Oleh
SATRIANTI
B1D 016 257
FAKULTAS PETERNAKAN
UNVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
STATUS NUTRISI SAPI BALI CALON PEJANTAN
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN
HIJAUAN MAKANAN TERNAK
SERADING SUMBAWA
Oleh
SATRIANTI
B1D 016 257
SKRIPSI
FAKULTAS PETERNAKAN
UNVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
ii
STATUS NUTRISI SAPI BALI CALON PEJANTAN
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN
HIJAUAN MAKANAN TERNAK
SERADING SUMBAWA
Oleh
SATRIANTI
B1D0 162 57
Menyetujui :
Mengesahkan:
Fakultas Peternakan Universitas Mataram
Program Studi Peternakan
Ketua,
iii
DEDIKASI
“ Ilmu yang sejati, seperti barang berharga lainnya, tidak bisa diperoleh dengan
mudah. Ia harus diusahakan, dipelajari, dipikirkan dan lebih dari itu harus selalu
disertai Doa.”
“janganlah menyerah ketika kamu masih mampu berusaha lagi. Tidak akan ada
(Brian Dyson)
2. Adik ku tercinta : Elis komalasari dan Zulkifli atas dukungan dan doa’nya
selama ini.
5. Drh. Rian dan Drh. Ray yang selalu membantu gembala sapi setiap hari.
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan
hidayah-Nya yang senantiasa dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “STATUS NUTRISI SAPI BALI CALON
PEJANTAN DI BPT-HMT SERADING” sebagai syarat untuk meyelesaikan
program sarjana (S1) pada Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan
serta rintangan yang penulis hadapi namun pada akhirnya penulis dapat
melaluinya berkat adanya bimbingan dan bantuan berbagai pihak baik secara
materi, moril dan spiritual. Untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan dorongan semangat,
nasehat serta doa untuk kelancaran studi penulis sehingga penulis mampu
melewati hal tersulit sekalipun.
2. Bapak Bapak Ir. H. Oscar Yanuarianto, MP dan Ir. Muhamad Amin, M.Si
selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan telah
membuka wawasan penulis tentang ilmu-ilmu peternakan.
3. Bapak Ir. Sofyan D Hasan, MP selaku penguji skripsi.
4. Seluruh pimpinan, tenaga pengajar dan tenaga administratif Fakultas
Peternakan Universitas Mataram yang telah memungkinkan penulis untuk
menuntut ilmu di Fakultas Peternakan Universitas Mataram.
5. Kepala Balai Pembibitan Ternak dan Hijauan Makanan Ternak Serading,
Bapak Ir. Suryadi AK, M.Si, , Bapak Abdul Muthalib S.Pt dan staf-staf BPT-
HMT Serading yang tah banyak membantu dan meberikan arahan selama
Penelitian berlangsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk
itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan
penulisan yang akan datang.
Mataram, November 2020
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL.............................................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... iii
DEDIKASI....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR...................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL............................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... x
INTISARI......................................................................................................... xi
ABSTRACT..................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian.................................. 3
vi
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................... 25
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian.............................................. 25
4.2 Pengukuran Produksi Padang Pengembalaan................................ 26
4.3 Grazing Capacity ( Daya Tampung Ternak )................................. 28
4.4 Kandungan Nutrisi Bahan Pakan................................................... 29
4.5 Manajemen Pemeliharaan.............................................................. 32
4.6 Konsumsi Pakan............................................................................ 33
4.7 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)................................... 39
RINGKASAN .................................................................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 48
LAMPIRAN..................................................................................................... 52
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... 82
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Sapi Bali Jantan............................................................................................ 4
2. Padang penggembalaan star grass................................................................ 15
3. Denah lokasi penelitian ( Sumber BPT-HMT Serading).............................. 24
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Data BB dan PBBH ternak objek penelitian ............................................... 51
2. Data konsumsi pakan................................................................................... 51
3. Total konsumsi pakan selama 3 bulan ( Minggu ke 1-12)........................... 52
4. Kebutuhan Nutrisi Sapi Bali Jantan dan kandungan
nutrisi bahan pakan........................................................................................... 54
5. Interpolasi kebutuhan dan konsumsi nutrisi BK, PK dan TDN
Sapi Bali Jantan................................................................................................ 56
6. Foto Kegiatan Penelitian .............................................................................. 77
x
STATUS NUTRISI SAPI BALI CALON PEJANTAN
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN
HIJAUAN MAKANAN TERNAK
SERADING SUMBAWA
ABSTRAK
Oleh
SATRIANTI
B1D 016 257
Kata kunci :Status nutrisi, Bahan Bahan kering, Energi, Protein, Semi Intensif, BPT-
HMT Serading
xi
NUTRITIONAL STATUS OF BALI COW PROSPECTIVE FOR
LIVESTOCK AND GREEN FOOD SEECENTER
SERADING SUMBAWA
ABSTRACT
By
SATRIANTI
B1D 016 257
This study aims to determine the nutritional status of dry matter, energy
and protein of prospective bulls in Bali's Livestock Breeding and Forage Forage
Center Serading. This direct observation method was conducted from June to
September 2020 located in BPT-HMT Serading, Moyo Hilir sub-district,
Sumbawa regency, using 10 young male Bali cows with an average age of 24
months. The results showed that BPT-HMT Serading implemented a semi-
intensive maintenance system on prospective male bali cattle by being given main
feed such as king grass, lamtoro, gamal and corn straw. Apart from being penned,
cattle are also herded with a duration of 2-3 hours / day shepherding in African
star grass. The average pasture production is 12,000 kg / ha / year and can
accommodate 0.4 UT / ha / year. The results also showed that the consumption of
dry matter, energy and protein from feed in prospective male bali cows whose
average weight was 114 kg and PBBH 0.08 was smaller than the dry matter
requirements for energy and protein required.
Key words: Nutritional content, dry matter, energy, protein, semi-intensive, BPT-HMT
Serading
xii
BAB I
PENDAHULUAN
yang paling besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukan bahwa walaupun
memenuhi maka produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Selain itu, pakan
juga merupakan komponen produksi dengan biaya yang besar, yaitu dapat
pemenuhan nutrisi untuk ternak yang diindikasikan oleh bobot tubuh dan
tinggi badan ternak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
Status nutrisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal dari status gizi yaitu cuaca, ketersediaan bahan
luas sekitar 42,52 Ha dan tempat lokasi padang pengembalaan untuk melepas
1
ternak. Jumlah ternak yang ada di BPT-HMT sekitar 184 ekor diantaranya 39
ekor betina dewasa, 5 ekor jantan dewasa, 54 ekor betina muda, 31 ekor
jantan muda dan 55 pedet lepas sapih. Sebagai salah satu pusat pembibitan
salah satu tempat pembibitan Sapi Bali yang dapat menghasilkan bakalan
kebuntingan dan menghasilkan pedet yang baru. Bobot lahir juga tidak
terlepas dari pengaruh Pejantan dimana hanya pejantan tertentu yang dapat
menghasilkan bobot lahir yang tinggi. Pemilihan pejantan yang unggul secara
pakan hal inilah yang juga dialami oleh BPT-HMT serading. Pada kondisi
kuantitas hijuan pakan yang diberikan juga berfluktuatif tentunya ini juga
mengkaji lebih lanjut mengenai “Status Nutrisi Sapi Bali Calon Pejantan
2
1.2 Rumusan Masalah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status nutrisi sapi Bali calon
pemeliharaan sapi bali calon pejantan terutama dalam hal pemenuhan nutrisi
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
salah satu sumber daya genetik ternak asli Indonesia dan juga salah satu jenis
Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan (Sri Rachma, dkk., 2011).
Genus bos dan Sub-Genus Bovine, yang termasuk dalam sub-genus tersebut
1994), sedangkan Williamson dan Payne (1978) menyatakan bahwa sapi Bali
Bovidae, Genus Bos dan sub-genus Bibos. Sapi Bali mempunyai ciri-ciri
4
khusus antara lain: warna bulu merah bata, tetapi yang jantan dewasa berubah
Ciri-ciri fisik sapi Bali antara lain berukuran sedang, berdada dalam,
serta berbulu pendek, halus dan licin. Warna bulu merah bata dan coklat tua
dimana pada waktu lahir, baik jantan maupun betina berwarna merah bata
dengan bagian warna terang yang khas pada bagian belakang kaki. Warna
bulu menjadi coklat tua sampai hitam pada saat mencapai dewasa dimana
jantan lebih gelap daripada betina. Warna hitam menghilang dan warna bulu
merah bata kembali lagi jika sapi jantan dikebiri. Bibir, kaki dan ekor
berwarna hitam dan kaki putih dari lutut ke bawah, dan ditemukan warna
putih di bawah paha dan bagian oval putih yang amat jelas pada bagian
(garis belut). Kepala lebar dan pendek dengan puncak kepala yang datar,
samping dan kemudian ke atas dan runcing (Wiliamson dan Payne, 1993).
keempat kaki dan bagian pantatnya berwarna putih (Abidin, 2002). Pedet
yang harus dipenuhi dari ternak sapi Bali murni, yaitu warna putih pada
bagian belakang paha, pinggiran bibir atas, dan pada paha kaki bawah mulai
tarsus dan carpus sampai batas pinggir atas kuku, bulu pada ujung ekor hitam,
bulu pada bagian dalam telinga putih, terdapat garis hitam yang jelas pada
bagian atas punggung, bentuk tanduk pada jantan yang paling ideal disebut
5
dari dasar sedikit keluar lalu membengkok ke atas, kemudian pada ujungnya
membengkok sedikit keluar. Pada yang betina bentuk tanduk yang ideal yang
disebut manggul gangsa yaitu jalannya pertumbuhan tanduk satu garis dengan
(Hardjosubroto, 1994).
lingkungan yang buruk seperti daerah yang bersuhu tinggi, mutu pakan yang
rendah, dan lain-lain. Tingkat kesuburan (fertilitas) sapi Bali termasuk amat
tinggi dibandingkan dengan sapi lain, yaitu mencapai 83%, tanpa terpengaruh
oleh mutu pakan. Tingkat kesuburan (fertilitas) yang tinggi ini merupakan
salah satu keunikan sapi Bali (Guntoro, 2002). Disamping keunggulan sapi
menjadi tiga, yaitu intensif, ekstensif, dan usaha campuran (mixed farming).
atau hanya dikandangkan pada malam hari dan pada siang hari ternak
6
hutan. Pola tersebut banyak dilakukan peternak di Nusa Tenggara Timur,
kandang (bara). System pemelharaan ini disebut juga dengan system semi
keberadaan lar mulai terancam. Jumlah lar semakin sedikit dan luasannya
diantaranya dengan system intensif dan semi intensif. Beberapa jenis ternak
pemeliharaan pedet, sapi dara, maupun induk dipelihara dengan system semi
intensif, ternak dilepas pada padang penggembalaan pada pagi hari dengan
seperti otot, lemak, tulang dan organ bentuk dan komposisi tubuh yang dapat
7
diukur dalam arti panjang, volume, atau massa (Sonjaya, 2012). Rachma
dada. Kombinasi berat dan besarnya badan umumnya dipakai sebagai ukuran
pertumbuhan.
jenis sapi, jenis kelamin, umur, ransum atau pakan yang diberikan dan teknik
pengolahannya. Diantara jenis sapi lokal, sapi ongole dan sapi Bali
manajemen yang dipakai, tingkat nutrisi yang tersedia dalam pakan, kesehatan
pertambahan bobot badan harian, mingguan atau per satuan waktu lain
(Tillman, dkk.,1998).
periode lahir hingga usia penyapihan dan pubertas, namun setelah usia
pubertas hingga usia dewasa, laju pertumbuhan mulai menurun dan akan terus
8
menurun hingga usia dewasa sampai pertumbuhan sapi berhenti. Sejak sapi
dilahirkan sampai dengan usia pubertas (sekitar umur 12-15 bulan) merupakan
fase hidup sapi yang laju pertumbuhannya sangat cepat. Menurut Amril dkk,
pertumbuhan sapi Bali dari segi pertambahan bobot badan yang diberi rumput
lapang tanpa diberi pakan tambahan adaalah 175,8 gram/hari, namun laju
yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas ternak, baik dari segi
jenis pakan, kualitas dan kuantitas yang cukup sangat dibutuhkan untuk
hanya untuk mengatasi lapar atau sebagai pengisi perut saja melainkan harus
kandungan nutrisi pakan yang diberikan pada ternak juga belum mendapat
Pada kondisi normal, sapi Bali akan bertumbuh dengan pesat sampai
9
mencapai umur dewasa tubuh sekitar 2 tahun. Sapi Bali yang telah mencapai
dewasa tubuh (lebih dari 2 tahun) dapat memanfaatkan pakan dengan kualitas
sapi Bali lepas sapih harus mendapatkan pakan yang berkualitas baik karena
memiliki gizi yang baik diluar kebutuhan dasar, dengan demikian maka
Oldman dan Smith (1982), bahwa level protein akan meningkatkan konsumsi
bahan kering. Pakan yang kurang kandungan nutrisinya seperti protein, juga
10
terutama dalam produksi spermatozoa. Kebutuhan energi untuk hidup
ukuran yang paling tua yang berdasar pada fraksi-fraksi yang tercerna
bahan pakan (Blakely dan Bade, 1998). Menurut Siregar (1994) TDN
adalah jumlah energi dari pakan maupun ransum yang dapat dicerna.
Zat-zat pakan yang dapat menjadi sumber energi yaitu protein, serat
beberapa faktor antara lain bobot badan dan konsumsi pakan itu sendiri.
TDN atau energi merupakan total dari zat pakan yang paling
11
kebutuhan energinya maka lemak tubuh akan dirombak untuk
yaitu protein mikrobia rumen, protein pakan yang lolos dari perombakan
tubuh yang rusak serta untuk produksi. Protein dalam tubuh diubah
bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan yang berasal dari
12
Kebutuhan protein ternak dinyatakan sebagai UDP
pakan yang tidak terdegradasi di dalam rumen dan sampai di usus halus
untuk diserap. Besarnya nilai UDP sangat tergantung dari jenis sumber
BB PBBH BK ME TDN PK Ca P
2
0,25 3,49 26,2 2,09 0,39 34,91 20,95
8
0,50 4,48 33,7 2,69 0,55 44,83 26,90
5
0,75 5,47 41,2 3,28 0,71 54,74 32,84
1
1,00 6,47 48,6 3,88 0,88 64,74 38,79
7
150 0,00 3,75 20,2 2,25 0,34 37,50 22,50
3
0,25 4,74 35,6 2,25 0,50 47,41 28,45
9
0,50 5,73 43,1 3,44 0,66 57,33 34,40
6
0,75 6,72 50,6 4,03 0 ,83 67,24 40,34
2
1,00 7,72 58,0 4,63 0,99 77,15 46,29
13
8
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 2016
jantan mirip dengan pada betina. Sepintas, jantan dibesarkan pada nutrisi
rendah berlawanan dengan nutrisi tinggi yang mencapai pubertas pada usia
lebih tua dan bobot badan lebih ringan dan pada musim pemkembangbiakan
seperti domba, kambing dan rusa, kekurangan nutrisi dapat menunda pubertas
selama setahun penuh. Pada domba dewasa, 6-7 minggu menunda dalam
respon pada jumlah spermatozoa pada pakan, refleksi waktu tesebut untuk
Scaramuzzi, 1995).
jantan. Makanan yang diberikan terlalu sedikit terutama pada periode sebelum
fisiologis, baik pada testes maupun pada kelenjar asesorisnya dan dapat
14
Menurut Wijono (1992) padang penggembalaan adalah suatu daerah
padangan dimana tumbuh tanaman makanan ternak yang tersedia bagi ternak
lapangan yang didominasi oleh tanaman rumput bintang (African star grass).
dibiarkan merumput pada salah satu pedok untuk beberapa hari, kemudian
sehingga pada saat musim kering pun rumput tersebut masih dapat tumbuh
dengan subur.
15
Gambar 2. Padang penggembalaan star grass
sudah dikenal sejak lama dengan nama petai cina. Tanaman ini berasal dari
mudah tumbuh dihampir semua tempat yang mendapatkan curah hujan yang
cukup.
pencegah erosi, bahan pembuat kerta, bahan bakar dan sebagai pakan hijauan
sebagai pakan ternak ruminanasia seperti kambing, domba, kerbau, sapi dan
16
baik, yang dapat dimanfaatkan secara optimal dan belum banyak
campuran pada rumput atau jerami bisa memperbaiki nilai gizi ransum.
sebanyak 0,5 kg pada ransum dasar domba dan kambing (ransum dasar terdiri
dari 1,8 kg rumput gajah yang ditambah jerami padi yang diberikan secara
Hasil riset yang telah dilakukan oleh Semali dan Mathius (1984)
sampai dengan 30% pada ternak domba yang diberi ransum dasar rumput
gajah menunjukkan nilai koefisien cerna protein, bahan organik dan energi
yang lebih tinggi daripada kaliandra dan gamal, tapi tidak berbeda dalam
pertambahan bobot badan dan konsumsi ransum (bahan kering, bahan organik
dan energi).
lapangan ditambah daun lamtoro sebanyak 0%, 20%, 40%, 60% dan 100%
0,02 kg, 0,29 kg, 0,54 kg dan 0,57 kg dan 0,38 kg. Pemberian lamtoro 40%
17
sebanyak 0%, 20% dan 100%. Selain itu selama 26 minggu (182 hari)
banyak.Selain tumbuh dan ditanam pada satu petakan khusus, legume ini juga
ditanaman sebagai pagar pembatas setiap petakan lahan rumput.Hal ini lah
1932 sebagai rumput hibrida hasil turunan pertama dari kawin silang antara
Rumput gajah (Pennisetum purpureum) dengan jenis rumput asal tropic yaitu
meter.Rumput ini berbatang tebal dank keras, dan setelah tua daunnya lebar
dan panjang dimana tulang daunnya keras.Rumput raja memiliki batang yang
keras dengan daun berbulu kasar serta memiliki bercak berwarna hijau muda.
Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah
Rumput raja mempunyai produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
rumput gajah yang didukung dengan kadungan zat yang cukup baik yaitu : BK
18
Rumput ini berasala dari Afrika Timur, bahan penanamannya adalah
pols dan stolon.Rumput ini dapat hidup pada semua jenis tanah (ringan,
sedang dan berat). Rumput ini tumbuh tegak dan menjalar.Pada bagian
stolonnya tumbuh rapat dengan tanah dan pada buku stolonnya tubuh akar
yang kuat, sehingga rumput ini tahan injak dan renggut. Tanaman ini sangat
(Reksohadiprodjo, 1985).
dillakukan defoliasi dalam interval pendek, sebab nilai gizinya lekas menurun
dan juga dilakukan pengelolaan yang intensif dengan cara membuat paddock
dan rotasi. Paddock digunakan sebagai pasture selama 3-4 ghari dan
32% BK, SK 9,6%, 3,4% abu, 0,6% lemak kasar dan 15,4% BETN dan 2,8%
protein kasar. Menurut Miller et al., (2010), DE atau digestible energy dari
rumput african star grass adalah 10,66 MJ per kg BK, satu joule sama dengan
di daerah kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba
Daun gamal berbentuk elips (oval), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul
19
(bulat), susunan daun terletak berhadapan seperti daun lamtoro atau turi.
hijauan gamal (G. sepium) yaitu kadar protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu
dipanen dikurangi akar dan sebagian batang yang tersisa dapat diberikan
jagung adalah sebagai pakan ternak ruminansia seperti sapi, kerbau, kambing
Kandungan zat makanan dalam jagung muda pada bahan kering (BK)
90% adalah protein kasar (PK) 11,33%, Serat kasar (SK) 28,00%, Lemak
kasar 0,68% dan TDN 53,00%. Sebagian zat-zat yang terkandung dalam
rumput raja, lamtoro dan jerami jagung sebagai campuran dalam ransum pada
meningkatkan koefisien daya cerna energi dan protein pada ternak domba dan
lamtoro serta bahan pakan lainnya dalam mencukupi kebutuhan energi dan
protein pada sapi bali calon pejantan khususnya sapi bali calon pejantan yang
20
BAB III
September 2020.
1. 10 ekor sapi Bali calon pejantan dengan umur rata-rata 24 bulan dengan
21
5. Gamal ( Gliricidia Sepium )
6. Jerami jagung
1. Menimbang berat badan awal ternak untuk mencari berat badan awal rata-
dicatat.
3. Menimbang sisa pakan dimulai pada hari kedua penelitian. Sisa pakan
menghitung TDN.
22
5. Melakukan penimbangan bobot badan ternak sebelum dan sesudah
pengembalaan.
TDN=(-54.72+6.769*SK–51.083*LK+1.851*ETN–0.034*PK-
0.049*SK^2+3.38*LK^2–0.086*SK*ETN+0.942*PK-0.112*LK^2*PK)
dengan rumus :
23
Konsumsi pakan = pemberian- sisa
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
24
Gambar 3. Denah Lokasi Penelitian (Sumber BPT-HMT Serading)
Keterangan:
5 = Pedok Leguminosa Pohon (0,25 Ha) 20 = Pedok Leguminosa Semak (1,00 Ha)
25
13 = Pedok Pennisetum purpureum (0,27 Ha) 28 = Padang Pengembalaan (1,03 Ha)
14 = Pedok Pennisetum purpureum (0,49 Ha) 29 = Pedok Leguminosa Semak (1,50 Ha)
= Kandang Ternak
ternak. Lokasi ini terletak khususnya di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir
Sumbawa.
melainkan juga dibiarkan merumput pada pagi hari dengan durasi sekitar 2-3
bagian (paddock) yang ditanami jenis rumput yang sama yaitu rumput
26
Pertama adalah mengamati dan menghitung komposisi botani dari
Total 5 100%
5 Bintang -
Area cover (%) 100 100% 400
Rata-rata 100 300
kuadran 1 sampai 5 mempunyai total area cover rata-rata 100% dengan berat
27
1 400 400/1000 x 4 = 1.6 1,6 x 10.000 = 16000 16000 x 37.21%= 5953
Ket :
Kuadran 0,5 m x 0,5 m = 0,25 m2 1 hektar = 10.000 m2 BK = 37.21%
1 Kg = 1000 gram
pasture pada sampel kuadran 1 dan 4 mempunyai produksi tertinggi yang sama
dengan produksi BK per hektar mencapai 4800 kg. Kemudian disusul oleh
hektar mencapai 2400 kg. Produksi segar rata-rata lahan rumput bintang adalah
Serading produksi biomassa pasture diambil pada pasture yang masih utuh
gr/m2.
Bila produksi hijauan segar per meter2 = 1200 gram dan proper use =
45%, maka jumlah hijauan tersedia per m2 adalah 45% x 1200 g = 540 g/m2
28
atau diperkirakan 5400 kg/ha. Mengingat adanya musim kemarau yang
panjang, periode istirahat padangan juga panjang untuk daerah tropic, periode
hijauan segar yang harus disediakan tanah seluas = 4.104/5400 ha = 0,76 ha.
Kebutuhan luas tanah per tahun dihitung dengan menggunakan rumus voisin,
yaitu :(y – 1) s = r
Keterangan :
y = angka perbandingan luas tanah yang diperkirakan seekor sapi per tahun
dibanding perbulan.
merumput sapi selama 30 hari tiap rotasi maka dengan rumus voisin (1959)
(y – 1) s = r
(y – 1) 30 = 70
y = 70/30 + 1
= 2,3 + 1
= 3,3
Maka kebutuhan luas tanah pertahun adalah :
29
Daya tampung padang penggembalaan BPT-HMT Serading
Kabupaten Sumbawa ini masih pada kisaran yang umum dimiliki oleh padang
disitasi oleh Damri,2009). Namun demikian, nilai daya tampung ini lebih
rendah dari nilai daya tampung padang penggembalaan yang ideal menurut
UT/ha/tahun), hal ini diduga disebabkan oleh faktor komposisi botani masih
didominasi oleh rumput dan tidak ada leguminosae dan Gulma, sedangkan
botanis yang ideal, dalam hal ini memiliki komposisi spesies hijauan rumput
TDN= (-54.72+6.769*SK–51.083*LK+1.851*ETN–0.034*PK-
0.049*SK^2+3.38*LK^2–0.086*SK*ETN+0.942*PK-0.112*LK^2*PK)
penelitian maka kandungan dari setiap bahan pakan disajikan pada tabel 5.
30
Air TDN
BAHAN BK BO BK10 PK SK LK ABU ETN (Persamaan
0% Haris *2)
Gamal 1 18.13 90.64 81.87 20.18 25.34 2.52 9.36 42.60 64.83
2 18.13 90.42 81.87 20.71 25.27 2.84 9.58 41.60 64.94
Jerami
jagung 1 55.06 85.74 44.94 4.84 27.77 1.18 14.26 51.95 57.26
2 55.08 85.97 44.92 4.85 27.2 1.05 14.03 52.87 58.29
R.raja 1 23.75 87.64 76.25 8.34 29.73 1.64 12.36 47.93 56.44
2 23.72 88.01 76.28 8.40 30.81 1.61 11.99 47.19 56.00
Lamtoro
1 27.42 82.98 72.58 17.08 17.15 5.12 17.02 43.62 70.65
2 27.42 82.76 72.58 17.10 16.97 5.34 17.24 43.36 71.62
R.bintang
1 37.18 89.59 62.82 10.42 32.83 1.75 10.41 44.59 56.18
2 37.24 89.56 62.76 10.03 33.25 1.97 10.44 44.32 55.01
di daerah kering. Pemberian gamal pada sapi maksimal 40% dan domba
Daun gamal berbentuk elips (oval), ujung daun lancip dan pangkalnya tumpul
(bulat), susunan daun terletak berhadapan seperti daun lamtoro atau turi.
hijauan gamal (G. sepium) yaitu kadar protein 25,7%, serat kasar 13,3%, abu
8,4%, dan BETN 4,0% (Hartadi et al., 1993). Kandungan nutrisi gamal yang
Kandungan zat makanan dalam jagung muda pada bahan kering (BK)
90% adalah protein kasar (PK) 11,33%, Serat kasar (SK) 28,00%, Lemak
kasar 0,68% dan TDN 53,00%. Sebagian zat-zat yang terkandung dalam
31
Kandungan nutrisi jerami jagung yang ada di BPTHMT Serading yaitu : BK
Produksi hijauan rumput raja dua kali lipat dari produksi rumput gajah
Rumput raja mempunyai produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan
rumput gajah yang didukung dengan kadungan zat yang cukup baik yaitu : BK
TDN 56,22%.
32% BK, SK 9,6%, 3,4% abu, 0,6% lemak kasar dan 15,4% BETN dan 2,8%
protein kasar. Menurut Miller et al., (2010), DE atau digestible energy dari
rumput african star grass adalah 10,66 MJ per kg BK, satu joule sama dengan
0,24 kal, maka 10,66 MJ sama dengan 2,56 Mkal. Kandungan nutrisi dari
32
Secara umum ternak yang dipelihara di BPT-HMT Serading adalah
sapi bali dengan total populasi 184 ekor diantaranya 39 ekor betina dewasa, 5
ekor jantan dewasa, 54 ekor betina muda dan 55 pedet lepas sapih. Sedangkan
jumlah sapi bali calon pejantan yang dipelihara sampai dengan bulan
diterapkan yaitu semi intensif dimana ternak digembalakan pada pagi hari
jauh lebih lama daripada durasi dipadang penggembalaan maka pakan utama
dari sapi calon pejantan tersebut masih mengandalkan pakan yang diberikan
dalam tabel 6.
33
JJ= Jerami jagung
Pemberian pakan untuk sapi bali calon pejantan pada saat dikandangkan
bervariasi mulai dari jumlah dan komposisi pakan. Hal ini disesuaikan dengan
ketersediaan pakan yang ada. Pakan yang diberikan pada minggu pertama
sampai minggu ke 12 berupa rumput raja, lamtoro, gamal dan jerami jagung.
Rata-rata pemberian pakan perminggu untuk 10 ekor sapi sapi bali jantan
adalah rumput raja sebanyak 162,5 kg dengan persentase 31,6%, lamtoro 137,9
Konsumsi pakan untuk sapi bali calon pejantan saat dikandangkan dan
34
NO. Hari/Tanggal pemberian ( kg) Sisa (kg) konsumsi (kg)
RB RB RB
1 24/06/2020 123 0 123
2 1/7/2020 123 0 123
3 8/7/2020 123 0 123
4 15/07/2020 123 0 123
5 22/07/2020 123 0 123
6 29/07/2020 123 0 123
7 5/8/2020 123 0 123
8 12/8/2020 123 0 123
9 19/08/2020 123 0 123
10 26/08/2020 123 0 123
11 2/9/2020 123 0 123
12 9/8/2020 123 0 123
Jumlah 1476 0 1476
Rata-rata 1.8 0 1.8
Ket:
RB = Rumput Bintang
pada pagi hari dengan durasi 2-3 jam sehingga sapi bali calon pejantan
bahan pakan
35
Perbandingan kebutuhan nutrisi sapi bali calon pejantan dengan
Tabel 9.Kebutuhan dan Konsumsi Bahan kering, Energi dan Protein sapi Bali
calon pejantan di BPT-HMT Serading selama 90 hari
No Bbo Kebutuhan Konsumsi Bbt PBB KET
1 2 3 4 H
BK TDN PK Bk TDN PK
(kg)
(kg) (kg) (g) (kg) (kg) (g)
3.2
1 122 1.94 327 2.5 127.5 0.06 Keb>kon
4 1 1.50 248
2.9
2 105 1.74 273 2.5 110.5 0.06 Keb>kon
0 7 1.54 255
3.0
3 113 1.84 298 2.4 118.5 0.06 Keb>kon
6 7 1.48 244
3.1
4 107 1.88 296 2.4 116 0.10 Keb>kon
4 7 1.48 244
2.9
5 109 1.79 286 2.5 114.5 0.06 Keb>kon
8 0 1.50 247
4.0
6 130 2.40 407 2.5 146.5 0.18 Keb>kon
1 6 1.53 254
3.0
7 106 1.80 283 2.6 113 0.08 Keb>kon
1 7 1.60 266
3.2
8 115 1.93 315 2.5 122.5 0.08 Keb>kon
1 0 1.50 247
3.2
9 118 1.95 322 2.4 125 0.08 Keb>kon
3 7 1.48 244
3.1
10 116 1.89 311 2.9 122 0.07 Keb>kon
5 0 1.72 278
rata
3.1
- 114.1 1.92 311 2.5 252.6 121.6 0.08 Keb>kon
9 6 1.53 8
rata
36
Hasil perhitungan kebutuhan dan konsumsi pakan sapi bali calon
kebutuhan bahan kering, energi dan protein untuk sapi Bali calon pejantan
dengan BB rata-rata 114 kg adalah sebesar BK 3,19 kg, TDN 1,92 kg dan PK
311 g. Hasil perhitungan konsumsi adalah sebesar BK 2,56 kg, TDN 1,53 kg
dan PK 252,68 g. Hal ini berarti bahwa nilai kebutuhan lebih besar dari nilai
dari bobot badan ternak dengan rata-rata BB ternak dalam penelitian ini
adalah 114 kg yang membutuhkan pakan sebanyak 11,4 kg segar. Sapi bali
dan Payne (1993), pertambahan bobot badan terjadi apabila ternak mampu
mengubah zat-zat nutrisi yang diperoleh menjadi produk ternak seperti lemak
beberapa faktor diantaranya : 1) faktor pakan, yang meliputi daya cerna dan
palatabilitas dan 2) faktor ternak yang meliputi bangsa, jenis kelamin, umur,
bobot badan dan kondisi kesehatan ternak. Menurut zulbadri et al. (1995)
37
peningkatan protein kasar dan Total Digestible Nutrient (TDN) dan
protein pada sapi dapat menghambat pertumbuhan sapi, sebab fungsi protein
hormon. Protein juga berfungsi dalam sintesis enzim dan hormon yang
jantan adalah pakan. Pemberian pakan harus optimal (tidak berlebihan atau
proses spermatogenesis.
ukuran testis pada ternak jantan. Makanan yang diberikan terlalu sedikit
38
memperlambat dewasa kelamin dan berpengaruh terhadap produksi
spermatozoa.
dan ekstrinsik dimana salah satu faktor intrinsik adalah kadar hormone
testosteron. Rendahnya libido sebagai salah satu faktor yang dapat digunakan
untuk menunjukkan efisiensi seekor pejantan sebagai pemacek yang baik dan
pemenuhan nutrisi untuk ternak yang diindikasikan oleh bobot tubuh dan
tinggi badan ternak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
Status nutrisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal dari status gizi yaitu cuaca, ketersediaan bahan
Pertambahan Bobot Badan Harian sapi bali calon pejantan disajikan pada tabel
39
Tabel 10.PBBH Ternak
No BB (Kg) PBBH
No.Sapi Umur
. 1 2 3 4
1 0908 24 bulan 122 123 127 127.5 0.06
2 0891 24 bulan 105 106 109 110.5 0.06
3 0890 24 bulan 113 114 117 118.5 0.06
4 0886 24 bulan 107 108 115 116 0.10
5 0871 24 bulan 109 111 112 114.5 0.06
6 0911 24 bulan 130 136 140 146.5 0.18
7 0904 24 bulan 106 107 111 113 0.08
8 0893 24 bulan 115 116 121 122.5 0.08
9 0925 24 bulan 118 120 124 125 0.08
10 0915 24 bulan 116 117 120 122 0.07
Total 1141 1158 1196 1216 0.83
Rerata 114.1 115.8 119.6 121.6 0.08
(PBBH) sapi bali calon pejantan adalah sebesar 0,08 kg dengan perhitungan
sebagai berikut :
121,6−141,1
PBBH = =0.083 kg
90 hari
BAB V
5.1 Kesimpulan
40
Adapun kesimpulan dari hasil penelitian diatas adalah, sebagai berikut :
3. Jenis pakan dan persentase rata-rata pakan yang diberikan pada sapi
kg/hari).
5.2 Saran
RINGKASAN SKRIPSI
41
STATUS NUTRISI SAPI BALI CALON PEJANTAN
DI BALAI PEMBIBITAN TERNAK DAN
HIJAUAN MAKANAN TERNAK
SERADING SUMBAWA
Oleh
SATRIANTI
B1D 016 257
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
MATARAM
2020
42
Ada tiga hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan ternak yaitu
besar yaitu sekitar 60%. Hal ini menunjukan bahwa walaupun potensi genetik
produksi yang tinggi tidak akan tercapai. Selain itu, pakan juga merupakan
komponen produksi dengan biaya yang besar, yaitu dapat mencapai 60-80%
pemenuhan nutrisi untuk ternak yang diindikasikan oleh bobot tubuh dan
tinggi badan ternak. Status gizi juga didefinisikan sebagai status kesehatan
Status nutrisi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor eksternal dan
internal. Faktor eksternal dari status gizi yaitu cuaca, ketersediaan bahan
kebuntingan dan menghasilkan pedet yang baru. Bobot lahir juga tidak
terlepas dari pengaruh Pejantan dimana hanya pejantan tertentu yang dapat
menghasilkan bobot lahir yang tinggi. Pemilihan pejantan yang unggul secara
43
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status nutrisi sapi Bali
penelitian ini adalah sapi bali calon pejantan sebanyak 10 ekor dengan rata-
rata umur 24 bulan dan BB rata-rata 114 kg, rumput raja, lamtoro, gamal,
awal ternak untuk mencari berat badan awal rata-rata. Mengamati proses
botani pakan yang diberikan. Menimbang sisa pakan dimulai pada hari kedua
penelitian. Sisa pakan dikumpulkan pada pagi hari sebelum ternak diberikan
objek. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis secara Deskriptif
sapi bali dengan total populasi 184 ekor. Sedangkan jumlah sapi bali calon
44
dimana ternak digembalakan pada pagi hari dengan durasi penggembalaan
sama dengan produksi BK per hektar mencapai 4800 kg. kemudian disusul
hektar mencapai 2400 kg. produksi segar rata-rata lahan rumput bintang
UT/ha/tahun), hal ini diduga disebabkan oleh faktor komposisi botani masih
didominasi oleh rumput dan tidak ada leguminosae dan Gulma, sedangkan
botanis yang ideal, dalam hal ini memiliki komposisi spesies hijauan rumput
dikandangkan bervariasi mulai dari jumlah dan komposisi pakan. Hal ini
disesuaikan dengan ketersediaan pakan yang ada. Pakan yang diberikan pada
dan jerami jagung. Rata-rata pemberian pakan perminggu untuk 10 ekor sapi
sapi bali jantan adalah rumput raja sebanyak 162,5 kg dengan persentase
45
32,6%, lamtoro 137,9 kg dengan persentase 26,8%, jerami jagung 133 kg
rata konsumsi pakan dikandang adalah rumput raja 2,17 kg/ekor/hari, lamtoro
hari dengan durasi 2-3 jam sehingga sapi bali calon pejantan mendapat
kg/ekor/hari.
kebutuhan bahan kering, energi dan protein untuk sapi Bali calon pejantan
dengan BB rata-rata 114 kg adalah sebesar BK 3,19 kg, TDN 1,92 kg dan PK
311 g. Hasil perhitungan konsumsi adalah sebesar BK 2,56 kg, TDN 1,53 kg
dan PK 252,68 g. hal ini berarti bahwa nilai kebutuhan lebih besar dari nilai
konsumsi.
dari bobot badan ternak dengan rata-rata BB ternak dalam penelitian ini
adalah 114 kg yang membutuhkan pakan sebanyak 11,4 kg segar. Sapi bali
46
dan Payne (1993), pertambahan bobot badan terjadi apabila ternak mampu
mengubah zat-zat nutrisi yang diperoleh menjadi produk ternak seperti lemak
ukuran testis pada ternak jantan. Makanan yang diberikan terlalu sedikit
spermatozoa.
3. Jenis pakan dan persentase rata-rata pakan yang diberikan pada sapi
47
dibandingkan konsumsi pakan ternak yaitu BK 2,56 kg, TDN 1,53 kg
kg/hari).
48
DAFTAR PUSTAKA
Amril, M.A., S. Rasjid dan S. Hasan. 1990. Rumput lapangan dan jerami padi
amoniasi ureasebagai sumber hijauan dalam penggemukan sapi Bali
jantan dengan makananpenguat. Pros. Seminar Nasional Sapi Bali. 20-22
September 1990. Fakultas Peternakan Universitas Udayana. Denpasar.
Anggorodi, R. 1994. Ilmu Makanan Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.
Blakely, J., dan Bade, D. H. 1998. Ilmu Peternakan Edisi ke-4. Penerjemah:
Srigandono, B. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Dilaga, S.H. 2015. Kajian Model Pemeliharaan Sapi Dengan System Kombinasi
Bara-Lar Di Kawasan Agro Tamase Desa Jurumapin Kecamatan Buer
Kabupaten Sumbawa.Regional Institute 104. Mataram
Downing, J.A., Joss, J. and Scaramuzzi, R.J., 1995. A mixture of branched chain
amino acids leucine, isoleucine and valine increases ovulation rate in
ewes when infuse during the late luteal phase of the oestrous cycle an
effect that may be mediated by insulin. J. Endocrinol., 145; 315-323.
Gonzales, A.B., et a., 2010. Body-Mass Index and Mortality among 1,46 Million
White Adults dalam The New England Journal of Medicine. Vol.
363:2211-9.
Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo dan A.D. Tillman. 1993. Tabel Komposisi Pakan
Untuk Indonesia. Cetakan III. Gadjah Mada University Press,
Yogyakarta. J. anim Sci.35:658-680
Harris , L.E., Kearl, L.C., Fonnesbeck, P.V., 1972. Use of regression equations in
predicting availability of energy and protein.
49
Lubis, D. A, 1992. Ilmu Makanan Ternak. PT. Pembangunan, Jakarta.
Natalia, H., D. Nista, dan S. Hindrawati. 2009. Keunggulan Gamal Sebagai Pakan
Ternak. BPTU Sembawa, Palembang.
Ngadiyono, N. 1997. Pertumbuhan serta sifat-sifat karkas dan dagig sapi sumba
ongole, Brahman cross dan Australian commercial cros yang dipelihara
secara intensif pada berbagai bobot potong. Disertai program
pascasarjana IPB, Bogor.
Oldman, J.D. dan T. Smith. 1982. Protein Energy Interrelation For Growing and
For Lactation Cattle. In E.L. Miller, I.H. Piuke and A.J.H. Van es (Ed).
Protein Contribution of Feedstuff of Ruminant.Application to Feed
Fornulation.Butterworth Scientific. London. Pp 103-130.
Putra, S. 1999 . Peningkatan Performans Sapi Bali Melalui Perbaikan Mutu Pakan
clan Suplementasi Seng Asetat . Disertasi. Program Pascasarjana IPB,
Bogor
50
Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sitorus 1987. Pengantar Tata Niaga Pertanian. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.
Sprott, L. R., T. A. Thrift dan B.B Carpenter. 1998. Breeding Soundness of Bulls.
Agricultural Comunications. The Texas A & M University System.
Sri Rachma. A.B., Harada. H., and Ishida T. 2011. The Estimation Of Growth
Curve Of Bali Cattle At Bone And Barru Districts, South Sulawesi,
Indonesia Using Ten Body Measurements. J.Indonesian
Trop.Anim.Agric. 36(4).
Sri Rachma. A. B. 2007. Pertumbuhan dimensi tubuh pedet jantan sapi Bali di
kabupaten Bone dan Barru Sulawesi Selatan. Jurnal Sains dan
Teknologi. Fakultas Pasca Sarjana Universitas Hasanuddin. Vol. 7(2):
103–108.
Susilawati , T. 1995. Kualitas semen sapi Fries Holland dan Sapi Bali Pada
Berbagai Umur dan Berat Badan. Laporan penelitian. Fakultas peternakan
universitas brawijaya. Malang.
Wahyuni, Editha S.J., Komara W dan Alan Day. 1981. Penggunaan Berbagai
Tingkat Hijauan Petai Cina (Leuacena Leucocephala) Pada Pertumbuhan
Sapi Peranakan Ongole.Proc. Seminar Penelitian Peternakan. Pusat
Penelitian Dan Pengembangan Ternak. Bogor. Hal 169-173.
51
Widiawati, Y. dan Hartanto. B. 2016. Standar Kebutuhan Pakan Sapi Potong.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan.
Wina, E. 1992 Nilai Gizi Kaliandra, Gamal Dan Lamtoro Sebagai Suplemen
Untuk Domba Yang Diberi Pakan Rumput Gajah. Proc. Pengolahan Dan
Komunikasi Hasil-Hasil Penelitian. Teknologi Pakan Dan Tanaman
Pakan. BPT. Hal 13-19.
Zulbadri, M., P. Sitorus, Maryono dan Affandy, L., 1995. Potensi dan
Pemanfaatan Pakan Ternak Didaerah Sulit Pakan. Kumpulan Hail-hasil
Penelitian APBN T.A. 1994/1995. Balai Penelitian Ternak Ciawi, Bogor.
52
LAMPIRAN
53
Lampiran 1. Data BB dan PBBH ternak objek penelitian
BB (Kg)
No. No.Sapi Umur PBBH
1 2 3 4
1 0908 24 bulan 122 123 127 127.5 0.06
2 0891 24 bulan 105 106 109 110.5 0.06
3 0890 24 bulan 113 114 117 118.5 0.06
4 0886 24 bulan 107 108 115 116 0.10
5 0871 24 bulan 109 111 112 114.5 0.06
6 0911 24 bulan 130 136 140 146.5 0.18
7 0904 24 bulan 106 107 111 113 0.08
8 0893 24 bulan 115 116 121 122.5 0.08
9 0925 24 bulan 118 120 124 125 0.08
10 0915 24 bulan 116 117 120 122 0.07
Total 1141 1158 1196 1216 0.83
Rerata 114.1 115.8 119.6 121.6 0.08
54
Rata-rata 2.32 1.97 1.16 1.90 0.15 0.35 0.16 0.14 2.17 1.62 1.02 1.75
55
LAMTORO
TOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
L
10. 27. 12. 21. 26. 14. 17.
4.5 4.6 0 0 0 139.7
2 3 8 9 8 3 3
10. 27. 13. 22. 26. 14. 17.
4.3 4.5 0 0 0 140.9
9 6 1 3 1 6 5
10. 27. 13. 22. 26. 14. 17.
4.5 4.3 0 0 0 140.6
4 7 2 5 3 5 2
10. 27. 12. 22. 26. 14. 17.
4.1 4.5 0 0 0 140.1
3 8 8 3 5 7 1
10. 27. 12. 26. 14. 17.
4.3 21 4.4 0 0 0 139.3
7 9 9 1 9 1
10. 27. 13. 22. 25. 17.
4.4 15 4.3 0 0 0 139.5
2 1 4 1 9 1
10. 27. 13. 22. 27.
4.2 15 17 4.5 0 0 0 141.4
5 3 3 3 3
10. 22. 27. 14. 17.
4.3 27 13 4.6 0 0 0 141.2
6 4 2 7 4
10. 27. 13. 21. 26. 14. 17.
4.1 4.5 0 0 0 139.7
5 3 3 4 9 3 4
11. 27. 21. 26. 14. 17.
4.2 12 4.6 0 0 0 139.7
7 6 3 3 9 1
GAMAL
TOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
L
17. 10. 21. 15.
3.5 9 2.6 5.6 0 0 0 0 86.7
9 8 7 6
17. 10. 22.
3.4 16 8.6 2.6 5.7 0 0 0 0 86.1
3 4 1
16. 10. 21. 16.
3.6 8.8 2.5 5.7 0 0 0 0 85.3
8 2 2 5
17. 10. 21. 16.
3.5 8.6 2.7 5.5 0 0 0 0 86.1
2 7 4 5
17. 21. 15.
2.8 9.9 8.9 2.6 5.6 0 0 0 0 84.8
5 7 8
17. 21. 16.
3.5 9.8 8.5 2.5 5.7 0 0 0 0 85.8
6 5 7
16. 10. 21. 16.
3.5 8.6 2.5 5.8 0 0 0 0 85.9
8 8 2 7
16. 10. 20. 15.
3.4 8.8 2.6 5.7 0 0 0 0 84
8 3 5 9
16. 22. 16.
3.5 10 8.4 2.7 5.6 0 0 0 0 85.4
8 2 2
16. 10. 16.
3.6 21 8.7 2.6 5.8 0 0 0 0 84.3
4 1 1
JERAMI JAGUNG
TOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
L
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 17. 16 35. 36. 147.9
56
1 5 7
16. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 16 147.2
8 5 3
16. 15. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 146.8
7 9 4 2
16. 16. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 147.3
6 2 5 4
16. 16. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 147.9
7 4 6 6
16. 15. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 146.5
3 8 2 6
16. 16. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 147.1
6 1 7 1
16. 16. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 146.7
1 3 4 3
16. 16. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 147
5 1 4 4
16. 16. 35. 36.
5.7 6.2 7.4 8.1 8.4 3.8 0 3 147.6
7 2 5 6
RUMPUT BINTANG
TOTA
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
L
11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11.
129.6
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12.
145.8
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10.
121.5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10.
121.5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11.
129.6
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12. 12.
145.8
6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
14. 14. 14. 14. 14. 14. 14. 14. 14. 14. 14. 14.
170.1
7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11. 11.
129.6
2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10. 10.
121.5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
17. 17. 17. 17. 17. 17. 17. 17. 17. 17. 17. 17.
202.5
5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
RR LO GL JJ RB
1.96 1.55 0.96 1.64 1.49
1.94 1.57 0.96 1.64 1.68
57
1.96 1.56 0.95 1.63 1.40
1.95 1.56 0.96 1.64 1.40
1.97 1.55 0.94 1.64 1.49
1.94 1.55 0.95 1.63 1.68
1.96 1.57 0.95 1.63 1.96
1.96 1.57 0.93 1.63 1.49
1.96 1.55 0.95 1.63 1.40
1.94 1.55 0.94 1.64 2.33
58
komposisi nutrien bahan pakan
Bahan
Pakan BK PK SK LK (%) ETN TDN
(%) (%) (%) (%) (%)
Gamal 1 18.12 20.18 25.34 2.52 42.60 64.83
Gamal 2 18.13 20.70 25.27 2.84 41.60 64.948
J. Jagung 1 55.05 4.83 27.77 1.18 51.95 57.26
J. Jagung 2 55.07 4.85 27.2 1.05 52.87 58.29
R. Raja 1 23.75 8.34 29.73 1.64 47.93 56.44
R. Raja 2 23.72 8.40 30.81 1.61 47.19 55.99
Lamtoro 1 27.41 17.08 17.15 5.12 43.62 70.65
Lamtoro 2 27.42 17.09 16.97 5.34 43.36 71.62
R. Bintang 1.75 44.59
1 37.18 10.42 32.83 56.18
R. Bntang 1.97 44.32
2 37.24 10.02 33.25 55.00
Sumber : Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Faterna Unram
59
Lampiran 5. Interpolasi kebutuhan dan konsumsi nutrisi BK, PK dan TDN Sapi
Bali Jantan
1. Sapi Bali jantan BB 122 kg PBBH 0,06 kg
BB PBBH (kg) BK (kg) PK (g) TDN (kg)
100 0,00 2.5 230 1.5
0,25 3.49 390 2.09
150 0,00 3.75 340 2.25
0,25 4.74 500 2.84
3,75+ ( 122−100
150−100 )
x (4,74−3,75)
2,94+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x(4,19−2,94)
340+ ( 122−100
150−100 )
x (500−340)
60
= 340 + 0,44 x 160
= 410,4 g
kebutuhan protein untuk sapi bali jantan BB 122 dengan PBBH 0,06 kg
300,4+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x(410,4−300,4)
1,5+ ( 122−100
150−100 )
x (2,09−1,5)
2,25+ ( 122−100
150−100 )
x (2,84−2,25)
1,76+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (2,51−1,76)
61
0,54 =0,54 x 10,22% = 0,54 x 56,60%
=0,057 = 0,30
Total = 2,51 Kg Total = 0,248 kg/248 g Total = 1,50 kg
2,5+ ( 105−100
150−100 )
x (3,49−2,5)
3,75+ ( 105−100
150−100 )
x (4,74−3,75)
2,60+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (3,85−2,60)
230+ ( 105−100
150−100 )
x (390−230)
62
340+ ( 105−100
150−100 )
x (500−340)
246+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (356−246)
1,5+ ( 105−100
150−100 )
x (2,09−1,5)
2,25+ ( 105−100
150−100 )
x (2,84−2,25)
1,56+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (2,31−1,56)
63
Rumput bintang Rumput bintang Rumput bintang
0,60 =0,60 x 10,22% = 0,60 x 55,60%
=0,064 = 0,34
Total = 2,57 Kg Total = 0,255 kg/255 g Total = 1,54 kg
2,76+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x ( 4,01−2,76)
64
113−100
340+ ( 150−100 ) x (500−340)
= 340 + 0,26 x 160
= 381,6 g
kebutuhan protein untuk sapi bali jantan BB 113 dengan PBBH 0,06 kg
271,6+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (281,6271,6)
1,65+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (2,40−1,65)
65
Rumput bintang Rumput bintang Rumput bintang
0,60 =0,60 x 10,22% = 0,50 x 55,60%
=0,053 = 0,28
Total = 2,47 Kg Total = 0,244 kg/244 g Total = 1,48 kg
2,5+ ( 107−100
150−100 )
x (3,49−2,5)
3,75+ ( 107−100
150−100 )
x (4,74−3,75)
2,64+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x( 3,89−2,64)
230+ ( 107−100
150−100 )
x (390−230)
66
kebutuhan protein untuk sapi bali jantan BB 107 dengan PBBH 0,25 kg
340+ ( 107−100
150−100 )
x (500−340)
252,4+ ( 0,10−0,00
0,25−0,00 )
x(362,4−252,4 )
1,5+ ( 107−100
150−100 )
x (2,09−1,5)
2,25+ ( 107−100
150−100 )
x (2,84−2,25)
1,58+ ( 0,10−0,00
0,25−0,00 )
x (2,33−1,58)
67
=0,044 =0,52
Rumput bintang Rumput bintang Rumput bintang
0,50 =0,50 x 10,22% = 0,50 x 55,60%
=0,053 = 0,28
Total = 2,47 Kg Total = 0,244 kg/244 g Total = 1,48 kg
2,5+ ( 109−100
150−100 )
x (3,49−2,5)
3,75+ ( 109−100
150−100 )
x (4,74−3,75)
2,68+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (3,93−2,68)
230+ ( 109−100
150−100 )
x (390−230)
68
= 258,8 g
kebutuhan protein untuk sapi bali jantan BB 109 dengan PBBH 0,25 kg
340+ ( 109−100
150−100 )
x (500−340)
258,8+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (368,8−258,8)
1,5+ ( 109−100
150−100 )
x (2,09−1,5)
2,25+ ( 109−100
150−100 )
x (2,84−2,25)
1,61+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (2,36−1,61)
69
Jerami jagung Jerami jagung Jerami jagung
0,90 =1,90 x 4,84% = 0,90 x 57,78%
=0,044 =0,52
Rumput bintang Rumput bintang Rumput bintang
0,54 =0,54 x 10,22% = 0,54 x 55,60%
=0,057 = 0,30
Total = 2,50 Kg Total = 0,247 kg/247 g Total = 1,50 kg
2,5+ ( 130−100
150−100 )
x (3,49−2,5)
3,75+ ( 130−100
150−100 )
x (4,74−3,75)
3,09+ ( 0,18−0,00
0,25−0,00 )
x ( 4,34−3,09)
70
230+ ( 130−100
150−100 )
x (390−230)
340+ ( 130−100
150−100 )
x (500−340)
326+ ( 0,18−0,00
0,25−0,00 )
x ( 436−326)
1,5+ ( 130−100
150−100 )
x (2,09−1,5)
2,25+ ( 130−100
150−100 )
x (2,84−2,25)
1,85+ ( 0,06−0,00
0,25−0,00 )
x (2,60−1,85)
71
= 0,073 =0,30
Gamal Gamal Gamal
0,17 = 0,17 x 20,44% = 0,17 x 64,89%
= 0,035 =0,11
Jerami jagung Jerami jagung Jerami jagung
0,90 =0,90 x 4,84% = 0,90 x 57,78%
=0,043 =0,52
Rumput bintang Rumput bintang Rumput bintang
0,60 =0,60 x 10,22% = 0,60 x 55,60%
=0,064 = 0,34
Total = 2,56 Kg Total = 0,254 kg/254 g Total = 1,53 kg
2,5+ ( 106−100
150−100 )
x (3,49−2,5)
3,75+ ( 106−100
150−100 )
x (4,74−3,75)
2,62+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (3,87−2,62)
72
= 2,62 + 0,32 x 1,25
= 3,01
kebutuhan protein untuk sapi bali jantan BB 106 dengan PBBH 0,00 kg
230+ ( 106−100
150−100 )
x (390−230)
340+ ( 106−100
150−100 )
x (500−340)
249,2+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (359,2−249,2)
1,5+ ( 106−100
150−100 )
x (2,09−1,5)
2,25+ ( 106−100
150−100 )
x (2,84−2,25)
Kebutuhan TDN untuk Sapi Bali jantan BB 106 Kg dengan PBBH 0,08
0,08−0,00
1,57+ ( 0,25−0,00 )
x (2,32−1,57)
73
BK (kg) Pk (gram) TDN (kg)
Rumput Raja Rumput Raja Rumput Raja
0,47 =0,47 x 8,37% =0,47 x 556,22%
=0,039 =0,26
Lamtoro Lamtoro Lamtoro
0,43 =0,43 x 17,09% = 0,43 x 71,78%
= 0,074 =0,31
Gamal Gamal Gamal
0,17 = 0,17 x 20,44% = 0,17 x 64,89%
= 0,035 =0,11
Jerami jagung Jerami jagung Jerami jagung
0,90 =0,90 x 4,84% = 0,90 x 57,78%
=0,044 =0,52
Rumput bintang Rumput bintang Rumput bintang
0,70 =0,70 x 10,22% = 0,70 x 55,60%
=0,075 = 0,40
Total = 2,67 Kg Total = 0,266 kg/266 g Total = 1,60 kg
74
Kebutuhan BK untuk sapi bali jantan BB 115 dengan PBBH 0,08
2,80+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (4,19−4,05−2,80)
278+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (388−278)
1,68+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (2,43−1,68)
75
= 21,68 + 0,32 x 0,75
= 1,93 kg
BK (kg) Pk (gram) TDN (kg)
Rumput Raja Rumput Raja Rumput Raja
0,46 =0,46 x 8,37% =0,46 x 56,22 %
=0,039 =0,26
Lamtoro Lamtoro Lamtoro
0,43 =0,43 x 17,09% = 0,43 x 71,78%
= 0,074 =0,31
Gamal Gamal Gamal
0,17 = 0,17 x 20,44% = 0,17 x 64,89%
= 0,034 =0,11
Jerami jagung Jerami jagung Jerami jagung
0,90 =0,90 x 4,84% = 0,90 x 57,78%
=0,043 =0,52
Rumput bintang Rumput bintang Rumput bintang
0,54 =0,54 x 10,22% = 0,54 x 56,60%
=0,056 = 0,30
Total = 2,50 Kg Total = 0,247 kg/ 247 g Total = 1,50 kg
2,86+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (4,05−2,86)
287,6+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (397,6−287,6)
77
1,71+ ( 0,08−0,00
0,25−0,00 )
x (2,46−1,71)
78
116−100
3,75+ ( 150−100 ) x (4,74−3,75)
= 3,75 + 0,32 x 0,99
= 4,07
Kebutuhan BK untuk sapi bali jantan BB 116 dengan PBBH 0,07
2,82+ ( 0,07−0,00
0,25−0,00 )
x ( 4,07−2,82)
116−100
340+ ( 150−100 ) x (500−340)
= 340 + 0,32 x 160
= 391,2 g
kebutuhan protein untuk sapi bali jantan BB 116 dengan PBBH 0,07 kg
281,2+ ( 0,07−0,00
0,25−0,00 )
x (391,2−281,2)
79
= 2,25 + 0,32 x 0,59
= 2,44 kg
Kebutuhan TDN untuk Sapi Bali jantan BB 116 Kg dengan PBBH 0,07
1,69+( 0,07−0,00
0,25−0,00 )
x (2,44−1,69)
80
Lampiran 6. Foto kegiatan penelitian
81
pengembalaan ternak dilahan
rumput bintang
82
pemberian jerami jagung dikandang pakan dikandang
penimbangan BB akhir
83
RIWAYAT HIDUP
TARANO.
84