Anda di halaman 1dari 14

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Dalam

Pengelolaan Dana Desa dan Dampaknya Terhadap Pencegahan


Fraud

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian


Yang diampu oleh :
Endang, SE, MM

Oleh:

NAMA : NELLI AGUSTINA


NIM : 19.60201.1.088

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BOJONEGORO
2021
I. IDENTITAS
JudulArtikel : Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Dalam Pengelolaan
Dana Desa dan Dampaknya Terhadap Pencegahan Fraud
Jurnal : Jurnal Ekonomi Pembangunan
Download : http://jurnal.unimor.ac.id/JEP
Volume, No & Hal : Vol 5 No.2 Juni 2020 Hal. 18-26
Tahun : Tahun 2020
NamaPenulis : Natalia Lily Babulu
TujuanPenulis : Untuk menguji pengaruh sistem pengendalian internal, partisipasi
masyarakat dan Kompetensi aparatur terhadap akuntabilitas dalam
pengelolaan dana desa dan dampaknya terhadap pencegahan fraud.

II. ASPEK ONTOLOGIS (KeberadaanMasalah)


Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 memberi jaminan yang lebih pasti bahwa setiap desa
menerima dana dari pemerintah melalui anggaran negara dan daerah yang jumlahnya berlipat,
jauh diatas jumlah yang selama ini tersedia dalam anggaran desa. Dengan adanya penyaluran
dana desa yang nominalnya besar ke masing-masing desa dibutuhkan kompetensi dan
pengawasan yang ketat dari masing-masing pemerintah desa dalam pengelolaannya. Hal
tersebut dibutuhkan untuk menghindari adanya kecurangan yang selama ini ditakutkan oleh
pemerintah dan masyarakat (Widiyarta, 2017). Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat
bahwa korupsi di desa, utamanya yang menyangkut anggaran desa, merupakan salah satu
problem mendasar. Problem ini lahir karena pengelolaan anggaran yang besar namun
implementasinya di level desa tidak diiringi prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas
dalam tata kelola politik, pembangunan, dan keuangan desa. Indonesia Corruption Watch
( ICW) mencatat kasus korupsi di sektor anggaran desa menjadi kasus yang terbanyak ditindak
oleh aparat penegak hukum selama tahun 2019 lalu bila dibandingkan sektor-sektor lainnya.
Data ICW menunjukkan, terdapat 46 kasus korupsi di sektor anggaran desa dari 271 kasus
korupsi selama 2019. Korupsi anggaran desa tercatat memberi kerugian negara hingga Rp 32,3
miliar.(kompas.com)

III. EPISTEMOLOGI (Metodologi)


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer. Kuesioner yang digunakan
pada penelitian ini adalah kuesioner yang telah dikembangkan sebelumnya. Sumber data
dalam penelitian ini adalah jawaban kuisioner dari seluruh aparatur Desa dan badan
permusyawaratan desa (BPD). Sumber data menggunakan data primer. Populasi pada
penelitian ini adalah 10 desa di kecamatan Raimanuk Kabupaten Belu. Sampel pada penelitian
ini berjumlah 52 orang yang terdiri dari aparatur desa dan badan Permusyawaratan dese
(BPD).
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian survei yang
merupakan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa anggota sampel dari suatu populasi
tertentu. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan kuisioner yang terdiri dari
daftar pertanyaan tersruktur yang ditujukan pada responden. Data diambil pada bulan April s.
d Mei 2020.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Partial Least
Square (PLS) yaitu teknik statistika multivariat yang melakukan pembandingan antara variabel
dependen berganda dan independen berganda dengan alat analisis yang digunakan adalah
WarpPLS. Metode SEM didasarkan pada hubungan kausalitas, yakni terjadinya perubahan
pada satu variabel berdampak pada perubahan variabel lainnya.
IV. AKSIOLOGI (Kegunaan)
Untuk memprediksi faktor yang bisa mempengaruhi Akuntabilitas dalam pengelolaan dana
desa beserta dampaknya terhadap pencegahan fraud.

V KESIMPULAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang mempunyai
pengaruh pada akuntabilitas pengelolaan dana desa dan dampaknya pada pencegahan fraud.
Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah variabel sistem pengendalian
internal(X1), partisipasi masyarakat (X2) dan kompetensi aparatur (X3), sedangkan untuk
variabel terikat yang digunakan adalah akuntabilitas (Y1) dan pencegahan fraud (Y2). Sistem
pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap akuntabilitas pengeloaan dana desa. Hal ini
dikarenakan, pada hakikatnya pemerintahan desa merupakan daerah otonom sehingga belum
memahami pentingnya menerapkan dan memelihara pengendalian intern yang efektif yang
merupakan tanggung jawab semua pihak. Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap
akuntabilitas pengeloaan dana desa. Artinya unutk menciptakan Good Governance diperlukan
keterlibatan masyarakat dalam penyampaian aspirasi dan kontribusinya dalam penyusunan
APBDes. Dengan adanya kotribusi atau partisipasi masyarakat dalam penysunan APBDes
maka akan semakin terarah dan menjadi lebih baik sehingga masyarakat aktif dalam
menggerakkan program kegiatan. Kompetensi aparatur memiliki pengaruh pada akuntabilitas
pengelolaan dana desa. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi aparatur maka
akuntabilitas pengelolaan dana desa akan semakin tinggi. akuntabilitas manusia berpengaruh
pada pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa. Hal tersebut sama artinya dengan
akuntabilitas dibutuhkan untuk mencegah segala kecurangan di Pemerintahan Desa dalam
mengelola dana desa.

VI KEKURANGAN PADA JURNAL


Kekurangan pada jurnal adalah Tidak ada saran untuk penelitian selanjutnya.

VII SARAN
Berikanlah saran kepada pembaca dan peneliti selanjutnya agar bisa menyempurnakan hasil
dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, W., Hartono. (2015). Partial Least Square (PLS).Penerbit Andi. Yogyakarta.

Atmadja, & Saputra. (2017). Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan Desa.

Anto, R. P., & Amir, M. (2017). Competence of Village Apparatus In Management of Village

Funds in North Konawe Regency-Indonesia. IOSR Journal of Business and

Management Ver. VII, 19(11)

Aziiz, Muhammad Nur Dan Sawitri Dwi Prastiti (2019). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Akuntabilitas Dana Desa, Jurnal Akuntansi Aktual

Dewi, Ni Komang Ayu Julia Praba Dan Gayatri (2019). Faktor-Faktor Yang Berpengaruh

Pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana.

Ghozali, I., & Latan, H. (2014). Partial Least Squares Konsep, Metode Dan Aplikasi

Menggunakan Program Warppls 5.0 (Third). Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/anggaran-dana-desa-2015-2020 1565947501. Diakses


pada tanggal 07 mei 2020

Indonesia Corruption Watch (ICW).2019. kasus korupsi dana desa terbanyak muncul pada 2019
diakses tanggal 18 Mei 2020 melalui https://nasioanl.kompas.com

Islamiyah, Faridatul (2020). Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Moralitas, Sistem Pengendalian
Internal, Dan Whistleblowing Terhadap Pencegahan Fraud Dalam

Pengelolaan Dana Desa Di Kecamatan Wajak, Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi 8(1).
Kurniawan, Dendy Taufiq (2018). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Pengelolaan
Keuangan Desa (Studi Pada Desa Di Kabupaten Lamongan).
Naimah. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan desa pada pemerintah
kabupaten Serdang Bedagi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 01, 54-59.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan
Desa
Rahayu, Dwi Dkk (2018). Determinan Pencegahan Fraud Pengelolaan Keuangan Desa.
Saputra, Komang Adi Kurniawan (2019). Praktek Akuntabilitas Dan Kompetensi Sumber
Daya Manusia Untuk Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa, Jurnal
Krisna: Kumpulan Riset Akuntansi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Widiyarta, Herawati, & Atmadja. (2017). Pengaruh Kompetensi Aparatur, Budaya
Organisasi, Whistleblowing Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Pencegahan
Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa (Studi Empiris Pada Pemerintah Desa Di Kabupaten
Buleleng)
Wijaya, Sujana, & Purnamawati. (2017). Pengaruh Efektivitas Pengendalian Internal, Kesesuaian
Kompensasi, Moralitas Individu, Dan Whistleblowing Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Lpd Di Kecamatan Gerokgak.
Wonar, Klara Dkk (2018). Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Ketaatan Pelaporan
Keuangan Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Fraud Dengan Moral Sensitivity
Sebagai Variabel Moderasi, Jurnal Akuntansi, Audit & Aset
Yesinia, Nur Ida Dkk (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas
Pengelolaan Alokasi Dana Desa, Jurnal Aset (Akuntansi Riset)
Lampirkan Artikel Jurnal

EKOPEM Jurnal Ekonomi Pembangunan Isssn: 2503-3093 (Online)


Vol 5 No.2 Juni 2020 Hal. 18-26
Jurnal Ekonomi Pembangunan
http://jurnal.unimor.ac.id/JEP

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas Dalam Pengelolaan Dana


Desa dan
Dampaknya Terhadap Pencegahan Fraud

The Effect Factor of Accountability in Village Management Fund and

the Impact on Fraud Prevention

Natalia Lily Babulu

Natalialilly4@gmail.com

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Timor

Abstract

This study to predicts factor that affect accountability in managing village


funds and their impact on fraud prevention. The specific of this study aim to examine
the effect of internal control systems, community participation and apparatus
competence on accountability in managing village funds and their impact on fraud
prevention. The objects in this study were all village apparatus and village
consultative bodies (BPD) of 52 respondents. The method used is the Structural
Equation Model (SEM) using WarpPLS 7.0. Result of this study found the evidence
that community participation influences accountability in village fund management,
apparatus competence influences village fund management accountability, and
accountability in village fund management has an influence on fraud prevention.
However, this study found doesn’t show that effect of internal control system to
accountability of village management funds.Keywords: Internal control system,
Accountability, Fraud.

Abstrak

Penelitian ini memprediksi faktor yang bisa mempengaruhi Akuntabilitas


dalam pengelolaan dana desa beserta dampaknya terhadap pencegahan fraud. Secara
khusus penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh sistem pengendalian internal,
partisipasi masyarakat dan Kompetensi aparatur terhadap akuntabilitas dalam
pengelolaan dana desa dan dampaknya terhadap pencegahan fraud. Objek dalam
peneltian ini adalah seluruh aparatur desa dan badan permusyawaratan desa (BPD)
sebanyak 52 responden. Metode yang digunakan adalah Structural Equation Model
(SEM) menggunakan WarpPLS 7.0. Penelitian ini menemukan bukti bahwa
Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap akuntabilitas dalam pengeloaan dana
desa, Kompetensi aparatur berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan dana desa,
dan Akuntabilitas dalam pegeloaan dana desa berepengaruh terhadap pencegahan
fraud. Namun, penelitian ini tidak menemukan bukti bahwa sistem pengendalian
internal berpengaruh terhadap akuntabilitas dalam pengeloaan dana desa.
Kata kunci: Sistem Pengendalian Internal, Akuntabilitas, Kecurangan.

Pendahuluan

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 memberi jaminan yang lebih pasti


bahwa
setiap desa menerima dana dari pemerintah melalui anggaran negara dan daerah yang
jumlahnya berlipat, jauh diatas jumlah yang selama ini tersedia dalam anggaran desa.
Kebijakan tata kelola desa yang dimuat dalam UU desa yang baru ini adalah alokasi
anggaran yang besar kepada desa yang dimaksudkan untuk meningkatkan anggaran
desa dalam pembangunan, pelayanan, pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Pengelolaan keuangan desa bertujuan untuk mewujudkan desa sebagai suatu
pemerintahan terdepan dan terdekat dengan rakyat yang kuat, maju, mandiri, dan
demokratis, sehingga mampu melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Dengan adanya penyaluran dana desa yang nominalnya besar ke masing-
masing desa dibutuhkan kompetensi dan pengawasan yang ketat dari masing-masing
pemerintah desa dalam pengelolaannya. Hal tersebut dibutuhkan untuk menghindari
adanya kecurangan yang selama ini ditakutkan oleh pemerintah dan masyarakat
(Widiyarta, 2017). Pada gambar 1 dilihat bahwa persentasi untuk anggaran dana desa
setiap tahunnya selalu mengalami kenaikan demi mewujudkan program pembangunan
untuk desa- desa di Indonesia dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa,
pemerintah mengucurkan dana yang cukup besar setiap tahunnya untuk disalurkan ke
desa-desa di seluruh Indonesia mulai dari tahun 2015-2019 dana desa yang
dianggarkan pemerintah terus meningkat setiap tahunnya dari Rp. 20,8 Triliun pada
Tahun 2015, Rp. 47 Triliun pada Tahun 2016, Rp. 60 Triliun pada Tahun 2017 &
2018, Rp. 70 Triliun pada Tahun 2019 dan Presiden Joko Widodo mencanangkan
untuk Tahun 2020 Anggaran Dana Desa akan Mencapai Rp. 72 Triliun.

Gambar 1 Anggaran dana desa,2015-2020


Sumber data:Kementerian keuangan, 2020

Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat bahwa korupsi di desa,


utamanya yang menyangkut anggaran desa, merupakan salah satu problem mendasar.
Problem ini lahir karena pengelolaan anggaran yang besar namun implementasinya di
level desa tidak diiringi prinsip transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas dalam tata
kelola politik, pembangunan, dan keuangan desa. Indonesia Corruption Watch ( ICW)
mencatat kasus korupsi di sektor anggaran desa menjadi kasus yang terbanyak
ditindak oleh aparat penegak hukum selama tahun 2019 lalu bila dibandingkan sektor-
sektor lainnya. Data ICW menunjukkan, terdapat 46 kasus korupsi di sektor anggaran
desa dari 271 kasus korupsi selama 2019. Korupsi anggaran desa tercatat memberi
kerugian negara hingga Rp 32,3 miliar.(kompas.com)
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Desa diharapkan dapat menjadi pedoman dalam pengelolaan
keuangan desa karena didalamnya telah mencakup berbagai prosedur pengelolaan
keuangan desa mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan
sampai dengan pertanggungjawaban. Disamping itu Permendagri No 113 Tahun 2014
ini mengharuskan agar pengelolaan keuangan desa dilakukan secara transparan,
akuntabel dan partisipatif serta tertib dan disiplin anggaran. Agar terciptanya
pengelolaaan keuangan yang baik, pemerintah desa dituntut memperhatikan asas-asas
seperti yang disebutkan sebelumnya, salah satu pedomannya adalah akuntabilitas.
Di Indonesia fraud lebih dikenal dengan istilah korupsi. Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2001 tentang tindak pidana korupsi, korupsi merupakan perbuatan
yang merugikan kepentingan umum/publik atau masyarakat luas untuk kepentingan
pribadi atau kelompok tertentu. Kecurangan/fraud biasanya terjadi jika sistem
pengendalian yang ada sangat lemah dan kurangnya pengawasan dalam pengelolaan
keuangan. Permasalahan yang selama ini ditemukan pada sisa dana, sistem rekrutmen
fasilitator, hingga akuntabilitas atau pelaporan keuangan dana desa (Saputra,2019).

Metode Penelitian

Jenis dan Sumber Data


Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu data primer. Kuesioner
yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner yang telah dikembangkan
sebelumnya. Sumber data dalam penelitian ini adalah jawaban kuisioner dari seluruh
aparatur Desa dan badan permusyawaratan desa (BPD). Sumber data menggunakan
data primer. Populasi pada penelitian ini adalah 10 desa di kecamatan Raimanuk
Kabupaten Belu. Sampel pada penelitian ini berjumlah 52 orang yang terdiri dari
aparatur desa dan badan Permusyawaratan dese (BPD).
Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian survei
yang merupakan penelitian yang dilakukan terhadap beberapa anggota sampel dari
suatu populasi tertentu. Pengumpulan datanya dilakukan dengan menggunakan
kuisioner yang terdiri dari daftar pertanyaan tersruktur yang ditujukan pada
responden. Data diambil pada bulan April s.d Mei 2020.
Alat Analisis
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan Partial
Least Square (PLS) yaitu teknik statistika multivariat yang melakukan pembandingan
antara variabel dependen berganda dan independen berganda dengan alat analisis
yang digunakan adalah WarpPLS. Metode SEM didasarkan pada hubungan kausalitas,
yakni terjadinya perubahan pada satu variabel berdampak pada perubahan variabel
lainnya. PLS merupakan salah satu metode statistika Structural Equation Model
(SEM) berbasis varian yang didesain untuk menyelesaikan regresi berganda ketika
terjadi permasalahan spesifik pada data, seperti ukuran sampel penelitian kecil,
adanya data yang hilang (missing values), dan multikolinearitas (Abdillah & Hartono,
2015). Seperti dinyatakan oleh Wold (1985) dalam Ghozali (2014)
PLS merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidak didasarkan
banyak asumsi. Data tidak harus berdistribusi normal multivariate (indikator dengan
skala kategori, ordinal, interval sampai rasio dapat digunakan pada model yang sama),
sample tidak harus besar (Ghozali, dkk 2014). Model analisis jalur semua variabel
laten dalam PLS terdiri dari :
1. Inner Model, yang kadang disebut juga dengan (inner relation, structural
model dan substantive theory) menggambarkan hubungan antar variabel laten
berdasarkan pada substantive theory. Model struktural dievaluasi dengan
menggunakan R-square untuk konstruk dependen, Stone-Geisser Q-square test untuk
predictive relevance dan uji t serta signifikansi dari koefisien parameter jalur
struktural.
2. Outer Model, sering disebut juga (outer relation atau measurement model)
mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel
latennya. Convergent validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator
dinilai berdasarkan korelasi antara item score/component score dengan construct score
yang dihitung dengan PLS.
3. Mengkonstruksi diagram jalur, dalam menggambar diagram jalur (path
diagram) Falk dan Miller (1992) merekomendasi untuk menggunakan prosedur
nomogram reticular action modeling (RAM) dengan ketentuan sebagai berikut: a.
Konstruk teoritikal (theoretical constructs) yang menunjukkan varibel laten harus
digambar dengan bentuk lingkaran atau bulatan elips (circle). b. Variabel observed
atau indikator harus digambar dengan bentuk kotak (squares). c. Hubungan-hubungan
asimetri (asymmetrical relationships) digambarkan dengan arah panah tunggal (single
headed arrow). d. Hibungan-hubungan simetris (symmetrical relationship)
digambarkan dengan arah panah double (double headed arrow).
4. Melakukan Estimasi. Estimasi parameter pemodelan SEM dengan
pendekatan PLS diperoleh melalui proses iterasi tiga tahap dengan menggunakan
Ordinary Last Square (OLS) yaitu sebagai berikut : a. Tahap pertama, menentukan
estimasi bobot (weight estimate) untuk menetapkan skor atau menghitung data
variabel laten. b. Tahap kedua, menentukan estimasi jalur (estimasi untuk inner dan
outer model) yang menghubungkan antar variabel laten dan estimasi loading antara
variabel laten dengan indikatornya. c. Tahap ketiga, menentukan estimasi rata-rata
dan lokasi parameter untuk indikator dan variabel laten.
5. Melakukan evaluasi goodness of fit. Evaluasi goodness of fit model
struktural diukur dengan melihat nilai koefisien parameter dan melihat nilai R2 yang
diperoleh pada setiap variabel laten dependen dengan interpretasi yang sama dengan
regresi. (Ulum et al, 2014). 6. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menguji
hubungan antar variabel. Dalam model WarpPLS tingkat signifikansi koefisien jalur
yang digunakan yaitu pada tingkat 1%, 5% dan 10%. Jika koefisien nilai jalur
memiliki nilai p-value <0,01, pvalue < 0,05 dan P-value < 0,1 maka kesimpulan yang
dapat ditarik adalah terdapat pengaruh yang signifikan diantara variabel. Namun
sebaliknya jika koefisien jalur memiliki nilai p-value >0,01, p-value >0,05 dan p-
value > 0,1 maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah terdapat pengaruh diantara
variabel tetapi tidak siginifikan.

Pembahasan
Pengujian
1.Evaluasi Model Pengukuran (Outer Model)
Convergent Validity
Convergent validity dari model pengukuran dengan reflektif indikator dinilai
berdasarkan korelasi antara skor indikator dengan skor variabel latennya (loading
factor) yang diukur dengan PLS. Ukuran reflektif individual dikatakan tinggi jika
berkorelasi lebih dari 0,70 dengan variabel laten yang akan diukur. Tetapi menurut
Chin (1998), dalam penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai
loading factor 0,5 sampai dengan 0,60 dianggap cukup baik. Dalam penelitian ini
tahap awal convergent validity menunjukkan bahwa dari semua indikator memenuhi
syarat convergent validity.
Selain itu, dalam penelitian ini untuk mengukur convergent validity dapat
dilakukan dengan melihat hasil dari WarpPLS 7.0 pada bagian Average Varance
Extracted (AVE). Pengukuran AVE ini menggambarkan varian atau keragaman
variabel manifest yang dapat dikandung oleh variabel laten. Kriteria penilaiannya
adalah nilai AVE > 0,5 (Hair, et. al, 2011). Tabel berikut dibawah ini merupakan hasil
AVE setiap variabel laten:

Tabel 1 diatas, menunjukan bahwa nilai AVE untuk konstruk Sistem


Pengendalian internal sebesar 0.754, konstruk partispasi masyarakat sebesar 0.714,
konstruk kompetensi aparatur 0.788, kontruk Akuntabilitas 0.811, konstruk
pencegahan fraud 0.825. Hasil dari konstruk -konstruk tersebut menunjukan bahwa
nilai AVE dari semua kontruk yang dihasilkan lebih besar dari 0.5. Berdasarkan
kriteria AVE, hasil tersebut telah menunjukan convergent validity yang dikatakan
baik.

Composite Realibility

Berdasarkan tabel diatas, hasil menunjukan composite realibility yang


memuaskan dari masing-masing konstruk, yaitu: sistem pengendalian internal sebesar
(0.886), partispasi masyarakat (0.806), kompetensi aparatur (0.890), akuntabilitas
(0,920) dan pencegahan fraud. sebesar (0.895). Hasil dari Cronbach’s Alpha juga
menunjukan hasil yang baik, yaitu sistem pengendalian internal sebesar (0.843),
partisipasi masyarakat (0.678), kompetensi aparatur (0.845), akuntabilitas (0,895) dan
pencegahan fraud sebesar (0.842). Dapat disimpulkan bahwa masing - masing
konstruk memiliki realibility yang tinggi dimana hal ini dapat dilihat dari nilai
composite realibility dan cronbach’s alpha seluruh konstruk lebih besar dari 0.70.

2. Evaluasi Model Struktural (Inner Model)


Uji model fit ini digunakan untuk mengetahui apakah suaru model memiliki
kecocokan dengan data. Pada uji kecocokan model (model fit) ini, terdapat 3 indeks
pengujian, yaitu average path coefficient (APC), average R – squared (ARS), dan
average variances factor (AVIF) dengan kriteria APC dan ARS diterima dengan
syarat p – value < 0.1 dan AVIF lebih kecil dari 5. Berikut adalah hasil output model
fit indices dari program WarpPLS 7.0 :

Hasil output diatas, menjelaskan bahwa APC memiliki indeks sebesar 0.347
dengan nilai p – value < 0.002. Sedangkan ARS memiliki indeks sebesar 0.389
dengan p – value < 0.001. P – value kedua indeks menunjukan hasil dibawah 0.1 yang
berarti memenuhi kriteria APC dan ARS. AVIF juga menunjukan indeks sebesar
1.345 yang berarti diterima karena indeks dibawah 5 dan ideal karena dibawah 3,3
maka model tidak mengandung multikolinearitas. Kesimpulannya adalah model sudah
fit dengan data sehingga dapat melanjutkan pengujian berikutnya. Berdasarkan hasil
tersebut, dapat disimpulkan bahwa model penelitian ini dapat memenuhi kriteria dan
bisa digunakan untuk memprediksi pengaruh variabel independen terhadap varabel
dependen.

3. Pengujian Hipotesis
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan WarpPLS 7.0 ditunjukkan
pada Gambar berikut:

Pengujian seluruh hipotesis akan dianalisis berdasarkan hasil yang diperoleh


dari pengolahan data pada tabel-tabel berikut:
Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa Sistem Pengendalian Internal
tidak berpengaruh terhadap Akuntabilitas dalam pengeloaan dana desa. Hal ini dapat
dilihat dari nilai path coefficient sebesar 0,087 dengan p-value 0.261. Penelitian ini
tidak sejalan dengan penelitian Yesinia (2018) dan Islamiyah (2020) yang
menyatakan bahwa semakin baik Sistem Pengendalian Internal maka akan
meningkatkan Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Dana Desa. Analisis pada Tabel
4 menunjukkan bahwa Partisipasi masyarakat berpengaruh terhadap Akuntabilitas
pengeloaan dana desa. Hal ini dapat dilihat dari nilai path coefficient sebesar 0.221
dengan p-value <0.045. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengelolaan dana desa
membutuhkan partisipasi masyarakat, sebab prioritas penggunaan dana desa salah
satunya adalah pemberdayaan masyarakat. Dalam usaha memberdayakan masyarakat
di berbagai kegiatan atau aktivitas desa, maka partisipasi merupakan hal wajib yang
harus dilakukan.. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Naimah (2016) dan
Kurniawan (2018).
Berdasrkan Hasil analisis pada Tabel 4. menunjukkan bahwa Kompetensi
Aparatur berpengaruh terhadap Akuntabilitas dalam pengelolaan dana desa. Hal ini
dapat dilihat dari nilai path coefficient sebesar 0.408 dengan p-value <0.001. Hasil
penelitian ini selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Dewi (2018) dan Wonar
(2018) yang menyatakan kompetensi aparatur berpengaruh terhadap Akuntabilitas
dana desa. Kompetensi aparatur desa mutlak diperlukan agar pengelolaan dana desa
untuk pengembangan berbagai aspek dapat dicapai dengan menggunakan kecerdasan,
pengetahuan dan keterampilan serta perilaku untuk mendorong pembangunan desa
yang optimal (Anto dan Amir ,2017 ).
Hasil analisis pada Tabel 4 menunjukkan bahwa Akuntabilitas dalam
pengelolaan dana desa berpengaruh terhadap Pencegahan fraud. Hal ini dapat dilihat
dari nilai path coefficient sebesar 0.675 dengan p-value <0,001. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa setiap kebijakan dalam pengelolaan dana desa telah
dipertanggungjawabkan dengan baik oleh pemerintah desa. Kinerja pemerintah desa
kepada masyarakat dapat dilihat dari kepatuhan pembuatan laporan realisasi dana desa
yang tepat waktu dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta pengaruh
atau timbal balik dari hasil pengelolaan desa yang dapat dirasakan langsung oleh
masyarakat.

Simpulan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui variabel mana sajakah yang
mempunyai pengaruh pada akuntabilitas pengelolaan dana desa dan dampaknya pada
pencegahan fraud. Dalam penelitian ini variabel bebas yang digunakan adalah
variabel sistem pengendalian internal(X1), partisipasi masyarakat (X2) dan
kompetensi aparatur (X3), sedangkan untuk variabel terikat yang digunakan adalah
akuntabilitas (Y1) dan pencegahan fraud (Y2). Sistem pengendalian internal tidak
berpengaruh terhadap akuntabilitas pengeloaan dana desa. Hal ini dikarenakan, pada
hakikatnya pemerintahan desa merupakan daerah otonom sehingga belum memahami
pentingnya menerapkan dan memelihara pengendalian intern yang efektif yang
merupakan tanggung jawab semua pihak. Partisipasi masyarakat berpengaruh
terhadap akuntabilitas pengeloaan dana desa. Artinya unutk menciptakan Good
Governance diperlukan keterlibatan masyarakat dalam penyampaian aspirasi dan
kontribusinya dalam penyusunan APBDes. Dengan adanya kotribusi atau partisipasi
masyarakat dalam penysunan APBDes maka akan semakin terarah dan menjadi lebih
baik sehingga masyarakat aktif dalam menggerakkan program kegiatan. Kompetensi
aparatur memiliki pengaruh pada akuntabilitas pengelolaan dana desa. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi kompetensi aparatur maka akuntabilitas
pengelolaan dana desa akan semakin tinggi. akuntabilitas manusia berpengaruh pada
pencegahan fraud dalam pengelolaan dana desa. Hal tersebut sama artinya dengan
akuntabilitas dibutuhkan untuk mencegah segala kecurangan di Pemerintahan Desa
dalam mengelola dana desa.

Daftar Pustaka
Abdillah, W., Hartono. (2015). Partial Least Square (PLS).Penerbit Andi.
Yogyakarta.
Atmadja, & Saputra. (2017). Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Keuangan
Desa.
Anto, R. P., & Amir, M. (2017). Competence of Village Apparatus In Management of
Village Funds in North Konawe Regency-Indonesia. IOSR Journal of Business and
Management Ver. VII, 19(11)
Aziiz, Muhammad Nur Dan Sawitri Dwi Prastiti (2019). Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Akuntabilitas Dana Desa, Jurnal Akuntansi Aktual
Dewi, Ni Komang Ayu Julia Praba Dan Gayatri (2019). Faktor-Faktor Yang
Berpengaruh Pada Akuntabilitas Pengelolaan Dana Desa, E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana.
Ghozali, I., & Latan, H. (2014). Partial Least Squares Konsep, Metode Dan Aplikasi
Menggunakan Program Warppls 5.0 (Third). Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/anggaran-dana-desa-2015-2020
1565947501. Diakses pada tanggal 07 mei 2020
Indonesia Corruption Watch (ICW).2019. kasus korupsi dana desa terbanyak muncul
pada 2019 diakses tanggal 18 Mei 2020 melalui https://nasioanl.kompas.com
Islamiyah, Faridatul (2020). Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Moralitas, Sistem
Pengendalian Internal, Dan Whistleblowing Terhadap Pencegahan Fraud Dalam
Pengelolaan Dana Desa Di Kecamatan Wajak, Jurnal Riset Mahasiswa Akuntansi
8(1).
Kurniawan, Dendy Taufiq (2018). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa (Studi Pada Desa Di Kabupaten
Lamongan).
Naimah. (2016). Faktor-faktor yang mempengaruhi akuntabilitas keuangan desa
pada pemerintah kabupaten Serdang Bedagi. Jurnal Akuntansi dan Bisnis, 01, 54-59.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 113 Tahun 2014 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Desa
Rahayu, Dwi Dkk (2018). Determinan Pencegahan Fraud Pengelolaan Keuangan
Desa.
Saputra, Komang Adi Kurniawan (2019). Praktek Akuntabilitas Dan Kompetensi
Sumber Daya Manusia Untuk Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa,
Jurnal Krisna: Kumpulan Riset Akuntansi
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Widiyarta, Herawati, & Atmadja. (2017). Pengaruh Kompetensi Aparatur, Budaya
Organisasi, Whistleblowing Dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap
Pencegahan Fraud Dalam Pengelolaan Dana Desa (Studi Empiris Pada Pemerintah
Desa Di Kabupaten Buleleng)
Wijaya, Sujana, & Purnamawati. (2017). Pengaruh Efektivitas Pengendalian
Internal, Kesesuaian Kompensasi, Moralitas Individu, Dan Whistleblowing Terhadap
Kecenderungan Kecurangan Akuntansi Pada Lpd Di Kecamatan Gerokgak.
Wonar, Klara Dkk (2018). Pengaruh Kompetensi Aparatur Desa, Ketaatan
Pelaporan Keuangan Dan Sistem Pengendalian Intern Terhadap Pencegahan Fraud
Dengan Moral Sensitivity Sebagai Variabel Moderasi, Jurnal Akuntansi, Audit &
Aset
Yesinia, Nur Ida Dkk (2018). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Akuntabilitas
Pengelolaan Alokasi Dana Desa, Jurnal Aset (Akuntansi Riset)

Anda mungkin juga menyukai