Anda di halaman 1dari 13

54

BAB III

PAPARAN DAN TEMUAN HASIL PENELITIAN

A. Latar Belakang Obyek Penelitian

1. Profil Singkat MA At-Taqwa Cabean

NAMA SEKOLAH : MA-TAQWA CABEAN


NO STATISTIK : 312351417956
NPSN : 20549846
PROPINSI : JAWA TIMUR
OTONOMI DAERAH : PASURUAN
KECAMATAN : KRATON
DESA/KELURAHAN : CABEAN
JALAN DAN NOMOR : JL.MASJID PONPES AT-TAQWA
CABEAN
KODE POS : 67117
TELEPON : 0343-6630955
DAERAH : PEDESAAN
STATUS SEKOLAH : SWASTA
KELOMPOK SEKOLAH :B
AKREDITASI : TERAKREDITASI
SURAT KEPUTUSAN/SK : B/Kw.13.4/MA/894/2007
TAHUN BERDIRI : 1998
KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR : PAGI
BANGUNAN SEKOLAH : MILIK SENDIRI
LOKASI SEKOLAH : PONDOK
TERLETAK PADA LINTASAN : DESA
ORGANISASI PENYELENGGARA : YAYASAN
SK DITANDA TANGANI OLEH : Kakandepag Kab. Pasuruan
55

2. Visi dan Misi

Visi adalah gambaran sekolah yang digunakan dimasa depan secara utuh,

sedangkan misi adalah tindakan untuk mewujudkan visi, antara visi dan misi

merupakan dua hal yang saling berkaitan, adapun visi dan misi MA At-Taqwa

Cabean Pasuruan yaitu:

a. Visi Sekolah

“Memiliki dasar-dasar karakter kecakapan ketrampilan pengetahuan yang kuat

dan memadai untuk mengembangkan keberhasilan dalam pendidikan, Serta

kehidupan yang selalu berubah sesuai dengan perkembangan zaman.”

b. Misi Sekolah

1. Menciptakan pedidikan islam yang berkualitas

2. Menanamkan dasar-dasar prilaku berbudi luhur

3. Berakhlakul karimah

4. Menumbuhkan sikap toleran tanggung jawab kemandirian kecakapan

emosional

5. Memberikan dasar-dasar ketrampilan hidup kewira usahaan/ etos kerja

6. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah berfikir kritis, logis,

kreatif

Membentuk rasa cinta tanah air indonesia

c.Tujuan.

1. Dapat mengamalkan ajaran agama islam hasil

proses pembelajaran dan kegiatan pembiasaan


56

2. Meraih prestasi akademik maupun non akademik

minimal tingkat kabupaten

3. Menguasai dasar-dasar ilmu pengetahuan dan

teknologi sebagai bekal untuk melanjutkan di sekolah yang lebih tinggi

4. Menjadi sekolah pelopor bergerak di lingkungan

masyarakat sekitar

5. Menjadi sekolah yang di minati masyarakat

(sumber : data manajerial MA At-Taqwa)

3. Kondisi Obyek Penelitian

Kondisi obyek ini sangat perlu diketahui oleh semua pihak utamanya

instansi atau dinas yang terkait dalam mengevaluasi pelaksanaan pendidikan

sekolah tertentu, dengan cara mengaitkan kondisi fasilitas yang tersedia seperti

data siswa, data guru, dan pegawai tetap, sarana dan prasarana, perangkatsekolah,

keadaan sosial ekonomi orangtua siswa, taraf kesadaran orangtua dalam

pendidikan, geografis, fasilitas, kondisi lingkungan sekolah dan dewan sekolah.

Kondisi obyektif tersebut juga akan besar pengaruhnya dalam melaksanakan

program kerja sekolah dalam upaya peningkatan mutu pendidikan.

Adapun kondisi obyektif yang dimaksud adalah :

a. Data Siswa Tahun pelajaran 2013/2014

TABEL I

JUMLAH SISWA
L P
NO KELAS BANYAKNYA JUMLAH
57

1 X 40 26 14 1
2 XI 44 29 15 1
3 XII 31 16 15 1
JUMLAH 115 71 44 3
(Sumber Data : Program Tahunan Madrasah)

b. Data Guru dan Pegawai

No IJAZAH TERAKHIR SEJAK


Nama
. Jenjang Jurusan Tahun TAHUN
1 Nur Chamidah, S.Pd S1 Bhs. Inggris 2007 2005
2 Nidhom, S.Ag., MHI S2 Hukum Islam 1997 2008
3 Drs, Sahrir, S.Pd, M.M S2 Manajemen 2003 1999
Hendra Setiyawan,
4 S1 Matematika 2006 2004
S.Pd
5 Hamzah, S.Ag S1 PAI 1998 1998
6 Harifin, S.Ag S1 PAI 1996 2004
7 Abdul Halim, S.Ag S1 PAI 1998 2000
8 Ustadzah Syafa'ah SLTA IPS 2009 1998
9 Irbabullubab, S.AB S1 Adm Bisnis 2008 2005
10 M Afis Bagus S, S.Pd S1 Penjaskes 2010 2011
11 Masfufah A, S.Pd S1 Bhs. Indonesia 2010 2011
12 Yuliani Fitria, SE S1 Ekonomi 2006 2009
Shokhifatul Ilmiah,
13
M.Si S2 Kimia/Magister sains 1998 2012
14 Kirana Nur Hayati, S.Si SI Biologi 2011 2012
15 Joko Listyono, S.T S1 Infomatika 2005 2008
16 R. Zakiyatul Hikmah SLTA IPS 2009 2010
17 Bidayatul Hidayah SLTA IPS 2010 2010
18 Susilowati SLTA IPS 2006 2010
19 M. Nur Arsyi Rohman SLTA IPS 2010 2011
20 Mariatun SLTA IPS 2008 2012

c. Data Sarana dan Prasarana Pendidikan

KEADAAN SARANA / PRASARANA MADRASAH


a. Kantor : 1 Ruang
b. Ruang Belajar : 4 Ruang
c. Ruang Laboratorium : 1 Ruang
d. Ruang Ketrampilan : 1 Ruang
e. Ruang Perpustakaan : 1 Ruang
58

f. Ruang UKS : 1 Ruang


g. Mushalla : 1 Ruang
h. Jumlah Meja / Kursi Tamu : 1/3 Stel
i. Jumlah Meja / Kursi Guru : 2/15 Stel
j. Jumlah Meja / Kursi Murid : 54/108 Stel
k. Almari : 4 Ruang
l. Aula : 1 Ruang
m. Lapangan Olah Raga : 1 Ruang

B. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah dalam membina dan mengembangkan

profesionalisme guru di MA At-Taqwa Cabean Pasuruan.

1. Pembinaan profesional Mengajar

Dalam melaksanakan pembinaa professional mengajar, kepala

sekolah MA At-Taqwa Cabean Pasuruan menaalakukan beberapa tahapan.

Pertama, kepala sekolah melakukan sosialisasi tentang adanya

program pembinaan professional mengajar. Hal ini dilakukan mengingat

kewajiban kepala sekolah untuk mensosialisasikan setiap program sebelum

pelaksanaan. Selain itu, bertujuan untuk mendapatkan umpan balik dari

guru. Apakah berupa usulan atau komentar yang lain. Sosialisasi ini juga

bertujuan agar guru memiliki kesiapan yang sama. Mengingat bahwa tidak

semua guru memiliki kompetensi yang sama.

Kedua, kepala sekolah membuat rencana atau jadwal pelaksanaan

supervisi yang juga disosialisasikan kepada guru lewat forum rapat dewan

guru. Jadwal ini dibuat dalam rangka untuk memudahkan kepala sekolah

dalam melaksanakan program pembinaan tersebut sekaligus bagi guru agar

memiliki kesiapan yang lebih baik. Penyusunan jadwal ini tentunya sangat

disesuaikan dengan program kerja kepala sekolah bidang yang lain.


59

Rencana program supervisi ini disusun tiap semester. Di dalam jadwal

tersebut tercantum bahwa setiap guru dalam satu semester akan disupervisi

oleh kepala sekolah.

Ketiga, tahap pelaksanaan. Dalam tahap pelaksanaan ini kepala

sekolah juga melakukan beberapa langkah: (1) Kepala sekolah memanggil

guru yang akan disupervisi pada sehari sebelum pelaksanaan supervisi. Ini

bertujuan untuk menanyakan kesiapan guru dan kelengkapan perangkat

pembelajaran serta hal apa-apa saja yang akan dinilai dalam pelaksanaan

supervisi. (2) Pelaksanaan supervisi dimana kepala sekolah secara

langsung mensupervisi proses pembelajaran yang ada sesuai dengan

jadwal. (3) Setelah melaksanakan supervisi, kepala sekolah bersama guru

yang bersangkutan melakukan refleksi hasil supervisi. Hal ini dilakukan

agar ada umpan balik dari guru untuk perbaikan kualitas proses

pembelajaran selanjutnya.

Untuk perangkat pembelajaran berupa RPP, seperti tercantum

dalam table 3, dari 20 orang guru, 17 orang guru (85%) menjawab selalu

menyusun RPP. Sisanya 3 orang guru (15%) mengaku kadang-kadang.

Untuk mendukung pelaksanaan kegiatan belajar mengajar, kepala sekolah

memberikan dukungan berupa penyediaan buku paket (lihat lampiran tabel

4).

Dalam pelaksanaan supervisi kelas, tentunya kepala sekolah

menemukan kendala-kendala yang dialami guru dalam KBM. Kendala ini

terutama penerapan metode yang variatif dalam KBM. Sebanyak 8 orang


60

guru (40%) mengaku bahwa kepala sekolah membantu menerapkan

metode mengajar yang baik secara individu. Bantuan secara kelompok

sebanyak 12 orang guru (60%). (lihat lampiran tabel 5)

Tentang intensitas kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi,

10 orang guru (50%) mengungkapkan bahwa kepala sekolah sering

melakukan supervisi. Sisanya juga 10 orang guru (50%) menyatakan

kepala sekolah kadang-kadang melakukan supervisi. Menurut kepala

sekolah, adanya perbedaan intensitas supervisi yang dialami oleh masing-

masing guru sangat bergantung pada hasil pengamatan kepala sekolah dan

permasalahan yang dialami guru dalam proses KBM.

Terhadap kesulitan ketrampilan mengajar yang dihadapi oleh

guru tersebut, kepala sekolah memberikan bantuan teknis. Sebanyak 12

orang guru (60) menjawab bahwa kepala sekolah sering memberikan

bantuan untuk megembangkan keterampilan mengajar. Sedangkan 8 orang

guru (40%) menjawab kadang-kadang. (lihat lampiran tabel. 7).

2. Pembinaan sikap personal professional

Selain melakukan supervisi kelas, kepala sekolah juga

melaksanakan supervisi sikap personal professional. Dalam

pelaksanaannya, kepala sekolah menempuh beberapa cara :

Pertama, melakukan pengamatan keseharian guru di sekolah.

pengamatan ini memanfaatkan dokumen-dokumen yang ada, antara lain :

daftar kehadiran guru dan jurnal mengajar. Dua dokumen ini digunakan
61

sebagai tolak ukur keaktifan guru dalam melakukan kegiatan KBM.

Adapun untuk mengetahui tingkat partisipasi guru, kepala sekolah

mengamati dari dokumen notulen rapat dan laporan-lapora kegiatan

sekolah.

Kedua, bertanya kepada guru atau sejawat yang lain dan kepada

siswa. Hal ini dilakukan karena kepala sekolah ingin setiap guru di At-

Taqwa Cabean Pasuruan memiliki kompetensi kepribadian dan

kompetensi sikap sosial yang baik. Hasil dari supervisi sikap personal

profesional kepala sekolah menindaklanjuti dengan dua langkah :

Pertama, memanggil guru yang bersangkutan untuk

mengklarifikasi data yang ditemukan kepala sekolah. hal ini dilakukan

agar ada perubahan sikap yang lebih baik.

Kedua, kepala sekolah membeberkan temuan yang didapatkan

dari pengamatan yang dilakukan dalam rapat dewan guru. Namun, meski

menebut persoalan yang ditemui, kepala sekolah tidak menyebut nama

guru yang dimaksud. Hal ini dilakukan karena bisa dimungkinkan temuan

yang ada juga dialami oleh guru yang lain. Dengan dibahas dalam forum

rapat, diharapkan ada perbaikan bersama tentang sikap professional guru.

Pengembangan sikap professional guru tersebut, tentunya tidak

terlepas dari beres tidaknya permasalahan yang dihadapi guru.

Permasalahan ini baik yang terjadi di sekolah atau di luar sekolah. Kepala

Sekolah berusaha membantu menyelesaikan permasalahan yang dialami

guru dengan berbagai cara, di antaranya dengan mengaktifkan dialog


62

dengan guru. Hal ini diakui oleh guru, sebanyak 14 orang guru (70%)

menjawab bahwa kepala sekolah sering membantu menyelesaikan masalah

yang dihadapi guru. Sisanya sebanyak 6 orang (30%) menjawab kadang-

kadang. (lihat lampiran tabel 9). Jawaban guru ini senada dengan yang

ditampilkan dalam tabel 10, bahwa 16 orang guru (80%) kepala sekolah

berusaha memperlancar solusi dari permaslahan guru. Sisanya, sebanyak 4

orang (20%) guru mengatakan kadang-kadang. (lihat lampiran tabel 10).

Menanggapi hasil jawaban guru tersebut kepala sekolah mengatakan

bahwa hal itu sangat bergantung pada jenis permasalahan yang dihadapi

masing-masing guru. Menurut kepala sekolah terkadang tidak semua

permasalahan guru perlu dikonsultasikan dengan kepala sekolah. Kepala

Sekolah lebih perhatian pada permasalahan guru yang berhubungan dan

mempengar uhi pembelajaran yang ada di sekolah.

Peran serta kepala sekolah dalam menyelesaikan permasalahan

guru juga sangat bergantung pada aspek keterbukaan guru kepada kepala

sekolah. Dalam lampiran tabel 11 tampak sebanyak 2 orang guru (10%)

menyatakan sering curhat kepada kepala sekolah. 15 orang guru (75%)

mengaku kadang-kadang dan 3 orang guru (15%) tidak pernah curhat

kepada kepala sekolah.

Dari curhat guru yang menunjukkan bahwa sebanyak 40% curhat

masalah ekonomi. 50% masalah keluarga dan 10% masalah kesehatan.

(lihat lampiran tabel 12).


63

3. Pengembangan kualitas guru

Secara berkala kepala sekolah melakukan pengembangan kualitas

guru. Hal ini dilakukan dengan cara melibatkan guru dalam forum-forum

ilmiah yang ada. Forum-forum ini mudah di dapat dengan adanya

beberapa komunitas yang ada seperti : Musyawarah Guru Mata Pelajaran

(MGMP), Kelompok kerja madrasah (KKM), perkumpulan guru

sertifikasi, paguyuban PNS dan lain sebagainya. Komunitas-komunitas

tersebut diadakan memnag bertujuan untuk mempermudah pengembangan

kualitas guru. Di samping keberadaan pengawas madrasah yang secara

berkala datang ke lembaga dan melakukan pembinaan langsung, baik

apakah aspek manajerial atau akademik (pembelajaran). Sekolah juga

seringkali mengirim guru untuk ikut Diklat atau workshop.

Bukti dari pengembangan kualitas guru ini adalah adanya surat

tugas, piagam atau sertifikat penghargaan yang selanjutnya disimpan di

masing-masing file guru yang ada di lembaga.

Dari hasil angket yang diberikan ke guru, untuk item keterlibatan

dalam diklat dan sejenisnya menunjukkan bahwa 5 orang guru (20%)

menjawab sering terlibat. 14 orang (70%) menjawab kadang-kadang, dan 1

orang (5%) menyatakan tidak pernah. (lihat lampiran tabel 13). Adapun

tentang upaya kepala sekolah untuk meningkatkan professional guru

menunjukkan 9 orang guru (45%) terlibat dalam penataran. Seminar

sebanyak 2 orang (10%), dan 9 orang (45%) terlibat dalam workshop.

(lihat lampiran tabel 14).


64

Sebagai pendidik, guru wajib meningkatkan profesionalismenya.

Di antara upaya peningkatn profesionalisme itu adalah dengan cara

melibatkan diri dalam komunitas-komunitas pengembangan profesi.

Keterlibatan guru-guru MA At-Taqwa Cabean ditunjukkan dari hasil

angket yang menunjukkan bahwa 9 orang (45%) menjawab sering terlibat.

10 orang (50%) mengaku kadang-kadang terlibat dan 1 orang (5%)

mengaku tidak pernah terlibat. (lihat lampiran tabel 15) adapun untuk

kegiatan organisasi yang dirasakan sangat membantu pengembangan

profesi adalah metode diskusi kelompok. Dari angket yang ada 100 %

responden atau 20 orang guru memilih diskusi kelompok sangat membantu

pengembangan profesi. Salah satu organisasi dimaksud adalah MGMP

atau musyawarah guru mata pelajaran. Dari angket yang diberikan, 15

orang (75%) menjawab sering terlibat. Adapun 5 orang (25%) mengaku

kadang-kadang terlibat. Adanya perbedaan intensitas keterlibatan ini juga

dipengaruhi beberapa hal seperti : sempat tidaknya guru mengikuti

kegiatan MGMP. Karena terkadang agenda pertemuan MGMP tidak

sinkron dengan kegiatan guru di lembaga masing-masing. Kedua,

terkadang antar satu MGMP dengan yang lainnya, intensitas pertemuannya

tidak sama.
65

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan supervisi kepala sekolah

dalam membina dan mengembangkan profesionalisme guru di MA At-Taqwa

Cabean Pasuruan.

1. Dana

Kurangnya pendanaan sangat terasa dalam bidang pengembangan

kualitas guru. Karena guru harus keluar dari madrasah, ini berdampak

kewajiban lembaga untuk menyediakan dana untuk transport bagi guru

yang ditugaskan. Kebutuhan dana ini sangat terasa terutama untuk

mengirim guru dalam kegiatan diklat atau workshop. Apalagi jika

kegiatannya dilaksanakan di luar kota.

2. Waktu

Kadangkala, jadwal supervisi yang telah disepakati tidak bisa

dilaksanakan karena waktu yang dimiliki kepala sekolah sangat terbatas.

Kewajiban kepala sekolah untuk selalu berkoordinasi dengan KKM atau

dengan instansi lain juga tidak bisa diabaikan begitu saja.

Disamping itu, banyaknya kegiatan guru atau kegiatan pesantren

lainnya juga menjadi faktor kurang maksimalnya supervisi yang ada.

3. Kesiapan Mental

Tidak semua guru memiliki kesiapan mental untuk disupervisi oleh

kepala sekolah. hal ini disebabkan masih kuatnya pemahaman guru bahwa

supervisi hanya untuk mencari kesalahan guru. Padahal, sesungguhnya


66

dengan pelaksanaan supervisi yang intensif akan menjamin peningkatan

kualitas pembelajaran yang ada. Dalam pelaksanaannya, untuk

menumbuhkan kesiapan mental untuk disupervisi, kepala sekolah

senantiasa memberikan pembinaan dalam rapat-rapat sekolah.

4. Kurangnya Koordinasi

Meskipun satu lembaga, kurangnya koordinasi ini memang terasa

cukup menghambat pelaksanaan supervisi. Beberapa penyebab kurangnya

koordinasi adalah, pertama, tidak semua guru satminkalnya di supervisi

MA at-Taqwa Cabean. Kedua, tidak semua guru hadir penuh seminggu.

Bahkan dalam sehari, sebagian besar guru tidak penuh mengajar di MA at-

Taqwa Cabean. Ketiga, adanya profesi selain guru yang juga berimbas

pada kurangnya koordinasi. Dari semuanya ini menjadikan koordinasi

semakin lemah. Akibatnya dalam setiap rapat tidak semua guru hadir

lengkap.

Anda mungkin juga menyukai