia, telah diatur di dunia industri. Menurut pendapat
dalam Undang-Undang Dasar 1945. Haryanto F. Rosyid (2003) dalam (Utomo &
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 Sutono, 2007) menyatakan bahwa
alinea keeempat didalamnya Pemutusan Hubungan Kerja merupakan
mencantumkan tujuan negara Indonesia. kegiatan dari perusahaan yang sangat
Tujuan negara tersebut yaitu melindungi ditakuti oleh pekerja yang masih aktif
segenap bangsa Indonesia dan seluruh bekerja dan itu terjadi terutama pada
tumpah darah Indonesia dan untuk beberapa tahun yang lalu. PHK terjadi di
memajukan kesejahteraan umum, Indonesia dikarenakan goyahnya kondisi
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut kehidupan politik, disusul dengan kondisi
melaksanakan ketertiban dunia yang krisis ekonomi yang berdampak pada
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian banyaknya kebangkrutan industri sehingga
abadi dan keadilan sosial. Tujuan negara berdampak pula pada pemutusan
ini untuk memberikan kesejahteraan sosial hubungan kerja dengan sangat tidak
bagi masyarakat untuk dapat terpenuhi terencana. Banyak pekerja mengganggap
hak-hak dan kebutuhannya serta PHK sebagai momok yang membuat
menerima perlindungan dan perdamaian mereka merasa cemas memikirkan kapan
dalam menjalankan berbagai bidang dirinya akan mengalami PHK jika kondisi
kehidupannya. Bukan hanya pada aspek negara tidak semakin baik.
pendidikan dan kesehatan, tetapi juga Berdasarkan penjelasan diatas,
bidang pekerjaan bagi para pekerja di dibuktikan dengan adanya kasus moneter
Indonesia. dan krisis ekonomi di Indonesia yang
Salah satu profesi yang berperan terjadi pada akhir tahun 1997 dan krisis
dalam pembangunan kesejahteraan sosial ekonomi global pada tahun 2008. Adanya
bagi pekerja adalah Social Worker atau krisis tersebut membuat banyak
Pekerja Sosial. Zastrow (2004:13) dalam perusahaan memilih melakukan PHK
Introduction to Social Work and Social terhadap pekerja atau para karyawannya.
Welfare menjelaskan pekerjaan sosial Hal ini berdampak pada terhambatnya
sebagai suatu profesi yang memiliki fungsi pemenuhan berbagai kebutuhan pekerja
dan tugas pokok untuk memberikan yang mengalami PHK karena sudah tidak
pelayanan dalam rangka mencapai bekerja dan tidak memiliki penghasilan
keberfungsian sosial orang melalui proses tetap lagi.
interaksi sosial. Adanya kasus PHK yang tidak
Tugas yang diemban oleh pekerja terencana di dunia industri pada masa lalu
sosial dilakukan dengan tanggung jawab menuntut adanya perlindungan dan
untuk memberikan pelayanan sosial yang pemenuhan hak-hak pekerja yang
membantu orang, baik secara individual, mendapat pemutusan hubungan kerja
kelompok, keluarga, maupun masyarakat tersebut agar tetap mencapai
dalam memecahkan masalah sosial yang kesejahteraan sosialnya. Sebab dampak
dihadapinya. Misi utama lainnya juga yakni PHK sangat menghambat keberfungsian
dapat menciptakan kondisi-kondisi sosial sosial seseorang jika tidak dilakukan
yang menunjang pencapaian tujuan penanganan dengan tepat. Dampak
pemecahan masalah supaya mampu terhadap ekonomi, psikologis, dan sosial
menjalankan fungsi sosial kehidupannya pekerja sangat mempengaruhi kualitas
dalam perubahan sosial yang cepat. hidupnya setelah menerima PHK, selain
Contoh masalah yang dihadapi di dari dampak yang memengaruhi
Indonesia dan memiliki pengaruh yang pekerjanya, PHK juga dapat memengaruhi
rentan dalam memengaruhi kesejahteraan kondisi dari keluarga pekerja itu sendiri.

182
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Berdasarkan hal tersebut, pekerja ketenagakerjaan, yakni adanya Undang-


sosial industri atau biasanya disingkat PSI Undang Nomor 33 Tahun 1947 Tentang
dalam penyebutannya perlu hadir di dunia Keselamatan di Tempat Kerja diterbitkan
industri. Pekerja sosial industri oleh pemerintah sementara di bawah
memberikan layanan sosial serta program Sjahrir, Undang-Undang ini memberi sinyal
CSR dalam internal maupun eksternal beralihnya kebijakan dasar perburuhan dari
perusahaan dalam dunia kerja. Dimana negara baru Indonesia pada saat itu, yang
pekerja sosial berkontribusi dalam mana sebelumnya diatur dalam pasal 1601
memanusiakan dunia kerja. Inilah yang dan 1603 BW yang cenderung liberal atau
kemudian ingin penulis kaji mengenai dipengaruhi perkembangan pasar dengan
bagaimana pekerja sosial industri dalam prinsip seperti “no work no pay”. Kemudian
menangani permasalahan phk di dunia menyusul lagi Undang-Undang Nomor 12
industri indonesia. tahun 1948 Tentang Perlindungan Buruh
Tulisan ini mencoba menggambarkan dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun
bagaimana pekerja sosial industri 1948 Tentang Pengawasan Perburuhan,
menjalankan peran dan pekerjaannya di Undang-Undang ini mencakup banyak
dunia industri khususnya dalam menangani aspek perlindungan bagi buruh, seperti
permasalahan PHK agar pekerja dan larangan diskriminasi di tempat kerja,
kelirganya dapat tetap menjalankan fungsi ketentuan 40 jam kerja dan 6 hari kerja
sosialnya untuk memenuhi kesejahteraan seminggu, kewajiban perusahaan untuk
sosialnya. menyediakan fasilitas perumahan,
Studi pustaka atau studi literatur, larangan mempekerjakan anak di bawah
dengan bersumber pada penelitian- umur 14 tahun, termasuk juga menjamin
penelitian sebelumnya, serta teori dan hak perempuan untuk mengambil cuti haid
konsep yang mendukung tulisan ini. 2 hari dalam sebulan dan cuti melahirkan 3
bulan. Undang-Undang ini bisa dikatakan
PEMBAHASAN paling maju di regional Asia pada waktu itu,
Ketenagakerjaan di Indonesia dan yang kemudian menjadi dasar utama
Produk Hukum Ketenagakerjaan kebijakan legislasi hukum perburuhan di
Pada Masa Orde Lama sampai Orde Indonesia yang prospektif.
Baru Pada tahun 1950-an, masih dalam
Pada masa awal kemerdekaan, politik suasana gerakan buruh yang sedang
peburuhan di Indonesia hanya dapat dilihat dinamis, dihasilkan Undang-Undang Nomor
dalam konstitusi tertulis yakni yang 22 Tahun 1957 Tentang Penyelesaian
terdapat dalam UUD 1945 Pasal 27 ayat (2) Perselisihan Perburuhan, disusul Undang-
dan Pasal 33 ayat (3) dimana kaum buruh Undang Tahun 1964 Tentang Pemutusan
bekerja hanya untuk kepentingan Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta
kebutuhan fisiknya dan tidak pernah yang memberikan proteksi yang sangat
diperhatikan hak secara emosional dan kuat kepada para buruh atau pekerja
psiko sosialnya. Peran buruh dalam dengan kewajiban meminta izin kepada
merebut dan mempertahankan Panitia Penyelesaian Perselisihan
kemerdekaan pada saat itu pemerintah Perburuhan (P4) untuk Pemutusan
hanya menjamin gerakan buruh dengan Hubungan Kerja. Sebelumnya sudah ada
memberikan tempat atau posisi yang baik Undang-Undang Nomor 21 Tahun 1954
setelah Indonesia mendapatkan Tentang Perjanjian Perburuhan antara
kemerdekaan serta pada saat itu hukum Serikat Buruh dan Majikan yang sangat
perburuhan bisa disebut progresif atau terasa nuansa demokratis dalam ketentuan
maju, dalam arti sangat protektif atau pasal-pasalnya, termasuk Undang-Undang
melindungi kaum buruh. Pada masa orde tahun 1956 yang meratifikasi Konvensi ILO
lama, terdapat peraturan perundang- N0. 98 Tentang Hak Berorganisasi
undangan yang membahas mengenai

183
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

sekaligus menjamin lebih jauh lagi kelas buruh sebagai kekuatan sosial. Satu-
memberi serikat buruh status hukum. satunya peraturan tentang
Pada masa orde baru sekitar tahun ketenagakerjaan yang menjadi kontroversi
1965 sampai tahun 1998 yang merupakan pada masa tersebut adalah Undang-
masa-masa pemaksaan kehendak untuk Undang Nomor 25 Tahun 1997 yang kental
kepentingan pemerintah, masa dengan militerisme. Pendekatan militeristik
pembelengguan di segala sektor, dimulai atas bidang perburuhan menjadi semakin
dari sektor hukum atau undang-undang, kuat dengan diangkatnya Laksamana
perekonomian dan bisnis, kebebasan Soedomo menjadi Menteri Tenaga Kerja.
informasi atau pers dan lain sebagainya. Salah satu contoh paling tragis
Selain itu terjadi pula peristiwa dramatis, pengendalian buruh yang militeristik
khususnya penghancuran elemen PKI pada adalah kasus Marsinah yang hingga kini
tahun 1965 yang mengubah secara masih menjadi misteri.
permanen konstelasi kekuatan politik dan James Castle menilai bahwa hubungan
berdampak atas nasib organisasi buruh. industrial selama 30 tahun di bawah Orde
Pasca tahun 1965, posisi buruh lebih Baru ditandai oleh kontrol pusat yang
rendah daripada sejarah sebelumnya. otoriter, saling curiga, dan bahkan terjadi
Dengan kondisi ekonomi yang porak- kebrutalan. Hukum modern mengharuskan
poranda, salah satu tugas utama yang struktur, format dan prosedur yang kaku
diemban oleh Masa Orde Baru adalah (rigid). Ia menuntut birokrasi dan cara
menggerakkan kembali roda ekonomi. berpikir yang khas. Dibutuhkan orang
Tujuan pertumbuhan ekonomi merupakan dengan pendidikan khusus untuk
faktor paling penting terkait kebijakan mengetahui seluk beluk hukum modern.
perburuhan Orde Baru. Strategi Hukum menjadi wilayah esoterik yang tidak
modernisasi difensif (defensive bisa ditangani oleh sembarang orang. Para
modernisation) dimana penguasa berusaha ahli atau sarjana hukum dan pengacara
mengatur segalanya dan mengontrol saja yang bisa bermain dengan hukum.
organisasi buruh untuk mengejar Dalam alam hukum modern, sering terjadi
pertumbuhan ekonomi dan pertimbangan bahwa formalitas dan prosedur dapat
politik yang mendasarinya juga merupakan menghilangkan keadilan yang substansial.
aspek yang penting dalam kebijakan- Hukum perburuhan tidak bisa lepas dari
kebijakan perburuhan pada masa Orde kepungan logika dasar hukum modern
Baru. Agenda utama rezim Orde Baru yang yang formalistik dan individualistik itu.
didominasi oleh militer adalah mencegah Adapun pemutusan hubungan kerja
kebangkitan kembali gerakan berbasis dilakukan karena adanya ketentuan
massa yang cenderung radikal, seperti mengenai pemutusan hubungan kerja
gerakan buruh yang terlihat selama Orde dalam Undang-Undang yang meliputi
Lama. Jadi, motif utama Orde Baru sejak pemutusan hubungan kerja yang terjadi di
awal adalah kontrol terhadap semua jenis badan usaha yang berbadan hukum atau
organisasi yang berbasis massa, baik itu tidak, milik orang perseorangan, milik
partai politik maupun serikat buruh yang persekutuan atau milik badan hukum, baik
dianggap penyebab kerapuhan dan milik swasta maupun milik negara, maupun
kehancuran Orde Lama. usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain
Kontrol politik penguasa terhadap yang mempunyai pengurus dan
buruh terutama dimaksudkan untuk mempekerjakan orang lain dengan
menghapuskan pengaruh aliran kiri dari membayar upah atau imbalan dalam
gerakan buruh dan arena politik secara bentuk lain.
luas. Ciri utama akomodasi buruh-majikan-
negara selama Orde Baru adalah kontrol
negara yang sangat kuat atas organisasi
buruh dan pengingkaran terus-menerus

184
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Pemutusan Hubungan Kerja dan hak yang seharusnya diterima, apakah


Dampaknya Bagi Pekerja efektif untuk pekerja yang mengalami PHK
Adanya industrialisasi dan globalisasi atau tidak. Adanya dampak ekonomi,
membuka adanya kesempatan bagi psikologis, dan sosial dari PHK ternyata
pekerja sosial dalam membantu pekerja di dapat memperburuk kualitas hidup
dunia industri untuk mencapai seseorang menjadi tidak mampu
kesejahteraan sosialnya. Karena sejak menjalankan keberfungsian sosialnya.
terjadinya krisis moneter dan krisis Dampak ekonomi ialah hilangnya
ekonomi global telah terjadi tindakan PHK penghasilan tetap dari pekerja yang di PHK
yang tidak terencana bagi pekerja. dan kesulitan mendapatkan pekerjaan baru
Kejadian tersebut mengartikan bahwa untuk memenuhi kebutuhannya,
kelompok pekerja atau buruh adalah kesenjangan ekonomi, dan kemiskinan.
kelompok yang rentan menghadapi Dampak psikologis, adanya ketidaksiapan
masalah kesejahteraan. Maka dari itu perlu mental pekerja menghadapi kondisi dari
dilakukan perlindungan dan pemenuhan pra hingga pasca pelaksaan PHK. Dampak
hak-haknya sebagai pekerja. Terutama sosialnya adalah kehilangan identitas
membahas mengenai adanya perlakuan sosialnya karena hilangnya pekerjaan
Pemutusan Hubungan Kerja atau PHK seseorang yang dituntut memenuhi
tersebut. kebutuhan hidupnya dengan bekerja dan
Seluruh ketentuan mengenai atau menjadi pengangguran dalam jangka
ketenagakerjaan hingga pemutusan pendek atau jangka panjang.Dampak
hubungan kerja diatur dalam Undang- lainnya ialah ketika dikaitkan dengan
Undang Nomor 13 Tahun 2003. Pertama, keluarga sebagai kelompok yang perlu
dalam ketentuan pasal 1 ayat 15 dipenuhi kebutuhannya untuk menjalankan
mendefinisikan Hubungan Kerja adalah fungsi sosialnya. Keluarga dapat menurun
hubungan antara pengusaha dengan tingkat kesejahteraan sosialnya. Harga diri
pekerja/buruh berdasarkan perjanjian keluarga pun bisa menjadi salah satu aspek
kerja, yang mempunyai unsur pekerjaan, yang dapat terkena dampaknya. Karena
upah dan perintah. Kedua, pasal 1 ayat 14 berkaitan dengan peran dan tugas
yang menjelaskan bahwa perjanjian kerja seseorang yang mampu dilakukannya
adalah perjanjian antara pekerja/buruh dalam lingkungan keluarga dan
dengan pengusaha atau pemberi kerja masyarakat.
yang memuat syarat-syarat kerja, hak, dan Jelaslah bahwa dalam dunia industri,
kewajiban para pihak. peran pekerja sosial sangatlah diperlukan.
Ketiga, menurut pasal 1 ayat 25 dijelaskan Karena dampak dari PHK itu sendiri telah
bahwa Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) memengaruhi kehidupan sosial terkait
adalah pengakhiran hubungan kerja karena keberfungsian sosial seseorang untuk
suatu hal tertentu yang mengakibatkan mampu memenuhi kebutuhannya,
berakhirnya hak dan kewajiban antara menjalankan fungsi sosialnya, serta
pekerja/buruh dan pengusaha. Hak pekerja mengatasi masalah sosial lainnya sebagai
yang secara normatif diatur dalam Undang- dampak dari PHK yang dialami seseorang.
Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 156 Begitu juga sesuai dengan tujuan negara
tentang Ketenagakerjaan untuk pekerja dalam Pembukaan UUD 1945 alinea IV
yang mengalami PHK adalah hak untuk melindungi, memajukan
pekerja/buruh untuk memperoleh uang kesejahteraan umum, mencerdaskan
pesangon, uang penghargaan masa kerja, kehidupan bangsa, dan perdamaian
dan uang penggantian hak yang melalui keadilan. Maka perlu adanya
seharusnya diterima. peningkatan pengetahuan dan
Pada kenyataannya, adanya kewajiban keterampilan, konseling, dan hal-hal
pengusaha memberikan uang pesangon, lainnya bagi pekerja yang akan mengalami
uang penghargaan, dan uang penggantian PHK dari perusahaan yang dapat dilakukan

185
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

oleh pekerja sosial supaya siap dan mampu dikhawatirkan dapat berdampak pada
mengatasi masalah sosialnya setelah meningkatnya permasalahan sosial dan
mengalami PHK. menjadi lebih kompleks.
Dalam konteks pekerjaan sosial,
Dampak PHK Terhadap Keluarga keluarga adalah sebagai sebuah jaringan
Beserta Strategi Pengentasan PHK sosial alamiah fungsional dan sebagai
Secara ekonomi jelas bahwa PHK sistem interaksional berdimensi
dapat menghentikan proses pemasukan resiprokalitas. Sebagai sebuah jaringan
(income generating) keluarga. Karyawan sosial alamiah yang fungsional, keluarga
yang di PHK dan keluarganya pada kondisi merupakan pusat jejaring yang di
ini sering disebut sebagai kemiskinan dalamnya mengandung potensi,
sementara. Menurut Darwin (2005), kemampuan, dan kekuatan yang dapat
kemiskinan sementara (transient poverty) digunakan sebagai sumber pemecahan
adalah kemiskinan yang dialami oleh orang masalah yang dihadapi. Pandangan ini juga
(keluarga) yang sebelumnya tidak miskin, menganggap bahwa keluarga sebagai
tetapi karena kondisi eksternal tertentu sumber keberdayaan dan sumber kekuatan
(perang, konflik horizontal masyarakat, bagi anggotanya. Sedangkan sebagai
bencana alam, kecelakaan, termasuk PHK sistem interaksional berdimensi
dan sebagainya). Permasalahan pertama resiprokalitas memandang bahwa keluarga
kali dihadapi oleh keluarga yang terkena terdiri dari berbagai subsistem berupa
PHK adalah keluarga dihadapkan pada anggota keluarga, dan masing-masing
masalah ketidakpastian kapan anggota keluarga secara alamiah dan
penganggurannya berakhir. Realisasi dari kultural telah diberikan fungsi dan peran
perencanaan sosial keluarga (misalnya: masing-masing. Untuk menjalankan fungsi
untuk pendidikan anak, membayar dan peran tersebut, setiap anggota
angsuran atau kredit, bahkan tertutupnya keluarga harus saling berhubugan secara
akses keuangan, dan tidak jarang dinamis serta menata hubungan sosial
permasalahan ini akan memberikan dengan lingkungan eksternal. Masalah
tekanan psikologis atau memicu terjadinya akan muncul jika dalam anggota keluarga
stres). tersebut terjadi penyumbatan untuk
Sementara itu, kondisi ini belum menjalankan peran sebagai akibat kurang
didukung dengan jaminan sosial yang kuatnya hubungan resiprokalitas. Sebagai
memadai dan pekerja tidak mempunyai sebuah lembaga, keluarga mempunyai
posisi tawar yang seimbang dengan pemilik fungsi yang cukup luas terutama sebagai
lapangan kerja atau pemilik modal. Apabila fungsi pelayanan pada setiap anggota.
kondisi keluarga seperti ini berlangsung Idealnya sebuah keluarga dapat
dalam kurun waktu yang relatif lama, maka menjalakan fungsinya (dalam istilah
dikhawatirkan dapat menjadi kemiskinan pekerjaan sosial disebut sebagai
kronis. keberfungsian keluarga).
Dampak krisis tersebut tidak hanya Keberfungsian sosial memiliki fungsi
sebatas pada permasalahan PHK tetapi dan peran sebagai kemampuan orang
mempunyai keterkaitan baik secara (individu, keluarga, kelompok atau
langsung terhadap orang orang yang masyarakat) dan sistem sosial (lembaga
menjadi tanggungan (keluarganya), dan jaringan sosial) dalam memenuhi atau
maupun secara tidak langsung kepada merespons kebutuhan dasar, menjalankan
lapangan kerja (sektor informal) dan jasa peranan sosial, serta menghadapi
yang berfungsi sebagai pendukung dalam goncangan dan tekanan. Dalam kerangka
pengembangan industri, seperti penjaja pelayanan yang komprehensif,
makanan, transportasi, dan lain-lain. Jika persoalannya adalah bagaimana strategi
kondisi ini tidak mendapatkan perhatian untuk mengatasi permasalahan keluarga
dan pelayanan secara memadai, pasca PHK. Penanggulangan masalah

186
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Pemutusan Hubungan Kerja pada dasarnya bahwa pekerjaan sosial memiliki tujuan,
telah dijadikan agenda dunia. Kondisi ini fungsi dan tugas-tugas sebagai berikut
tercermin dari konsentrasi beberapa (Soetarso, 1995:5):
agenda tingkat dunia yang membahas 1. Meningkatkan kemampuan orang
masalah kemiskinan seperti: World Summit untuk menghadapi tugas-tugas
in Social Development yang menggelar kehidupan dan kemampuan untuk
Deklarasi dan Program Aksi untuk memecahkan masalah-masalah
Pembangunan Sosial di Copenhagen pada yang dihadapinya.
tahun 1995. Konferensi Asia Afrika yang 2. Meningkaitkan orang dengan
diselenggarakan 18-24 April 2005 di sistem yang dapat menyediakan
Bandung juga menempatkan kemiskinan, sumber-sumber, pelayanan-
pengangguran, dan pengucilan sosial pelayanan, dan kesempatan-
sebagai masalah krusial. kesempatan yang dibutuhkannya.
Dalam kerangka penanggulangan 3. Meningkatkan kemampuan
masalah sosial kemiskinan keluarga, pelaksanaan sistem tersebut secara
banyak kebijakan anti kemiskinan yang efektif.
telah diputuskan oleh pemerintah, baik 4. Memberikan sumbangan bagi
melalui program yang secara langsung perubahan, perbaikan dan
maupun tidak langsung ditujukan kepada perkembangan kebijakan serta
keluarga miskin dari awal adanya perundang-undangan sosial.
permasalahan sampai pada dekade tahun Serta menjalankan fungsi praktik pekerjaan
2019 ini. Program yang ditujukan secara sosial dan tugas-tugas pekerja sosial,
langsung antara lain mulai dari Program yaitu:
Nasional Pemberdayaan Masyarakat 1. Membantu orang untuk
(PNPM), Bantuan Langsung Tunai (BLT), meningkatkan dan menggunakan
Program Keluarga Harapan (PKH) dan secara lebih efektif kemampuan
berbagai jenis program pemberdayaan mereka untuk melaksanakan tugas-
masyarakat. Kebijakan dan program yang tugas kehidupan mereka dan
secara khusus ditujukan kepada keluarga memecahkan masakah mereka.
yang terkena PHK pada dasarnya telah ada 2. Menciptakan jalur hubungan
sejak tahun 2004 sampai pada tahun 2019 pendahuluan diantara orang
pun program ini masih berjalan untuk dengan sistem sumber.
mengentas masalah ekonomi masyarakat. 3. Mempermudah interaksi, merubah
Program anti kemiskinan khususnya yang dan menciptakan hubungan baru
ditujukan untuk keluarga pasca PHK serta diantara orang dengan sistem
program-program lainnya yang terdapat sumber kemasyarakatan.
dalam Rencana Strategis Kementrian Sosial 4. Mempermudah interaksi, merubah
2015-2019 . dan menciptakan hubungan
diantara orang-orang dilingkungan
Peran Pekerja Sosial sistem sumber.
Pekerja sosial adalah profesi yang 5. Memberikan sumbangan bagi
melakukan pekerjaan sosial. Pekerjaan perubahan, perbaikan dan
sosial adalah bidang keahlian yang memiliki perkembangan kebijaksanaan dan
tanggung jawab dan misi untuk perundang-undangan sosial.
memperbaiki atau memulihkan dan 6. Meratakan sumber-sumber
mengembangkan kemampuan klien untuk material.
dapat menghadapi kesulitan-kesulitannya 7. Bertindak sebagai pelaksana control
dalam menjalankan keberfungsian social. 1
sosialnya. Kemudian Soetarso mengatakan

1
(Septianto, Sulastri, & Basar, 2015)

187
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Berdasarkan permasalahan PHK yang Pekerjaan Sosial yang secara khusus


terjadi maka perlu adanya eksistensi menangani kebutuhan-kebutuhan
pekerja sosial untuk internal perusahaan kemanusiaan dan sosial di dunia kerja
yang menangani masalah pekerja di melalui berbagai intervensi dan penerapan
perusahaan. Dalam pekerjaan sosial, metoda pertolongan yang bertujuan untuk
pelayanan dan program yang dilakukan memelihara adaptasi optimal antara
juga disebut sebagai bidang pendekatan individu dan lingkungannya, terutama
CSR. Karena CSR dalam pekerjaan sosial lingkungan kerja. Dalam konteks ini, ialah
tidak hanya mengurus tugas dan fungsinya menangani beragam kebutuhan individu
di eksternal perusahaan tetapi juga internal dan keluarga, relasi dalam perusahaan,
perusahaan. Pekerja sosial industri ini juga serta relasi lain yang lebih luas antara
tidak hanya menjalankan perannya untuk tempat kerja dan masyarakat yang dikenal
permasalah pekerja seperti PHK, tetapi dengan istilah tanggungjawab sosial
juga pada peningkatan kemampuan diri perusahaan atau Corporate Social
pekerja, juga kesadaran bagi pekerja Responsibility (CSR) (Suharto, 2006; dalam
melalui pemberian informasi atau Suharto 2009). 3 Sehingga seperti yang
pengetahuan terkait pekerjaannya, serta disebutkan sebelumnya bahwa pekerjaan
untuk mendapat pelayanan kesehatan dan CSR di perusahaan menjalankan peran,
keselamatan dalam bekerja. Tidak hanya tugas, dan fungsinya di aspek internal dan
diberikan kepada pekerja itu sendiri tetapi eksternal perusahaan.
juga keluarga pekerja. Dalam menjalankan tiga bidang tugas
dalam ranah industri, Pekerja Sosial dapat
Pekerja Sosial Industri menggunakan dua pendekatan baik mikro
Berdasarkan pada pembahasan maupun makro. Dalam pendekatan mikro,
sebelumnya, disebutkan bahwa dunia terdapat beberapa pelayanan yang
industri kini sedang menggali manfaat- berhubungan dengan masalah yang
manfaat positif dari adanya pelayanan dihadapi individu dalam perusahaan,
sosial yang dilakukan dalam membantu seperti dengan konseling dan terapi pada
pekerja mengatasi masalah sosialnya. individu maupun keluarga. Untuk
Kemudian dikatakan di Amerika Serikat, pendekatan makro, pelayanan yang
sekitar setengah dari perusahaan- diberikan kepada kelompok melalui terapi
perusahaan terbesar kini memiliki apa yang kelompok, serta pelatihan dan
dinamakan Employee Assistance Programs pengembangan. Bentuk pelayanan dari
(EAPs), program-program bantuan pekerja sosial industri di perusahaan tidak
kesejahteraan sosial bagi para pekerja dan hanya mencakup bagian internal
keluarganya. Dalam upaya menurunkan perusahaan saja tetapi juga mencakup
tingkat kemangkiran kerja saja, bagian eksternal dari perusahaan, karena
perusahaan-perusahaan sanggup di masa sekarang tidak dapat dipungkiri
mengeluarkan biaya-biaya tambahan untuk bahwa kesuksesan lingkungan dari suatu
program-program sosial dan perusahaan sama dengan kesuksesan
penanggulangan alkoholisme. Pelayanan komersil.
sosial seperti ini seringkali disebut sebagai Pekerjaan Sosial Industri memiliki
“kontrak kemanusiaan” (human contract) tugas-tugas dalam menjalankan praktiknya
atau “wajah manusiawi industri” (the di dunia industri. Bidang tugas Pekerja
human face of industry) (Suharto, 2006: Sosial yang bekerja di dalam dunia industri
32). 2 menurut Johnson (1984:263-264) adalah
Pekerjaan Sosial Industri (PSI) dapat sebagai berikut:
didefinisikan sebagai lapangan praktik

2 3
(Septianto, Sulastri, & Basar, 2015) (Pradini, Siti, & Irfan, PERAN PEKERJA
SOSIAL DALAM DUNIA INDUSTRI DI
INDONESIA, 2014)

188
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

1. Kebijakan, perencanaan dan dapat diterpakan dalam perusahaan


administrasi. Bidang ini umumnya tidak mencakup bidang jaminan sosial,
melibatkan pelayanan sosial secara pelayanan sosial personal, perumahan,
langsung. Sebagai contoh, perusahaan kesehatan, dan juga pendidikan.
tidak melibatkan kebijakan untuk
peningkatan karir, pengadministrasian KESIMPULAN
program-program tindakan afirmatif, PHK merupakan permasalahan yang
pengkoordinasian program-program memang sudah terjadi semenjak masa
jaminan sosial dan bantuan sosial bagi awal kemerdekaan, masa orde lama, masa
para pekerja, atau perencanaan orde baru hingga masa sekarang. Para
kegiatan-kegiatan sosial dalam pekerja yang di PHK merupakan sumber
departemen-departemen perusahaan. daya manusia yang potensial. Mereka
2. Praktik langsung dengan individu, adalah orang yang mempunyai
keluarga dan populasi khusus. Tugas pengetahuan dan keterampilan dan
pekerja sosial dalam bidang ini meliputi pengalaman kerja yang cukup. Program
intervensi krisis (crisis intervention), pelayanan yang seharusnya diperlukan
asesmen (penggalian data) masalah- adalah program pemberdayaan sosial bagi
masalah personal dan pelayanan keluarga pasca PHK dan juga
rujukan, pemberian konseling bagi pendampingan maupun konseling untuk
pecandu alkohol dan obat-obatan pekerja yang mendapat pemutusan
terlarang, pelayanan dan perawatan hubungan kerja. Oleh karena itu,
sosial bagi anak-anak pekerja dalam pelayanan kepada korban PHK sebaiknya
perusahaan atau organisasi serikat diberikan tempat tersendiri dan terpisah
kerja, dan pemberian konseling bagi dengan program penanganan mengenai
pensiunan atau pekerja yang permasalahan ekonomi maupun
menjelang pensiun. penanggulangan kemiskinan yang
3. Praktik yang mengkombinasikan dilakukan oleh pemerintah. Pekerja Sosial
pelayanan sosial langsung dan Industri di Indonesia sendiri memiliki peran
perumusan kebijakan sosial bagi yang penting dalam
perusahaan 4. memanusiawikan dunia industri. Dengan
Selain daripada itu, pekerja sosial juga banyaknya permasalahan dalam dunia
dapat berperan dengan terlibat dalam industri di Indonesia, seperti pemutusan
advokasi sosial dan kebijakan sosial. hubungan kerja, jumlah angkatan kerja
Advokasi sosial termasuk ke dalam bagian yang besar namun kualitas kerja yang
CSR dalam perusahaan. Secara singkat, relatif rendah, kesehatan dan
advokasi sosial merupakan salah satu keselamatan kerja yang belum sepenuhnya
pelayanan yang dilakukan Pekerja Sosial diterapkan perusahaan, adanya isu gender,
dalam rangka memberdayakan masyarakat kebijakan yang tidak mendukung, serta
dan juga memberikan bantuan pada klien, hal-hal lain yang mengganggu dan
dengan cara membantu klien untuk mengahambat kesejahteraan pekerja,
mengakses sumber-sumber yang membuka lapangan atau bidang garapan
dibutuhkan serta stakeholder terkait, serta bagi Pekerja Sosial Industri. Hanya saja
merancang kebijakan dan program terkait kesadaran perusahaan dan stakeholder
kesejahteraan sosial mereka. Berkaitan terkait yang berada dalam dunia industri
dengan advokasi sosial, pelayanan yang belum paham betul dan sadar akan
dapat pula dilakukan Pekerja Sosial adalah kebutuhan Pekerja Sosial Industri di
dengan cara turut andil dalam kebijakan Indonesia padahal payung hukum
sosial. Hasil dari kebijakan sosial yang mengenai Pekerja Sosial sudah disahkan

4
(Pradini, Siti, & Irfan, PERAN PEKERJA
SOSIAL DALAM DUNIA INDUSTRI DI
INDONESIA, 2014)

189
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

pada tahun 2019 ini. Dalam kerangka awal yang diperlukan adalah membangun
penanganan permasalahan sosial keluarga kolaborasi dan kesamaan persepsi masing-
pasca PHK ada beberapa kekuatan besar masing sektor, siapa melakukan apa,
yang terdiri dari pemerintah (public sector), kapan pelaksanaannya, dimana
industri atau privat sector, dan kelompok dilaksanakan sesuai peran dan fungsi
dalam masyarakat (collective action masing-masing sektor sehingga dengan
sector). Ketiga sektor tersebut pada adanya kolaborasi beberapa sektor
dasarnya telah mempunyai program yang termasuk didalamnya terdapat peran
berkaitan dengan penanganan masalah pekerja sosial yang dapat membantu
pengangguran atau peningkatan tenaga menangani permasalahan ini maka
potensial, namun ketiga sektor tersebut penanganan menganai masalah ini dapat
masih berjalan secara terpisah (ego secara maksimal ditangani dan
sektoral) sesuai dengan kepentingan diselesaikan.
masing-masing sektor. Dalam kerangka
optimalisasi hasil pelayanan, maka langkah
SEPIHAK OLEH PERUSAHAAN
DAFTAR PUSTAKA MENURUT UNDANG-UNDANG NO.
Carroll, A. B. (2015). Corporate Social 13 TAHUN 2003 TENTANG
Responsibility: Evolution of a KETENAGAKERJAAN. Jurnal Untad
Definitional Construct. SAGE Vol. 3 No.3.
Journals, Business & Society, Mohamad Kodir, S. M. (2016, Juni 17).
University of Georgia, 268-295. Pekerjaan Sosial Setting Industri,
Garriga, E., & Mele, D. (2004). Corporate CSR, dan Comdev. Diambil kembali
Social Responsibility Theories: dari Dinas Sosial Provinsi Jawa
Mapping the Territory. Journal of Tengah:
Business Ethics Vol. 53. https://dinsos.jatengprov.go.id/pek
Netherlands: Kluwer Academic erjaan-sosial-setting-industri-csr-
Publishers. dan-comdev.html
Gunawan, & Sugiyanto. (2011). KONDISI Permatasari, R. A. (2018). PERLINDUNGAN
SOSIAL EKONOMI KELUARGA HUKUM BAGI PEKERJA KONTRAK
PASCA PEMUTUSAN HUBUNGAN YANG DI PHK SAAT MASA
KERJA. Jurnal Penelitian dan KONTRAK SEDANG BERLANGSUNG.
Pengembangan Kesejahteraan Mimbar Keadilan Jurnal Ilmu
Sosial, 35-52. Hukum.
Hadijah, S. (2016, September 12). Terkena Pradini, D. D., Siti A, D. H., & Irfan, M.
PHK, Apa yang harus dilakukan? (2015). Peran Pekerja Sosial Dalam
Diambil kembali dari cermati.com: Dunia Industri di Indonesia.
https://www.cermati.com/artikel/te Prosiding KS: Riset dan PKM, 147-
rkena-phk-apa-yang-harus- 300.
dilakukan Rizky, D. D., Raharjo, S. T., & Resnawaty,
Hanifah, A., & Suyanto. (2010). Kondisi R. (2014). CORPORATE SOCIAL
Sosial Ekonomi Keluarga Pasca RESPONSIBILITY (CSR) PT. ANEKA
Pemutusan Hubungan Kerja (Studi TAMBANG UBPE SEBAGAI SOLUSI
Kasus Industri Tekstil di Kecamatan MASALAH PENDIDIKAN BAGI
Dayeuhkolot-Kabupaten Bandung- MASYARAKAT KECAMATAN
Jawa Barat. Jurnal Penelitian dan NANGGUNG, KABUPATEN BOGOR.
Pengembangan Kesejahteraan Social Work Journal, 104-110.
Sosial, 244-253. Rozalia, H. (2013). Penanganan
Maringan, N. (2015). TINJAUAN YURIDIS Pemutusan Hubungan Kerja di
PELAKSANAAN PEMUTUSAN Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kota
HUBUNGAN KERJA (PHK) SECARA Tarakan. Diambil kembali dari

190
Prosiding Penelitian &
e ISSN : 2581-1126
Pengabdian Kepada Vol 6, No: 3 Hal: 181 - 191 Desember 2019
p ISSN : 2442-448X
Masyarakat

Anzdoc: PERMASALAHANNYA DI ERA


https://adoc.tips/penanganan- REFORMASI. Analisis Manajemen,
pemutusan-hubungan-kerja-di- 2, 33-40.
dinas-sosial-dan-tena.html Widiasari, N. (2012). Analisis Isi Berita
Septianto, D. D., Sulastri, S., & Basar, G. G. Corporate Social Responsibility:
(2015). EKSISTENSI PEKERJA Studi Kasus PT. BM. InterAct Vol.1
SOSIAL DI RANAH INDUSTRI No. 2, 46-57.
INDONESIA. PROSIDING KS: RISET Zaini, A. (2017). PENGATURAN
DAN PKM, 301-444. PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Suharto, E. (2009). Pekerja Sosial di Dunia (PHK) MENURUT PERATURAN
Industri: Memperkuat CSR PERUNDANGAN-UNDANGAN
(Corporate Social. Bandung: KETENAGAKERJAAN. Jurnal Hukum
Alfabeta. Al-Ahkam, 76-110.
Utomo, J., & Sutono. (2007). PHK DALAM
SISTEM KONTRAK DAN

191

Anda mungkin juga menyukai