Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan Vol. 06 No.

1 Januari 2018
ISSN 2303-2227 Hlm: 13-18

Penilaian Tingkah Laku Sapi Brahman Cross Selama


Proses Loading dan Unloading

Behavior Assesment of Brahman Cross During Loading and Unloading

E.L. Aditia*, R. Priyanto dan A. Muhammad


Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertaninan Bogor
Email koresponden author: editlesa13@gmail.com

ABSTRACT

Loading and unloading process may lead stress to the animal. The stress can be observed from behavior
action of the animal. The aim of the study was to assess behavior during loading and unloading process.
Total 24 loading groups (LG) with 11 Brahman cross cattles for each LG was observed during study.
An average bodyweight of the cattle was 521±28.14 kg. The data was analyzed descriptively with score,
frequency and duration of each behavior action. The results showed that the cattle had loading time of
S score (very bad) and behavior score 3 (average). Meanwhile the unloading time of T score (very good)
and behavior score of 3 (average). Slips, jump, and fall behavior were the behavior that frequent occured
during the loading and unloading process. In general, the loading process potentially stressful for cattle
compare to unloading process.

Keywords: behavior, Brahman cross, loading, unloading

PENDAHULUAN dengan memperhatikan tingkah laku yang terjadi saat


proses tersebut
Transportasi hewan merupakan proses perpindahan
ternak oleh satu atau lebih alat transportasi termasuk MATERI DAN METODE
pemuatan (loading), pergerakan, istirahat, sampai
penurunan (unloading) hewan di tempat tujuan (Adenkola Lokasi dan Waktu
2010). Transportasi berpotensi menyebabkan stres pada Penelitian ini dilaksanakan di PT Elders Indonesia
ternak (Fazio dan Ferlazzo 2003). Selanjutnya stres meliputi pengamatan di feedlot yang berlokasi di Lampung
dapat mempengaruhi aspek kesejahteraan hewan serta Tengah dan Rumah Potong Hewan (RPH) yang berlokasi
berpengaruh terhadap mortalitas ternak, penurunan bobot di Kampus IPB Darmaga Bogor. Penelitian dilakukan dari
bulan Februari hingga April 2018.
badan, serta kualitas karkas dan daging (Chambers and
Materi
Grandin (2001).
Total 264 ekor sapi Brahman cross (BX) dengan
Salah satu indikator untuk mengetahui stres pada
rataan bobot badan 521 ±28,14 kg dan kisaran umur I1-I2
ternak selama proses transportasi adalah dengan mengamati
(24-36 bulan) digunakan pada penelitian ini. Sapi BX yang
tingkah lakunya, khususnya pada saat lading dan unloading.
digunakan didominasi oleh sapi jantan kebiri (steer) dan
Pengukuran tingkat stres selama proses loading dan
sebagian kecil sapi dara (heifer).
unloading ini sangat sulit dilakukan, sehingga dibutuhkan
metode pengukuran yang mudah dan tidak invasif, salah Prosedur
satunya adalah dengan melakukan skoring, sehingga proses
penilaian aspek kesejahteraan hewan melalui indikator Proses Transportasi Sapi dari PT Elders Indonesia
tingkah laku dapat lebih mudah dilakukan. Sistem skoring Hingga RPH IPB
yang telah dikembangkan terdiri dari dua bagian, yaitu Proses transportasi sapi dari feedlot PT Elders
meliputi pengukuran waktu yang dibutuhkan selama proses Indonesia di Lampung menuju Rumah Potong Hewan IPB
loading dan unloading dengan menggunakan simbol huruf meliputi 3 tahapan utama yaitu :
(T, R, A, N dan S). Selanjutnya adalah skor untuk setiap a. Persiapan Moda Transportasi
tingkah laku yang muncul dengan skor 1 sampai dengan 6 Moda transportasi yang digunakan ialah truk jenis
(Maria et al 2004). Kajian mengenai pengukuran tingkat fuso dengan panjang 8,20 m dan lebar 2,44 m. Truk
stress selama proses loading dan unloading masih jarang dilengkapi jaring pada bagian atas truk serta alas
dilakukan, sehingga penelitian ini bertujuan untuk menilai penutup bak truk (bedding) untuk menghindari ternak
proses loading dan unloading sapi Brahman cross steer tergelincir selama perjalanan. Truk yang digunakan

Edisi Januari 2018 13


Aditia et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 6 (1): 13-18

dilengkapi dokumen perjalanan yang berisikan jumlah


ternak, bobot ternak, serta bobot keseluruhan.
b. Persiapan sapi dan pemuatan sapi (loading)
Sapi-sapi yang akan dikirimkan, digiring dari pen
menuju crowding pen melalui cattle race. Setelah
berada di crowding pen sapi digiring menuju gangway Gambar 2. Skema proses unloading di PT Elders Indonesia
dan cattle crush untuk dilakukan proses penimbangan.
Setelah ditimbang, sapi-sapi tersebut dikumpulkan di laku, yang selanjutnya bobot indikator ini digunakan untuk
collecting pen sebelum naik ke truk. Proses selanjutnya menghitung nilai tingkah laku sapi selama proses loading
adalah pemuatan sapi dengan cara menggiring sapi dan unloading. Indikator dan bobot penilaian tingkah laku
menuju truk yang sudah berada di loading point tersebut tersaji pada Tabel 2.
(Gambar 1). Pengertian istilah fasilitas yang berada di
PT Elders Indonesia tersaji pada Tabel 1. Tabel 2. Indikator dan bobot penilaian tingkah laku selama
c. Penurunan sapi (unloading) proses loading dan unloading
Proses penurunan sapi dilakukan di RPH PT Elders Indikator Bobot penilaian
Indonesia yang berada di kampus IPB Dramaga Bogor. Fall (jatuh) 1
Penurunan sapi dilakukan dengan cara truk menuju
Revesal (sapi berubah arah ) 1
loading ramp. Selanjutnya sapi digiring melalui gang
way menuju kandang penampungan (holding yard) Aggressive boult (tingkah laku agresif) 1
tanpa adanya proses penimbangan (Gambar 2). Mount (menaiki ternak lainnya) 2
Balks (berhenti sejenak lebih dari 10 detik) 1
Proses loading dan unloading dalam pengamatan Jump (melompat) 1
memiliki beberapa indikator penilaian terhadap tingkah Slips (terpeleset) 0,5
Sumber: Marίa et al. (2004)

Analisis Data
Hasil penelitian terhadap proses loading dan
unloading dalam memenuhi kesejahteraan hewan dianalisis
secara deskriptif berdasarkan nilai yang didapat. Penilaian
dilakukan oleh pengamat secara objektif dengan cara
menetapkan nilai berdasarkan hasil perhitungan nilai proses
loading dan unloading. Penilaian pada proses loading dan
unloading dilakukan pada tiap loading group (LG). Cara
penetapan nilai pada proses loading dan unloading tersaji
pada Tabel 3.
Penentuan nilai terbobot pada parameter 3 dan 6
Gambar 1. Skema proses loading di PT Elders Indonesia berdasarkan jumlah nilai pada setiap kejadian ternak dengan
skor penilaian 1 “sangat baik” sampai 5 “sangat buruk” dan
interval jumlah waktu pada tiap proses yang terjadi dengan
Tabel 1. Istilah fasilitas yang digunakan di PT Elders Indonesia skor penilaian T “sangat baik” sampai S “sangat buruk”
yang tersaji pada Tabel 4.
Fasilitas Definsi
Pen Kandang pemeliharaan penggemukan HASIL DAN PEMBAHASAN
Cattle race Jalur yang dilalui sapi untuk proses loading
dan unloading Proses Loading dan Unloading
Crowding pen Kandang penampungan sementara sebelum Proses loading dan unloading merupakan tahapan
proses penimbangan proses transportasi yang sangat penting. Tahapan ini
Holding yard Kandang penampungan sementara sebelum merupakan tahapan yang dapat memicu ternak menjadi
proses pemotongan di RPH stress. Faktor-faktor penyebab stress dapat diminimalisir
dengan meningkatkan sistem logistik dengan penanganan
Gangway Jalur sapi diantara crowding pen dengan cattle
crush yang baik (Gebresenbet 2003). Durasi merupakan salah
satu faktor pemicu sress. Maria et al. (2004) mengatakan
Cattle crush Tempat penimbangan, penanganan kesehatan
dan pemeriksaan kebuntingan sapi
semakin lama durasi proses loading dan unloading maka
semakin tinggi tingkat stress yang dialami ternak tersebut.
Coleccting pen Kandang penampungan sementara sebelum
Durasi waktu proses loading di PT Elders Indonesia tersaji
proses pemuatan kedalam moda transportasi
pada Tabel 6.
Loading ramp Fasilitas penaikan dan penurunan ternak Hasil penelitian menjukkan bahwa durasi waktu
Sumber: Troxel dan Gadberry (2015). proses loading yang didapat di Tabel 5 menunjukkan

14 Edisi Januari 2018


Aditia et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 6 (1): 13-18

Tabel 3. Penetapan nilai pada proses loading dan unloading


No. Parameter Cara Perhitungan
1 Loading groups (LG) Menghitung jumlah sapi pada tiap truck.
2 Loading time Total waktu yang dihitung dimulai saat pintu kandang pemeliharaan dibuka
hingga ternak terakhir masuk kedalam truk dan pintu belakang truk di tutup.
3 Unloading time total waktu yang dihitung dimulai saat pintu belakang truk dibuka hingga hewan
terakhir memasuki kandang penampungan.
4 Penilaian lama waktu loading atau unloading Berdasarkan total waktu loading atau unloading maka interval yang tepat akan
yang terjadi ditetapkan nilai terbobot pada Tabel 3.
5 Kejadian saat proses loading dan unloading Tiap kejadian dikali dengan bobot penilaian yang tercantum pada Tabel 1 lalu
dijumlahkan
6 Rata-rata kejadian saat proses loading dan Jumlah dari total kejadian saat proses loading dan unloading dibagi LG
unloading
7 Penilaian untuk kejadian Berdasarkan hasil rata-rta kejadian saat proses loading dan unloading maka
interval nilai yang didapat akan ditetapkan nilai terbobot berdasarkan Tabel 3.
Sumber: Marίa et al. (2004)

Tabel 4. Skor penilaian waktu dan kejadian loading atau menunjukan bahwa durasi waktu loading dalam penenelitian
unloading ini sangat buruk dan tidak sesuai dengan peryataan Maria
Waktu loading atau Skor Kejadian loading Skor et al. (2004) yang menyatakan bahwa waktu yang sangat
unloading tiap sapi atau unloading tiap baik dalam proses loading adalah kurang dari 1 menit dan
(menit) sapi sebaliknya waktu yang sangat buruk ialah lebih dari 4 menit
<1 T 0 1 ekor-1. Durasi waktu loading sangat buruk dalam penelitian
ini dikarenakan perhitungan waktu dimulai saat sapi-sapi
1-2 R 0,00 - 0,50 2
tersebut digiring dari kandang penggemukkan dan melewati
2-3 A 0,50 - 1,0 3 berbagai proses diantaranya proses penimbangan sehingga
3-4 N 1,0 - 1,5 4 waktu yang diperlukan cukup lama. Durasi waktu proses
>4 S 1,5 - ≤ 2,0 5 loading memiliki nilai T atau sangat baik jika perhitungan
Sumber: Marίa et al. 2004 durasi dimulai dari collecting pen tanpa adanya proses
penimbangan. Durasi Waktu proses unloading yang berada
di PT Elders Indonesia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 5. Contoh perhitungan nilai pada proses loading dan un-
loading
Hasil pengamatan waktu proses unloading pada Tabel
6 menunjukkan bahwa waktu paling cepat adalah 36 detik
Parameter Perhitungan
sebaliknya untuk waktu paling lambat yaitu 128 detik atau 2
Loading group (LG) 8 ekor menit 8 detik dan memiliki rata rata waktu unloading 60,08
Waktu loading untuk 20 menit detik dan apabila dihitung tiap ekor sapi, waktu unloading
grup tersebut (LTG) yang diperlukan yaitu 5,46 detik. Hasil ini menunjukkan
Waktu loading per LT = LTG/LG = 2,5 minutes bahwa waktu unloading di PT Elders Indonesia sangat
individu ternak (LT) baik dan sesuai dengan yang dinyatakan oleh Maria et al.
Skor huruf untuk LT antara 2- 3 menit, skor huruf untuk (2004) bahwa proses loading dan unloading yang baik yaitu
waktu loading (LN) waktunya adalah A masing-masing sapi memiliki nilai waktu di bawah 1 menit.
Jumlah angka ke- 1 mount (2 points), 2 balks (2 points), Berdasarkan perhitungan durasi waktu, proses unloading
jadian tingkah laku 3 slips (1,5 points) BNG = 5,5 points memiliki skor waktu lebih baik dibandingkan proses
(BNG) loading. Hal ini disebabkan pada proses unloading, sapi
Kejadian tingkah laku BN = BNG/LG = 5-5/8 = 0,69 BN dari truk langsung digiring menuju tempat penampungan
per individu (BN) sapi tanpa dilakukannya proses penimbangan sapi. Selain
Skor angka untuk BN antara 0,5-0,75 maka LBnya 3 itu jarak dari loading point menuju tempat penampungan
tingkah laku(LB) sapi lebih dekat sehingga waktu yang dibutuhkan pada
Skor loading keselu- A-3 yang berarti (sedang)
proses unloading cenderung lebih cepat dengan rata-rata
ruhan waktu 5,46 detik perekor atau memiliki nilai T.
Tingkah Laku Selama Proses Loading dan Unloading
Sumber: Marίa et al. 2004
Salah satu upaya untuk menilai ternak tersebut
bahwa durasi waktu loading paling cepat adalah 61 menit stres dapat dilihat dari tingkah laku ternak yang terjadi.
dan sebaliknya waktu loading paling lama yaitu 72 menit. Terdapat beragam tingkah laku ternak sebagai ekspresi
Rata-rata waktu total pada proses loading yaitu 66,87 menit dalam menghadapi bermacam-macam kondisi lingkungan
dan apabila dihitung tiap ekornya masing masing sapi berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tingkah laku
memiliki waktu loading dengan rata rata 6,07 menit. Hal ini yang terjadi saat proses loading dan unloading di PT Elders

Edisi Januari 2018 15


Aditia et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 6 (1): 13-18

Tabel 6. Rataan durasi waktu proses loading (Menit)


Pen-CrP CrP-CP CP-Truk Total Ternak/LG Waktu/ individu Score
Rataan 6,33 58,79 1,75 66,87 11 6,07 S
Maks. 9 61 3 72 11 6,54 S
Min 4 55 1 61 11 5,54 S
Ket: CrP: Crowding Pen, CP: Collecting Pen, LG: Loading Group.

Tabel 7. Rataan waktu proses unloading (Detik) Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku
jatuh pada proses loading dan unloading antara lain lantai
Unloading Ternak/ Waktu/ Score
time unloading individu pintu belakang truk yang terlalu licin, ternak yang cemas
group (detik) karena berada dilingkungan yang baru, kelelahan dalam
perjalanan dan kehilangan keseimbangan. Hal ini sesuai
Rataan 60,08 11 5,46 T
dengan pernyataan Bullita (2015) yaitu ternak akan merasa
Maks. 128 11 11,63 T gugup dan cemas jika berada di lingkungan yang baru yang
Min 36 11 3,27 T akan menimbulkan kepanikan dan hilangnya keseimbangan
yang mengakibatkan ternak terjatuh. Bullita (2015) juga
Indonesia memiliki frekuensi yang beragam. Tingkah laku mengatakan bahwa proses transportasi menyebabkan
slips atau terpeleset merupakan tingkah laku yang sering kelelahan otot pada ternak yang megakibatkan ternak
muncul sedangkan tingkah laku yang minim muncul atau bergoyang dan hilangnya keseimbangan.
jarang muncul yaitu perilaku mount atau menaiki teman. Berubah arah (Reversals)
Persentase tingkah laku dihitung berdasarkan jumlah tingkah Berubah arah atau reversals merupakan salah satu
laku (kejadian jatuh, berubah arah, agresif, berhenti sejenak, indikator untuk mengevaluasi kesejahteraan hewan dan
menaiki teman, lompat, dan terpeleset) yang dinotasikan tingkat stres pada ternak saat proses loading dan unloading.
sebagai frekuensi dibagikan total jumlah loading group Indikator ini dapat menyebabkan terhambatnya proses
(LG) yakni berjumlah 24. loading karena menyebabkan ternak lainnya terhalang untuk
Jatuh (fall) memasuki truk dan menyebabkan kegaduhan disekitarnya.
Jatuh merupakan salah satu indikator untuk Sapi dapat dikatakan berubah arah atau reversals jika
mengevaluasi kesejahteraan hewan dan tingkat stress ternak tersebut berbalik arah dari jalur gangway. Persentase
pada saat proses loading dan unloading. Tingkah laku ini berubah arah (reversals) saat proses loading dan unloading
menjadi indikator yang penting karena apabila terdapat dapat dilihat di Tabel 9.
satu ekor sapi yang jatuh maka akan membuat kegaduhan
di sekitarnya dan membuat ternak lainnya menjadi cemas. Tabel 9. Persentase berubah arah (reversals)
Dalam pengamatan ini ternak dapat dikatakan jatuh apabila Frekuensi Persentase LG (%)
keempat kaki sapi tidak dapat menopang tubuhnya. Berikut Loading
persentase kejadian jatuh yang terjadi pada saat proses 0-2 58,33
loading dan unloading di PT. Elders Indonesia dapat dilihat
3-5 16,66
di Tabel 8.
Frekuensi jatuh yang tercatat pada saat proses 6-8 4,16
loading dan unloading yakni 0 s.d 3 yang menunjukkan
jumlah kejadian jatuh.Tidak adanya kejadian jatuh atau
Frekuensi berubah arah hanya terjadi pada proses
pada frekuensi 0, proses loading memiliki persentase LG
loading, sementara pada proses unloading tidak terjadi.
lebih besar yakni 58,33% dibandingkan proses unloading
Kejadian berubah arah dibagi menjadi 3 yakni 0-2, 3-5, dan
yakni 16,67%. Kejadian jatuh frekuensi 1 dan 2 lebih
6-8. Interval tersebut menunjukkan jumlah kejadian berubah
banyak terjadi pada proses unloading dibandingkan proses
arah yang dihitung berdasarkan metode quartil dari data
loading, sementara untuk kejadian jatuh frekuensi 3 pada
yang ada. Persentase LG yang mengalami kejadian berubah
proses loading dan unloading memiliki persentase LG yang
arah 0-2 sebesar 58,33%, sementara 3-5 sebesar 16,66%
sama.
dan 6-8 sebesar 4,16%. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya tingkah laku ini ialah ternak cemas karena berada
Tabel 8. Persentase tingkah laku jatuh di lingkungan yang baru.
Frekuensi Persentase LG (%) Agresif
Loading Unloading Agresif merupakan salah satu indikator pengamatan
untuk mengevaluasi kesejahteraan hewan dan tingkat stress
0 58,33 16,67
yang terjadi saat proses loading dan unloading.Dalam
1 25 45,83 pengamatan ini ternak dapat dikatakan berperilaku agresif
2 8,33 29,16 apabila suatu individu ternak dengan individu ternak lain
3 8,33 8,33 saling melukai atau bersikap agonistik. Persentase perilaku

16 Edisi Januari 2018


Aditia et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 6 (1): 13-18

agresif saat proses loading dan unloading dapat dilihat pada Berhenti sejenak (balks)
Tabel 10. Berhenti sejenak atau balks merupakan salah
satu indikator yang diamati pada saat proses loading dan
Tabel 10. Persentase perilaku agresif unloading untuk mengetahui tingkat stres dan kesejahteraan
Frekuensi Persentase LG (%) hewan. Dalam pengamatan ini suatu ternak dapat dikatakan
Loading mengalami perilaku berhenti sejenak atau balks jika ternak
tersebut berhenti lebih dari 10 detik. Persentase perilaku
0 87,5
berhenti sejenak (balks) saat proses loading dan unloading
3 4,16 dapat dilihat pada Tabel 12.
7 8,33
Tabel 12. Persentase perilaku berhenti sejenak (Balks)
Frekuensi agresif hanya terjadi saat proses loading Frekuensi Persentase LG (%)
sementara pada proses unloading tidak terjadi. Kejadian Loading
agresif dibagi menjadi 3 frekuensi yakni 0, 3, dan 7. Interval
0-2 41,66
tersebut menunjukkan jumlah kejadian agresif yang dihitung
berdasarkan metode quartile dari data yang ada. Persentase 3-5 33,33
LG yang mengalami kejadian agresif 0 atau tidak terjadi 6-8 8,33
sebesar 87,5% sementara frekuensi 3 sebesar 4,16% dan 7 9 - 10 16,66
sebesar 8,33%. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perilaku agresif antara lain ialah ternak stress dan merasa
memiliki ancaman, ternak stress dapat dilihat dari proses Frekuensi berhenti sejenak hanya terjadi saat proses
penanganan dan penimbangan saat proses tersebut sapi loading sementara pada proses unloading tidak terjadi.
merasa cemas dan merasa tertekan sehingga perilaku agresif Kejadian berhenti sejenak dibagi menjadi 4 frekuensi yakni
dapat terjadi. 0-2, 3-5, 6-8 dan 9-11. Interval tersebut menunjukkan
Menaik (mount) jumlah kejadian agresif yang dihitung dari data yang
Menaik atau mount merupakan salah satu indikator ada. Persentase LG yang mengalami kejadian agresif 0-2
untuk mengevaluasi kesejahteraan hewan atau tingkat stress sebesar 41,66% sementara frekuensi 3-5 sebesar 33,33%,
yang terjadi saat proses loading dan unloading. Tingkah laku 6-8 sebesar 8,33 %, dan 9-11 sebesar 16,66%. Faktor-faktor
ini menjadi indikator yang penting karena perilaku ini dapat yang mempengaruhi terjadinya perilaku berhenti sejenak
menyebabkan kegaduhan di sekitarnya dan membuat ternak atau balks antara lain ialah adanya jarak yang sedikit tinggi
lainnya merasa terancam dan cemas. Persentase prilaku antara loading point dengan pintu belakang truk sehingga
menaik atau mount dapat dilihat pada Tabel 11. ternak ternak tersebut enggan untuk menaiki truk tersebut.
Grandin (1980) mengatakan bahwa sapi akan mengalami
Tabel 11. Persentase prilaku menaik (mount) proses loading dan balks apabila terdapat perbedaan lantai selama sapi sapi
unloading itu bergerak. Selain itu Bullita (2015) juga mengatakan
bahwa ternak akan sedikit cemas dan gugup jika berada di
Frekuensi Persentase LG (%)
lingkungan yang baru.
Loading Unloading Lompat (Jump)
0 95,83 87,5 Lompat merupakan salah satu indikator yang diamati
1 4,16 8,33 dalam pengamatan ini untuk mengevaluasi tingkat stress
2 4,16 dan kesejahteraan hewan. Persentase tingkah laku lompat
saat proses loading dan unloading terdapat pada Tabel
13.
Berdasarkan Tabel 11, sebesar 95,83% tidak terdapat Hasil pengamatan tingkah laku melompat pada saat
kejadian menaik pada LG.Hal ini menunjukkan bahwa proses loading dan unloading memiliki interval 0-1, 2-3 dan
kejadian menaik (mount) terjadi sangat minim atau sangat 4-5. Pada proses loading persentase tertinggi berada pada
sedikit. Bulita (2015) mengatakan bahwa perilaku menaik frekuensi 2-3 yaitu 62.5% dan sebaliknya untuk persentase
atau mount terjadi karena efek stres ternak karena berada terkecil berada pada frekuensi 0-1 yaitu 16,66% sedangkan
pada lingkungan yang baru. Hasil pengamatan perilaku untuk proses unloading persentase terbesar juga berada
menaik (mount) saat proses unloading memiliki sedikit pada frekuensi 2-3 yaitu 41,66% dan sebaliknya untuk
perbedaan dengan proses loading yaitu frekuensi yang persentase terkecil juga berada pada frekuensi 0-1 yaitu
terjadi pada proses unloading memiliki interval 0 hingga
2 dengan persentase tertinggi terjadi pada frekuensi 0 Tabel 13. Persentase Tingkah Laku Lompat
atau tidak munculnya kejadian menaik yaitu 87,5% dan
Frekuensi Persentase LG (%)
terendah pada frekuensi 2 dengan persentase 4,16%. Hal
ini menunjukkan bahwa perilaku menaik atau mount yang Loading Unloading
terjadi saat proses unloading memiliki persentase yang tidak 0-1 16,66 20,83
jauh berbeda dengan proses loading yaitu perilaku menaik 2-3 62,5 41,66
atau mount sangat minim terjadi. 4-5 20,83 37,5

Edisi Januari 2018 17


Aditia et al.
Jurnal Ilmu Produksi dan Teknologi Hasil Peternakan 6 (1): 13-18

20,83%. Hal ini menunjukkan bahwa prilaku melompat Selama transportasi, ternak akan mengalami kelelahan otot
sering terjadi saat proses loading maupun proses unloading. sehingga mengakibatkan hilangnya keseimbangan tubuh
Perilaku melompat sering terjadi saat sapi mulai memasuki ternak (Bullita 2015). Selain itu faktor yang lainnya ialah
truk. Hal ini disebabkan adanya jarak yang berbeda antara pintu belakang truk yang licin akibat air urine sapi. Pintu
loading point dengan pintu belakang truk, selain itu perilaku belakang truk terbuat dari besi dsn tidak bergerigi sehingga
melompat juga terjadi dikarenakan sapi merasa terancam pintu belakang truk jika terkena air akan menjadi licin.
dan cemas akibat adanya penggiringan dari belakang oleh Rataan skor keseluruhan proses loading dan unloading
penggiring. Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang Skor keseluruhan didapat berdasarkan perhitungan
menyatakan bahwa proses loading dan unloading dapat rata rata skor durasi waktu dan skor tingkah laku. Rataan skor
menyebabkan stres dikarenakan ternak cemas dan gugup keseluruhan untuk proses loading ialah S3 yang berartikan
akibat adanya penanganan penggiringan (Genbenset 2003). bahwa skor untuk durasi waktu memiliki nilai yang sangat
Terpeleset (slips) buruk sedangkan skor untuk tingkah laku memiliki nilai 3
Terpeleset merupakan salah satu indikator yang yang dapat diartikan bahwa tingkah laku pada proses loding
diamati untuk mengevaluasi tingkat kesejahteraan hewan memiliki nilai yang sedang. Proses unloading memiliki
dan tingkat stres saat proses loading dan unloading. nilai rataan skor keseluruhan T3 yang berartikan bahwa
Persentase tingkah laku terpeleset atau slips dapat dilihat skor untuk durasi waktu memiliki nilai yang sangat bagus
pada Tabel 14. sedangkan untuk tingkah laku memiliki nilai sedang.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perilaku
terpeleset atau slips saat proses loading memiliki frekuensi KESIMPULAN
dengan interval 0-1, 2-3, dan 4-5 dengan nilai persentase
Evaluasi proses loading dan unloading di PT Elders
Tabel 14. Persentase Perilaku Terpeleset (slips) proses loading Indonesia menunjukkan bahwa proses loading memiliki
Frekuensi Persentase LG (%) nilai S (sangat buruk) untuk durasi waktu dan nilai 3
Loading
(sedang) untuk tingkah laku sedangkan proses unloading
memiliki nilai T (sangat baik) untuk durasi waktu dan nilai
0-1 20,83
3 (sedang) untuk tingkah laku. Nilai tersebut menunjukkan
2-3 50 bahwa proses loading lebih berpotensi menimbulkan stress
4-5 2,16 dibandingkan proses unloading

DAFTAR PUSTAKA
terbesar berada pada frekuensi 2-3 yaitu 50% dan sebaliknya
untuk persentase terkecil berada pada frekuensi 4-5 yaitu Adenkola AY, Ayo JO. 2010.Physiological and behavioural
2,16%.Hal ini menjelaskan bahwa tingkah laku terpeleset responses of livestockto road transportation stress: a
atau slips saat proses loading sangat sering terjadi. Beberapa review. African Journal Of Biotechnology 9(31).
faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku ini ialah Bulita SF, Aradom S, Gebrenset G. 2015.Effect of transport
lantai pintu belakang truk yang licin sehingga ternak mudah time upto 12 hours on welfare of cows and bulls.
terpeleset selain itu loading point yang menanjak dan sedikit Journal of Service andManagement 8: 161-182 .
basah akibat urine sapi tersebut. Sapi akan mengeluarkan Chambers PG, Grandin T. 2001. Guidelines for Humane
air urine akibat rasa cemas dan gugup akibat berada pada Handling, Transport and Slaughter of Livestock.
lingkungan yang baru (Bullita 2015). Persentase tingkah Humane Society International, Food and Agriculture
laku terpeleset (slips) pada proses unloading dapat dilihat Organization of The United Nation Regional Office for
pada Tabel 15. Asia and The Pacific.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perilaku Fazio E dan Ferlazzo A. 2003. Evaluation of stress during
terpeleset atau slips saat proses unloading memiliki frekuensi transport. Veterinary Reasearch27(1): 519-524.
0-2, 3-5, dan 6-8. Persentase tertinggi berada pada frekuensi Gebresenbet G. and Nilsson C. 2003. Assessment of
3-5 yaitu 75% dan sebaliknya untuk persentase terendah air quality in commercial cattle transport vehiclein
berada pada frekuensi 0-2 dan 6-8 yaitu masing masing swedish summer and winter conditions. German
12,5%. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan frekuensi Veterinary Journal 110: 100-104.
dan persentase dari proses loading. Hal tersebut dikarenakan Grandin T. 1980. Bruises and carcass damage. International
adanya pengaruh stres yang terjadi akibat proses transportasi. Journal for the Study of Animal Problems 1(2): 121-
137.
Tabel 15. Persentase perilaku terpeleset (slips) proses unloading KEMENTAN. 2015. Peraturan Menteri tentang instalasi
karantina hewan. Jakarta (ID). KEMENTAN RI.
Frekuensi Persentase LG (%)
Marίa GA, Villaroel M, Chacόn G, Gebresenbet G. 2004.
Unloading Scoring system for evaluating the stress to cattle of
0- 2 12,5 commercial loading and unloading. The Veterinary
3-5 75 Record 154: 818 – 820.
6-8 12,5 Troxel T R, Gadberry S. 2015. Cattle Working Facilities.
Arkansas (US). University Of Arkansas.

18 Edisi Januari 2018

Anda mungkin juga menyukai