Anda di halaman 1dari 29

LAPORAN

PRAKTIKUM HISTOLOGI
“JARINGAN DASAR”

Nama : Arya Adhi Yoga Wikrama Jaya


Nim : 018.06.0031
Di Susun Oleh :
Kelas/Sesi : B/1
Dosen : Rusmiatik, S.Si., M.Biomed
: dr. Rizki Mulianti, S.Ked

BAGIAN HISTOLOGI LABORATORIUM TERPADU I


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya dan dengan kemampuan yang kami miliki, penyusunan makalah
Praktikum Histologi Jaringan dasar dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini membahas mengenai hasil Praktikum Histologi Jaringan
dasar. Penyusunan makalah ini tidak akan berjalan lancar tanpa bantuan dari
berbagai pihak, maka dari itu dalam kesempatan ini kami mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Rusmiatik, S.Si., M.Biomed dan dr. Rizki Mulianti, S.Ked selaku
fasilitator dalam Praktikum Histologi
2. Sumber literatur dan jurnal ilmiah yang relevan sebagai referensi kami
dalam berdiskusi.
3. Keluarga yang kami cintai yang senantiasa memberikan dorongan dan
motivasi.
Mengingat pengetahuan dan pengalaman kami yang terbatas untuk menyusun
makalah ini, maka kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan makalah ini. Kami berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua.

Mataram, 21 November 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 2

DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 5

1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 5

1.2 Tujuan Praktikum ....................................................................................... 6

1.3 Tujuan Praktikum ....................................................................................... 6

BAB II .................................................................................................................... 7

2.1. Jaringan Epitel ....................................................................................... 7

2.2. Jaringan Ikat........................................................................................... 9

BAB III ................................................................................................................. 15

3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................... 15

3.2 Alat dan Bahan .......................................................................................... 15

3.3 Cara Kerja ................................................................................................. 15

BAB IV ................................................................................................................. 17

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 17

4.1 Hasil ............................................................................................................ 17

4.2 Pembahasan ............................................................................................... 22

4.2.1 Male Oral Ephitelium ........................................................................... 22

4.2.2 Simple Squamous Ephitel ..................................................................... 22

4.2.3 Simple Cuboidal Ephitel ....................................................................... 23

4.2.4 Simple Columnar Ephitel...................................................................... 23

3
4.2.5 Stratified Columnar Epithel .................................................................. 24

4.2.6 Pseudostratified Epithelium .................................................................. 24

4.2.7 Stratified Squamous Epithel ................................................................. 24

4.2.8 Transitional Epithelium ........................................................................ 25

4.2.9 White Fibrous Tissue ............................................................................ 25

4.2.10 Adipose Tissue.................................................................................... 26

4.2.11 Areoral Tissue ..................................................................................... 27

4.2.12 Mucous Tissue .................................................................................... 27

4.2.13 Reticular Tissue .................................................................................. 27

BAB V................................................................................................................... 28

5.3 Kesimpulan ................................................................................................ 28

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29

4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel yang merupakan unit
fungsional dan herediter terkecil dari makhluk hidup. Makhluk hidup ada
yang tersusun atas satu sel saja yang disebut makhluk hidup uniseluler dan
tersusun atas jutaan bahkan milyaran sel yang disebut makhluk hidup
multiseluler. Makhluk hidup tingkat tinggi yang termasuk dalam kindom
hewan dan tumbuhan tersusun dalam milyaran sel. Sel tersebut dapat
bekerja secara bersamaan sesuai dengan fungsinya masing-masing
sehingga makhluk hidup itu dapat hidup dan melaksanakan aktivitasnya.
Jaringan dasar adalah jaringan yang mendasari terbentuknya organ tubuh
yang fungsional (Anonim, 2017).
Histologi berasal dari kata Histos yang memiliki arti jaringan dan
berasal dari kata Logos yang memiliki arti ilmu. Jadi histologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang struktur dan fungsi jaringan secara detail
menggunakan mikroskop pada sediaan jaringan yang dipotong tipis.
Histologi dapat juga disebut sebagai ilmu anatomi mikroskopis dan kimia.
Zat-zat kimia di dalam jaringan dan sel dapat dikenali dengan reaksi kimia
yang menghasilkan senyawa berwarna tak dapat larut, diamati dengan
mikroskop cahaya atau penghamburan elektron oleh presipitat yang dapat
diamati menggunakan mikroskop elektron (Gartner, 2014).

5
1.2 Tujuan Praktikum
1.2.1 Mempelajari ciri-ciri dan struktur histologis mcam-macam jaringan
pada manusia.
1.3 Tujuan Praktikum
1.3.1 Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui
bentuk, struktur, dan fungsi dari jaringan yang terdapat pada mahluk
hidup khususnya manusia.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

Jaringan adalah kumpulan dari sel-sel sejenis atau berlainan jenis termasuk
matrik antar selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Meskipun
sangat komplek tubuh mamalia hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan yaitu jaringan
epitel, penyambung/pengikat, otot dan saraf. Dalam tubuh jaringan ini tidak
terdapat dalam satuan-satuan yang tersendiri tetapi saling terhubung satu dengan
yang lain dalam perbandingan yang berbeda-beda menyusun suatu organ dan
sistema tubuh. Jaringan penyambung ditandai banyaknya bahan intersel yang
dihasilkan oleh sel-selnya; jaringan otot terdiri dari sel-sel panjang yang
mempunyai fungsi khusus yaitu kontraksi dan jaringan saraf terdiri dari sel-sel
dengan prosesus panjang yang menonjol dari bahan sel dan mempunyai fungsi
khusus yaitu menerima, membangkitkan dan menhantarkan impuls saraf. (Tri
Harjana, 2011).

2.1.Jaringan Epitel
Jaringan epitel (epithelium) adalah jaringan yang melapisi suatu
rongga dalam atau suatu permukaan luar. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel
yang tersusun rapat sehingga tidak terdapat ruang antar sel. Lapisan sel
epithelium bertumpu pada suatu membran dasar yang biasa disebut membran
basalis. Berdasarkan atas banyaknya lapisan sel yang menyusunnya, maka
epithelium dapat dibedakan menjadi epithelium selapis dan epithelium
berlapis. Sedangkan atas dasar bentuk selnya maka sel epitel dapat berbentuk
pipih (squamosa), kubus (kuboid), atau memanjang (kolumner). Sel-sel epitel
dapat pula dilengkapi dengan rambut-rambut halus (silia atau rambut getar)
pada permukaan distalnya. Beberapa sel epitel juga dapat mengalami
modifikasi (Nasir, 1994).
Jaringan epitel bersifat unisellur dan multiseluler yang tersusun
kompak serta tidak memiliki ruang antarsel. Letak jaringan epitel terdapat di
sepanjang sistem pencernaan yang membantu dalam penyerapan nutrisi yang

7
dibutuhkan tubuh dari proses pencernaan. sekresi enzim dan hormon serta
ekskresi produk sampingan yang tidak dinginkan seperti pada ginjal dan
kelenjar keringat. Pada daerah paru-paru, lapisan epitel membantu
menyebarkan oksigen di semua bagian tubuh dan yang terdapat dibagian mata,
hidung dan lidah adalah untuk meningkatkan sensivitas.
Fungsi utama jaringan epitel adalah sebagai lapisan pelindung yang
melindungi jaringan dibawahnya sel (epitheliocytus).
Fungsi khusus jaringan epitel adalah :
1. Sebagai Perlindungan, sel epitel di kulit berfungsi dalam melindungi
jaringan dibawahnya dari jaringan mekanik, bahan kimia berbaya,
bakteri yang masuk dan dari kehilangan air yang banyak atau
berlebihan.
2. Sebagai Penerima Impuls, sel epitel khusus ditembus dari rangsangan
sensorik dimana sel epitel terdapat ujung saraf sensorik yang berada
pada telinga, kulit, lidah, dan hidung.
3. Sebagai Alat Absorpsi, sel epitel yang melapisi usus kecil menyerap
nutrisi dari pencernaan makanan.
4. Sebagai Alat Sekresi, Pada kelenjar, jaringan epitel khusus untuk
mengeluarkan zat-zat kimia tertentu seperti hormon, cairan pelumas
dan enzim.
5. Sebagai Alat Penyaring atau Filtrasi, epitel bersilia membantu dalam
menghilangkan partikel debu dan benda asing yang masu ke saluran
udara.
6. Sebagai Alat Ekskresi, jaringan epitel pada ginjal mengekskresikan
produk limbah dari tubuh dan menyerap bahan bahan yang diperlukan
dari urin. Keringat juga dikeluarkan dari tubuh oleh sel-sel epitel di
kelenjar keringat.
7. Mengurangi Gesekan, sel-sel epitel yang halus, erat dan saling terkait
melapisi seluruh sistem peredaran darah mengurangi gesekan antara
darah dan dinding pembuluh darah.

8
8. Sebagai Alat Difusi, epitel sederhana meningkatkan difusi gas, cairan
dan nutrisi. Karena mereka membentuk lapisan tipis, mereka ideal
untuk difusi gas seperti pada dinding kapiler dan paru-paru.
Ciri-Ciri Jaringan Epitel adalah :
1. Dapat ditemukan di seluruh tubuh
2. Berbentuk pipih, batang dan kubus
3. Bentuk sel penyusunnya bervariasi bergantung pada fungsi dan
letaknya
4. Tidak terdapat material di antara sel-sel penyusunnya
5. Sebagai penutup dan kelenjar
6. Tersusun sel dan molekul ekstraseluler yang berbentuk matriks yang
berguna untuk mengikat jaringan dengan bagian bawahnya
7. Mempunyai sebuah permukaan yang tidak berhubungan dengan
jaringan lain, sedangkan pada permukaan lainnya berhubungan dengan
membrane bawahnya.
8. Beberapa jenis epitel menunjukkan spesialisasi yaitu berupa tonjolan
jaringan untuk memperluas permukaan, memindahkan partikel asing
atau untuk pergerakan
Sifat-Sifat Jaringan Epitel adalah :
1. Terdiri atas selapis atau beberapa lapis sel
2. Mempunyai sifat regenerasi (pertumbuhan kembali)
3. Umumnya dilengkapi dengan mikrovili, flagela, dan stereosilia.
4. Bentuk sel penyusunnya bervariasi yang bergantung dari fungsi dan
letaknya dalam tubuh

Terdapat lamina basalis, lamina basalis adalah struktur


ekstraselular yang berupa lembaran dengan mengikat jaringan
dibawahnya.
2.2.Jaringan Ikat
Jaringan ikat atau jaringan penyambung merupakan jaringan yang
menghubungkan jaringan atau organ yang satu dengan jaringan atau organ
yang lain. Fungsi jaringan ikat adalah melekatkan suatu jaringan ke jaringna

9
lain, menyokong atau menunjang organ, melindungi dan memberi struktur
pada organ-organ, membentuk darah dan limfa, menyimpan lemak, serta
mengisi rongga di antara organ-organ. (Sri Pujianto 2008 : 49).
A. Fungsi Jaringan Ikat :
1. Support (penyokong/ pendukung), pertahanan fisik maupun
imunologik
2. Packing (melindungi)
3. Storange (menyimpan), penyimpanan cadangan: air dan elektrolit
(sodium pada matriks ekstraseluler), energy lipid (lemak)
4. Transport (menyalurkan /transportasi), transport pembuluh darah ,
limfe.
5. Repair (memperbaiki), penyembuhan: luka diapedesis (sel
inflamasi) fibroblast, collagen menutup luka fagositosis bekuan
darah, jaringan rusak, partikel asing.
B. Struktur Jaringan Ikat
Ciri khusus jaringan ikat yaitu memiliki komponen interseluler
yang disebut matriks. Matriks disekresikan oleh sel-sel jaringan ikat.
Dengan demikian secara garis besar, jaringan ikat terdiri atas sel-sel
jaringan ikat dan matriks. Bentuk sel-sel jaringan ikat tidak teratur,
sitoplasma bergranula dan inti selnya menggelembung. Apabila sel ini
menyusun tulang rawan, maka sel ini disebut kondrosit, jika menyusun
tulang disebut osteosit, dan jika menyusun jaringan konektif yang
longgar maka disebut fibroblas.
Berikut ini adalah matriks dan sel-sel yang terdapat pada matriks.
1. Matriks
Matriks tersusun dari serat-serat dan bahan dasar.
a. Serat
Berdasarkan bentuk dan reaksi kimianya serat pada
matriks dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu serat
kolagen, elastis, dan retikuler.
b. Bahan dasar

10
Bahan dasar penyusun matriks adalah
mukopolisakarida sulfat dan asam hialuronat. Bentuk bahan
dasar ini adalah homogen setengan cair. Jika kandungan
asam hialuronat tinggi maka sifat matriks menjadi lentur.
Namun jika kandungan mukopolisakarida sulfatnya tingi,
matriks menjadi kaku. Bahan dasar ini jika terdapat
didalam sendi bersifat kental dan jika terdapatdidalam
tulang punggung bersifat padat.
2. Sel-sel Jaringan Ikat
Ada berbagai jenis sel yang tertanam dalam matriks dan
memiliki berbagai fungsi, diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Fibroblas
Berfungsi mensekresikan protein, khususnya
fibroblas yang berbentuk serat.
b. Makrofag
Makrofag berbentuk tidak teratur dan khusus
terdapat didekat pembuluh darah, makrofag dapat
digerakkan jika terjadi peradangan ditempat lain
(jaringan lain).
c. Sel tiang
Berfungsi menghasilkan substansi heparin dan
histamine. Herapin berfungsi mencegah pembekuan
darah, sedangkan histamine berfuungsi meningkatkan
permeabeilitas kapiler darah.
d. Sel lemak
Sel lemak adalah sel yang terspesialisasi khusus
untuk menyimpan lemak. Jika jaringan ikat banyak
mengandung sel lemak, maka disebut jaringan adiposa.
e. Berbagai jenis sel darah putih
Sel darah putih berfungsi melawan pathogen,
yang berupa bakteri, virus atau protozoa yang

11
menimbulkan penyakit. Sel-sel ini dapat bergerak bebas
secara diapedesis diantara darah, limfa, atau jaringan
ikat untuk membersihkan pathogen. Ada dua jenis sel
darah putih yaitu yang bergranula (granulosit), terdiri
atas limfosit dan monosit.
C. Jenis-jenis Jaringan Ikat
Jaringan ikat dibagi menjadi dua tipe dasar, yaitu jaringan ikat
longgar dan jaringan ikat padat.
1. Jaringan Ikat Longgar
Jaringan ikat longgar dicirikan oleh susunan secara
serat-seratnya yang longgar. Jaringan ikat longgar memiliki
banyak subtansi dasar dan memiliki sejumlah sel dengan
berbagai tipe.
Jaringan ikat longgar dibentuk oleh sel-sel mesenkim.
Sel-sel ini berasal dari jaringan embrional. Dalam
perkembangannya, sel-sel mesenkim akan berubah bentuk
seperti gelondong membentuk struktur yang disebut fibrosit.
Fibrosit berkembang menjadi serabut elastin dan serabut
kolagen. Sel pembentuk jaringan ikat longgar yang lain adalah
hidrosit. Serabut-serabut ini merupakan pengisi martiks
jaringan. Sel ini berfungsi menghancurkan benda-benda asing.
Serabut-serabut ini mengisi matriks jaringan ikat dalam keadan
longgar sehingga jaringan ikat longgar bersifat lentur.
Fungsi jaringan ikat longgar adalah sebagai berikut:
a. Memberi bentuk organ-organ daalm, misalnya kelenjar
limfa, sumsum tulang, dan hati.
b. Menyokong, mengelilingi, dan menghubungkan elemen
dari seluruh jaringan lain, misalnya: Menyelubungi
serat-serat otot, melekatkan jaringan dibawah kulit,
membentuk membrane yang membatasi jantung dan
rongga perut, membentuk membrane yang disebut

12
mesenteris yang berfungsi menempatkan organ pada
posisi yang tepat.
Contoh jaringan ikat longgar adalah jaringan
penghubung antara jaringan kulit dan jaringan otot
dibawahnya, serta antara jaringan pembuluh darah dan
jaringan saraf.
2. Jaringan Ikat Padat

Jaringan ikat padat hampir mempunyai susunan yang


sama dengan susunan jaringan ikat longgar, tetapi matriksnya
berisi lebih banyak serabut dengan susunan yang teratur dan
kompak. Jaringan ikat padat dicirikan dengan susunan serat-
serat yang padat. Jaringan ini hanya memiliki sedikit subtansi
dasar dan sedikit sel-sel jaringan ikat.
Komponen utama penyusun jaringan ikat padat adalah
kolagen berwarna putih sehingga jaringan ini sering pula
disebut jaringan ikat serabut putih. Jaringan ikat padat bersifat
tidak elastis, tetapi cukup fleksibel. Contoh jaringan ikat padat
adalah tendon, ligamen, dan fasia. Adapun fasia adalah
jaringan ikat yang berfungsi melapisi jaringan otot dan
berbentuk lambaran.
Jaringan ikat padat dibagi menjadi dua jenis yaitu
jarinagn ikat padat teratur dan tak teratur.
a. Jaringan ikat padat tak teratur
Jaringan ikat padat tak teratur mempunyai pola yang
tidak teratur. Jaringan ini terdapat pada bagian dermis kulit
dan pembungkus tulang.
b. Jaringan ikat padat teratur
Jaringan ikat padat teratur mempunyai pola yang
teratur. Jarinagn ini terdapat pada tendon yang merupakan
bagian yang menghubungkan jaringan otot dan jarinagn

13
tulang, dan ligamen berupa penghubung antar tulang yang
berbentuk terpilin.

14
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
3.1.1 Hari/tanggal : Kamis, 18 November 2021
3.1.2 Waktu : 13.30-15.10 WITA
3.1.3 Tempat : Laboratorium Terpadu I Fakultas Kedokteran
Universitas Islam Al-Azhar
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat dan bahan
1. Mikroskop Binokuler
2. Buku Atlas Histologi
3. Preparat Male Oral Epithelium
4. Preparat Simple Squamous Epithel
5. Preparat Simple Cuboidal Epithel
6. Preparat Simple Columnar Epithel
7. Preparat Stratified Columnar Epithel
8. Preparat Transitional Epithelium
9. Preparat White Fibrous Tissue
10. Preparat Adipose Tissue
11. Preparat Areoral Tissue
12. Preparat Mucous Tissue
13. Preparat Reticular Tissue
14. Preparat Pseudostratified Epithelium
3.3 Cara Kerja
1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
2. Mengamati preparat yang telah di sediakan satu-persatu
dibawah mikroskop.
3. Menggambar hasil pengamatan dan memperhatikan perbesaran
yang telah digunakan, mewarnai dan memberi keterangan.

15
4. Membersihkan meja praktikum sebelum meninggalkan
laboratorium.

16
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
Pada praktikum pengenalan mikroskop, dilakukan pengamatan untuk
mempelajari bagaimana cara mengamati suatu objek menggunakan
mikroskop binocular. Pengamatan dilakukan dengan objek preparate
jaringan dan bakteri. Preparate jaringan tubuh diamati dengan lensa
objektif perbesaran 4x, 10x dan 40x, sedangkan untuk objek preparate
bakteri menggunakan perbesaran 100x dan menggunakan oil emersion
untuk memperjelas pada saat melaukan pengamatan.
Tabel 1Hasil Pengamatan Histologi

No Nama Preparat Gambar Pembahasan

Male Oral
1
Epithelium

1. Serat Otot
Polos
Simple Squamous 2. Sel
2
Epithel Adiposa
3. Jaringan
Ikat

17
Simple
3 Cuboidal
Epithel

1. Membrana
Simple Basalis
4 Columnar 2. Jaringan Ikat
Epithel 3. Pembuluh
Darah

Stratified
5 Columnar
Epithel

18
1. Jaringan Ikat
Pseudostratified 2. Pembuluh
6
Epithelium Darah
3. Sel Basal

1. Stratum
Korneum
Stratified 2. Stratum
7
Squamous Epithel Spinosum
3. Startum
Basalis

1. Epitel
Transisional
Transitional 2. Jaringan Ikat
8
Epithelium 3. Serat Otot
Polos
4. Arterior

19
White Fibrous
9
Tissue

1. Jaringan Ikat
10 Adipose Tissue 2. Mesotel
3. Venuola

1. Fibroblas
11 Areoral Tissue 2. Serat Elastik
3. Sel Mast

20
1. Fibroblas
2. Serat
12 Mucous Tissue Kolagen
3. Pembuluh
Darah

1. Serat
13 Reticular Tissue Kolagen
2. Serat Elastik

21
4.2 Pembahasan
4.2.1 Male Oral Ephitelium
Rongga mulut dilapisi oleh selaput lendir (mukosa mulut) yang
terdiri dari epitel skuamosa berlapis, yang mungkin atau mungkin
tidak keratin, dan lapisan jaringan ikat yang mendasarinya, lamina
propria. Permukaannya tetap lembab dengan mukus yang dihasilkan
oleh kelenjar ludah mayor dan banyak kelenjar ludah minor. Mukosa
mulut disuplai dengan baik dengan ujung saraf dan, pada permukaan
dorsal lidah, ujung sensorik khusus untuk pengecapan. Submukosa di
bawah lamina propria rongga mulut bervariasi. Kadang-kadang lamina
propria dan submukosa secara substantif sangat mirip sehingga mereka
menyatu tanpa terlihat. Dalam slide Anda, submukosa akan dibedakan
dari lamina propria hanya dengan adanya kelenjar ludah minor dalam
jaringan bertekstur longgar, dan kami tidak meminta Anda untuk
mengenali perbedaan ini secara mikroskopis.
4.2.2 Simple Squamous Ephitel
Simple squamous ephitel atau epitel pipih selapis bentuk selnya
pipih, satu lapis dan inti sel pipih. Dalam rongga peritoneum, epitel ini
mengurai gesekan diantara organ-organ viseralis dengan menghasilkan
cairan pelumas dan transpor cairan. Pada sistem kardiovaskuler, epitel
ini memungkinkan transpor cairan, nutrien, dan metabolit secara pasif
melewati dinding kapiler tipis. Di paru-paru, epitel ini memungkinkan
pertukaran atau transpor gas yang efisien melalui kapiler berdinding
tipis dan alveoli. Contoh jaringan ini adalah pembuluh darah, alveoli
dan glomerulus di ginjal.

22
4.2.3 Simple Cuboidal Ephitel
Epitel kuboid selapis tersusun oleh selapis sel berbentuk
heksagonal yang terpotong. Epitel selapis kuboid (epithelium simplex
cuboideum) melapisi berbagai duktus di kelenjar dan organ, tempat
lapisan ini menutupi permukaan untuk memberi perlindungan dan
kekuatan. Epitel kuboid selapis membentuk duktus kelenjar pada
tubuh, lapisan ovarium, dan menyusun beberapa tubulus ginjal. Di
ginjal, epitel ini berfungsi dalam transpor dan absorpsi bahan-bahan
yang terfiltrasi.
4.2.4 Simple Columnar Ephitel
Epitel silindris selapis tersusun atas selapis sel tinggi berbentuk
seperti heksagonal padat. Sel epitel silindris selapis tampak seperti
epitel kuboid selapis pada sudut pandang permukaan; bila diamati pada
potongan membujur, sel tampak persegi dan tinggi dengan nukleus
bulat telur yang umumnya terletak pada ketinggian yang sama yakni
pada bagian basal sel. Epitel silindris selapis ditemukan pada
permukaan sebagian besar saluran cerna, kandung empedu, dan duktus
besar pada kelenjar. Epitel silindris selapis yang melapisi uterus,
oviduk, duktuli eferentes, dan bronkus kecil mempunyai silia.

23
4.2.5 Stratified Columnar Epithel
Epitel silindris berlapis terdiri atas lebih dari selapis sel.
Lapisan superfisialnya berbentuk silindris. Epitel silindris berlapis
tersusun oleh lapisan sel berbentuk polihedral sampai kuboid di
bawah yang berkontak dengan lamina basalis dan selapis sel
silindris superfisial. Epitel ini ditemukan hanya pada beberapa
ternpat pada tubuh-yakni konjungtiva mata, duktus ekskretori besar
tertentu, dan daerah uretra laki-laki.
4.2.6 Pseudostratified Epithelium
Epitel bertingkat semu (epithelium pseudostratificatum)
mengandung sel goblet dan sel bersilia. Sel bersilia membersihkan
udara yang masuk dan mengalirkan mukus dan partikel halus
melalui permukaan sel ke rongga mulut untuk dikeluarkan
4.2.7 Stratified Squamous Epithel
Epitel berlapis gepeng terdiri dari banyak lapisan sel. Sel-
sel basal (cellula basalis) berbentuk kuboid atau silindris, sel-sel ini
menghasilkan sel-sel yang berimigrasi ke permukaan dan menjadi
gepeng. Terdapat dua jenis epitel berlapis gepeng yaitu, tidak
berkeratin dan berkeratin. Epitel gepeng berlapis (tidak berkeratin)
tersusun oleh beberapa lapisan sel dan lapisan paling atas
mempunyai inti. Epitel gepeng berlapis (berkeratin) berbeda pada
lapisan sel yang menyusun permukaan yang adalah set mati, tidak
berinti, dan dipenuhi keratin.

24
4.2.8 Transitional Epithelium
Epitel transisional hanya ditemukan di saluran eksretorius
sistem urinarius. Epitel ini melapisi lumen kaliks ginjal, pelvis, ureter
dan VU. Epitel ini terdiri atas beberapa lapisan sel yang serupa. Epitel
berubah bentuknya sebagai respons terhadap peregangan, akibat
akumulasi cairan, atau mengkerut saat mengeluarkan urine. Sel-sel ini,
yang terkadang disebut sel payung, terutama bersifat protektif dari efek
urine yang hipertonik dan berprotensi sitotoksik. Hal yang penting,
bentuk sel permukaan berubah sesuai derajat peregangan kandung
kemih.
4.2.9 White Fibrous Tissue
Jaringan fibrosa putih adalah jaringan ikat di mana ada proporsi
yang lebih besar dari serat inelastis putih daripada serat elastis.
Dominasi serat kolagen (putih, tidak elastis) berkontribusi pada
kekuatan mekanik yang cukup besar dari jaringan fibrosa putih.

25
4.2.10 Adipose Tissue
Jaringan adiposia (lemak) adalah jenis jaringan ikat khusus,
yang terutama terdiri atas sel-sel lemak atau adiposit. Jaringan adiposa
juga mengisi ruang antar jaringan lain dan membantu menahan
sejumlah organ di tempatnya. Jaringan adiposa subkutan membantu
membentuk permukaan tubuh, sedangkan yang terdapat dalam bentuk
bantalan berfungsi sebagai peredam goncangan, terutama di telapak
tangan dan telapak kaki.
Terdapat dua jenis jaringan adiposa dengan lokasi, struktur,
warna dan ciri patologis yang berbeda. Jaringan adiposa putih, jenis
yang tersering, terdiri atas sel-sel yang mengandung satu tetes
(droplet) lemak kuning-keputihan berukuran besar di bagaian tengah di
sitoplasmanya bila berkembang sempurna. Jaringan adiposa coklat,
terdiri atas sel-sel yang mengandung banyak tetes lipid di antara
sejumlah besar mitokondria, yang membuat sel ini tampak lebih gelap.
Kedua jenis jaringan adiposit tersebut mendapatkan suplai darah dalam
jumlah yang besar.

26
4.2.11 Areoral Tissue
Jaringan ikat longgar, dikenal juga sebagai jaringan ikat
areolar, mengisi ruang di bawah kulit, berada di bawah lapisan mesotel
yang melapisi rongga tubuh, tunika adventisia pembuluh darah, dan di
sekeliling parenkim kelenjar. Jaringan ikat longgar pada lapisan
mukosa (seperti pada saluran cerna) disebut juga lamina propria.
Jaringan penyambungan longgar (areolar) terdiri atas serat serat yang
tersusun longgar dan sel-sel yang tersebar di dalam substansi dasar
serupa gel
4.2.12 Mucous Tissue
Jaringan mukosa memiliki banyak substansi dasar yang
terutama terdiri atas asam hialuronat, yang membuatnya menjadi
jaringan mirip jeli yang mengandung sangat sedikit serat kolagen
dengan sebaran fibroblas. Jaringan mukosa merupakan komponen
utama tali pusat, yang disebut Wharton's jelly. Bentuk jaringan ikat
serupa juga ditemukan di dalam pulpa gigi yang masih muda. jaringan
mukosa terutama ditemu kan di tali pusat (korda umbilikalis) dan
jaringan janin.
4.2.13 Reticular Tissue
Dalam serat jaringan retikular dari kolagen tipe III membentuk
jaringan 3D yang halus yang menyangga berbagai jenis sel. Jaringan
fibrosa dari jaringan ikat ini khusus diproduksi oleh fibroblas
dimodifikasi disebut sel retikular yang tetap terikat dan sebagian
menutupi serat. Serat retikular yang mengalami glikosilasi membentuk
kerangka arsitektural yang mencipta kan lingkungan mikro khusus
bagi organ hematopoietik dan organ limfoid (sumsum tulang, kelanjar
getah bening, dan limpa).

27
BAB V
PENUTUP
5.3 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa jaringan adalah
kumpulan dari sel-sel sejenis atau berlainan jenis termasuk matrik antar
selnya yang mendukung fungsi organ atau sistem tertentu. Meskipun
sangat komplek tubuh mamalia hanya tersusun oleh 4 jenis jaringan yaitu
jaringan : epitel, penyambung/pengikat, otot dan saraf. Ilmu yang
mempelajari tentang jaringan disebut histologi. Histologi berasal dari kata
Histos yang memiliki arti jaringan dan berasal dari kata Logos yang
memiliki arti ilmu. Jadi histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
struktur dan fungsi jaringan secara detail menggunakan mikroskop pada
sediaan jaringan yang dipotong tipis. Jaringan epitel (epithelium) adalah
jaringan yang melapisi suatu rongga dalam atau suatu permukaan luar.
Jaringan ikat atau jaringan penyambung merupakan jaringan yang
menghubungkan jaringan atau organ yang satu dengan jaringan atau organ
yang lain.

28
DAFTAR PUSTAKA

Chalik, R. 2016. Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta : KEMENKES RI

Eroschenko, Victor P. 2012. Atlas Histologi Difiore Dengan Korelasi Fungsional


Edisi 11. Jakarta : EGC.

Gartner, LP., Hiatt, JL. 2014. Color Textbook of Histology, Edition-3th.


Philadepia : Elsevier.

Guyton, A. C., Hall, J. E.2014.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 12. Jakarta :
EGC

Koesoemah, Hetty Anggarawati. 2017. Histologi dan Anatomi Fisiologi Manusia.


Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Mariano, S.H. di Fiore (1989). Atlas Histologi Manusia (Atlas of normal


histology). Edisi 6.Diterjemahkan oleh: Martopawiro dkk. Jakarta: EGC
Penerbit Buku Kedokteran.

Mescher, Anthony L. 2013. Histologi Dasar Junqueira Edisi 12. Jakarta : EGC.

Muhammadiah, Asia, dan Hilda. 2010. Penuntun Praktikum Struktur Hewan.


Jurusan Biologi. FMIPA UNM. Makassar.

Sherwood, Lauralee. 2018. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem Edisi 9. Jakarta :
EGC.

29

Anda mungkin juga menyukai