Contoh Khutbah
Contoh Khutbah
ُار ِة أَوْ أَ َش ُّد قَ ْس َوةً َوإِ َّن ِمنَ ْال ِح َجا َر ِة لَ َما يَتَفَ َّج ُر ِم ْنه
َ ت قُلُوبُ ُكم ِّمن بَ ْع ِد َذلِكَ فَ ِه َي َك ْال ِح َج ْ “ثُ َّم قَ َس
ق فَيَ ْخ ُر ُج ِم ْنهُ ْال َماء َوإِ َّن ِم ْنهَا لَ َما يَ ْهبِطُ ِم ْن َخ ْشيَ ِة هللاِ َو َما هللاُ بِغَافِ ٍل َع َّما ُ َّاألَ ْنهَا ُر َوإِ َّن ِم ْنهَا لَ َما يَ َّشق
َتَ ْع َملُون
“Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara
batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya….” (QS. Al-Baqarah:74) Maka,
kata Ibnul Qayyim,
ْ َك فَق
!!.. ط ٍ ت ْالبَالَ ِء َم َع اِ ْستٍ ْم َر
َ َاركَ بِال ُدعا َ ِء فَا ْعلَ ْم أنَ هللاَ لَ ْن ي ٍُريْد إ َجابَةَ َد ْع َوت ُ إٍ َذا طَا َل َعلَ ْيكَ َو ْق:
ْ ك فَوْ قَهَا َعطَايَا لَ ْم ت
.. ََطلً ْبهَا أ ْنت ْ بَلْ ي ٍُر ْي ُد
َ أن يُ ْع ِط ْي
Apabila musibah yang engkau dapatkan panjang sekali, padahal tak pernah berhenti engkau berdoa,
yakinlah bahwa Allah tidak saja hendak menjawab doa-doamu itu. Tetapi, Allah hendak memberimu
karunia lain yang bahkan engkau tak memintanya”. Semoga kita terhindar dari yang keras dan
membatu.
ٍ أَقُوْ ُل هَ َذا القَوْ َل َوأَ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ لِ ْي َولَ ُك ْم َولِ َسائِ ِر ال ُم ْسلِ ِم ْينَ ِم ْن ُك ِّل َذ ْن
ب فَا ْستَ ْغفِرُوْ هُ يَ ْغفِرْ لَ ُك ْم إِنَّهُ هُ َو
.ال َغفُوْ ُر ال َر ِح ْي ُم
بِس ِْم هّٰللا ِ الرَّحْ مٰ ِن ال َّر ِحي ِْم
Khutbah Jumat: Keistimewaan Hari Jumat yang Kerap Dilupakan
Khutbah I
الش هُوْ ِر َواألَي َِّام َوالَليَ الِي ُّ ُْض فَ َخصَّ بَعْض ٍ ْض هُ َعلَى بَع َ ض َل بَع َّ َق ال ّز َم انَ َوف َ َالح ْم ُد هّٰلِل ِ الَّ ِذيْ خَ لَ
هّٰللا
أَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ إِلَهَ إِالَّ ُ َوحْ َدهُ الَ َش ِر ْيكَ لَ هُ َوأَ ْش هَ ُد أَ َّن.َات ُ ضائِ ِل يُ َعظَّ ُم فِ ْيهَا األَجْ ُر وال َح َسن َ َبِ َمزَايَا َوف
كَ ص ِّل َو َس لِّ ْم علَى َع ْب ِد َ اللّهُ َّم.َّش ا ِد َ اعى بِقَوْ لِ ِه َوفِ ْعلِ ِه إِلَى الر ِ َس يِّدَنا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َر ُس وْ لُهُ ال َّد
هّٰللا
َ فيَا أَيُّهَ ا النَّاسُ اتَّقُ وا، أ َّما ب ْع ُد.ك ُم َح ّم ٍد َو َعلَى آلِه وأصْ َحابِ ِه هُدَا ِة األَن َِام في أَ ْن َحا ِء البِالَ ِد َ َِو َرسُوْ ل
ق تُقَاتِ ِهَّ يَا اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُ وْ ا اتَّقُ وْ ا هّٰللا َ َح:الى فِي ِكتَابِ ِه ْال َك ِري ِْم هّٰللا
َ فَقَ ْد قَا َل ُ تَ َع،ت ِ تَ َعالَى بِفِع ِْل الطَّاعَا
ََوالَ تَ ُموْ تُ َّن إِالَّ َواَ ْنتُ ْم ُم ْسلِ ُموْ ن
Hari Jumat tergolong unik dalam Islam. Dari segi penamaan, pilihan nama “Jumat” berbeda dari nama-
nama hari lainnya. Kata “Jumat “ Qamus Al-Lughah Al-Arabiyah Al-Ma'ashir dapat dibaca dalam tiga
bentuk: Jumu'ah, Jum'ah, dan Juma'ah, yang berarti berkumpul. Sementara hari-hari lain memiliki
makna yang mirip dengan urutan angka hari dalam sepekan: Ahad (hari pertama), Isnain (hari kedua),
tsulatsa (hari ketiga), arbi’a (hari keempat) dan khamis (hari kelima), serta sabt yang berakar kata dari
sab’ah (hari ketujuh).Pada masa Arab Jahiliyah nama-nama hari terdiri dari Syiyar (Sabtu), Awwal (Ahad),
Ahwan (Senin), Jubar (Selasa), Dubar (Rabu), Mu’nis (Kamis), dan ‘Arubah (Jumat). Nama-nama tersebut
kemudian diubah dengan datangnya Islam. Rasulullah tidak hanya melakukan revolusi moral tapi juga
revolusi bahasa. Kata-kata dianggap kurang tepat dimaknai ulang sehingga sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Di kalangan masyarakat Arab Jahiliyah, ‘Arubah merupakan momentum untuk menampilkan
kepongahan, kebanggaan, berhias, dan semacamnya.
Dalam Islam ‘Arubah berubah menjadi Jumu‘ah yang mengandung arti berkumpul. Tentu saja lebih dari
sekadar berkumpul, karena dalam syari’at, Jumat mendapatkan julukan sayyidul ayyâm atau rajanya
hari. Dengan kata lain, Jumat menduduki posisi paling utama di antara hari-hari lainnya dalam sepekan.
Al-Imam al-Syafi’i dan al-Imam Ahmad meriwayatkan dari Sa’ad bin ‘Ubadah sebuah hadits:
َ َصا ٍل فِ ْي ِه خَ ل
ق َ ط ِر َوفِ ْي ِه خَ ْمسُ ِخ ْ َِسيِّ ُد اأْل َي َِّام ِع ْن َد هّٰلِلا ِ يَوْ ُم ْال ُج ُم َع ِة َوهُ َو أَ ْعظَ ُم ِم ْن يَوْ ِم النَّ َح ِر َويَوْ ُم ْالف
ض َوفِ ْي ِه تُ ُوفِّ َي َوفِ ْي ِه َسا َعةٌ اَل يَسْأ َ ُل ْال َع ْب ُد فِ ْيهَا هّٰللا َ َش ْيئًا إِاَّل ُ
ِ ُْ آ َد َم َوفِ ْي ِه أ ْهبِطَ ِمنَ ْال َجنَّ ِة إِلَى اأْل َر
هّٰللا
ب َواَل َس َما ٍء َواَل ٍ ك ُمقّ َّر ٍ َأَ ْعطَاهُ إِيَّاهُ َما لَ ْم يَسْأَلْ إِ ْث ًما أَوْ قَ ِط ْي َعةَ َر ِح ٍم َوفِ ْي ِه تَقُوْ ُم السَّا َعةُ َو َما ِم ْن َمل
ق ِم ْن يَوْ ِم ْال ُج ُم َع ِة
ٌ ِْح َواَل َجبَ ٍل َواَل َح َج ٍر إِاَّل َوهُ َو ُم ْشف ٍ ض َواَل ِري ٍ ْأَر
“Rajanya hari di sisi Allah adalah hari Jumat. Ia lebih agung dari pada hari raya kurban dan hari raya
Fithri. Di dalam Jumat terdapat lima keutamaan. Pada hari Jumat Allah menciptakan Nabi Adam dan
mengeluarkannya dari surga ke bumi. Pada hari Jumat pula Nabi Adam wafat. Di dalam hari Jumat
terdapat waktu yang tiada seorang hamba meminta sesuatu di dalamnya kecuali Allah mengabulkan
permintaannya, selama tidak meminta dosa atau memutus tali shilaturrahim. Hari kiamat juga terjadi di
hari Jumat. Tiada Malaikat yang didekatkan di sisi Allah, langit, bumi, angin, gunung dan batu kecuali ia
khawatir terjadinya kiamat saat hari Jumat.”
Di antara kita kadang lupa, tak merasakan, keutamaan hari Jumat karena tertimbun oleh rutinitas sehari-
hari. Kesibukan yang melingkupi kita tiap hari sering membuat kita lengah sehingga menyamakan hari
Jumat tak ubahnya hari-hari biasa lainnya. Padahal, di tiap tahun ada bulan-bulan utama, di tiap bulan
ada hari-hari utama, dan di tiap hari ada waktu-waktu utama. Masing-masing keutamaan memiliki
kekhususan sehingga menjadi momentum yang sangat baik untuk merenungi diri, berdoa, bermunajat,
berdzikir, dan meningkatkan ibadah kepada Allah ﷻ.
Keistimewaan hari Jumat bisa dilihat dari disunnahkannya mandi Jumat. Dalam Al-Hawi Kabir karya al-
Mawardi, Imam Syafi’i menjelaskan bahwa kendati shalat Jumat dilaksanakan pada waktu shalat dhuhur,
mandi Jumat boleh dilakukan semenjak dini hari, setelah terbit fajar. Mandi adalah simbol kebersihan
dan kesucian diri. Setelah mandi, seseorang dianjurkan untuk memakai pakaian terbaik, terutama warna
putih, sebelum berangkat menuju shalat Jumat.
Dalam hal ini, umat Islam diperingatkan untuk menyambut hari istimewa itu dengan kesiapan dan
penampilan yang juga istimewa.
Dalam Bidâyatul Hidâyah, Imam Abu Hamid al-Ghazali menyebut hari Jumat sebagai hari raya kaum
mukmin (‘îdul mu’minîn). Imam al-Ghazali bahkan menyarankan agar umat Islam mempersiapkan diri
menyambut hari Jumat sejak hari Kamis, dimulai dengan mencuci baju, lalu memperbanyak membaca
tasbih dan istighfar pada Kamis petang karena saat-saat tersebut sudah memasuki waktu keutamaan
hari Jumat. Selanjutnya, kata Imam al-Ghazali, berniatlah puasa hari Jumat sebagai rangkaian dari puasa
tiga hari berturut-turut Kamis-Jumat-Sabtu, sebab ada larangan puasa khusus hari Jumat saja.
Hari Jumat juga menjadi semacam konferensi mingguan bagi umat Islam, karena di hari Jumatlah ada
shalat berjamaah dan khutbah Jumat. Setiap umat Islam laki-laki yang tak memiliki uzur syar’I wajib ‘ain
melaksanakannya. Artinya, lebih dari sebatas berkumpul, Jumat adalah momen konsolidasi persatuan
umat sekaligus memupuk ketakwaan melalui nasihat-nasihat positif dari sang khatib. Tentu keutamaan
ini bersamaan dengan asumsi bahwa jamaah melaksanakan shalat Jumat dengan kesungguhan penuh,
menyimak khutbah secara baik, bukan cuma rutinitas sekali sepekan untuk sekadar menggugurkan
kewajiban.
Amalan-amalan utama hari Jumat juga bertebaran. Di antaranya adalah memperbanyak baca shalawat,
memperbanyak doa, bersedekah; membaca Surat al-Kahfi, Surat al-Ikhlas, Surat al-Falaq, dan Surat an-
Nas, serta ibadah-ibadah lainnya. Masing-masing amalan memiliki fadhilah yang luar biasa.
Dengan demikian, umat Islam seolah diajak untuk menjadikan hari Jumat sebagai hari khusus untuk
memperbanyak ibadah. Tidak jarang, Jumat dijadikan oleh para ulama untuk mengistirahatkan diri
sejenak dari hiruk-pikuk kesibukan duniawi, untuk mengkhususkan diri beramal saleh di hari Jumat.
Sebagaimana dilakukan Rasulullah, hari Jumat bukan semata untuk meningkatkan ritual ibadah kepada
Allah tapi juga berbuat baik kepada sesama, seperti bersilaturahim, berempati kepada orang yang kena
musibah, dan lain-lain.
Karena itu pula dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh al-Qadla’i dan ibnu Asakir dari Ibnu Abbas
disebutkan:
الجمعة حج الفقراء
“Jumat adalah hajinya orang-orang fakir.”
Hadits tersebut adalah penegasan tentang betapa istimewanya hari Jumat dibanding hari-hari biasa
lainnya. Karena itu patut bagi kita untuk meluangkan waktu sejenak untuk berkontemplasi (muhasabah),
menaikkan kualitas ibadah kepada Allah, memperbaiki hubungan sosial, serta memperbanyak amal-amal
sunnah lainnya. Cukuplah enam hari kita sibuk dan larut dalam kesibukan duniawi. Apa salahnya
menyisihkan satu hari untuk menyegarkan kondisi rohani kita agar tidak layu, kering, atau bahkan mati.
Semoga khatib al-faqir dan jamaah sekalian dapat melaksanakan anjuran ini dengan sungguh-sungguh
dan penuh kesadaran diri.
َونَفَ َعنِي َوإِيَّا ُك ْم بِ َمافِ ْي ِه ِم ْن آيَ ِة َو ِذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم َوتَقَبَّ َل هّٰللا ُ ِمنَّا،آن ْال َع ِظي ِْم هّٰللا
ِ ْبَا َركَ لِي َولَ ُك ْم فِى ْالقُر
َوأَقُوْ ُل قَوْ لِي هَ َذا فَأ ْستَ ْغفِ ُر هّٰللا َ ال َع ِظ ْي َم إِنَّهُ هُ َو ال َغفُوْ ُر ال َّر ِحيْم،َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ َوإِنَّهُ هُ َو ال َّس ِم ْي ُع ال َعلِ ْي ُم
Khutbah II
اَ ْل َح ْم ُد هّٰلِل ِ عَل َى إِحْ َسانِ ِه َوال ُّش ْك ُر لَهُ عَل َى تَوْ فِ ْيقِ ِه َواِ ْمتِنَانِ ِهَ .وأَ ْشهَ ُد أَ ْن الَ اِلَهَ إِالَّ هّٰللا ُ َوهّٰللا ُ َوحْ َدهُ الَ
ٰ ك لَهُ َوأَ ْشهَ ُد َّ
ص ِّل َعلَى َسيِّ ِدنَا إلى ِرضْ َوانِ ِه .اللّهُ َّم َ اعى َ أن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ ال َّد ِ َش ِر ْي َ
ُم َح َّم ٍد ِو َعلَى اَلِ ِه َوأَصْ َحابِ ِه َو َسلِّ ْم تَ ْسلِ ْي ًما ِكث ْيرًا
أَ َّما بَ ْع ُد فَيا َ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا هّٰللا َ فِ ْي َما أَ َم َر َوا ْنتَهُوْ ا َع َّما نَهَى َوا ْعلَ ُموْ ا أَ َّن هّٰللا َ أَ َم َر ُك ْم بِأ َ ْم ٍر بَدَأَ فِ ْي ِه
صلُّوْ نَ عَل َى النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ آ َمنُوْ ا هّٰللا
ال تَعاَلَى إِ َّن َ َو َمآلئِ َكتَهُ يُ َ بِنَ ْف ِس ِه َوثَـنَى بِ َمآل ئِ َكتِ ِه بِقُ ْد ِس ِه َوقَ َ
صلَّى هّٰللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ْم َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنا َ صلِّ َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َ
ٰ
صلُّوْ ا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموْ ا تَ ْسلِ ْي ًما .اللّهُ َّم َ
َ
َّاش ِد ْينَ أَبِى بَ ْك ٍر ض اللّهُ َّم َع ِن ْال ُخلَفَا ِء الر ِ ُم َح َّم ٍد َو َعلَى اَ ْنبِيآئِكَ َو ُر ُسلِكَ َو َمآلئِ َك ِة ْال ُمقَ َّربِ ْينَ َوارْ َ
ان اِلَىيَوْ ِم ال ِّدي ِْن ص َحابَ ِة َوالتَّابِ ِع ْينَ َوتَابِ ِعي التَّابِ ِع ْينَ لَهُ ْم بِاِحْ َس ٍ َو ُع َمر َو ُع ْث َمان َو َعلِى َوع َْن بَقِيَّ ِة ال َّ
ض َعنَّا َم َعهُ ْم بِ َرحْ َمتِكَ يَا أَرْ َح َم الرَّا ِح ِم ْينَ َوارْ َ
اللّهُ َّم أَ ِع َّز ْا ِإل ْسالَ َم أَ ٰللّهُم ا ْغفرْ ل ْلم ْؤمن ْينَ و ْالم ْؤمنَات و ْالم ْسلم ْينَ و ْالم ْسلمات اَالَحْ يآ ُء م ْنهُم و ْاالَموات ٰ
ِ ْ َ ْ َ ِ َّ ِ ِ ُ ِ ِ َ ُ ِ ِ َ ُ ِ ِ َ ُ ِ َ ِ
اخ ُذلْ َم ْن ص َر ال ِّد ْينَ َو ْ ك َو ْال ُم ْش ِر ِك ْينَ َوا ْنصُرْ ِعبَادَكَ ْال ُم َوحِّ ِديَّةَ َوا ْنصُرْ َم ْن نَ َ َو ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َوأَ ِذ َّل ال ِّشرْ َ
اللّهُ َّم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَالَ َء َو ْال َوبَا َءك إلَى يوْ م ال ِّد ْينٰ .
ِ خَ َذ َل ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ َو َد ِّمرْ أَ ْعدَا َء ال ِّدي ِْن َوا ْع ِل َكلِ َماتِ َ ِ َ َ
صةً َو َسائِ ِر َوال َّزالَ ِز َل َو ْال ِم َحنَ َوسُوْ َء ْالفِ ْتنَ ِة َو ْال ِم َحنَ َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ع َْن بَلَ ِدنَا اِ ْن ُدونِ ْي ِسيَّا خآ َّ
َان ْال ُم ْسلِ ِم ْينَ عآ َّمةً يَا َربَّ ْال َعالَ ِم ْينَ َ .ربَّنَا آتِنا َ فِى ال ُّد ْنيَا َح َسنَةً َوفِى ْاآل ِخ َر ِة َح َسنَةً َوقِنَا َع َذ َ
اب ْالب ُْلد ِ
اس ِر ْينَ ِ .عبَا َدهّٰلِلا ِ ! إِ َّن هّٰللا َ يَأْ ُم ُرنَااإن لَ ْم تَ ْغفِرْ لَنَا َوتَرْ َح ْمنَا لَنَ ُكوْ ن ََّن ِمنَ ْال َخ ِ ارَ .ربَّنَا ظَلَ ْمنَا اَ ْنفُ َسنَا َو ْ النَّ ِ
ان َوإِيْتآ ِء ِذي ْالقُرْ ب َى َويَ ْنهَى َع ِن ْالفَحْ شآ ِء َو ْال ُم ْن َك ِر َو ْالبَ ْغي يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ بِاْل َع ْد ِل َو ْا ِإلحْ َس ِ
َو ْاذ ُكرُوا هّٰللا َ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َوا ْش ُكرُوْ هُ عَل َى نِ َع ِم ِه يَ ِز ْد ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هّٰلِلا ِ أَ ْكبَرْ
إِ َّن ْال َح ْم َد هَّلِل ِ؛ نَحْ َم ُدهُ َونَ ْستَ ِع ْينُهُ َونَ ْستَ ْغفِ ُرهُ َونَتُ ْوبُ إِلَ ْي ِهَ ،ونَع ُْو ُذ بِاهللِ ِم ْن ُشر ُْو ِر
ي لَهُ، ض َّل لَهَُ ،و َم ْن يُضْ لِلْ فَاَل هَا ِد َ ت أَ ْع َمالِنَاَ ،م ْن يَ ْه ِد ِه هللاُ فَاَل ُم ِ أَ ْنفُ ِسنَا َو َسيِّئَا ِ
ْك لَهَُ ،وأَ ْشهَ ُد أَ َّن ُم َح َّمداً َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُهُ
َوأَ ْشهَ ُد أَ ْن اَل إِلَهَ إِاَّل هللاُ َوحْ َدهُ اَل َش ِري َ
ات هللاِ َو َساَل ُمهُ َعلَ ْي ِه َو َعلَى آلِ ِه صلَ َو ُ ص َح األُ َّمةَ؛ فَ َ بَلَّ َغ الرِّ َسالَةَ َوأَ َّدى األَ َمانَةَ َونَ َ
اش َر ال ُم ْؤ ِمنِي َْن :اِتَّقُ ْوا هللاَ تَ َعالَى؛ فَإ ِ َّن َم ِن اتَّقَى هللاَ صحْ بِ ِه أَجْ َم ِعي َْن .أَ َّما بَ ْع ُد َم َع ِ َو َ
َوقَاهُ َوأَرْ َش َدهُ إِلَى َخي ٍْر أُ ُم ْو ٍر ِد ْينِ ِه َو ُد ْنيَاهُ
Dengan berganti tahun semakin jauh kita meninggalkan masa kenabian dan semakin dekat kita kepada
masa berakhirnya kehidupan semesta. Suka ataupun tidak itulah sunnatullah yang pasti berlaku.
Sebagaimana siang dan malam dipergilirkan, zaman datang dan pergi silih berganti, seperti itu pula umat
manusia. Generasi demi generasi menusia datang silih berganti untuk berkompetisi memperlihatkan
karyanya yang terbaik di muka bumi. Dalam perjuangannya mewujudkan tugas kewajiban sebagai hamba-
hamba Allah dan khalifah-khalifahnya di muka bumi ini.Allah telah mengingatkan kepada kita dan semua
umat manusia pada umumnya,
Dan ingatlah oleh kamu sekalian di waktu Allah menjadikan kamu sebagai “
pengganti-pengganti (yang berkuasa) sesudah lenyapnya kaum Nuh, dan
Tuhan telah melebihkan kekuatan tubuh dan perawakanmu (daripada kaum
Nuh itu). Maka ingatlah nikmat-nikmat Allah supaya kamu mendapat
”.keberuntungan
Peralihan generasi itu terus berlangsung sampai hari kiamat dan sampai hari
ini telah sampai pada masa kita dan generasi yang sedang bersiap
mengambil alih dan melanjutkan estafeta perjuangan generai sebelumnya
yang sedang berlangsung, mereka inilah yang populer disebut generasi Y
atau generai Millenial.
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu
dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan
menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan
meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan
Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam
ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasik.” (An Nur : 55)
ت لَ َعلَّهُ ْم
ِ ت َوال َّسيِّئَا َ ِض أُ َم ًما ِم ْنهُ ُم الصَّالِحُونَ َو ِم ْنهُ ْم ُدونَ َذل
ِ ك َوبَلَوْ نَاهُ ْم بِ ْال َح َسنَا ِ َْوقَطَّ ْعنَاهُ ْم فِي اأْل َر
ض هَ َذا اأْل َ ْدنَى َويَقُولُونَ َسيُ ْغفَ ُر لَنَا َ َاب يَأْ ُخ ُذونَ َع َر َ ف َو ِرثُوا ْال ِكت ٌ خَلْ فَخَ لَفَ ِم ْن بَ ْع ِد ِه ْم. َيَرْ ِجعُون
َّ ب أَ ْن اَل يَقُولُوا َعلَى هَّللا ِ إِاَّل ْال َح
ق ِ ق ْال ِكتَاُ َوإِ ْن يَأْتِ ِه ْم َع َرضٌ ِم ْثلُهُ يَأْ ُخ ُذوهُ أَلَ ْم ي ُْؤخَ ْذ َعلَ ْي ِه ْم ِميثَا
ََود ََرسُوا َما فِي ِه َوال َّدا ُر اآْل ِخ َرةُ خَ ْي ٌر لِلَّ ِذينَ يَتَّقُونَ أَفَاَل تَ ْعقِلُون
Secara lebih spesifik disebutkaan oleh Al-Quran pada Surat Maryam ayat 59
bahwa datangnya generasi yang rusak itu adalah generasi yang memilih jalan
hawa nafsu dan hedonisme daripada jalan ketaatan:
Di sisi lain Al-Quran juga mengingatkan bahwa generasi demi generasi yang
lahir dari rahim Umat Islam ini, senantiasa bercampur di tengah mereka tiga
kelompok generasi umat yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda
kualitasnya.
كLَ Lِإِ ْذ ِن هَّللا ِ َذلLLت ِب ْ Lِين اصْ َط َف ْي َنا مِنْ عِ َبا ِد َنا َف ِم ْن ُه ْم َظالِ ٌم لِ َن ْفسِ ِه َو ِم ْن ُه ْم ُم ْق َتصِ ٌد َو ِم ْن ُه ْم َس ِاب ٌق ِب
ِ ال َخي َْراL َ ُث َّم أَ ْو َر ْث َنا ْال ِك َت
َ اب الَّذ
ي ُرLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL ُل ْال َك ِبLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLض ْ و ْال َفLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLLL
َ ُه
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara
mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar”. (Fathir: 32)
Mengacu kepada uraian para mufassir, bahwa kelompok generasi umat Nabi
Muhammad yang zhalimun linafsih atau yang “menganiaya diri sendiri” adalah
mereka yang meninggalkan kewajiban dan tanggungjawabnya kepada agama
dan umat dan sebaliknya senantiasa melanggar apa yang dilarang kepada
mereka.
Kita tentu semua berharap bahwa peralihan generasi itu berpindah dan
berlanjut kepada generasi-generasi yang berkelas “sabiqun bil khaerat”,
generasi pelopor bukan pengekor, generasi pejuang bukan pemalas, generai
pemenang bukan pecundang, generasi yang mampu berkarya bukan yang
hanya bercerita, merekalah yang mendapat jaminan Al-Quran bahwa di
tangan generasi seperti itulah kajayaan dan karunia Allah yang besar akan
dilimpahkan kepada mereka.
Barakallahu lii wa lakum bil qur’anil karim wa naf’ani wa iyyakum bima fihi
minal ayati wa zikril hakim.