Anda di halaman 1dari 16

TEORI UANG DALAM EKONOMI

MAKRO ISLAM

H. Amhar Maulana Harahap

Dosen Tetap Sekolah Tinggi Agama Islam Barumun Raya (STAIBR) Sibuhuan
e-mail : amharmaulana@gmail.com

Abstrak: Ekonomi Islam adalah ekonomi yang berbasis bagi hasil. Uang adalah benda-
benda yang disetujui oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar
menukar/perdagangan. Dalam ekonomi bagi hasil, maka yang digunakan untuk
mekanisme ekonominya adalah nisbah bagi hasil dan return usaha yang terjadi secara
riil. Inilah, maknanya ajaran Islam yang menganjurkan menggunakan konsep Economic
Value of Time. Artinya, waktulah yang memiliki nilai ekonomi, bukan uang memiliki
nilai waktu. Faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang
memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif (tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka
akan semakin tinggi nilai waktunnya.

Abstract: The Islamic economy is a result-driven economy. Money is the objects that
are approved by the community as an intermediary tool to conduct exchange/trade. In
the economics of the outcome, then the economic mechanism used is the ratio of the
outcome and the business return that occurs in real. This means that the Islamic
teachings advocated using the Economic Value of Time concept. That is, time that has
an economic value, not money has a time value. The determining factor of time value is
how one utilizes that time. The more effective (appropriate) and efficient (right way),
the higher the time value.

Kata Kunci: Teori Uang, Ekonomi Makro, Islam

A. Pendahuluan
Uang merupakan inovasi besar dalam peradaban perekonomian dunia.
Posisi uang sangat strategis dalam satu sistem ekonomi, dan sulit digantikan dengan
variabel lainnya. Bisa dikatakan uang merupakan bagian yang terintegrasi dalam
satu sistem ekonomi. Sepanjang sejarah keberadaannya, uang memainkan peranan
penting dalam perjalanan kehidupan modern. Uang berhasil memudahkan dan
mempersingkat waktu transaksi pertukaran barang dan jasa. Uang dalam sistem
ekonomi memungkinkan perdagangan berjalan secara efisien.1

1
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Ekonomi Islam: Pengenalan Eksklusif (Jakarta: Kencana,
2010), hlm.239.

1
Ketika jumlah manusia semakin bertambah, maka peradabannya pun akan
semakin maju sehingga kegiatan dan interaksi antarsesama manusia pun akan
meningkat. Jumlah dan jenis kebutuhan manusia juga akan semakin beragam. Maka
dari itu, diperlukan alat tukar yang dapat diterima semua pihak untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Alat tukar inilah yang disebut dengan uang.
Pada zaman sekarang ini banyak orang menyalah artikan tentang uang,
apalagi dunia ini sudah berabad-abad didoktrin oleh prinsip konvensional yang
tidak mengenal arti haram dan halal. Bahkan uang juga bisa berfungsi untuk hal
yang haram, bahkan di Indonesia yang mayoritas masyarakatnya muslim
mendefinisikan uang berdasarkan konvensional yang mempunyai konsep yang
salah. Padahal Islam mempunyai konsep tentang uang yang lebih baik. Para
ekonom konvensional bahkan berdebat tentang konsep uang berdasarkan
konvensional itu sendiri. Ini berarti konsep konvensional itu tidak sesempurna
dibandingkan dengan konsep Islam. Apalagi mereka mengatakan bahwa modal
sering diidentikkan dengan uang sedangkan dalam konsep Islam uang adalah uang
dan modal adalah modal.

B. Pembahasan
1. Pengertian Uang
Dalam ekonomi Islam, secara etimologi uang berasal dari kata al-naqdu,
pengertiannya ada beberapa makna yaitu: al-naqdu berarti yang baik dari dirham,
menggenggam dirham, membedakan dirham, dan al-naqdu juga berarti tunai.
Kata nuqud tidak terdapat dalam al-Quran dan hadis, karena bangsa Arab
umumnya tidak menggunakan nuqud untuk menunjukkan harga.
Mereka menggunakan kata dinar untuk menunjukkan mata uang yang terbuat
dari emas dan kata dirham untuk menunjukkan alat tukar yang terbuat dari perak.
Mereka juga menggunakan wari’ untuk menunjukkan dirham perak, kata ‘ain untuk
menunjukkan dinar emas.
Sedangkan kata fulus (uang tembaga) adalah alat tukar tambahan yang
digunakan untuk membeli barang-barang murah.

2
Uang menurut fuqaha tidak terbatas pada emas dan perak yang dicetak, tapi
mencakup seluruh jenisnya dinar, dirham dan fulus.Untuk menunjukkan dirham dan
dinar mereka mengunakan istilah naqdain.
Namun mereka berbeda pendapat apakah fulus termasuk dalam istilah
naqdain atau tidak.Menurut pendapat yang mu’tamad dari golongan Syafi’iyah,
fulus tidak termasuk naqd, sedangkan Mazhab Hanafi berpendapat bahwa naqd
mencakup fulus.
Defenisi nuqd menurut Abu Ubaid (wafat 224 H), seperti yang dikutip
Ahmad Hasan dirham dan dinar adalah nilai harga sesuatu.
Ini berarti dinar dan dirham adalah standar ukuran nilai yang dibayarkan
dalam transaksi barang dan jasa.Senada dengan pendapat ini, Al-Ghazali (wafat 595
H) menyatakan, Allah menciptakan dinar dan dirham sebagai hakim penengah
diantara seluruh harta, sehinga seluruh harta bisa diukur dengan keduanya.
Ibn al-Qayyim (wafat 751 H) berpendapat dinar dan dirham adalah nilai harga
barang komoditas. Ini mengisyaratkan bahwa uang adalah standar unit ukuran
untuk nilai harga komoditas.
Pengertian uang secara konvensional atau kontemporer yaitu:
Menurut Robertson, uang adalah segala sesuatu yang diterima umum sebagai
alat pembayaran barang-barang.
Menurut R.S Sayes mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang
diterima umum untuk membayar hutang.
Menurut A.C Pigou memberikan definisi bahwa uang adalah segala sesuatu
yang diterima umum untuk dapat digunakan sebagai alat penukaran.
Menurut Albert Gailort Hart, uang adalah kekayaan yang mana pemiliknya
dapat melunaskan hutangnya dalam jumlah yang tertentu pada waktu itu juga.
Dapat disimpulkan bahwa uang adalah benda-benda yang disetujui oleh
masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar menukar/perdagangan.
Disetujui adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-anggota masyarakat untuk
menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat perantara dalam kegiatan tukar
menukar.2

2
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012), hlm.267.

3
2. Ciri-ciri Uang
Adapun ciri-ciri uang yaitu :
a. Nilainya tidak mengalami perubahan dari waktu ke waktu
b. Mudah dibawa-bawa
c. Mudah disimpan tanpa mengurangi nilainya
d. Tahan lama
e. Jumlahnya terbatas (tidak berlebih- lebihan)
f. Bendanya mempunyai mutu yang sama
3. Fungsi Uang
a. Uang sebagai perantara tukar menukar
b. Uang sebagai Ukuran Harga
c. Uang sebagai satuan nilai
d. Uang sebagai Media Transaksi
e. Uang sebagai alat bayaran tertunda
f. Uang sebagai alat penyimpan nilai
g. Uang Media Menyimpan Nilai
4. Uang sebagai Public goods, modal sebagai Private Goods
Dalam Islam, Capital is private goods, sedangkan money is pulic goods.
Uang ketika mengalir adalah publics goods (Flow concept), kemudian
mengendap dalam kepemilikan seseorang (stock concept), uang tersebut menjadi
milik pribadi ( Pivate goods).
Pengertian tentang uang dan modal menurut jenis barangnya, yaitu uang
merupakan public goods artinya uang merupakan harta milik umum,
Sedangkan modal merupakan Private good artinya barang/harta milik
pribadi. Artinya ketika uang itu masih beredar di masyarakat dan belum
mengendap pada masyarakat itu berarti bisa dikatakan public goods.
Dan ketika sampai ketangan masyarakat dan mengendap itu dikatakan
modal atau private goods.
Konsep public goods belum dikenal dalam teori ekonomi Islam sampai
tahun 1980-an. Baru setelah muncul ekonomi lingkungan, maka kita berbicara
tentang externalities, publlic good, dan sebagainya.

4
Dalam Islam, konsep ini sudah lama dikenal, yaitu ketika Rasulullah
mengatakan bahwa “Manusia mempunyai hak bersama dengan tiga hal: air,
rumput dan api” (Riwayat Ahmad, Abu Dawud dan Ibn Majah).
Dengan demikian berserikat dalam hal public goods bukan merupakan
hal yang baru dalam ekonomi islam.
Untuk lebih jelasnya konsep private dan public goods masing-masing
dapat diilustrasikan dengan mobil dan jalan tol. Mobil adalah private goods
(Capital) dan jalan tol adalah public goods (money).
Apabila mobil tersebut menggunakan jalan tol baru kita dapat menikmati
jalan tol. Namun, apabila mobil tersebut tidak menggunakan jalan tol, maka kita
tidak akan dapat menikmati jalan tol tersebut.
Dengan kata lain jika uang diinvestikan dalam proses produksi, maka
kita baru akan mendapatkan lebih banyak uang.
Sedangkan dalam konsep konvensional uang capital dapat menjadi
private goods. Maka bagi mereka jika mobil diparkir digarasi ataupun digunakan
dijalan tol, maka mereka akan tetap menikmati manfaat dari jalan tol tesebut.
Apakah uang diinvestasikan pada proses tersebut maka mereka akan
mendapatkan uang yang lebih banyak. Disinilah letak keanehan bunga yang
dikemukakan oleh para ekonom konvensional.
Semakin cepat perputaran uang akan semakain baik. Seperti contoh pada
aliran air masuk dan aliran air keluar. Sewaktu air mengalir, disebut sebagai
uang, sedangkan apabila air tersebut mengendapa maka bisa dikatakan capital.
Wadah tempat mengendapnya merupakan private goods sedangkan air
merupakan adalah public goods. Uang seperti air, apabila air (uang) dialirkan
maka air ( uang ) tersebut akan bersih dan sehat (bagi ekonomi). Apabila air
(uang) dibiarkan mengendap dalam suatu tempat (menimbun uang) maka air
tersebut akan keruh.
Uang adalah adalah public good/milik masyarakat, dan oleh karenanya
penimbunan uang (atau dibiarkan tidak produktif) berarti mengurangi jumlah
uang beredar.
Implikasinya, proses pertukaran dalam perekonomian terhambat.
Disamping itu penumpukan uang/harta juga dapat mendorong manusia

5
cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak, rakus dan malas beramal
(zakat, infak dan sadaqah).
Sifat-sifat tidak baik ini juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap
kelangsungan perekonomian.
Oleh karenanya Islam melarang penumpukan / penimbunan harta,
memonopolikekayaan, “al kanzu” sebagaimana telah disebutkan dalam QS. At
Taubah 34-35 berikut:
َ ُّ‫اط ِل َويَصُد‬
‫ون‬ ِ َ‫اس ِبالْب‬ َ ُ ‫ان لَيَأْكُل‬
ِ َّ‫ون أَ ْم َوا َل الن‬ ِ َ‫الر ْهب‬ ً ِ‫آمنُوا إِ َّن َكث‬
ُّ ‫يرا ِم َن األحْ بَ ِار َو‬ َ ‫ين‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّ ِذ‬
ٍ ‫ش ْرهُ ْم ِبعَذَا‬
‫ب‬ ِّ ِ َ‫اَّلل فَب‬
ِ َّ ‫يل‬ َ ‫ضةَ َوال يُنْ ِفقُونَ َها فِي‬
ِ ‫س ِب‬ َّ ‫ون الذَّ َه َب َوالْ ِف‬ َ ‫اَّلل َوالَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ْكنِ ُز‬ ِ َّ ‫يل‬ ِ ‫س ِب‬َ ‫ع َْن‬
‫(أَ ِل ٍيم‬٣٤)
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta
orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan
Allah.Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak
menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka,
(bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”.

ُ ‫ووووو ِب َهوووووا ِجبَووووواهُهُ ْم َو ُجنُووووووبُهُ ْم َوظُه‬


‫ُوووووورهُ ْم‬ َ ‫ووووار َج َهووووونَّ َم فَن ُ ْكو‬
ِ ‫ووووو َح ي ُ ْ ََوووووا َعلَيْ َهوووووا فِوووووي نَو‬ ْ ‫يَو‬
‫ون‬ ُ
َ ‫ووووووووووووووز‬ ُ ُ َ
‫ووووووووووووووزْ ُ ْم ألنْف ُ ِ وووووووووووووووكُ ْم فووووووووووووووذو وا َموووووووووووووووا كُنْوووووووووووووون ُ ْم َْ ْكنِو‬
ْ َ
َ‫( َهووووووووووووووذا َموووووووووووووووا َكن‬٣٥)

”Pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam,


lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung
mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: “Inilah harta bendamu
yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah
sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu.”

5. Uang sebagai flow concept, modal sebagai Stock concept


Konsep Islam menyatakan uang merupakan sesuatu yang bersifat flow
concept, dan capital merupakan stock concept.
Definisikan uang dikatakan flow concept merupakan uang, uang itu
mengalir pada khalayak ramai, sedangkan modal merupakan stock concept
karena modal itu merupakan persediaan.
Maksudnya uang itu masih mengalir pada masyarakat, dan digunakan oleh
masyarakat sebagai alat tukar, dan bukan hanya sebagai investasi produksi, jadi
tidak bisa dikatan sebagai stock concept, sedangkan modal merupakan

6
persediaan dan diinvestasikan untuk kegiatan produksi, dan merupakan stock
concept.
6. Time Value of Money
Dalam Islam tidak dikenal dengan adanya time value of money, yang
dikenal adalah economic value of time. Teori time value of money adalah sebuah
kekeliruan besar karena mengambil dari ilmu teori pertumbuhan populasi dan
ilmu finance. Dalam menghitung pertumbuhan populasi digunakan rumus :

Pt = Po(1 + r)

Rumus ini kemudian diadopsi begitu saja dalam ilmu finance sebagai
teori bunga majemuk, menjadi:

FV = PV(1 + r)

Jadi future value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun
ke-t, present value dari uang dianalogikan dengan jumlah populasi tahun ke-0,
sedangkan tingkat suku bunga dianalogikan dengan tingkat pertumbuhan
populasi. Jelas hal ini keliru besar, karena uang bukanlah makhluk hidup yang
dapat berkembang biak dengan sendirinya.3
7. Economic value of time
Dari penjelasan tersebut nilai uang tidak bisa didasarkan pada
bertambahnya waktu karena uang itu sendiri sebenarnya tidak memiliki nilai
waktu. Namun, waktulah yang memiliki nilai ekonomi (economic value of time).
Keadaan seperti inilah yang ditolak oleh ekonomi syariah, yaitu keadilan
“al qhumu bi qhurmi’’ (mendapatkan hasil tanpa memperoleh resiko) dan “al
kharaj bi la dhama” (memperoleh hasil tanpa mengeluarkan biaya). 4
Seperti yang telah diuraikan di atas, dalam Islam tidak mengenal time
volue of money, yang dikenal adalah economic value of time. Contohnya dalam
menghitung nisbah bagi hasil di Bank Syariah.

3
Adiwarman A. Karim, Ekonomi Makro Islami : Edisi 2, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2008). hlm., 87.
4
Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, (Jakarta: Media Kita, 2011), hlm. 14.

7
Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus
diperhitungkan. Return on capital ini tidak sama dengan return on money.
Return on capital tergantung kepada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan sektor
riil, sedangkan return on money berkaitan dengan interest rate.
Penentuan nisbah bagi hasil harus ditentukan di awal, dan untuk itu
digunakan projected return. Jika kemudian hari ternyata actual return dari bisnis
yang dibiayai tidak sama dengan angka proyeksinya, maka yang digunakan
angka aktual, bukan angka proyeksi.
Hal ini menunjukkan bahwa Islam tidak mengenal time value of money.
Time mempunyai economic value jika waktu tersebut dimanfaatkan dengan
menambah faktor produksi yang lain, sehingga menjadi capital dan dapat
memperoleh return.5
Perbedaan antara konsep Islam dengan konsep konvensional
KONSEP ISLAM KONSEP KONVENSIONAL
Uang tidak indentik dengan Uang seringkali diidentikkan
modal dengan modal
Uang adalah public goods Uang (modal) adalah private goods
Modal adalah private goods Uang (modal) adalah flow concept
Uang adalah flow concept bagi fisher
Modal sebagai stock Uang (modal) adalah stock concept
concept bagi Cambridge school

8. Profitability, Actual Return, Risk And Return Sharing


a. Definisi Profitability
Profitability yaitu konsep bagi hasil yang terdapat dalam sistem
ekonomi syariah. Dalam konsep ini bagi hasil yang nyata, resiko dan
keuntungan ditanggung bersama. Hasil yang nyata maksudnya pembagian
hasil dibagi setelah kedua pihak atau lebih yang sudah mendapatkan sharing
(keuntungan).

5
Karim, Ekonomi Makro, hlm. 88

8
b. Mengukur profitabilitas
Mengukur profitabilitas atas investasi modal merupakan indikator
penting atas kekuatan perusahaan dalam jangka panjang.Angka ini
menggunakan ukuran ringkasan dari laporan laba rugi dan neraca untuk
menilai profitabilitas.
Untuk mengukur profitabilitas ini ada beberapa keunggulan
dibandingkan ukuran kekuatan jangka panjang lainnya atau solvabilitas yang
hanya mengandalkan pos neraca, misalnya rasio utang terhadap ekuitas.
Angka ini dapat mengungkapkan pengembalian atas investasi modal
secara efektif dari berbagai perspektif kontributor pendanaan yang berbeda
(kreditor dan pemegang saham).6
c. Definisi Risk
Risiko dalam sistem profit-share (bagi hasil) tidak terdapat suatu
fixed andcertain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit
sharing berdasarkan produktifitas nyata dari dana tersebut.
Meskipun nisbah bagi hasil disepakati pada saat awal, tetapi
perolehan riil dari bagi hasil ini baru diketahui setelah dana benar-banar
menghasilkan. Jadi, hal yang bersifat pasti dari sistem ini adalah nisbah bagi
hasilnya, bukan nilai riil bagi hasilnya.
Terdapat kemungkinan fluktuasi dalam bagi hasil yang nyata,
tergantung pada produktifitas nyata dari pemanfaatan dana. Dalam industri
keuangan pada umumnya, terdapat suatu jargon “high risk bring about high
return”, artinya jika ingin memperoleh hasil yang lebih besar, akan
dihadapkan pada risiko yang lebih besar pula. Contohnya dalam investasi
saham.
Volatilitas atau pergerakan naik-turun harga saham secara tajam
akan membuka peluang untuk memperoleh hasil yang lebih besar, namun
sebaliknya, jika harga bergerak ke arah yang berlawanan, maka kerugian
yang akan ditanggung. Dalam syariah kerugian dan keuntungan itu
ditanggung bersama.

6
K.R. Subramanyam dan John J.Wild, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta :
Salemba Empat, 2011), hlm.143

9
Definisi Risk (resiko) menurut para ahli
1) Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, Risiko adalah uncertainty
about future event
2) Joel G.Siegel dan Jae K.Sim mendefinisikan risiko pada 3 hal: a)
Keadaan yang mengarah kepada sekumpulan hasil khusus dimana
hasilnya dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh
pengambilan keputusan. b) Variasi dalam keuntungan penjualan atau
variabel keuangan lainnya. c) Kemungkinan dari sebuah masalah
keuangan yang mempengaruhi kinerja operasi perusahaan atau posisi
keuangan.
3) David K. Eiteman, Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet,
Mengatakan bahwa risiko dasar adalah the mismatching of interest rate
bases for associated assets and liabilities. Sehingga secara umum risiko
dapat ditangkap sebagai bentuk keadaan ketidakpastian tentang suatu
keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil
berdasarkan suatu pertimbangan.
4) Menurut salah satu definisi, risiko (risk) adalah sama dengan
ketidakpastian (uncertainty). Secara umum risiko dapat diartikan sebagai
suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan.
5) Risiko investasi
Resiko investasi dapat diartikan sebagai kemungkinan terjadinya
perbedaan antara actual return dan expected return, sehingga setiap
investor dalam mengambil keputusan investasi harus selalu berusaha
meminimalisasi berbagai risiko yang timbul, baik jangka pendek maupun
jangka panjang.
Setiap perubahan kondisi ekonomi baik mikro ataupun makro akan
mendorong investor untuk melakukan strategi yang harus diterapkan
untuk tetap memperoleh return.

10
d. Definisi Return Sharing
Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh
perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukan. Menurut R. J. Shook, return merupakan laba investasi, baik
melalui bunga atau deviden.
Hubungan Pengertian Risiko dan Tingkat Pengembalian Riskand
return adalah kondisi yang dialami oleh perusahaan, institusi, dan individu
dalam keputusan investasi yaitu, baik kerugian maupun keuntungan dalam
suatu periode akuntansi. Hubungan antara risiko dengan tingkat pengembali
anadalah:
 Bersifat linear atau searah.
 Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko.
 Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi
maka semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
 Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
9. Expented Average Return Dan Interest Rate Return
Bisa dikatakan konsep ini merupakan konsep bunga yang ada di
ekonomi konvesional. Yaitu penetapan keuntungan penambahan nilai uang atau
disebut dengan bunga.Pembagian bunga ditentukan diawal sebelum adanya
capital atau keuntungan.jadi dalam konsep ini dipersentasikan dari rata-rata uang
yang dipinjam dalam beberapa waktu.
Dalam konsep ini kerugian ataupun keuntungan tidak ditanggung
bersama tetapi ditanggung oleh pihak peminjam, sehingga pemodal
mendapatkan keuntungan berdasarkan persentasi yang telah di sepakati, jadi
dalam aplikasinya tidak mengenal risk dan return sharing. Besarnaya bunga
(keuntungan) ditentukan pada saat akad sehingga terdapat asumsi pemakaian
dana pasti mendapatkan keuntungan.
Dalam penentuan bunga berdasarkan dengan presentase atas modal
(pokok pinjaman). Besarnya bunga biasanya lebih ditentukan berdasarkan
tingkat bunga pasar (market interests rate). Sehingga dalam pembayarannya
tetap sebagaimana yang terdapat dalam perjanjian tidak terpengaruh pada hasil
riil dari pemanfaatan dana.

11
Sebenarnya dalam ekonomi konvensional, penerapan time value of
money tidak senaif yang dibayangkan, misalnya dengan mengabaikan ketidak
pastian return yang akan diterima. Bila unsur ketidakpastian return ini
dimasukkan, ekonomi konvensioanal menyebut kompensasinya sebagai discount
rate. Jadi, istilah discount rate lebih bersifat umum dibandingkan istilah interest
rate.
Jadi, dalam ekonomi konvensional ketidakpastian return dikonversi
menjadi suatu kepastian melalui premium for uncertainty. Dalam setiap investasi
tertentu selalu ada probabiliti untuk mendapatkan positif return, negatif return,
dan no return. Adanya probabiliti inilah yang menimbulkan uncertainty
(ketidakpastian) dengan sesuatu yang pasti, yaitu premium for uncertainty.
Katakanlah probabiliti positive return dan negative return masing
masing sebesar 0,4; sedangkan probabiliti no return sebesar 0,2. Yang dilakukan
dalam perhitungan discount rate adalah mempertukarkan probabiliti negative
return (0,4) dan probabiliti no return (0,2) ini dengan premium for uncertainty,
sehingga yang tersisa tinggal probabiliti untuk positive return (1,0).
Keadaan inilah yang ditolak dalam ekonomi islam syari’ah, yaitu
keadaan al ghunmu bi la ghurmi (gaining return without responsible for any
risk) dan al kharaj bi la dhaman (gaining income without responsible for any
expense). Sebenarnya keadaan ini juga ditolak oleh teori finance, yaitu dengan
menjelaskan adanya hubungan antara risk dan return.
Dalam ekonomi syariah, penggunaan sejenis discount rate dalam
menentukan harga mu’ajjal (bayar tangguh) dapat digunakan. Hal ini dapat
dibenarkan:
 Jual beli dan sewa menyewa adalah transaksi yang termasuk dalam sektor
riil yang menimbulkan economic value added (nilai tambah ekonomis).
 Tertahannya hak sipenjual (uang pembayaran) yang telah melaksanakan
kewajibannya (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia tidak dapat
melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.
Discound rate dapat pula digunakan dalam menentukan nisbah bagi
hasil. Dalam hal ini, nisbah dikalikan dengan actual return, bukan dengan
expected return.

12
Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau transaksi
sewa menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya bukan antara
penjual dan pembeli, atau penyewa dan yang menyewakan. Yang ada adalah
hubungan antara pemodal dan yang memproduktifkan modal tersebut.Jadi, tidak
ada pihak yang telah melaksanakan kewajibannya, tapi masih tertahan haknya.
Sipemodal telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memberikan
sejumlah modal, yang memprodukifkan modal juga telah melaksankan
kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut.
Hak bagi mereka berdua akan timbul ketika usaha memproduktifkan
modal tersebut telah menghasilkan pendapatan atau keuntungan tersebut. Sesuai
dengan kesepakantan awal, apakah bagi hasil itu akan dilakukan berdasarkan
pendapatan (ravanue sharing) atau berdasarkan keuntungan (profitsharing).

Certainty in Return Uncertainty in Return


Konvensional Syari,ah Konvensional Syari,ah
Interest rate Keuntungan Discountrate Discountrate
ditentukan dalam jual ditentukan oleh: ditentukan
oleh: beli/sewa 1. preferensi atas dasar
1. Preferensi secara current ekspektasike
current tangguh consumption. untungan,dan
consumption bayar 2. Expected digunakan
2. Expected ditentukan inflation untuk
inflation oleh: 3.Premiumforun menetukan
1.Tingkatkeu certainty nisbah bagi
ntungan tiap Dengan kata hasil.
kali transaksi. lain, (nisbah) bagi
2.Frekuensi actualreturn hasil
transaksipada dipaksakanharus dikalikan
satu periode samadengan dengan
expected actual return,
returnnya. dimana
actual return

13
tidak harus
sama dengan
expectedretur
nnya.

Dengan kata lain, actual return tidak dipaksakan harus sama dengan
expected returnnya. Discount rate ditentukan atas dasar ekspektasi keuntungan,
dan digunakan untuk menentukan nisbah bagi hasil. Bagi hasil yang harus
dibayar adalah nisbah bagi hasil yang dikalikan dengan actual returnnya.
Dengan kata lain actual returnnya tidak harus sama dengan expected returnnya.
Expected Rate of Return adalah tidak ada investasi yang akan dilakukan
kecuali tingkat pengembalian yang diharapkan cukup tinggi untuk
mengkompensasi investor untuk risiko dianggap investasi. Misalnya, investor
akan bersedia untuk membeli saham perusahaan jika pengembalian yang
diharapkan lebih tinggi dari tingkat bunga deposito bank.

C. Penutup
Dari pembahasan diatas, maka dapat kita simpulkan bahwa, Ekonomi Islam
adalah ekonomi yang berbasis bagi hasil. Uang adalah benda-benda yang disetujui
oleh masyarakat sebagai alat perantara untuk mengadakan tukar
menukar/perdagangan. Disetujui adalah terdapat kata sepakat di antara anggota-
anggota masyarakat untuk menggunakan satu atau beberapa benda sebagai alat
perantara dalam kegiatan tukar menukar.
Perbedaan konsep uang dalam ekonomi Islam dan konvensional terdapat
pada uang yang tidak identik dengan modal, uang adalah public goods, modal
adalah private goods, uang adalah flow concept, dan modal adalah stock concept
dalam konsep uang secara Islam.
Sedangkan konsep uang dalam konvensional yaitu uang seringkali
diidentikkan dengan modal, uang (modal) adalah private goods, Uang (modal)
adalah flow concept, dan Uang (modal) adalah stock concept.
Dalam ekonomi bagi hasil, maka yang digunakan untuk mekanisme
ekonominya adalah nisbah bagi hasil dan return usaha yang terjadi secara riil.
Inilah, maknanya ajaran Islam yang menganjurkan menggunakan konsep Economic

14
Value of Time. Artinya, waktulah yang memiliki nilai ekonomi, bukan uang
memiliki nilai waktu. Faktor yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana
seseorang memanfaatkan waktu itu. Semakin efektif (tepat guna) dan efisien (tepat
cara), maka akan semakin tinggi nilai waktunnya.
Profitability (Profitable) yaitu konsep bagi hasil yang terdapat dalam system
ekonomi syariah. Dalam konsep ini bagi hasil yang nyata, resiko dan keuntungan
ditanggung bersama.
Risiko dalam sistem profit-share (bagi hasil) tidak terdapat suatu fixed
andcertain return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan loss and profit sharing
berdasarkan produktifitas nyata dari dana tersebut.
Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh perusahaan,
individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang dilakukan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Nasution, Mustafa Edwin, dkk, Ekonomi Islam: Pengenalan Eksklusif (Jakarta:


Kencana, 2010)

Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi: Teori Pengantar (Jakarta: Rajawali Pers, 2012)

Karim, Adiwarman A., Ekonomi Makro Islam, (Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.
2006)
_________________., Ekonomi Makro Islami : Edisi 2, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2008).

Subramanyam dn John J.Wild. Analisis Laporan Keuangan. (Jakarta : Salemba Empat,


2011)

Taufik Hidayat, Buku Pintar Investasi Syariah, (Jakarta: Media Kita, 2011

16

Anda mungkin juga menyukai