Anda di halaman 1dari 10

PENGARUH NIAT TERHADAP KEAKTIFAN LANSIA DALAM MENGIKUTI

POSYANDU LANSIA DI PUSKESMAS KALIJUDAN, SURABAYA

(Influencing Of Intention To Elderly Attend Posyandu In Puskesmas Kalijudan, Surabaya)

Dyta Mustika Retno


Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga Surabaya
Email : dyta.mustikaretno@yahoo.com

ABSTRAK :

Pendahuluan : Keaktifan lansia untuk datang ke posyandu lansia adalah suatu keterlibatan dan keikutsertaan
dalam mengikuti kegiatan posyandu secara rutin. Keaktifan lansia merupakan salah satu bentuk perilaku
kesehatan lansia dalam upaya memelihara dan meningkatkan kesehatan dirinya secara optimal. Salah satu
faktor yang mempengaruhi terjadinya suatu perilaku yaitu niat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pengaruh niat terhadap keaktifan lansia untuk mengikuti posyandu lansia. Metode : Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis observasional analitik dan rancang bangun penelitian
tergolong cross sectional.Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh lansia yang termasuk dalam wilayah
kerja Puskesmas Kalijudan, Surabaya. Penentuan sampel dilakukan secara simple random sampling. Besar
sampel dalam penelitian adalah 91 lansia. Penentuan sampel yaitu dengan menggunkan kriteria inklusi.
kriteria inklusi sampel yaitu merupakan lansia yang aktif dalam keikutsertaannya dalam kegiatan posyandu
lansia. Lokasi penelitian yaitu di posyandu yang berada di wilayah kerja Puskesmas Kalijudan, Surabaya.
Waktu penelitian berlangsung pada bulan Desember 2015 hingga Juli 2016.Variabel independen penelitian
yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan niat. Variabel dependen yaitu keaktifan
lansia dalam mengikuti posyandu lansia di wilayah Puskesmas Kalijudan, Surabaya.Niat yang dimiliki lansia
memiliki pengaruh terhadap keaktifannya untuk mengikuti posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
Kalijudan. Pembahasan : Saran untuk keluarga diharapkan mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan
posyandu lansia rutin.

Kata Kunci : niat, pengaruh, keaktifan lansia

ABSTRACT :

Introduction : The liveliness of the elderly come to elderly posyandu is an engagement and participation in
the following activities of posyandu on a regular basis. The liveliness of the elderly is one form of elderly
health behavior in an attempt to maintain and improve the health of her optimally. One of the factors that
affect the occurrence of a behavior that is the intention. This research aims to know the influence of intention
against the elderly to follow liveliness posyandu elderly. Methode : This research uses a quantitative
approach to the kind of observational analytic and research architecture belongs to the cross sectional. The
population in this study i.e. the whole of the elderly are included in the work-area Puskesmas Kalijudan,
Surabaya, Indonesia. The determination of the sampling done in simple random sampling. Large samples in
research is the 91 elderly. Determination of the sample that is by either using the criteria of inclusion.
sample inclusion criteria i.e. is the elderly who are active in its participation in the activities of posyandu
elderly. The location of the research at the posyandu in the work of the Puskesmas Kalijudan, Surabaya,
Indonesia. The time of the research took place in December 2015 until July 2016. Independent variable
research are age, gender, education, employment, knowledge and intent. The dependent variable is liveliness
elderly elderly posyandu in following in the area of public health Kalijudan, Surabaya, Indonesia. Elderly
owned intentions have effect on the activeness to follow posyandu elderly health centers in the region
Kalijudan. Discussion : Suggestions for families is expected to support the elderly elderly posyandu activities
to follow the routine.

Keywords :intention, influence, liveliness elder

PENDAHULUAN kehidupan manusia. Siklus kehidupan yang


dimulai masa anak, remaja, dewasa dan
Menua atau menjadi tua merupakan lansia. Tahapan dalam siklus hidup manusia
suatu keadaan yang terjadi dalam siklus tentu akan menghasilkan fase psikologis
yang berbeda (Dewi, 2012). Tahap akhir banyak daripada lansia yang tinggal di
siklus hidup manusia yaitu lanjut usia atau perkotaan sebanyak 9,37 juta jiwa. Nilai rasio
sering kita sebut dengan lansia.Menjadi ketergantungan lansia sebesar 12,71 hal ini
orang tua, dengan berbagai keterbatasan, menunjukkan bahwa setiap 100 penduduk
pasti akan dialami oleh seseorang bila ia usia produktif harus menanggung sekitar 13
memiliki umur panjang. Di Indonesia, untuk orang lansia. Rasio ketergantungan lansia di
istilah kelompok lanjut usia ini masih belum daerah perdesaan lebih tinggi daripada di
baku, orang-orang memiliki sebutan yang perkotaan, yaitu 14,09 dibanding 11,40. Dari
berbeda-beda. Ada yang menggunakan istilah data diatas, di peroleh bahwa lebih banyak
usia lanjut dan ada pula yang menyebutnya lansia perempuan yang ditanggung oleh
lansia atau jompo dengan padanan kata penduduk usia produktif. Ketergantungan
dalam bahasa inggris biasa disebut the aged, lansia perempuan yaitu (13,59) lebih tinggi
theelders, older adult, serta senior citizen. daripada lansia lakilaki (11,83) (BPS,
Menurut World Health Organization, 2015).Seiring dengan bertambahnya tahun,
2000 penggolongan lansia dibagi menjadi angka harapan hidup di Indonesia juga
empat kelompok yakni usia pertengahan mengalami peningkatan. Berdasarkan data
(middle age) ialah kelompok usia 45 sampai Badan Pusat Statistk atau BPS (2016) angka
59 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60 harapan hidup mencapai 70,3 tahun.
sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) antara Konsekuensi dengan adanya
75 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very peningkatan jumlah lansia berdampak pada
old) diatas 90 tahun (Nugroho, 2008). berbagai aspek kehidupan. Kantor Menteri
Dalam penelitian Mulyadi (2009) data Koordinasi Bidang Kesejahteraan Rakyat
Susenas 2003 memperlihatkan Indonesia menjabarkan bahwa mayoritas permasalahan
memasuki era penduduk berstruktur tua yang kesehatan lansia di Indonesia adalah
ditandai oleh jumlah penduduk lansia lebih menurunnya kemampuan fisik, mental,
besar dari 7%. Pada tahun 2000 beberapa belum berfungsinya potensi yang dimiliki,
propinsi memperlihatkan proporsi lansia hidup terlantar, dan tidak ada pekerjaan.
yang melebihi angka nasional (7,17%) Perkembangan upaya kesehatan
seperti: Yogyakarta (12,48%), Jawa Timur dengan prinsip dari, oleh, dan untuk
(9,30%), Jawa Tengah (9,26%), Bali (8,77%) masyarakat yang seperti instruksi Menteri
dan Sumatera Barat (8,08%). Kesehatan, kepala Badan Kependudukan dan
Hampir separuh (49,50%) lansia Keluarga Berencana Nasional atau BKKBN
mengalami keluhan kesehatan tiap bulannya dan Menteri Dalam Negeri.
dan tidak ada perbedaan yang berarti antara Mengintegrasikan pelayanan Kesehatan
lansia perempuan (49,67%) dan laki-laki Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) untuk
(49,30%). Dalam rangka peningkatan melayani penduduk lansia, yang proses
kualitas hidup lansia dan menjadikan lansia pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan
sehat dan mandiri, pemerintah melakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya
pembinaan lansia dalam bentuk kelompok Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah
lansia atau posyandu (Pos Pelayanan dan non-pemerintah, swasta, organisasi sosial
Terpadu) lansia sesuai Undang-undang dan lain-lain, dengan menitikberatkan
Nomor 23 Pasal 19/1992(Mulyadi, 2009). pelayanan kesehatan pada upaya promotif
Berdasarkan dari hasil Survei Sosial dan preventif. Keberhasilan pelaksanaan
Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2013, pembangunan dalam bidang kesehatan sangat
diperoleh jumlah lansia di Indonesia telah tergantung pada peran aktif masyarakat yang
mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05 bersangkutan.
persen dari jumlah penduduk Indonesia. Di samping pelayanan kesehatan,
Menurut jenis kelamin, jumlah lansia Posyandu Lansia juga memberikan pelayanan
perempuan yaitu 10,67 juta orang (8,61 sosial, agama, pendidikan, keterampilan, olah
persen dari seluruh penduduk perempuan) raga, seni budaya, dan pelayanan lain yang
lebih banyak dibanding lansia laki-laki yang dibutuhkan para lansia dengan tujuan untuk
berjumlah 9,38 juta orang (7,49 persen dari meningkatkan kualitas hidup melalui
seluruh penduduk laki-laki) (BPS 2014). peningkatan kesehatan dan kesejahteraan.
Adapun lansia yang tinggal di Selain itu, Posyandu Lansia membantu
perdesaan sebanyak 10,87 juta jiwa, lebih memacu lansia agar dapat beraktifitas dan
mengembangkan potensi diri(Infodatin, dan keaktifan lansia dalam mengikuti
2014). kegiatan posyandu pun juga sangat
Permasalahan yang dialami oleh lansia rendah(Sari, 2011).
antara lain perubahan fisik dan mental. Salah Jumlah lansia yang selalu meningkat di
satu pencegahan yang dapat dilakukan oleh Surabaya akan menyebabkan tingginya angka
pemerintah yaitu membuat program melalui ketergantungan yang disebabkan
posyandu lansia.Keaktifan lansia untuk berkurangnya kemampuan fungsi tubuh pada
datang ke posyandu lansia adalah suatu lansia. Fungsi sel tubuh sangat beragam,
keterlibatan dan keikutsertaan dalam mencakup pembentukan protein untuk
mengikuti kegiatan posyandu secara rutin. perkembangan tubuh, pengubahan makanan
Keaktifan lansia merupakan salah satu menjadi sumber energi yang akan memacu
bentuk perilaku kesehatan lansia dalam kontraksi otot, menghasilkan impuls untuk
upaya memelihara dan meningkatkan komunikasi syaraf, dan membentuk substansi
kesehatan dirinya secara optimal (Endang, anti infeksi. Semua fungsi tersebut akan
2013). menurun ketika memasuki fase lansia
Posyandu lansia merupakan salah satu (Agoes,2011).
program Puskesmas yang metodenya untuk Keaktifan lansia mengikuti posyandu
meningkatkan kualitas dan memperbaiki pola lansia merupakan hasil dari keinginan
hidup lansia sehingga diharapkan dapat mereka untuk melakukan suatu perilaku
meningkatkan angka harapan hidup lansia secara berkesinambungan. Perilaku terjadi
dan mengurangi munculnya berbagai akibat adanya niat yang dimiliki oleh
penyakit degeneratif serta berbagai seseorang. Niat dipengaruhi oleh beberapa
komplikasinya. Aktif yang di maksud yaitu faktor yaitu pengetahuan, jarak tempuh, dan
yang memenuhi kriteria yaitu terdaftar dukungan keluarga (Abas, 2015).
sebagai anggota Posyandu lansia dan Berdasarkan latar belakang tersebut,
mengikuti kegiatan minimal selama satu maka perlu dilakukan penelitian mengenai
tahun terakhir, bersedia menjadi responden, niat terhadap keaktifan lansia untuk
responden kooperatif, bisa berbicara dan mengikuti kegiatan posyandu lansia rutin di
mendengar, dan tinggal dengan wilayah kerja Puskesmas Kalijudan,
keluarga(Suseno, 2012). Surabaya. Batasan masalah dalam penelitian
Kegiatan posyandu lansia yang ini yaitu penelitian hanya melihat niat dan
berjalan dengan baik akan memberi keaktifan lansia dan dilakukan kepada lansia
kemudahan bagi lansia dalam mendapatkan yang masuk dalam data posyandu lansia
pelayanan kesehatan dasar, sehingga kualitas wilayah kerja Puskesmas Kalijudan,
hidup masyarakat di usia lanjut tetap terjaga Surabaya Tahun 2015-2016.Tujuan
dengan baik dan optimal. Berbagai kegiatan penelitian yaitu untuk menganalisis pengaruh
dan program posyandu lansia tersebut sangat niat yang dimiliki lansia terhadap keaktifan
baik dan banyak memberikan manfaat bagi untuk mengikuti posyandu lansia di wilayah
para lansia. Seharusnya para lansia berupaya kerja Puskesmas Kalijudan, Surabaya.
memanfaatkan adanya posyandu tersebut
sebaik mungkin, agar kesehatan para lansia BAHAN DAN METODE
dapat terpelihara dan terpantau secara
optimal. Namun fenomena di lapangan Penelitiankuantitatif dengan jenis
menunjukkan fakta yang berbeda. Posyandu observasional analitik dan rancang bangun
lansia ternyata hanya ramai pada awal penelitian tergolong cross sectional.Populasi
pendirian saja, selanjutnya lansia yang dalam penelitian ini yaitu seluruh lansia yang
memanfaatkan posyandu semakin berkurang. termasuk dalam wilayah kerja Puskesmas
Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian di Kalijudan, Surabaya. Jumlah populasi lansia
Puskesmas Mojo Kec. Gubang Surabaya di wilayah Puskesmas Kalijudan yaitu
menunjukkan bahwa pemanfaatan posyandu sejumlah 747 lansia. Penentuan sampel
lansia sangat rendah. Kunjungan oleh lansia dilakukan secara simple random sampling.
sakit sebanyak 17,9% dan lansia tidak sakit Besar sampel dalam penelitian yang dihitung
2,1%. Data ini menunjukkan bahwa menggunakan rumus Slovin diperoleh 91
kecenderungan pemanfaatan pelayanan lansia. Penentuan sampel yaitu dengan
kesehatan di posyandu lansia sangat rendah, menggunkan criteria inklusi. kriteria inklusi
sampel yaitu merupakan lansia yang aktif aktif mengikuti 7 – 12 pertemuan per bulan
dalam keikutsertaannya dalam kegiatan dan tidak akhit yaitu hanya mengikuti
posyandu lansia.Lokasi penelitian yaitu di posyandu lansia 1 – 6 kali per bulan.
posyandu yang berada di wilayah kerja Teknik pengolahan data melalui proses
Puskesmas Kalijudan, Surabaya. Waktu editing, coding, entry,dan analysis.Penelitian
penelitian berlangsung pada bulan Desember dianalisis menggunakansoftware SPSS 21,
2015 hingga Juli 2016.Variabel independen dengan menggunakan metode uji regresi
penelitian yaitu umur, jenis kelamin, logistik untuk melihat pengaruh antara niat
pendidikan, pekerjaan, pengetahuan dan terhadap keaktifan lansia dalam mengikuti
niat.Variabel dependen yaitu keaktifan lansia posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas
dalam mengikuti posyandu lansia di wilayah Kalijudan, Surabaya. Variabel dikatakan
Puskesmas Kalijudan, Surabaya. berpengaruh apabila nilai signifikansi <
Jenis data penelitian yaitu data primer. 0,050.
Data primer yang diperoleh melalui
kuesioner yang diberikan kepada responden. HASIL PENELITIAN
Kuesioner dibacakan oleh peneliti untuk
mempermudah lansia dalam mengutarakan Hasil penelitian meliputi karakteristik
maupun menjawab pertanyaan yang berada responden, distribusi niat, dan distribusi
dalam kuesioner penelitian. keaktifan lansia dalam mengikuti posyandu
Kategori hasil skor responden dalam lansia di wilayah kerja Puskesmas
variabel niat terbagi menjadi dua yaitu setuju Kalijudan.Karakteristik responden meliputi
dengan skor 6-8 dan tidak setuju dengan skor usia, jenis kelamin, pendidikan,pekerjaan dan
1- 5. Kategori hasil skor perilaku yaitu pengetahuan mengenai posyandu lansia.
keaktifan lansia dilihat melalui kedatangan Berikutmerupakan distribusi karakteristik
per bulan. Kategori keaktifan lansia yaitu responden penelitian:

Tabel 1. Karakteristik Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan Tahun 2016.

Karakteristik N %
Lansia
Usia
60 – 69 tahun 75 82,4
70 – 79 tahun 13 14,3
80 – 89 tahun 3 3,3
Jenis Kelamin
Laki-laki 6 6,6
Perempuan 85 93,4
Pendidikan
Tidak sekolah 9 9,9
SD/sederajat 43 47,3
SMP/sederajat 18 19,8
SMA/sederajat 13 14,3
PT/sederajat 8 8,8
Pekerjaan
Wiraswasta 13 14,3
Petani/nelayan 2 2,2
Pensiunan PNS 8 8,8
Tidak bekerja 68 74,7
Pengetahuan
Baik 29 31,9
Cukup 46 50,5
Kurang 16 17,6

Tabel 1 menunjukkan distribusi mayoritas lansia berusia 60 - 69 tahun


karakteristik lansia dan diperoleh hasil bahwa sejumlah 75lansia (82,4%). Rentang usia 60
– 69 tahun disebut dengan lansia muda. mayoritas lansia yang aktif itu berasal dari
Mayoritas jenis kelamin lansia adalah lansia yang memiliki kepercayaan baik
perempuan sejumlah 85lansia (93,4%). terhadap kegiatan posyandu lansia sejumlah
Lansia di wilayah Puskesmas Kalijudan 34 lansia. Mayoritas lansia yang aktif itu
mayoritas merupakan lulusan pendidikan berasal dari lansia yang memiliki penilaian
formal tingkat SD/sederajat. Pekerjaan lansia objek baik terhadap kegiatan posyandu lansia
mayoritas yaitu tidak bekerja. Distribusi yang sejumlah 22 lansia. Mayoritas lansia yang
didapat dari jumlah lansia perempuan yang aktif itu berasal dari lansia yang memiliki
banyak sebagai responden. Pengetahuan tanggapan baik terhadap kegiatan posyandu
mengenai posyandu lansia mayoritas lansia lansia sejumlah 33 lansia. Mayoritas lansia
hanya memiliki pengetahuan cukup. Tabel 2 yang aktif itu berasal dari lansia yang
menunjukkanbahwamayoritas lansia sangat memiliki motivasi yang baik terhadap
berniat untuk mengikuti posyandu lansia kegiatan posyandu lansia sejumlah 35 lansia.
sejumlah 80lansia (87,9%). Niat untuk Mayoritas lansia yang aktif itu berasal dari
mengikuti posyandu lansia di puskesmas lansia yang memiliki control kepercayaan
Kalijudan diukur dengan beberapa baik terhadap kegiatan posyandu lansia
pertanyaaan mengenai kesanggupan untuk sejumlah 40 lansia. Mayoritas lansia yang
selalu mengikuti kegiatan posyandu lansia aktif itu berasal dari lansia yang memiliki
dan kesanggupan untuk selalu datang dalam kekuatan yang sangat baik terhadap kegiatan
kegiatan posyandu lansia meski tidak ada posyandu lansia sejumlah 41 lansia.
yang mengantar. Mayoritas lansia yang aktif itu berasal dari
Berdasarkan data tabel 3 dapat dilihat lansia yang sangat berniat untuk mengikuti
bahwa mayoritas lansia di wilayah kegiatan posyandu lansia sejumlah 22 lansia.
Puskesmas Kalijudan memiliki keaktifan Hasil analisis regresi logistik
yang baik yaitu dengan aktif mengikuti multivariat didapatkan bahwa nilai signifikan
kegiatan posyandu lansia sejumlah 68 lansia sebesar 0,007. Nilai Exp (B) digunakan untuk
(74,7%). Alasan lansia aktif dalam mengikuti melihat nilai OR. Disimpulkan bahwa
posyandu lansia antara lain manfaat keinginan meniru lansia dengan kategori
posyandu lansia yang baik untuk dirinya, sangat berniat memiliki peluang 4015 lebih
banyak teman sehingga bisa sharing, besar berperilaku untuk mengikuti posyandu
menghemat pengeluaran untuk membeli lansia dengan niat sangat tidak berniat.
obat-obatan, memperoleh penyuluhan dari Hasil uji pengaruhniat terhadap
kader sehingga mendapat informasi terkait perilaku keaktifan lansia mengikuti posyandu
kesehatan dan membuat lansia sehat lansia di wilayah Puskesmas Kalijudan
menguatkan antibodi lansia. menunjukkan adanya pengaruh yang
Hasil distribusi responden berdasarkan bermakna antara niat terhadap perilaku lansia
kategori kepercayaan terhadap perilaku untuk p=0,007(p< 0,05).
mengikuti posyandu lansia didapatkan bahwa

Tabel 2.Distribusi Niat untuk Mengikuti Posyandu Lansia di Puskesmas Kalijudan Tahun 2016.

Niat N %
Sangat berniat 80 87,9
Berniat 4 4,4
Tidak berniat 7 7,7

Tabel 3. Distribusi Keaktifan Lansia dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kalijudan Tahun 2016.

Perilaku N %
Aktif 68 74,7
Tidak aktif 23 25,3

Tabel 4. Hasil Uji Regresi Logistik Niat terhadap Perilaku Keaktifan Lansia Mengikuti Posyandu
Lansia di Wilayah Puskesmas Kalijudan Tahun 2016.
Variabel B Sig OR
Niat 1,390 0,007 4,015

PEMBAHASAN (2014) menyatakan bahwa tidak ada


pengaruh antara jenis kelamin terhadap
Karakteristik responden terdapat kunjunga lansia untuk mengikuti posyandu
beberapa bagian diantaranya umur lansia.
responden, pendidikan, pekerjaan dan Mayoritas pendidikan terakhir lansia di
pengetahuan .Karakteristik lansia terkait wilayah kerja Puskesmas Kalijudan
umur, mayoritas lansia dalam merupakan lulusan SD/ Sederajat. Menurut
penelitiantermasuk dalam kategori lansia Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang
muda yaitu lansia yang berusia 60-69 Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan
tahun.Umur dapat melatarbelakangi merupakan usaha sadar dan terencana untuk
seseorang untuk melakukan suatu perilaku mewujudkan suasana belajar dan proses
karena setiap kelompok umur memiliki pembelajaran agar peserta didik secara aktif
pandangan yang berbeda(Kurniawati, 2015). dapat mengembangkan potensi dirinya,
Dari hasil penelitian terhadap 60 responden, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
menunjukkan bahwa responden dengan ketrampilan yang diperlukan dirinya.
kategori lansia muda lebih aktif berkunjung Menurut Kurniawati (2015), seseorang yang
ke posyandu lansia daripada lansia dengan menempuh pendidikan formal yang lebih
kategori lansia tuaLansia muda akan lebih tinggi akan lebih mudah untuk menerima
aktif berkunjung ke posyandu daripada lansia informasi. Informasi yang didapat dari
yang termasuk dalam lansia tua pendidikan formal akan mempengaruhi
(Kusumaningrum, 2014).Akan tetapi pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang.
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Karakteristik lansia terkait pekerjaan
Lestari (2011) yang menyatakan bahwa mayoritas berstatus sebagai ibu rumah
lansia yang berumur ≥ 71 tahun atau kategori tangga. Ibu rumah tangga adalah seorang
lansia tua akan lebih aktif datang ke wanita yang mengatur penyelenggaraan
posyandu karena sering merasakan adanya berbagai macam pekerjaan rumah tangga,
gangguan kesehatan, sedangkan lansia yang atau seorang istri yang hanya mengurusi
muda tidak lebih aktif ke posyandu karena berbagai pekerjaan rumah tangga di rumah
masih merasa sehat, sehingga datang ke dan tidak bekerja di kantor (KBBI, 2016).
posyandu kalau merasa tidak enak badan Lansia yang sudah tidak bekerja cenderung
saja. lebih aktif ke posyandu dibanding yang
Hasil penelitian Murniati (2004) masih bekerja, sejalan dengan penelitian
menyebutkan bahwa tidak ada hubungan Nurhayati yang membuktikan bahwa ada
antara umur dengan keaktifan lansia. Berbeda hubungan antara pekerjaan dengan
dengan penelitian Ramayana (2003) yang pemanfaatan posyandu dimana pemanfaatan
menunjukkan adanya hubungan bermakna posyandu yang baik lebih banyak dilakukan
antara umur dengan keaktifan lansia dengan oleh responden yang tidak bekerja (Lestari,
kelompok binaannya. 2011). Hasil penelitian diperkuat dengan
Mayoritas lansia di wilayah kerja penelitian Rasyid (2014) yang menyatakan
Puskesmas Kalijudan berjenis kelamin bahwa terdapat pengaruh yang signifikan
perempuan. Jenis kelamin menentukan antara pekerjaan dengan kunjungan lansia ke
keaktifan seorang lansia untuk mengikuti posyandu lansia.
kegiatan posyandu lansia. Lansia perempuan Berdasarkan hasil penelitian mayoritas
cenderung untuk mempunyai waktu luang pengetahuan yang dimiliki lansia termasuk
yang lebih dibandingkan laki-laki sehingga dalam kategori cukup. Kategori cukup
lansia perempuan akan lebih aktif untuk tersebut dikarenakan para lansia kebanyakan
mengikuti posyandu lansia (Pradipta, 2014). menyelesaikan pendidikannya dengan tamat
Lansia perempuan cenderung memiliki SD/sederajat. Sejalan dengan penelitian
ketekunan yang tinggi maka mayoritas Anita(2014) yang menyatakan bahwa tingkat
perempuan yang mengikuti kegiatan pendidikan lansia sangat berpengaruh
posyandu lansia. Penelitian Rosyid, dkk terhadap tingkat pengetahuan yang
didapatnya. Lansia dengan pendidikan yang teman-teman seusianya maupun dengan
rendah maka mempunyai tingkat petugas kesehatan.
pengetahuan cukup dimana pengetahuan Dan terdapat satu pernyataan yang
diperoleh dari pengalaman dan informasi mendapat jawaban dari lansia secara imbang
yang sudah didapatnya. Sehingga mereka yaitu bahwa mereka yang datang ke
mampu untuk menerima perilaku yang posyandu lansia dipengaruhi oleh keramahan
didasari oleh pendidikan mereka. Seseorang kader posyandu lansia. Sejalan dengan
mampu untuk menerima perilaku baru atau penelitian Lestari (2011) bahwa keramahan
adopsi perilaku melalui proses yang didasari dalam pelayanan kesehatan tidak
oleh pengetahuan dan sikap maka perilaku berhubungan langsung dengan efektifitas
tersebut akan bersifat langgeng (long klinis, tetapi dapat mempengaruhi kepuasan
lasting), sebaliknya apabila perilaku itu tidak pasien dan bersedianya untuk kembali ke
didasari dari pengetahuan dan kesadaran fasilitas kesehatan untuk memperoleh
maka tidak akan berlangsung lama. Oleh pelayanan berikutnya. Keramahanjuga
karena itu, para lansia aktif dalam mengikuti penting karena dapat mempengaruhi
kegiatan posyandu lansia dikarenakan kepercayaan pasien dalam pelayanan
mereka dapat memilih mana kegaiatan yang kesehatan. Terutama pelayanan kader dan
baik dan mana yang tidak baik untuk dirinya petugas kesehatan yang baik merupakan
sehingga mereka dapat bersifat langgeng faktor yang mempengaruhi keaktifan
ketika mengikuti kegiatan tersebut kunjungan lansia ke posyandu. Hasil
(Notoatmodjo, 2005). Tingkat pengetahuan penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
yang dimiliki seseorang tidak selalu Pujiyono yang membuktikan bahwa ada
memotivasi untuk melakukan suatu perilaku. hubungan peranan petugas kesehatan dengan
Tidak semua lansia yang memiliki pemanfaatan posyandu lansia.
pengetahuan baik akan aktif untuk mengikuti Motivasi untuk menuruti perilaku yang
seluruh kegiatan posyandu lansia di wilayah dimiliki lansia untuk mengikuti posyandu
mereka (Rosid, dkk, 2014) lansia didapat dari stimulus dari luar diri
Lansia beranggapan bahwa dengan lansia atau dukungan lingkungan sekitar yang
mengikuti posyandu lansia dapat dapat mempengaruhi niatnya. Teman atau
menghasilkan manfaaat untuk dirinya. orang terdekat merupakan sumber dorongan
Sejalan dengan penelitian Suseno (2012), terkuat lansia dalam mengikuti posyandu
jika lansia tersebut sudah mengetahui lansia. Widjajono, 2009 ( dalam Suseno,
manfaat dari posyandu lansia maka saat 2012) menyatakan kurangnya motivasi pada
lansia seadng mengalami keluhan fisik pun, responden, menjadikan responden tidak aktif
mereka tetap aktif dalam mengikuti posyandu mengikuti kegitatan Posyandu. Motivasi
lansia. Faktor keluhan fisik menunjukkan lansia yang terdaftar di Posyandu dapat
bahwa responden pada dasarnya adalah sehat, dipengaruhi oleh motivasi intrinsik dan
dimana jumlah responden dengan keluhan ekstrinsik. Motivasi intrinsik pada lansia
fisik sedang sebanyak 56 orang, namun bermakna keinginan yang muncul dari diri
keluhan fisik ini tidak menguatkan responden sendiri dan tanpa dukungan orang lain.
untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan Motivasi ekstrinsik seperti halnya tokoh
Posyandu lansia. Sebagian besar responden masyarakat dan pelayanan petugas Posyandu
tidak mempunyai keluhan fisik yang berat berkaitan dengan motivasi masyarakat lansia
tetapi banyak responden tidak aktif untuk mengikuti kegiatan Posyandu lansia.
mengikuti kegiatan Posyandu, responden Tokoh masyarakat biasanya dianggap sebagai
yang aktif mengikuti kegiatan Posyandu pemimpin informal sekaligus teladan dan
lansia karena responden menginginkan agar panutan di masyarakat. Motivasi dari petugas
kondisi kesehatannya dapat terpantau dengan Puskesmas, kader Posyandu dan tokoh
baik dan dapat berkonsultasi dengan petugas masyarakat setempat berpengaruh pada
Puskesmas jika responden mengalami keaktifan lansia dalam mengikuti kegiatan
keluhan fisik yang mengganggu Posyandu lansia. Hal ini sesuai dengan
kesehatannya. Selain alasan untuk pendapat Maltz,2004 (dalam Rusdin, 2011)
memeriksakan kondisi kesehatan, lansia menyatakan bahwa peranan tokoh penting
datang berkunjung ke posyandu untuk dalam masyarakat dapat memberikan
mendapatkan teman baru, silaturahmi dengan pengaruh yang sangat besar terhadap
timbulnya motivasi pada diri seseorang. Hasil distribusi lansia yang berniat
Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas mengikuti posyandu lansia diperoleh dari
responden termasuk dalam kategori sangat lansia yang memiliki pandangan sangat
setuju terhadap motivasi untuk menuruti setuju maupun setuju terhadapkepercayaan,
perilaku sejumlah 52 lansia. Responden penilaian objek, keprcayaan tentang
dalam penelitian mendapatkan motivasi dari tanggapan, motivasi untuk mengikuti
keluarga atau masyarakat sekitar yang perilaku, kontrol kepercayaan, dan
melihat atau merasakan manfaat dari merasakan kekuatan terhadap keikutsertaan
mengikuti posyandu lansia. dalam mengikuti posyandu lansia.
Niat adalah keinginan seseorang untuk Hasil penelitian Abas (2015)
bertindak sehubungan dengan stimulus yang menyatakan lansia memiliki minat yang
didapatnya (Notoatmodjo, 2012). Cara rendah untuk mengikuti posyandu lansia.
terbaik untuk mengetahui suatu kehendak Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya
seseorang dalam melakukan suatu perilaku minat karena kurangnya pengetahuan lansia
yaitu dengan mengetahui niatnya (Jatmika, terkait posyandu lansia, rendahnya dukungan
2015). keluarga terhadap keikutsertaan lansia ke
Niat lansia dalam penelitian posyandu lansia dan jarak tempat tinggal
merupakan suatu keinginan yang dimiliki lansia yang jauh dari posyandu lansia.
lansia untuk mengikuti posyandu lansia yang Sejalan dengan penelitian Dwi Handayani
didasarkan pada kepercayaan, penilaian dkk (2012) yang menyatakan bahwa
objek, kepercayaan tentang tanggapan, mayoritas lansia di wilayah desa Kraja
motivasi untuk mengikuti perilaku, kontrol kecamatan Weru memiliki kepatuhan yang
kepercayaan, dan merasakan kekuatan. Niat rendah untuk mengikuti kegiatan posyandu.
seorang lansia untuk mengikuti posyandu Perilaku adalah respon seseorang
lansia merupakan langkah awal sebelum terhadap suatu stimulus atau rangsangan dari
terjadinya perilaku mengikuti posyandu luar. Becker (1979) mengklasifikasikan
lansia. perilaku individu tentang kesehatan menjadi
Berdasarkan hasil penelitian, tiga yaitu perilaku kesehatan (health
mayoritas lansia berniat untuk mengikuti behavior) yaitu segala hal yang berkaitan
posyandu lansia. Lansia yang berniat dengan tindakan seseorang dalam
mengikuti posyandu lansia berperndapat pemeliharaan dan peningkatan kesehatannya,
bahwa kegiatan posyandu lansia dapat perilaku sakit (illness behavior) yaitu segala
membuat dirinya sehat. Sejalan dengan tindakan yang dilakukan seorang individu
pernyataan Suharto, 2008 (Miladia, 2010) bila mengalami sakit dalam mengidentifikasi
bahwa niat erat kaitannya dengan motivasi, keadaan kesehatannya atau keluhan yang
yaitu dorongan yang timbul pada diri dirasakan, dan perilaku peran sakit yaitu
seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk segala tindakan yang dilakukan oleh
melakukan sesuatu tindakan dengan tujuan seseorang untuk mendapatkan kesembuhan
tertentu. Niat yang baik akan mendorong bila mengalami sakit.
timbulnya motivasi untuk berbuat baik. Perilaku dalam penelitian ini
Tindakan yang baik akan memberikan hasil dicerminkan dengan keaktifan lansia untuk
yang baik pula dan jika terus diulang akan mengikuti kegiatan posyandu lansia di
terinternalisasi dan persistent dalam diri wilayah kerja Puskesmas Kalijudan.
seseorang sehingga tercipta pribadi dengan Keaktifan untuk mengikuti suatu kegiatan
perilaku yang baik, begitu pula sebaliknya. merupakan hasil dari tindakan atau perilaku
Selain untuk menginginkan dirinya sehat, seseorang untuk melakukan sesuatu kegiatan
salah satu manfaat mengikuti posyandu tersebut secara rutin dan berkesinambungan
lansia yaitu untuk memberikan kehidupan (Pradipta, 2014).
agar tetap produktif bagi lansia. Selain Berdasarkan hasil penelitian,
bermanfaat untuk kesehatan lansia sendiri, mayoritas lansia aktif untuk mengikuti
mengikuti posyandu lansia juga bermanfaat posyandu lansia. Lansia yang aktif dalam
bagi keluarga yaitu dengan tidak mengikuti posyandu lansia. Pendapat lansia
mengeluarkan biaya lebih untuk membeli yang merupakan alasan untuk mengikuti
obat yang membuat pengeluaran keluarga posyandu lansia antara lain ingin badannya
menjadi tidak banyak. sehat, jaraknya posyandu dengan rumah
dekat, dan supaya mendapat obat gratis. akan semakin tinggi pula tingkat kesehatan
Lansia yang selalu hadir dalam mengikuti yang dimilikinya. Kegiatan posyandu lansia
posyandu lansia akan lebih memperoleh sangat menguntungkan karena meliputi
pengetahuan atau informasi tentang pemeriksaan kesehatan fisik, dan mental
kesehatan guna untuk meningkatkan kualitas emosional yang selalu rutin dicatat di dalam
hidup. Dalam mengatasi lansia yang kurang buku Kartu Menuju Sehat.Hasil uji regresi
aktif, bisa dengan memberikan pembinaan logistic sederhana untuk mengetahui
atau pemberdayaan. Keaktifan lansia dalam pengaruh niat terhadap keaktifan lansia
mengikuti posyandu lansia guna untuk mengikuti posyandu lansia didapatkan bahwa
menjadi lansia yang aktif, mandiri dan nilai signifikan menyatakan adanya pengaruh
produktif sesuai dengan kapasitas lansia di antara niat terhadap keaktifan lansia untuk
masyarakat. mengikuti posyandu lansia di wiilayah kerja
Niat berperilakutidak puskesmas Kalijudan.
hanyadipengaruhi oleh sikap terhadap
perilakudan normasubyektif, tetapi DAFTAR PUSTAKA
jugadipengaruhi oleh kontrol keperilakuan
yang dirasakan. Kontrol keperilakuan yang Abas, Ficky F. 2015. Faktor yang
dirasakan dipengaruhi oleh pengalaman masa mempengaruhi minat lansia dalam
lalu dan perkiraan seseorang mengenai sulit mengikuti posyandu lansia di wilayah
atau tidaknya untuk melakukan perilaku puskesmas buko kabupaten bolaang
tertentu (Azwar,2003). Menurut Green mongondow utara.
(2005) perilaku manusia yang terwujud Agoes, Azwar., Achdiat Agoes., dan Arizal
dalam bentuk keaktifannya untuk datang ke Agoes. 2011. Penyakit Usia Tua.
posyandu lansia ini merupakan refleksi dari Jakarta:EGC
berbagai gejala kejiwaan seperti
pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, Anita, Nur. 2014. Gambaran Tingkat
motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya. Pengetahuan Lansia Tentang Diit
Didalam pengetahuan ada faktor yang Hipertensi Di Posyandu Lansia Sehat
mempengaruhi pengetahuan seseorang salah Mandiri Purwogondo Kartasura
satunya tingkat pendidikan. Sukoharjo. Surakarta
Keaktifan merupakan suatu kesibukan Badan Pusat Statistik. 2014. Statistik
yang dilakukan oleh seseorang untuk Penduduk Lanjut Usia 2013. Badan
memperoleh sesuatu yang dikehendakinya. Pusat Statistika, Jakarta.
Keaktifan terbentuk oleh kesadaran untuk Badan Pusat statistik. 2015. Statistik
ingin teratur dalam melakukan suatu Penduduk Lanjut Usia 2014. Badan
tindakan. Keaktifan posyandu lansia dapat Pusat Statistik, Jakarta
dipengaruhi oleh pengetahuan, jarak rumah Badan Pusat Statistika. 2016. Angka Harapan
dan dukungan keluarga yang dirasakan oleh Hidup Penduduk Beberapa Negara,
lansia (Suseno, 2012). 1995-2015.
Hasil penelitian Dwi, Indri dan http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/v
Danang (2011) menyatakan bahwa dengan iew/id/1517 di akses pada tanggal 19
adanya keaktifan yang dimiliki oleh lansia Desember 2015
untuk mengikuti kegiatan posyandu lansia Dewi, Sofia Rhosma. 2014. Buku Ajar
nantinya akan menguntungkan bagi lansia Kepererawatan Gerontik. Yogyakarta;
sendiri yaitu akan meningkatkan derajat CV Budi Utama.
kesehatannya. Keuntungan didapatkan lansia Dewi, Zahrona Kusuma. 2013. Analisis
yaitu berupa derajat kesehatan yang baik Faktor yang Berhbungan dengan
didukung oleh hasil penelitian yang Keikutsertaan Mengikuti Senam
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang Lansia. Surabaya, Universitas
signifikan antara keaktifan lansia mengikuti Airlangga.
posyandu lansia terhadap tingkat kesehatan Endang dan Mami R. 2013. Hubungan
lansia tersebut. Antara Pengetahuan Dengan Keaktifan
Fallen dan Budi (2010) menyatakan Lansia Datang Ke Posyandu Lansia Di
bahwa semakin tinggi keaktifan lansia Dusun Kudu Desa Kudu Banjar
mengikuti kegiatan posyandu lansia, maka
Kecamatan Kudu Kabupaten Jombang Kesehatan Masyarakat. Universitas
Tahun 2013. Airlangga.
Fallen, R, R. Budi Dwi K. 2010. Catatatn Lestari, Puji.Dkk. 2011. Beberapa Faktor
Kuliah Keperawatan Komunitas. Yang Berperan Terhadap Keaktifan
Yogyakarta: Nuha Medika. Kunjungan Lansia Ke Posyandu Studi
Infodatin Pusat Data dan Informasi Kasus Di Desa Tamantirto Kecamatan
Kementerian RI . 2014. Situasi dan Kasihan Kabupaten Bantul Propinsi
Analisis Lanjut Usia. Diy. Semarang; Media
Jakarta;Kementerian Kesehatan RI MedikaIndonesiana
Jatmika, Septian Emma Dwi. 2015. Norma Mulyadi, Yullie. 2009. Pemanfaatan
Masyarakat Untuk Meningkatkan Niat Posyandu Lansia Di Kota Pariaman.
Ibu Hamil Dalam Memberikan ASI Sumatera. Pendidikan Kesehatan Ilmu
Eksklusif. Jurnal Kesehatan Perilaku
“Samodra Ilmu”. [e-journal] 06(01): Nugroho,W.H. 2008. Keperawatan Gerontik
pp 51-55. Tersedia di: & Geriatrik. Jakarta;EGC
<http://download.portalgaruda.org/arti Notoatmodjo, S. 2014. Ilmu Perilaku
cle.php?article=281800&val=7164&tit Kesehatan. Jakarta, Rineka Cipta.
le=Norma%20Masyakarat%20Untuk% Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan
20Meningkatkan%20Niat%20Ibu%20 Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka
Hamil%20Dalam%20Memberikan%2 Cipta.
0ASI%20Eksklusif> [diakses tanggal Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Metodologi
29 Mei 2016]. Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka
Kurniawati, Indah. 2015. Tesis Pengaruh Cipta.
Pengetahuan, Motivasi Dan Dukungan Pradipta, Aditya Dwi. 2014. Hubungan
Suami Terhadap Perilaku Pemeriksaan Persepsi Kesehatan dan Dukungan
Iva Pada Kelompok Wanita Usia Sosial dengan Keaktifan Lansia dalam
Subur Di Puskesmas Kedungrejo. Mengikuti Posyandu Lansia di Desa
Surakarta ; Universitas Sebelas Maret Pucangan Kecamatan Kartasura
Surakarta Kabupaten Sukoharjo. Skripsi.
Kusumaningrum, Farida. 2014. Faktor Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Internal Yang Berhubungan Dengan http://eprints.ums.ac.id/32324/16/NAS
Keaktifan Lansia Berkunjung Ke KAH%20PUBLIKASI.pdf
Posyandu Lansia Desa Mayungan Sari, Yohana. 2011. Posyandu Kota Bogor.
Kecamatan Ngawen Kabupaten posyandu.org-2011, di akses pada
Klaten. Surakarta; Universitas Kamis, 21 April 2016 pukul 11.43
Muhammadiyah Surakarta Suseno, Dian Mahara. 2012. Faktor-Faktor
Kurniawati, Dwi. 2014. Faktor Determinan Yang Mempengaruhi Keaktifan Lansia
yang Mempengaruhi Kegagalan Dalam Mengikuti Kegiatan Posyandu
Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Lansia Di Desa Kauman Kecamatan
Usia 6-12 bulan di Kelurahan Polanharjo Kabupaten Klaten.
Mulyorejo Wilayah Kerja Puskesmas Surakarta;Universitas Muhammadiyah
Mulyorejo Surabaya. Program Studi Surakarta

Anda mungkin juga menyukai