Anda di halaman 1dari 60

Nama : Chairil Sakti Yokka Rajasa

Konsentrasi : Manajemen Pertanahan


NIT : 17263012
RESUME DIGITALISASI BUKU
“METODE PENELITIAN KUANTITATIF”
Oleh : Dr. Deni Dharmawan, S.Pd., M.Si.

BAB 1
MENELAAH PENGERTIAN DASAR TENTANG “PENELITIAN”

A. Definisi Penelitian
Penelitian merupakan sebuah metode untuk menemukan kebenaran yang juga
merupakan sebuah pemikiran kritis (critical thinking). Penelitian meliputi pemberian definisi
dan redefinisi terhadap masalah, memformulasikan hipotesis atau jawaban sementara, membuat
kesimpulan dan sekurang-kurangnya mengadakan pengujian yang hati-hati atas semua
kesimpulan untuk menemukan apakah ia cocok dengan hipotesis (Woody, 1927).
Jenis-jenis penelitian menurut Kline (1980) adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan Tujuan
a) Penelitian Dasar
b) Penelitian Terapan
c) Penelitian Evaluasi
2. Berdasarkan Metode
a) Penelitian Historis
b) Penelitian Deskriftif
c) Penelitian Perkembangan
d) Penelitian Kasus dan Studi Lapangan
e) Penelitian Korelasional
f) Penelitian Tindakan
g) Penelitian Komparatif
h) Penelitian Ekperimental
i) Penelitian Kualitatif
3. Berdasarkan Tingkat Penjelasan
a) Penjelasan Deskriptif
b) Penjelasan Asosiatif
c) Penjelasan Kausalitas
Menurut Danjm (2002), ada dua jenis metode penelitian, yaitu metode penelitian
kuantitatif dan metode penelitian kualitatif.
Tipe-Tipe Penelitian Kuantitatif:
1. Penelitian Deskriptif
2. Penelitian Perkembangan
3. Penelitian Tindakan
4. Penelitian Perbandingan Kausal
5. Penelitian Korelasi
6. Penelitian Eksperimental Semu
7. Penelitian Ekperimental
Tipe-Tipe Penelitian Kualitatif:
1. Penelitian Fenomenologo
2. Penelitian Grounded
3. Penelitian Etnografi
4. Penelitian Historis
5. Penelitian Kasus
6. Penelitian Filosopis
7. Penelitian Kritik Sosial

Selain itu, dipaparkan oleh Uma Sekaran (1992) bahwa karakteristik utama penelitian
ilmiah adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Penelitian: jelas, pasti dan terarah.
2. Keseriusan Penelitian: ketelitian, kehati-hatian, kepastian.
3. Dapat Diuji: hipotesis yang dapat diuji dengan metodestatistik tertentu.
4. Dapat Direplikasi: temuan penelitian akan sama kalau diulang pada kondisi yang sama.
5. Presisi dan keyakinan: presisi mencerminkan derajat kepastiandan temuan penelitian terhadap
kejadian yang dipelajari. Keyakinan menunjukkan kemungkinan dan kebenaran estimasi yang
dilakukan.
6. Objektivitas: kesimpulan penelitian harus didasarkan pada data yang aktual.
7. Berlaku Umum: dapat-tidaknya hasil penelitian diterapkan pada berbagai keadaan.
8. Efisien: kerangka penelitian yang melibatkan sedikit variabel yang dapat menjelaskan suatu
kejadian.
Tahapan metode penelitian ilmiah ala Dewey adalah sebagai berikut:
1. The Felt Need (adanya suatu kebutuhan)
Seseorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaannya sehingga dia
berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
2. The Problem (menetapkan masalah)
Dari kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need di atas, diteruskan dengan
merumuskan, menempatkan, dan membatasi permasalahan (kebutuhan). Penemuan terhadap
kebutuhan dan masalah boleh dikatakan parameter yang sangat penting dan menentukan
kualitas penelitian. Studi literatur, diskusi, dan pembimbingan dilakukan sebenarnya untuk
men-define kebutuhan dan masalah yang akan diteliti.

Piramida Terbalik Masalah Penelitian


Agar penelitian dapat mengarah ke inti masalah vang sesungguhnya, maka diperlukan
pembatasan penelitian sehingga penelitian yang dihasilkan menjadi lebih fokus dan tajam.
Dalam beberapa literatur ada yang memmuskan identifikasi dan pembatasan masalah
penelitian, hal ini ditujukan guna mempertajam dan melakukan kajian yang lebih
operasional dan terukur.
3. The Hypothesis (menyusun hipotesis)
Jawaban atau pemecahan masalah sementara yang masih merupakan dugaan yang dihasilkan
misalnya dari pengalaman, teori, dan hukum yang ada.
4. Collection of Data as Evidence (merekam data untuk pembuktian)
Membuktikan hipotesis dengan ekspełimen, pengujian, dan merekam data di lapangan.
Data-data dihubungkan satu dengan yang lain untuk ditemukan kaitannya. Proses ini disebut
dengan analisis. Kegiatan analisis dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau
menolak hipotesis.
5. Concluding Belief (kesimpulan yang diyakini kebenaranma) Berdasarkan analisis yang
dilakukan pada tahap ke-4, dibuatlah sebuah kesimpulan yang diyakini mengandung
kebenaran, khususnya untuk kasus yang diuji.
6. General Value of the Conclusion (memformulasikan kesimpulan umum)
Kesimpulan yang dihasilkan tidak hanya berlaku untuk kasus tertentu, tetapi merupakan
kesimpulan (bisa berupa teori, konsep, dan metode) yang bisa berlaku secara umum untuk
kasus lain yang memiliki kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan
di atas.

B. Ciri, Tujuan, Peranan, Persyaratan, Prosedur


1. Ciri-Ciri Penelitian
Gee (1957) mengungkapkan beberapa hal yang menjadi ciri-ciri penelitian, yaitu
adanya suatu pencarian, penyelidikan atau investigasi terhadap pengetahuan baru, atau
sekurang-kurangnya sebuah pengaturan baru atau interpretasi (tafsiran) baru dari
pengetahuan yang timbul. Pandangan harus kritis dan prosedur harus sempurna, aktivitas
lebih banyak tertuju pada pencarian (search) daripada suatu pencarian kembali.
2. Tujuan Penelitian
Secara umum terdapat empat tujuan utama penelitian, yaitu:
a. tujuan Exploratif (Penemuan): menemukan sesuatu yang baru dalam bidang tertentu;
b. tujuan Verifikatif (Pengujian): menguji kebenaran sesuatu dalam bidang yang telah ada;
c. tujuan Developmental (Pengembangan): mengembangkan sesuatu dalam bidang yang
telah ada; penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, Disertasi).
3. Peranan Penelitian
a. Pemecahan Masalah
Meningkatkan kemampuan untuk menginterpretasikan fenomena-fenomena dari suatu
masalah yang kompleks dan saling mengait.
b. Memberikan jawaban atas pertanyaan dałam bidang yang diajukan.
c. Meningkatkan kemampuan untuk menjelaskan atau menggambarkan fenomena-
fenomena dari masalah tersebut.
d. Mendapatkan pengetahuan/ilmu baru.
4. Persyaratan Penelitian
a. Mengikuti konsep ilmiah.
b. Sistematis: menggunakan pola tertentu.
c. Terencana.
5. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah langkah-langkah atau urutan-urutan yang harus dilalui
atau dikerjakan dalam suatu penelitian. Tahapan prosedur penelitian adalah:
a. Mendifinisikan dan Merumuskan Masalah
b. Melaksanakan Studi Kepustakaan
Mengacu pada teori-teori yang berlaku dan dapat dicari atau ditemukan pada buku-buku
teks ataupun penelitian orang lain.
c. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan pernyataan atau tanggapan yang sifatnya sementara tentang
fenomena yang akan diselidiki. Berguna untuk membantu peneliti menuntun jalan
pikirannya agar mencapai hasil penelitiannya, yang dihipotesiskan adalah pernyataan
yang ada pada rumusan masalah.
d. Menentukan Model atau Desain Penelitian
Model yang dipakai dapat berupa model matematika. Tahap ini dapat diganti dengan
tahap menentukan desain penelitian.
e. Mengumpulkan Data
Data harus dicari dengan teknik yang sesuai.
f. Mengolah dan Menyajikan Data
Setelah data dikumpulkan selanjutnya diolah sehingga informasi yang tersaji lebih mudah
diinterpretasikan dan dianalisis lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, dan
nilai statistik.
g. Menganalisis dan Menginterpretasikan Data
Kemudian hasil olahan tersebut dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan alat-alat
analisis yang sesuai agar dapat dihasilkan kajian yang cukup tajam, mendalam dan luas.
h. Membuat Kesimpulan
Pada tahap ini peneliti membuat kesimpulan yang sesuai dengan hipotesis yang diajukan.
Saran disajikan pula karena penelitian mempunyai keterbatasan atau asumsi-asumsi.
i. Membuat Laporan
Topik Penelitian
Dideminasi Ulasan
Temuan Literatur

Penulisan Laporan Penelitian Kerangka Konsepsi

Analisis Data Sampling

Koleksi Data
Bagan Komponen Proses Penelitian

C. Perumusan Masalah dan Penentuan Metode Penelitian


Salah satu komponen yang sangat penting dan menentukan kualitas penelitian ilmiah
adalah rumusan masalah. Dalam hal ini yang memerlukan masalah adalah masalah penelitian
ilmiah (scientific research problems). Masalah penelitian inilah yang akan dipecahkan atau
dicarikan solusinya melalui suatu proses penelitian yang berbeda dengan rumusan-rumusan
masalah pada umumnya, seperti laporan-laporan proyek dalam penelitian ilmiah.
Hal lain yang perlu dipertimbangkan peneliti adalah menentukan atau memilih
variabel. Berdasarkan namanya, variabel memiliki ciri harus bervariasi. Sisipkan di perusahaan
atau asosiasi untuk golongan yang sama bukan variabel , tetapi fakta karena besarmya sama
untuk golongan atau jenjang (level of job) yang sama. Kinerja (performance) adalah variabel
karena setiap orang memiliki tingkat kinerja yang berbeda, demikian juga motivasi kerja atau
kepuasan kerja, jelas dapat digunakan sebagai variabel karena setiap orang memiliki variabel
yang berbeda.
Dalam penelitian ilmiah, variabel pada umumnya ada dua, yaitu variabel bebas
(independent variabel ) yang dapat memengaruhi atau lebih dulu terjadi terhadap variabel lain
yang disebut variabel dibawa (dependent variabel ). Variabel yang diambil inilah yang
menentukan topik utama peneliti yang mencerminkan spesialisasinya.

D. Jenis dan Sumber Data Penelitian


Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini hal-hal berikut ini:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari narasumber / responden.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari publikasi / laporan penelitian dari dinas /
lembaga atau sumber data lainnya yang menunjang

E. Peranan Teori sebagai Sumber Literatur dalam Penelitian


1. Deskripsi Teori
Dekripsi Teori merupakan uraian yang sistematis tentang teori dan hasil penelitian
yang relevan deng variabel yang diterjemahkan. Jika suatu penelitian merupakan variabel
independen dan satu variabel dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada
4. Langkah-langkah dalam melakukan teori pendeskripsian adalah sebagai berikut:
1. Tetapkan variabel yang akan dialokasikan.
2. Cari sumber bacaan.
3. Lihat daftar isi, cari dan pilih topik yang relevan dengan variabel yang diterima.
4. Cari resolusi setiap variabel , bandingkan antara sumber yang satu dengan sumber yang
lain. Pilih resolusi yang paling sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan atau buat
kesimpulan dari beberapa resolusi.
5. Baca seluruh topik sesuai variabel yang akan dikunjungi.
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dengan bahasa sendiri. Sumber yang dikutip
harus dicantumkan.
2. Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang teori terkait dengan berbagai
faktor yang terkait dengan masalah. Kerangka berpikir harus menjelaskan teori antarvariabel
yang akan dibahas. Jadi, harus disetujui hubungan antara variabel independen dan variabel
dependen, dan jika ada kedudukan variabel moderator dan campur tangan dalam penelitian.
Kerangka berpikir perlu dikemukakan pertimbangan dalam penelitian ini berkenaan
dua variabel atau lebih. Kriteria utama agar dapat membantah bisa membantah pemikiran
yang logis tentang pemikiran yang logis. Persyaratan aang diharapkan yang baik adalah
sebagai berikut:
1. Variabel -variabel yang harus dihapus.
2. Diskusi dalam pembahasan harus menjelaskan hubungan / pertautan antar variabel yang
membahas dan teori yang mendasari.
3. Diskusi harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antarvariabel itu
positif atau negatif, membentuk simetris, kausal, atau interaktif (timbal balik).
4. Kerangka pikir sebagaimana dinyatakan dalam diagram (paradigma penelitian) sehingga
mudah dipahami.

BAB 2
PENGETAHUAN AWAL DALAM MELAKUKAN PENELITIAN KUANTITATIF

A. Pengetahuan Awal
Pada bagian ini penulis ingin mengajak pembaca untuk mempelajari kembali beberapa
paham/aliran dalam penelitian yang banyak memulainya dari bidang jalian filsafat ilmu,
terlebih dari kajian berpikir ilmiah yang sederhana. Keuntungan mempelajari bagian ini, yaitu
peneliti akan mengetahui pada posisi mana dan aliran atau paham apa yang ia anut.
Keuntungan selanjutnya, yaitu membekali para peneliti agar jangan sampai takut dengan istilah
dan aliran sehingga masih banyak peneliti yang alergi dan statiska, atau sebaliknya yang malas
untuk melakukan penelitian kualitatif. Padahal baik ilmu statiska ataupun ilmu lainnya sangat
penting bagi seorang peneliti.

B. Beberapa Pemikiran Dasar


Sebagai peneliti pemula sangat bijak jika mampu mempelajari beberapa pemikiran dasar
berikut ini:
1. Desain Riset dan Metodologi. Banyak orang yang dalam pikirannya ingin sekali melakukan
atau mempraktikkan sebuah “Penelitian”. Banyak juga orang yang telah melakukannya, tetapi
mereka terbenam dalam lautan variasi kajian “Penelitian” itu sendiri. Bahkan mungkin saja
seseorang yang akan melaksanakan sebuah penelitian justru tidak tahu harus melakukan apa.
Sebagai informasi awam mungkin saja seseorang melihat, membaca, dan bertanya tentang
hasil karya atau laporan-laporan penelitian. Tentunya hasil membaca dan bertanya dapat
memperoleh berbagai alternative sebuah oprasi pengerjaan. Namun, lagi-lagi hal itu tidak
menjadikan seseorang sukses dan benar dalam melaksanakan penelitianya. Bahkan sebaliknya
semakin banyak bertanya dan membaca hasil karya orang lain dalam bentuk laporan
penelitian, maka akan semakin pusing juga untuk memahami gaya pebelitian yang akan
dilakukan sendiri oleh si pembaca tersebut.
2. Review pakar atau teman sebaya. Untuk memperoleh kualitas desain riset yang sudah
dikembangkan berdasarkan wawasan akan penguasaan teori-teori yang dibutuhkan dalam
mengelaborasi sebuah fokus masalah, maka diperlukan suatu proses review pakar. Review ini
bertujuan untuk mengasah ketajaman berpikir peneliti dalama merumuskan latar belakang
sehingga sebuah fokus masalah dapat dapat dirumuskan dengan tajam. Tidak serta-merta
bahwa sebuah pemikiran baru akan menghasilkan temuan fokus-fokus masalah yang tajam
pula. Inilah yang selama ini menjadi permasalahan bagi para peneliti. Review pakar ini lebih
berfokus pada isi, ketajaman, dan keluasan dari suatu pembahasan fokus-fokus masalah dalam
penelitian ini. Demikian juga dengan review dari teman sebaya. Hal ini menunjukkan sebuah
upaya kesetaraan dalam membangaun jiwa demokratis dan keterbukaan bagi seorang peneliti.
Adakalanya hasil pemikiran seorang peneliti justru merupakan jiplakan dari pemikiran teman
dekatnya, atau sebaliknya hasil pemikiran peneliti yang cukup memakan waktu lama, tetapi
hasil rumusannya kembali pada kadar ketajaman yang rendah. Hal ini banyak ditemui pada
beberapa peneliti, khususnya peneliti pemula dan para peneliti yang hanya berorientasi pada
laporan kerja. Inilah yang selama ini masih belum terpecahkan. Kondisi ini terus berlanjut
dari generasi sat uke generasi selanjutnya. Bahkan secara formal hasil review pakar dan teman
sebaya kadang tidak menjadi bagian penting bagi seorang peneliti, padahal ini sangatlah
penting. Control dari pakar dan teman dapat memberikan koreksi atas kekurangtajaman
peneliti dalam merumuskan latar belakang penelitian dan fokus masalah yang dimaksud.
Review pakar dan teman sebaya ini sangat penting dan akan memberikan dampak yang cukup
besar terhadap tumbuhnya kompetensi dan naluri seseorang dalam dunia penelitian. Tidak
hanya sekedar menyelesaikan tugas kuliah atau proyek, tetapi para peneliti minimal telah
sadar akan pentingnya suatu kajian khusus seperti review dia atas sangat banyak
mempengaruhi gaya dan bentuk peneliti dalam menyelesaikan permasalahan yang
dirumuskannya.
3. Model dan metode penelitian. Apakah peneliti telah menguasai secara menyeluruh model
model dan metode penelitian yang berhubungan langsung dengan konteks dan fokus masalah
yang akan ditelitinya. Bagaimana desain penelitianya harus dikembangkan, instrument apa
yang harus disiapkan, jenis data apa yang akan ia peroleh, analisis datanya seperti apa, dan
pola pembahasan, serta simpulan-simpulan seperti apa yang harus dirumuskan.
4. Proses dan hasil penelitian. Apakah peneliti mampu menilai proses dan hasil penelitiaanya
sendiri, apakah sesudah mengikuti kaidah dan prosedur penelitian atau belum.
5. Kekeliruan dan upaya perbaikan. Dimanakah letak suatu kekeliruan dan upaya perbaikan apa
yang harus dilakukan dan dikontrol dalam penuntasan laporan penelitianya.
6. Etika dalam penelitian. Memahami dan melaksanakan etika dalam melakukan suatu
penelitian.
7. Kawasan keilmuan obyek dan fokus penelitian. Apakah peneliti mengenal Kawasan keilmuan
yang akan menjadi sumber objek dan fokus penelitiannya, seperti penelitian di bidang
sosiologi, tidak akan sama dengan penelitian di bidang ilmu lainnya, sudah pasti akan
berbeda-beda. Dengan demikian, seorang peneliti tidak boleh memaksakan karakter dan tipe-
tipe penelitian dari bidang ilmunya pada bidang ilmu lain yang berbeda kajiannya.

C. Rencana Penelitian
Modal dasar kesuksesan dalam melakukan penelitian adalah bagaimana kesiapan para
peneliti, apakah sudah menguasai isi proposal penelitian atau masih bingung. Ketika peneliti
bingung terhadap semua komponen isi proposal penelitian, langkah selanjutnya akan tidak
jelas. Kemungkinan besar para peneliti banyak mengulangi lagi tahapan penelitian atau bahkan
mengganti fokus atau obyek yang ditelitinya disebabkan oleh ketidakutuhan dalam memahami
semua komponen dan isi rencana penelitian yang ditulisnya. Fenomena ini banyak dijumpai
pada saat perumusan proposal penelitian skripsi, tesis dan disertasi.

D. Etika dalam Penelitian


Etika merupakan norma standar perilaku yang menjadi pedoman moral perilaku
seseorang dan hubunganya dengan orang lain. Mengapa dalam melakukan penelitian seorang
peneliti atau tim peneliti perlu memahami dan mampu menerapkan etika ini, berikut adalah
kajian tentang etika dalam penelitian.
Tujuan etika dalam penelitian adalah untuk menjamin agar tidak ada seorang pun yang
dirugikan atau mendapat dampak negatif dari kegiatan penelitian. Sebenarnya etika dan
kelaziman seseorang melakukan penelitian dengan baik akan bergantung pada keluasan
keilmuan dibidang penelitian, analisis data penelitian yang pernah ia alami, pemikiran-
pemikiran baru yang ia peroleh selama proses bimbingan. Artinya bahwa kebijaksanaan
seorang peneliti maupun seorang penguji hasil penelitian akan lebih membukakan keunggulan-
keunggulan hasil penelitian itu sendiri. Kondisi ini masih memerlukan waktu sehingga jika bisa
terwujud, maka hasil-hasil penelitian bangsa ini di kemudian hari dapat didengar dunia dan
mungkin rujukan.

E. Kemampuan Merumuskan Metodologi


Dalam sebuah tuntutan dan kelaziman penelitian dengan pendekatan kuantitatif, akan
dihadapkan pada suatu kemampuan untuk memilih mana metode penelitian yang termasuk ke
dalam pendekatan kuantitatif atau kualitatif. Kemampuan untuk memilih metode kuantitatif
biasanya harus dikontrol oleh kemampuan dalam menerjemahkan judul dan rumusan masalah
penelitian serta tujuan penelitian. Dari kondisi ini, maka peneliti akan mampu menetapkan
metode tertentu yang relevan dengan kondisi fokus masalah, rumusan masalah, dan upaya
merumuskan serta menguji hipotesis.
Dari kemampuan mengenal karakteristik judul, rumusan masalah, dan tujuan penelitian,
bahkan dalam kelompok penelitian ilmu sosial ada yang disebut dengan kajian teoritis, artinya
ada sejumlah teori yang dikemumakan oleh para tokohnya dengan aliran tertentu dan sudah
jelas mana aliran atau tokoh dengan teori-teori yang dikembangkannya, maka teori-teori yang
membahas fenomena kuantitas inilah yang harus dikenali oleh peneliti sehingga ketika memilih
metode tertentu akan adaptif dan mendukung diperolehnya pembuktian atas pertanyaan, tujuan
dan hipotesis penelitian.

F. Kemampuan Menulis Pembahasan


Kadang para peneliti kurang mampu untuk mengembangkan data-data hasil penelitiannya
dan terlalu banyak terpaku pada kondisi luas sempitnya data temuan mereka selama di
lapangan. Demikian juga dengan kondisi yang terbatas pada sisi literatur serta pengalaman
membaca beberapa buku masih menjadi kendala paling banyak dialami para peneliti. Sebagai
contoh dalam penelitian ilmiah untuk kepentingan formal akademik, maka pada bagian Bab IV
khusus untuk pembahasan, tidak jarang para peneliti, seperti mahasiswa S1, S2, dan S3 kurang
mampu dalam mengembangkan tiap topik pembahasan seusai dengan rumusan masalah dan
temuan penelitian maupun hasil uji hipotesis. Padahal jika disadari, pada bagian pembahsan
inilah justru jantungnya atas keunggulan dan orisinalitas temuan dari para peneliti.
Beberapa kekeliruan dalam mengembangkan pembahasan pada Bab IV ini, diantaranya
sebagai berikut:
1. Membahas hasil penelitian tidak lagi melihat apa saja yang menajadi fokus atau rumusan
masalah dan pertanyaan penelitian yang ada pada Bab I.
2. Melakukan pembahasan yang digabungkan secara keseluruhan hanya dengan melihat
fokus utama penelitian atau judul penelitian dan atau masalah umum dan hipotesis
umum saja.
3. Membahas dengan hanya berpatokan pada data-data atau angka-angka yang ada saja.
4. Membahas dengan minimalnya sumber rujukan yang relevan.
5. Membahas dengan cara dipaksakan sehingga seolah-olah hasilnya menjadi pendahuluan
lagi, bahkan hasilnya melebar tidak seusai dengan pertanyaan penelitian.

G. Kemampuan dalam Merumuskan Simpulan


Target dari sebuah penelitian kadang-kadang adalah merumuskan simpulan pada bab
terakhir, apakah penelitian untuk kepentingan formal dalam rangka menyusun skripsi, tesis
ataupun disertasi maupun penelitian untuk kepentingan kebijakan dan professional lainnya.
suatu rumusan simpulan sebenarnya dapat dengan mudah dan benar dirumuskan jika peneliti
mampu melihat kembali apa yang menjadi pertanyaan-pertanyaan dalam penelitiaanya yang
telah dirumuskan pada Bab I. kemudian bagaimana hasil penelitianya yang ia peroleh pada Bab
IV, khususnya menukik pada bagian pembahasan. Maka, rumusan hasil pembahasan ini
biasnya ada suatu pokok-pokok temuan yang dapat dijadikan bahan sebagai rumusan simpulan.
Dengan demikian, antara rumusan hasil pembahasan yang ada pada bab IV dapat ditarik
simpulan pada tiap pembahasan item per item (seusai rumusan masalah ata pertanyaan
penelitiaanya). Pada akhirnya, tiap-tiap pembahasan yang berusaha menjawab dan meyakinkan
atas pertanyaan penelitian atau rumusan masalah dan pembuktian hipotesis (jika ada) hasilnya
dapat dijadikan bahan untuk mendukung rumusan masalah penelitian. Selama ini, ketika akan
merumuskan kalimat-kalimat dalam simpulan penelitian mungkin para peneliti masih
berpatokan pada rumusan masalah. Kondisi ini bisa saja dikatakan cukup jika penelitian yang
dilakukan menggunakan pendekatan kuantitatif. Namun, jiika pendekatanya kualitatidf, maka
rumusan kalimat dalam simpulan penelitian tidak mungkin terpaku pada rumusan pertanyaan
atau rumusan masalah penelitian dari Bab hasil penelitian kuantitatif ini biasanya belum cukup
untuk digeneralisasikan.

BAB 3
MEMAHAMI PENELITIAN YANG BERORIENTASI KUANTITATIF

A. Pemahaman Dasar
Hal-hal yang bukan dikategorikan riset perlu diketahui sehingga kita dapat mengetahui
bahwa research atau penelitian alau riset itu adalah sebagai berikut:
1. Bukan hanya mengumpulkan informasi tentang sesuatu atau beberapa hal. Ini namanya
pencarian informasi (information discovery).
2. Bukan memindahkan fakta dari satu lokasi ke lokasi lain, dengan menghilangkan inti dari
riset, yaitu interpretasi data.
3. Bukan mencari infomasi tertentu secara acak.
4. Bukan sekadar istilah untuk menarik perhatian, seperti iklan, dll.

B. Karakteristik Riset
Riset adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahkan informasi atau
data secara sistematis untuk menambah pemahaman kita terhadap suatu fenomena tertentu yang
menarik perhatian kita. Menurut Paul Leedy dalam Practical Research, ada 8 karakteristik riset,
sebagai berikut:
1. Riset berasal dari satu pertanyaan atau masalah: dengar menanyakan pertanyaan kita sedang
berupaya untuk stimulast dimulainya proses penelitian. Sumber pertanyaan dapa berasal dari
sekitar kita.
2. Riset membutuhkan tujuan yang jelas: pernyataan tujuan ini menjawab pertanyaan: “Masalah
apa yang akan diselesaikan/ dipecahkan?“ Tujuan adalah pernyataan permasalahan yang akan
dipecahkan dalam riset.
3. Riset membutuhkan rencana spesifik: untuk melakukan penelitian rencana kegiatan disusun.
Selain menetapkan tujuan riset, kita harus menetapkan juga bagaimana mencapai tujuan
tersebut.
4. Riset biasanya membagi masalah prinsip menjadi beberapa submasalah. Untuk
mempermudah menjawab permasalahan, biasanya masalah yang prinsip dibagi menjadi
beberapa submasalah. Contoh:
a. Masalah: Kompresi data dengan algoritma substitution
b. Submasalah:
 Bagaimana melakukan kompresi data pada file teks hingga hasil kompresi 30% dari
file asli?
 Bagaimana melakukan dekompresi pada file teks tanpa mengubah isi?
5. Riset dilakukan berdasarkan masalah, pertanyaan, atau hipotesis riset yang spesifik. Hipotesis
adalah asumsi atau dugaan logis yang memberikan jawaban sementara tentang permasalahan
riset berdasarkan penyelidikan awal. Hipotesis mengarahkan kita ke sumber-sumber informasi
yang membantu kita untuk menyelesaikan dan menjawab permasalahan riset yang sudah
ditetapkan. Hipotesis bisa lebih dari satu. Hipotesis mempunyai kemungkinan didukung atau
tidak didukung oleh data.
6. Riset mengakui asumsi-asumi. Dalanm riset, asumsi merupakan hal penting untuk ditetapkan.
Asumsi adalah kondisi yang ditetapkan sehingga jangkauan riset jelas batasnya. Asumsi Juga
bisa merupakan batasan sistem di mana kita melakukan riset.
7. Riset membutuhkan data dan intepretasi data untuk- menyelesaikan masalah yang mendasari
adanya riset. Pentingnva data bergantung pada bagaimana peneliti memberi arti dan. menarik
inti sari dari data-data yang tersedia. Di dalam riset data yang tidak
diinterpretasikan/diterjemahkan tidak- berarti apa pun.
8. Riset bersifat siklus: siklus dari riset dapat digambarkan- seperti pada Gambar

Siklus Riset

C. Permasalahan Sebagai Inti Riset


Pada dasarmya riset dapat dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu:
1. Basic research / penelitian dasar: mengembangkan suatu teori atau konsep dalam bidang
tertentu;
2. Applied research / penelitian terapan: berkaitan dengan suatu penerapan teori untuk
mendapatkan perbandingan, hasil kinerja atau menghasilkan suatu produk yang membantu
manusia.
Dalam kedua jenis riset tersebut, adalah penting untuk menentukan permasalahan yang
akan dibahas dan diselesaikan. Pemasalahan tersebut biasanya berupa pertanyaaan yang
jawabannya memberikan hal baru yang berbeda dan permasalahan tersebut mengembangkan
pengetahuan tentang sesuatu, misalnya cara berpikir yang baru tentang sesuatu, kemungkinan
baru dalam penerapan atau membuka jalan bagi penelitian selanjutnya.

D. Tipe Karya Imiah


1. Analisis, melihat apa yang ada di balik pemukaan materi melihat hubungan antarbagian dan
keseluruhan, menger hubungan antara sebab-akibat, mencari hal-hal penting mempertanyakan
suatu validitas.
2. Perbandingan, berarti mencari perbedaan dan persamaan Aspek yang dibandingkan disiapkan
dan digunakan untuk menyusun penulisan.
3. Argumentasi (setuju atau tidak setuju) meminta kita berada di satu sisi berdasarkan analisis
dari bukti-bukti yang kuat dan alasan yang jelas dan dapat diterima. Pada dasarmya hanya ada
dua tipe dari 3 tipe yang dijelaskan di atas, yaitu tipe analisis dan argumentasi. Tipe
perbandingan termasuk dalam tipe analisis karena melakukan analisis terhadap dua hal yang
dibandingkan.
Menurut Kepmendikbud No. 212/U/1999: Penelitian adalah kegiatan taat kaidah dalam upaya
untuk menemukan kebenaran dan/atau menyelesaikan masalah dalam ilmu pengetahuan, teknologi
dan/atau kesenian.

E. Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pEngetahuan yang menggunakan data
berupa angka sebagai alat enemukan keterangan mengenai apa yang ingin kita ketahui. Fenelitian
kuantitatif dapat dilaksanakan dengan penelitian deskriptif, penelitian hubungan/korelasi, penelitian
kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental (Margono, 1997).
1. Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif merupakan penelitian berupa pengumpulan data untuk mengetes
pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadaan dan kejadian sekarang. Mereka
melaporkan keadaan objek atau subjek yang diteliti sesuai dengan apa adanya. Tujuan penelitian
deskriptif adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek
yang diteliti secara tepat (West, 1982 dalam Sukardi, 2003:157). Penelitian deskriptif adalah
penelitian mendeskripsikan hal- hal yang saat ini berlaku. Penelitian ini tidak menguji hipotesis
melainkan hanya mendeskripsikan informasi apa adanya sesuai dengan variabel yang diteliti.
Penelitian deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran/lukisan secara sistematis, taktual, akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir, 1985).

2. Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan (action research) adalah penelitian yang bertujuan mengembangkan
keterampilan baru untuk mengatasi kebutuhan dalam dunia kerja atau kebutuhan praktis manusia
lainnya. Penelitian tindakan adalah suatu penelitian yang dikembangkan secara bersama-sama oleh
peneliti dan decision maker tentang variabel -variabel yang dapat dimanupulasikan dan dapat segera
digunakan untuk menentukan kebijakan (Moh, Nazir, 1985).
3. Penelitian Eksperimen
Penelitian ekspeimen adalah penelitian untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan
yang sebenarnya yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua variabel
yang relevan (Cholid, 2005:54). Penelitian eksperimen adalah penelitian mengetes hipotesis
(Nasution, 2004:24).
4. Penelitian Expose Facto
Penelitian expose facto disebut demikian karena sesuai dengan arti espose facto, yaitu “dari
apa yang dikerjakan setelah kenyataan”, maka penelitian ini disebut sebagai penelitian sesudah
kejadian. Penelitian Expose Facto merupakan penyelidikan secara empiris yang sistematik.

BAB 4
JENIS-JENIS PENELITIAN

A. Jenis Penelitian Berdasarkan Tujuan


1. Penelitian Dasar
Penelitian dasar atau disebut penelitian murni atau penelitian fundamental adalah
penelitian yang memusatkan perhatian pada struktur dan proses fundamental. Penelitian ini
bertujuan menemukan, menyusun dan mengembangkan prinsip-prinsip, generalisasi, dan
teori. Dengan demikian, dapat dipahami hakikat yang diteliti.
2. Penelitian Terapan
Penelitian terapan (applied research) disebut juga penelitian terpakai atau penelitian
operasional adalah penelitian yang perhatiannya dipusatkan pada struktur dan proses yang
ada dalam praktik. Penelitian ini bertujuan mengembangkan pengetahuan untuk digunakan
secara langsung di dalam praktik.
Di dalam bidang penelitian banyak penelitian bersifat terapan. Penelitian dasar yang
menghasilkan prinsip-prinsip umum, misalnya mengenai belajar. Oleh penelitian terapan,
prinsip-prinsip belajar diuji untuk menentukan efektivitasnya dalam memperbaiki belajar
dan tingkah laku.

B. Jenis Penelitian Berdasarkan Hakikat Masalah


1. Penelitian Eksplorasi (Exploratory Study)
Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang Lumum berkaitan dengan
masalah penelitian, yaitu informasi mengenai daerah yang diminati peneliti dan menjadi
dasar untuk penelitian selanjutnya. Kegiatan yang dilakukan terdiri dari melakukan diskusi
kepustakaan, konsultasi dengan ahli, atau diadakan konsultasi kasus. Jenis penelitian ini
jika datanya dikuantifikasikan, maka dapat menjadi penelitian kuantitatif.
2. Penelitian Deskriptif (Descriptive Study).
Sampel penelitian representatif. Penelitian deskriptif dapat berupa penelitian akhir atau
penelitian yang diadakan, yaitu sebagai penelitian yang disponsori untuk selanjutnya.
Sebagai penelitian akhir, studi deskriptif bermanfaat bagi pihak-pihak yang membuat
kebijakan dan perencanaan.
3. Penelitian Penyusunan Hipotesis (Hyphotesis-Generating Study)
Penelitian mengumpulkan hipotesis dilakukan sebagai lanjutan dari penelitian deskriptif
dengan mengumpulkan hubungan potensial yang telah dipilih dan dirumuskan ke dalam
masalah penelitian oleh saksama. Kegiatan yang dilakukan adalah memilih dan
menentukan variabel -variabel , dan memilih satu atau lebih hubungan variabel yang
pantas layak empiris untuk pengujian. Karena penelitian ini lebih terstruktur disbanding
dengan penelitian deskriptif, maka prosedur sampling, pengumpulan data, operasionalisasi,
dan teknik analisis data harus dapat dipertanggungjawabkan, yang selanjutnya dipakai
pada penelitian uji hipotesis. Kelompok penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
kuantitatif.
4. Penelitian Uji Hipotesis (Studi Pengujian-Hipotesis)
Penelitian uji hipotesis adalah penelitian yang dilakukan dengan maksud menguji benar
tidaknya teori atau memverifikasi teori. Dalam hal ini peneliti menjabarkan hipotesis yang
khas (spesifik) dari teori untuk untuk diuji secara empiris. Penelitian ini sudah jelas
termasuk ke dalam penelitian kuantitatif.

C. Penelitian Menurut Pendekatan Kuantitatif


Ketika seorang mahasiswa atau peneliti hanya memiliki wawasan penelitian kuantitatif,
maka ia dapat memilih metode penelitian yang digunakan. Namun, masalah seperti ini jarang
ditemui, ada banyak penyebabnya, mungkin saja penelitian ini memang menyangkut
penggunaan lainnya (Post Positivistic). Untuk memberikan wawasan yang lebih baik kepada
para peneliti baik peneliti pemula maupun peneliti senior, ada baiknya mengingat kembali
beberapa paham atau aliran dalam penelitian ini. Ciri-ciri masing-masing pendekatan
kuantitatif ini dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1. Penelitian Eksperimen Kuasai
Pada eksperimen kuasi ini rumusan masalah harus mengandung hubungan kausal
atau sebab akibat antarvariabel yang sudah ditemukan pada saat merumuskan latar belakang.
Jika penelitian eksperimen semu ini digunakan di lingkungan pendidikan, maka diperlukan
teknik sampel purposive, bisa juga sampel apa adanya tanpa melakukan random terhadap
pengambilan anggota sampelnya. Data yang akan diolah biasanya bisa mengandung data
ordinal, interval, nominal, ataupun rasio. Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian uji
teori yang sudah ada. Dalam penelitian ini dirumuskan juga hipotesis penelitian maupun
hipotesis statistik. Dengan karakterstik seperti ini, maka proses pengujian terhadap rumusan
hipotesis penelitian dan statistiknya dilakukan dengan menggunakan metode statistika yang
di antaranya banyak digunakan analisis statistika berupa hal-hal berikut ini:
a. Uji-t
b. Uji korelasi
c. Uji Regresi
d. Uji Anova (1 jalur atau 2 jalur)
e. Analisis Faktorial
f. Manova
g. Analisis Jalur
h. Canonical Correlation
i. Analisis Conjoint
Beberapa statistik uji tersebut akan bergantung pada rumusan masalah penelitian atau
pertanyaan penelitiannya, jenis metode kuantitatif yang digunakan, dan teknik sampling yang
dilakukan. Dalam perkembangannya para peneliti kadang enggan untuk menggunakan
kesesuaian antara rumusan masalah dengankelaziman statistik uji mana yang sesuai.
Kebanyakan para peneliti hanya memaksakan diri untuk menggunakan statistik yang kurang
tepat. Tentunya hal ini terjadi karena ketika merumuskan pertanyaan penelitian pada Bab I
tidak memperhatikan aspek paradigma atau asumsi mana yang sejenis dan mana yang tidak
sejenis.
2. Eksperimen Murni
Kelompok penelitian kuantitatif dalam bentuk eksperimen murni ini kebanyakan
dihindari oleh para peneliti, terutama dalam penelitian pendidikan. Mengapa demikian? Karena
para peneliti lemah dalam memahami rumusan masalah, analisis data, dan uji statistika untuk
membuktikan diterima tidaknya. Adapun yang paling mendasar, pada awal-awal penelitian,
peneliti hanya mengenal eksperimen mumi serta adanya istilah kelas eksperimen dan kelas
kontrol.
3. Studi Kasus
Dalam studi kasus ini, maka metode statistika baik deskriptif maupun parametrik sudah
pasti digunakan sebagai syarat dan proses pengujian hipotesis. Artinya bahwa dalam penelitian
ini sudah pasti ada hipotesis penelitian dan hipotesis statistik yang bisa dirumuskan dan
dilakukan pengujiannya melalui statistika terapan. Salah satu ciri penting dalam kelompok
penelitian kuantitatif adalah proses pengujian hubungan antarvariabel atau adanya hubungan
kausal. Dalam penelitian yang dilakukan untuk menganalisis kasus-kasus tertentu, maka sudah
pasti akan ditemukan proses pengujian terhadap hubungan kausal antarvariabel .
4. Penelitian Laboratorium
Salah satu varian penting dalam jenis penelitian kuantitatif adalah penelitian
Laboratorium. Penelitian di laboratorium karakteristiknya sudah pasti dihadapkan pada proses
pengujian beberapa perlakuan, treatment, atau pembedaan dan pengkondisian sampel.
Penelitian ini banyak digunakan dalam dunia kesehatan, kedokteran, pertanian, pendidikan, dan
bidang keilmuan kelompok MIPA. Selain memberikan warna sebagai kelompok penelitian
eksperimen dan kuantitatif, penelitian laboratorium ini juga menuntut adanya penelitian
tindakan dan penelitian lanjutan setelah dilakukan analisis dan pengamatan di laboratorium.
5. Survei
Varian kelompok penelitian kuantitatif ini juga termasuk ke dalam kelompok kuantitatif
yang sangat tegas. Perumusan masalah penelitian yang sudah menuntut adanya rumusan tujuan
penelitian dan rumusan hipotesis yang hams diuji melalui statistika terapan. Adapun dari aspek
kajian metode penelitian menunjukkan bahwa survei bersifat explanatory, yaitu penelitian yang
harus dilakukan penjelasan atas hubungan, pengaruh, atau adanya hubungan kausal dan sebab
akibat. Hal tersebut dimiliki oleh penelitian survei ini mengingat data-data dan sampel
penelitian sudah pasti ada.
6. Deskriptif Analitik
Penelitian deskriptif analisis ini dapat menggunakan metode statistika mulai dari yang
sederhana hingga penelitian dengan penggunaan rumus statistik uji yang lebih kompleks. Ciri
khas dari penelitian deskriptif analitik ini adalah proses pencarian jawaban atas pertanyaan
penelitian dengan menggunakan persentase atas jawaban-jawaban responden, kemuclian
adanya analisis sederhana untuk statistik deskriptif berupa pencarian nilai frekuensi. Demikian
juga dengan ciri utama kelompok penelitian kuantitatif, yaitu adanya populasi dan sampel,
pengujian teori, serta proses kuantifikasi atas jawaban-jawaban dari kuesioner atau angket.
7. Action Research Field
Kelompok penelitian kuantitatif selanjutnya yang termasuk ke dalam varian ini adalah
penelitian tindakan. Penelitian ini bisa dilakukan dalam beberapa bidang keilmuan, seperti
teknik, IT, Sosial, Bahasa, Pendidikan, Manajemen, dan sejenisnya. Penelitian ini bisa
termasuk ke dalam kelompok kuantitatif mengingat dari segi data yang diolah dapat berupa
angka-angka atau pengukuran secara kuantitas. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan
dalam bidang pertanian, misalnya ketika seorang petani melakukan proses penyemaian pupuk
beberapa kali dalam sebulan, kemudian petani tersebut mengukur pertumbuhan tanaman
padinya.
8. Class Action Research
Varian penelitian kuantitatif dalam bentuk penelitian tindakan yang banyak dilakukan di
dunia pendidikan pada dasamya sangat bagus dalam membekali bagaimana eksperimen yang
sesunggguhnya. Melalui penelitian dalam bentuk tindakan di kelas akan lebih mampu
melakukan proses pengamatan terhadap fenomena yang terjadi sebagai bentuk perubahan atas
treatment yang diberikan oleh peneliti.
9. Research and Development (R&D) / Penelitian dan Pengembangan
Dengan adanya penelitian dan pengembangan, kedua paradigma yakni paradigma
kuantitatif dengan paradigma kualitatif dapat digabungkan. Dengan demikian, salah satu
paradigma yang memberikan warna dalam proses uji revisi terhadap objek yang diteliti bahkan
dieksperimentasikan adalah paradigma kuantitatif.
10. Evaluatif
Penelitian evaluatif pada dasarnya merupakan penelitian yang secara sederhana
dilak:ukan oleh para peneliti dalam berbagai bidang. Bidang-bidang tersebut berhubungan
dengan proses pengumpulan data, pengolahan data, dan akhirnya dirumuskan simpulan sebagai
bentuk pendukung kebijakan-kebijakan yang harus diambil.
BAB 5
APA DAN BAGAIMANA LATAR BELAKANG PENELITIAN DENGAN
PENDEKATAN KUANTITATIF

A. Latar Belakang Penelitian


Penulis lebih cenderung untuk mengkaji dan mengembangkan analisis secara lebih luas,
terutama pada masalah perlakuan, dan analisis data serta generalisasi kesimpulan sebagai hasil
dari analisis data penelitian untuk penyusunan karya ilmiah. Hal ini dapat dilihat dari sudut mana
dan bagaimana data penelitian untuk karya ilmiah akan dianalisis dan digeneralisasikan.

B. Latar Belakang Masalah


Latar belakang masalah merupakan bagian dalam proposal maupun laporan penelitian yang
memuat alasan-alasan yang dianggap penting mengapa topik yang ada pada judul penelitian
perlu untuk dilakukan.
Tabel Contoh Pengembangan Latar Belakang Masalah
Langkah Pikiran Pokok Sumber
Pentingnya Teori, hasil
kinerja kerja bagi penelitian
karyawan dan
perusahaan
Fakta tentang Dokumen
Langkah I Kinerja
kondisi kinerja penilaian
karyawan di kinerja
perusahaan karyawan dari
hasil penelitian
pendahuluan
Langkah II - Motivasi Seluruh faktor Teori, hasil
- Kemampuan Kinerja yang penelitian
- Dukungan memengaruhi
kinerja kerja
- Motivasi Masalah-masalah, Hasil
- Kemampuan motivasi, pengamatan
- Dukungan kemampuan, dan
dukungan, yang wawancara
ada di perusahaan dan hasil
penelitian
pendahuluan
- Motivasi Pembatasan pada Analisis
uan Kinerja 2 faktor yang pribadi peneliti
Langkah III
- Dukungan memengaruhi
kinerja kerja

Langkah I dan II adalah identifikasi masalah, langkah III adalah batasan masalah.

C. Tujuan Penyusunan Laporan Penelitian


Dalam penyusunan skripsi dengan pendekatan kualitatif, kegiatan ilmiah yang akan
dilakukan peneliti mencakup: (l) pencatatan data dilakukan secara deskriptif; (2) analisis data
kuantitatif terlebih dahulu untuk dianalisis secara tematik. Tujuan penyusunan skripsi dengan
pendekatan kualitatif ini akan memiliki tujuan penelitian yang berupaya guna memahami gejala-
gejala bahasa dan interaksi sosial di masyarakat yang memungkinkan diukur secara tepat.

D. Alasan Memilih Masalah


Dalam memilih masalah kadang para mahasiswa dibingungkan dengan bagaimana mencari
dan merumuskan judul penelitian yang akan dilakukannya, kondisi ini sangat keliru sekali.
Masalah tidak sama dengan judul penelitian. Masalah adalah inti persoalan yang tersirat dalam
judul penelitian. Masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang sengaja diajukan untuk dicari
jawabannya melalui langkah-langkah metode ilmiah dan berpikir ilmiah seorang penelili. Jadi,
masalah dalam penelitian harus betul-betul belum ditemukan jawabannya oleh peneliti.
Kalaupun peneliti sudah merencanakan jawabannya, tetapi jawaban tersebut masih perlu
dibuktikan dan jawaban sementara itu sering disebut dengan hipotesis. Jika digambarkan,
kedudukan masalah dan judul serta pertanyaan peneliti dapat dilihat pada gambar berikut:

E. Pemilihan Topik dan Perancangan Penelitian


Urutan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
 Menentukan (mengenali) masalah.
 Membangun hipotesis.
 Menelusur pustaka.
 Merancang kajian.
 Mengembangkan instrumen untuk mengumpulkan data.
 Mengumpulkan data.
 Menganalisis data.
 Menentukan implikasi dan simpulan dari temuan.
 Membuat rekomendasi untuk penelitian lanjutan.
Merancang kajian adalah memilih masalah yang tepat, membangun hipotesis, menelusur
pustaka, dan menentukan metode yang akan digunakan, misalnya:
 populasi;
 instrumen untuk pengumpulan data dan penyiapannya;
 penarikan sampel;
 pengolahan data secara statistik;
 analisis dan penyajian data.
Panduan menulis judul adalah sebagai berikut:
 Biasanya judul dirumuskan sebelum penelitian dimulai; dapat direvisi kemudian jika perlu.
 Judul harus mengandung materi studi, lokal, populasi, periode.
 Harus cukup luas untuk mencakup semua segi materi yang dikaji; jadi, judul mencerminkan
apa yang diharapkan akan ditemukan dalam laporan.
 Harus singkat dan jelas.
 Hindari penggunaan “analisis”, “studi”, "kajian", dan sebagainya.

Panduan dalam merumuskan masalah umum dan masalah spesifik adalah sebagai berikut:
 Harus dirumuskan sebelum melakukan penelitian.
 Dapat menyatakan dalam bentuk pertanyaan.
 Hanya mengandung satu makna.
 Jawaban atas setiap pertanyaan spesifik dapat dicari tanpa mempertimbangkan pertanyaan
lain.
 Setiap pertanyaan spesifik harus didasarkan pada fakta dan gejala.

F. Perumusan dan Pembatasan/ldentifikasi Masalah


1. Perumusan Masalah
Pola menuliskan rumusan-rumusan masalah ini cenderung mengalir seperti sebuah pola
yang seolah tidak bisa diubah atau divariasikan. Namun di balik itu semua, ada tebersit pada
diri peneliti bahwa ia sebetulnya bisa saja merumuskan rumusan masalah penelitian yang
sedikit berbeda. Akan tetapi, hal itu tidak bisa terwujud disebabkan oleh sistem
pembimbingan atau arahan dari pembimbing atau promotor yang memang harus seperti itu
karena peneliti tersebut memang menggunakan sebuah pendekatan tertentu. Dengan
demikian, pada akhirnya sebuah pengujian terhadap rumusan masalah yang memiliki
keseragaman terjadi begitu saja dan akan membosankan. Di sisi lain, memang tidak memiliki
tingkat kualitas yang bisa diandalkan atau pihak tertentu mengatakan itu adalah penelitian
yang sifatnya latihan dan sebagainya. Masalah tidak selalu harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, tetapi bisa saja dalam bentuk pernyataan.

2. Pembatasan Masalah/ldentifikasi Masalah


Dalam pembatasan masalah, peneliti akan menemukan variabel atau faktor yang satu
memengaruhi faktor yang lainnya. Pembatasan atau identifikasi variabel ini wajib dilakukan
oleh peneliti yang menggunakan metode eksperimental dan mencantumkan hipotesis pada
rancangan penelitiannya. Hal ini penting sekali dalam menguji hipotesis. Kejelasan tentang
kedudukan variabel -variabel yang dilibatkan dalam hipotesis merupakan kunci dalam
memilih teknik analisis maupun dalam menafsirkan hasilnya.

G. Identifikasi Masalah
Beberapa pedoman penulisan karya ilmiah mengharuskan identifikasi masalah sebagai
bagian dari isi proposal dan laporan penelitian. Identifikasi permasalahan penelitian adalah
pernyataan singkat tentang permasalah yang akan dipecahkan dan merupakan intisari dari
latar belakang masalah. Dari banyak masalah yang mungkin dihadapi, maka akan ditentukan
pokok permasalahan yang menjadi fokus dalam penelitian. Rumusan pokok permasalahan
biasanya berupa kalimat tanya (Merta, 2004).
Tahap identifikasi masalah merupakan suatu kegiatan berupa mencari sebanyak-
banyaknya masalah yang sekiranya dapat dicarikan jawabannya melalui penelitian.
Pencarian masalah-masalah ini bertumpu pada masalah pokok yang tercermin pada bagian
latar belakang masalah (Umar, 2001). Bentuk identifikasi masalah:
1. Identifikasi Masalah Penelitian Terapan (Applied Research)
Untuk identifikasi masalah penelitian terapan, peneliti dapat mengemukakan fakta-
fakta atau masalah-masalah empiris yang ditemukan berkaitan dengan fokus yang
diteliti.
2. Identifikasi Masalah Penelitian Dasar (Basic Research)
Identifikasi masalah bentuk ini, peneliti dapat mengemukakan faktor-faktor yang
secara konsep teoritis adalah faktor yang memengaruhi masalah utama.

H. Batasan Masalah
Batasan masalah berkaitan erat dengan identifikasi masalah. Jika peneliti memiliki
keterbatasan, masalah-masalah yang telah diidentifikasi mungkin tidak dapat diteliti
semuanya, melainkan hanya beberapa saja/dibatasi (Umar, 1999, 17). Jika masalah terlalu
umum atau meluas, ini berarti terlalu kabur sehingga tidak dapat diuji oleh peneliti
(Kerlinger, 2000, 17).
Batasan masalah juga dapat disajikan dalam bentuk lain, batasan masalah juga bisa
berarti membatasi aspek-aspek tertentu dari variabel yang diteliti, membatasi target populasi
dab sebagainya.

I. Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang telah dibatasi dapat diformulasikan dalam suatu rumusan
masalah. Walaupun tidak mutlak, umumnya rumusan masalah diformulasikan dalam bentuk
kalimat tanya, apalagi bagi peneliti pemula, rumusan masalah dalam bentuk pertanyaan ini
sangat dianjurkan. Dengan adanya pertanyaan-pertanyaan yang disusun oleh peneliti, dan
dengan rumusan masalah ini pula, maka peneliti akan dapat menentukan apa yang menjadi
tujuan penelitian, teori apa yang akan melandasi penelitian, bagaimana hipotesis yang akan
dikemukakan, dan metode apa yang aka digunakan untuk melakukan penelitiam.

J. Permasalahan Penelitian dalam Metode Kuantitatif


Permasalahan: hal yang menjadikan masalah; hal yang dimasalahkan; persoalan
pertanyaan berarti sesuatu yang ditanyakan; soal; permintaan keterangan; perbuatan
bertanya. Masalah adalah faktor yang dapat menyebabkan tidak tercapainya tujuan.
1. Bagaimana Memilih Masalah Penelitian
a. Analisis literatur, merupakan publikasi hasil penelitianyang relevan, rekomendasi
tindak lanjut hasil penelitian.
b. Kerja dan kontrak profesional bidang keilmuan, forum-forum ilmiah.
c. Pernyataan pemegang otoritas, baik ilmuan maupun birokrasi.
d. Penamatan sepintas atas suatu kejadian atau peristiwa tertentu.
e. Pengalaman pribadi peneliti dalam bidang tertentu yang menarik untuk diteliti.

2. Beberapa Pertimbangan dalam Pemilihan Masalah


a. Pertimbangan ilmiah
b. Pertimbangan nonilmiah
c. Pertimbangan dari sudut pandang peneliti
Beberapa ciri khusus masalah penelitian adalah sebagai berikut:
a. Masalah penelitian hendaknya dapa mencerminkan kebutuhan yang dirasakan.
b. Masalah penelitian merupakan kenyataan yang betul-betul ada dan merupakan hasil
proses identifikasi masalah.
c. Masalah penelitian relevan, dalam arti merupakan permasalahan yang betul-betul
baru dan dapat dilaksanakan dengan baik dan benar.

3. Perumusan Masalah Penelitian


a. Merumuskan masalah berarti mendeskripsikan dengan jelas masalah yang dihadapi.
b. Perumusan masalah merupakan proses penyederhanaan maslah yang rumit dan
kompleks, menjadi masalah yang dapat diteliti.
c. Perumusan masalah adalah merumuskan kaitan-kaitan antara kesenjangan
pengetahuan ilmiah atau teknologi yang diteliti dengan kesenjangan pengetahuan
ilmiah yang lebih luas.
d. Rumusan masalah penelitian biasanya terdiri dari beberapa kalimat pertanyaan yang
dibuat secara jelas dan tegas yang dapat mengarahkan solusi atau alternatif
solusinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan masalah penelitian
adalah sebagai berikut:
a. Rumusan masalah dinyatakan secara singkat, jelas, dan padat.
b. Rumusan masalah akan lebih baik jika menggunakan kalimat tanya.
c. Rumusan masalah akan lebih baik jika menghubungkan dua variabel (atau faktor,
atau indikator) atau lebih.
d. Rumusan masalah hendaknya berisi implikasi adanya data untuk pemecahan
masalah.
e. Rumusan masalah hendaknya relevan dengan judul dan perlakuan yang akan diteliti.

4. Sumber Masalah
Masalah dapat juga diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya
dengan apa yang benar-benar terjadi. Stoner (1982: 257) mengemukakan bahwa
masalah-masalah dapat diketahui apabila terjadi hal-hal berikut ini:
a. Terdapat penyimpangan antara pengalaman dengan kenyataan.
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan.
c. Ada pengaduan. Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada masalah,
ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengadukan produk maupun layanan yang
diberikan, maka timbul masalah dalam organisasi itu.
d. Ada kompetisi. Adanya saingan atau kompetisi sering menimbulkan masalah besar,
bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama.
5. Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pertanyaan penelitian - Permasalahan penelitian - Fokus penelitian.
b. Pertanyaan yang harus dijawab melalui penelitian.
c. Pertanyaan penelitian menekankan pada fakta dan pengumpulan informasi.

K. Bentuk Bentuk Masalah Penelitian


1. Permasalahan Deskriptif
Permasalah deskriptif adalah suatu masalah yang berkenaan dengan pertanyaan
terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih (variabel
yang berdiri sendiri). Jadi, dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan
variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubungan variabel itu dengan variabel
yang lain.
2. Permasalahan Komparatif
Permasalah komparatif adalah suatu permasalahan penlitian yang bersifat
membandingkan keberadaan satu variabel atau lebihpada dua atau lebih sampel yang
berbeda.
3. Permasalahan Asosiatif
a. Hubungan Simetris
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang
kebetulan munculnya bersama. Jadi, bukan hubungan kausal maupun interaktif.
b. Hubungan Kausal
Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi, disini ada
variabel independen (variabel yang memengaruhi) dan Dependen (dipengaruhi).
c. Hubungan Interaktif/Resiprokal/Timbal balik
Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling memengaruhi. Disini tidak
diketahui mana variabel independen dan dependen.

L. Variabel Penelitian
1. Pengertian
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat dirumuskan disini bahwa
variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek, atau
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan ditarik kesimpulannya. Jadi, kalau peneliti akan memilih variabel penelitian, baik
yang dimiliki oleh objek orang maupun bidang kegiatan dan keilmuan tertentu, maka
harus ada variasinya. Variabel yang tidak ada variasinya bukan dikatakan sebagai
variabel . Untuk dapat bervariasi, maka penelitian harus didasarkan pada sekelompok
sumber data atau objek yang bervariasi.
2. Macam-Macam Variabel
a. Variabel Independen
Sering disebut juga variabel stimulus / variabel bebas. Variabel bebas adalah
variabel yang memengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel dependen (terikat).
b. Variabel Dependen
Sering disebut sebagai variabel output, kriteria, konsekuen atau variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variabel bebas.
c. Variabel Moderator
Variabel yang memengaruhi (memperkuat dan memparlemen) hubungan
antara variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga sebagai variabel
independen kedua.
d. Variabel Intervening
Variabel yang secara teoretis memengaruhi (memperkuat) hubungan antara
variabel independen dengan dependen, tetapi tidak dapat diamati den diukur.
e. Variabel Kontrol
Variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel
independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Variabel kontrol sering digunakan oleh peneliti, bila akan melakukan penelitian yang
bersifat membandingkan.

3. Contoh-contoh Variabel dalam Penelitan


a. Variabel Independen dan Dependen
Untuk dapat menentukan yang mana variabel independen dan variabel
dependen atau variabel yang lain, harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep
teoritis maupun dari hasil pengamatan yang empiris. Untuk itu, sebelum memilih
variabel apa yang akan diteliti, peneliti perlu melakukan studi pendahuluan terlebih
dahulu pada objek yang diteliti. Oleh karena itu, setelah masalah dapat dipahami
dengan jelas maka peneliti dapat menentukan variabel-variabel penelitiannya.
b. Variabel Moderator
Secara teoritis kalau harga murah, maka akan banya pembelinya, tetapi sering
terjadi penjualan dengan harga murah, tetapi tidak banyak pembelinya. Hal ini tentu
ada variabel moderator yang memengaruhi. Untuk hal ini variabel moderatornya
yang dijual tidak berkualitas atau modelnya sudah usang.
c. Variabel Intervening
Variabel intervening adalah variabel yang memperlemah dan memperkuat
hubungan antara variabel independen dan dependen, tetapi bersifat teoretis, sehingga
tidak teramati dan tidak dapat diukur (kalau variabel moderatornya dapat diukur).
d. Variabel Kontrol
Variabel ini ditetapkan oleh peneliti, jika peneliti ingin mengontrol supaya
variabel di luar yang diteliti tidak memengaruhi hubungan antara variabel
independen dan dependen, atau ingin melakukan penelitian yang bersifat
membandingkan.

BAB 6
LANDASAN TEORETIS, DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN KUANTITATIF, DAN
HIPOTESIS

A. Landasan Teoritis dan Deskripsi Objek Penelitian


Landasan Teoritis yang dimaksud disini adalah teori-teori yang digunakan peneliti untuk
mendukung penelitiannya. Disini peneliti dapat menulis mulai dari teori-teori atau batasan-
batasn tentang fokus masalah sampai dengan faktor pendukungnya.
Dalam kaitannya dengan kegiatan penelitian, maka fungsi teori yang pertama digunakan
untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup variabel yang akan diteliti. Fungsi teori
yang kedua (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan
hipotesis dan menyususn instrumen penelitian karena pada dasarnya hipotesis itu merupakan
pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ketiga (kontrol) digunakan
mencandra/membahas hasil penelitian, dan selanjutnya digunakan untuk memberikan saran
dalam upaya pemecahan masalah.
Dalam proses penelitian seperti yang ditunjukkan terlihat bahwa untuk dapat mengajukan
hipotesis penelitian, maka peneliti harus membaca buku-buku dan hasil penelitian yang relevan,
lengkap, dan mutakhir. Membaca buku adalah prinsip berpikir deduksi dan membaca hasil
penelitian adalah prinsip berpikir induksi. Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi
teori dan kerangka berpikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen
penelitian.

B. Deskripsi Teori
Deskripsi teori dalam suatu penelitian merupakan uraian sistematis tentang teori (dan
bukan sekadar pendapat pakar atau penulis buku) dan hasil-hasil penelitian yang relevan dengan
variabel yang akan diteliti. Berapa jumlah kelompok teori yang perlu dikemukakan/
dideskripsikan, akan bergantung pada luasnya permasalahan dan secara teknis bergantung pada
jumlah variabel yang akan diteliti. Bila dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independen
atau dependen, maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok teori, yaitu
kelompok teori yang berkenaan dengan tiga variabel independen dan satu.

C. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir merupakan sintesis tentang hubungan antar variabel yang disusun dari
berbagai teori yang telah dideskripsikan. Berdasarkan teori-teori yang telah dideskripsikan
tersebut, selanjutnya dianalisis secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesis
tentang hubungan antar variabel yang diteliti..
Selanjutnya Uma Sekaran (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir yang baik,
memuat hal-hal sebagai berikut:
a. Variabel -variabel yang akan diteliti harus dijelaskan.
b. Diskusi dalam kerangka berpikir harus dapat menunjukkan dan menjelaskan
pertautan/hubungan antarvariabel yang diteliti, dan ada teori yang mendasari
c. Diskusi juga harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antarvariabel
itu positif atau negatif, berbentuk simetris kausal atau interaktif (timbal balik).
d. Kerangka berpikir tersebut selanjutnya perlu dinyatakan dalam bentuk diagram
(paradigma penelitian) sehingga pihak lain dapat memahami kerangka berpikir yang
dikemukakan dalam penelitian.

D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Oleh
karena itu, rumusan masalah penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan.
Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,
belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi,
hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoretis terhadap rumusan masalah penelitian,
sebelum jawaban yang empirik.
Penelitian yang merumuskan hipotesis adalah penelitian yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Pada penelitian kualitatif, tidak merumuskan hipotesis, tetapi justru menemukan
hipotesis. Selanjutnya hipotesis tersebut akan diuji oleh peneliti dengan menggunakan
pendekatan kuantitatif.
Contoh hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan daya beli masyarakat (dalam populasi) itu rendah (hipotesis deskriptif).
2. Tidak terdapat perbedaan kemampuan daya beli antara kelompok masyarakat petani dan
nelanyan (dalam populasi itu/hipotesis komparatif).
3. Ada hubungan positif antara penghasilan dengan kemampuan daya beli masyarakat (dalam
populasi itu/hipotesis assosiatif).

Konsep Dasar Perumusan Hipotesis

Sumber masalah
kehidupan sehari-hari

Teori
Penelitian Terdahulu

Perumusan Hipotesis

Instrumen penelitian,
variabel, data

Pengujian Hipotesis

Kesimpulan dan Implikasi

Ciri-ciri hipotesis yang baik adalah sebagai berikut:


1. Dinyatakan dalam kalimat yang tegas.
2. Dapat diuji secara alamiah.
3. Dasar dalam merumuskan hipotesis kuat.

BAB 7
METODE PENELITIAN

A. Pengertian Metode
Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan mengembangkan pengetahuan. Penelitian
merupakan operasionalisasi dari metode yang dilakukan untuk memperoleh pengetahuan
ilmiah atau yang disebut metode ilmiah. Tujuan suatu penelitian adalah untuk memecahkan
suatu masalah.
Metode penelitian adalah metode cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan
data dan informasi mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara kerja, yaitu cara kerja
untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

Proses Deduktif

Kumpulan Menghasilkan Dirumuskan


Teori konsep hipotesis

Tentukan sampel
Proses Deduktif uji Proses Induktif
Induktif Penelitian
Kuantitatif
Buat kesimpulan
yang berlaku
umum

Dalam metode kuantitatif, dianut suatu paradigma bahwa dalam setiap even atau
peristiwa sosial terdapat elemen-elemen tertentu yang berbeda dan dapat berubah. Elemen
elemen yang dimaksud disebut dengan variabel.
1. Pengertian Penelitian Kuantitatif
Pendekatan kuantitatif memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang mempunyai
karakteristik tertentu didalam kehidupan manusia yang dinamakan variabel. Dalam
penekatan kuantitatif, hakikat hubungan diantara variabel variabel dianalisis menggunakan
teori yang objektif.
2. Perumusan Masalah dan Penetuan Metode Penelitian
Salah satu komponen yang sangat penting dan menentukan kualitas sebuah penelitian
ilmiah adalah rumusan masalah. Dalam hal ini yang dimaksud masalah adalah masalah
ilmiah penelitian (scientific research problems). Masalah penelitian inilah yang akan
dipecahkan atau dicarikan solusinya melalui suatu proses penelitian ilmiah. Berbeda dengan
rumusan masalah pada umumnya, seperti laporan proyek, dalam penelitian ilmiah dituntut
untuk memenuhi beberapa kriteria, antara lain: masalah dirumuskan dengan tanda tanya,
sebaiknya hindari kata tanya “sejauh manakah” atau “seberapa besarkah” dan sebagainya.
3. Pengembangan Alat Ukur Non-Test
Pengembangan alat ukur merupakan bagian dari langkah kuantifikasi sebagai dasar
dari pengukuran (measurement) dalam penelitian kuantitatif terhadap setiap variabel yang
dilibatkan dalam penelitian. Pengembangan alat ukur dalam penelitian kuantitatif
merupakan langkah lanjutan setelah dirumuskannya masalah yang mencakup nama-nama
variabel yang akan dipecahkan melalui penelitian, hipotesis, dan penentuan metode
penelitian. Penjelasan mengenai alat ukur yang dalam penelitian ilmiah disbut juga
instrumen dapat dilakukan berdasarkan teori-teori yang membahas tentang variabel tersebut.
4. Sampling dalam Penelitian Kuantitatif
Bagian dari populasi disebut sampel dan cara-cara atau teknik penarikan sampel dari
populasi ini yang disebut sampling.
5. Hipotesis dalam Penelitian Kuantitatif
Pada hakikatnya setiap penelitian kuantitatif dalam ilmu-ilmu sosial menerapkan
filosofi yang disebut deducto hipothetico verifikatif artinya, masalah penelitian dipecahkan
dengan bantuan cara berpikir deduktif melalui pengajuan hipotesis yang dideduksi dari
teori-teori yang bersifat universal dan umum. Jadi, kesimpulan dalam bentuk hipotesis inilah
yang akan diverifikasi secara empiris melalui cara berpikir induktif dengan bantuan statiska
inferensial.
6. Analisis Data Kuantitatif
Lebih khusus mengenai metode analisis dan prinsip pengambilan kesimpulan, Julia
Brannen, ketika menjelakan paradigma kuantitatif dan kualitatif, mengungkapkan paradigma
penelitian kuantitatif dari dua aspek penting, yaitu: bahwa penelitian kuantitatif
menggunakan enumerative induction dan cenderung generalisasi (generalization).
7. Tahap Pelaporan Penelitian kuantitatif
Susunan Metode Ilmiah

1. Pendahuluan Indikasi masalah


Latar belakang, Masalah Penelitian,
Keterbatasan , Definisi Istilah.
1. Landasan Teori Perumusan hipotesis
Tinjauan pustaka, tinjauan studi,
kerangka konsep, hipotesis
2. Metodologi Prosedur pengujian hipotesis
Metode penelitian, sampling, metode
pengumpulan data, instrumen, dan
teknik analisis

3. Analisis dan Interpretasi


4. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan dan saran dari
penelitian

Merujuk pada pendapat Danim (2002), diketahui bahwa yang termasuk ke dalam
jenis penelitian kuantitatif antara lain: Penelitian deskriptif, penelitian perkembangan,
penelitian tindakan, penelitian perbandingan kausal, penelitian korelasional, dan penelitian
eksperimental. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat penjelasan secara
sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.

B. Penelitian Tindakan dan Pengembangan


Penelitian tindakan dan penelitian pengembangan seperti termasuk di dalamnya adalah
penelitian dengan metode R&D (Research Developmnent) termasuk ke dalam kelompok
penelitian dengan paradigma kuantitatif. Penelitian tindakan merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien sehingga biaya produksi
dapat ditekan dan produktivitas lembaga dapat meningkat. Penelitian melibatkan peneliti dan
karyawan untuk mengkaji bersama-sama tentang kelemahan dan kebaikan prosedur kerja,
metode kerja dan alat-alat kerja yang digunakan selama ini dan selanjutnya mendapatkan
metode kerja baru yang dipandang paling efisien. Metode kerja baru tersebut kemudian
dicobakan, dievaluasi secara terus menerus dalam pelaksanaannya sampai ditemukan metode
yang paling efisien untuk dilaksanakan.
BAB 8
POPULASI, TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN KUANTITATIF

A. Populasi
Satu penelitian tentunya memiliki keterbatasan dalam menghadirkan sumber informasi
atau subjek peneltian. Selain itu, penelitian yang hasilnya dapat digenerlisasi tentunya memiliki
perjalanan proses pengambilan sampel yang proporsional sehingga kesimpulannya dapat
digeneralisasikan. Siapa saja yang akan diteliti dan berapa banyak (populasi) dan siapa saja
yang menjadi sasaran langsung pengumpulan data (sample atau responden). Dengan demikian,
yang dimaksud sumber data dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas.

B. Teknik Sampling
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada
populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang
dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa
dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun, karena sesuatu hal peneliti bisa
tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukaxmya adalah meneliti sebagian
dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipencaya dalam
artian masih bisa mewakili kalakteristik populasi, maka cara penarikan sampelnya harus
dilakukan secara saksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau
teknik pengambilan sampel.

C. Syarat Sampel yang Baik


Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin
karakteristik populasi. Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan:
Pertama: Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan "bias" (kekeliuran) dalam
sampel. Dengan kata lain, makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin
akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya "bias" atau kekeliruan adalah populasi.
Kedua: Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi
estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karalderistik
populasi. Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya.
Oleh karena itu, dalam setiap penarikan samml senantiasa melekat kesalahan kesalahan, yang
dikenal dengan nama “sampling error". Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error).
Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan
simpangan baku dari populasi, makin tinggi pula tingkat presisinya.

D. Ukuran Sample
Ukuran Sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting
manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis
kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan
menjadi nomor satu karena yang dipentingkan adalah kekayaan informasi. Walaupun
jumlahnya sedikit, jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.

E. Teknik-Teknik Pengambilan Sampel


Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random
Sampling/probability Sampling dan sampel tidak acak atau nonrandom
Sampling/nonprobability Sampling;
Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang
sama untuk diambil pada setiap elemen populasi. Sedangkan nonrandom sampling atau
nonprobability sampling adalah setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang
sama untuk dijadikan sampel.
Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika
peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau ,
istilahnya adalah melakukan generalisasi, maka seharusnya sampel representatif dan diambil
secara acak. Namun, jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil
penelitian. maka sampel bisa diambil secara tidak acak.

F. Desain, Prosedur, dan Rumus Teknik Sampling


1. Desain Sampling
Seorang peneliti dengan paham positivistik atau objektif (kuantitatif) dalam
melakukan pemilihan sampel harus dimulai dari suatu kebutuhan dan desain yang jelas.
Biasanya para peneliti banyak sekali mengalami keraguan ketika teknik sampling tidak
dipahaminya sehingga banyak peneliti yang sembarangan menetapkan anggota sampel, apa
pun teknik yang ia lakukan atau gunakan. Fenomena ini banyak dijumpai dalam penelitian
di bidang pendidikan atau sosial.
2. Prosedur Penentuan Sampel
Secara terperinci dijelaskan bahwa seorang peneliti dengan pendekatan kuantitatif,
seyogianya mempu mencermati dan menerapkan tahapan dalam penentuan sampel,
sebagaimana yang terlihat pada tabel berikut ini.

Identifikasi populasi target

Memilih Kerangka Sampel

Menentukan Metode Pemilihan Sampel

Merencanakan Prosedur Pemilihan Unit Sampel

Menentukan Ukuran Sampel

Menentukan Unit Sampel

Pelaksaan Kerja Lapangan

Prosedur Penentuan Unit Sampel


3. Pedoman Rumus Teknik Sampling
a. Pendapat Slovin
N
n=
1+ N e 2
b. Interval Penaksiran
Untuk menaksir parameter rata-rata ml
2
Z∝ /2 δ
n= ( e )
Untuk menaksir parameter preporsi P

Z∝ /2 pq
n= ( e2 )
c. Pendekatan Isac Michel
Untuk menentukan sampel untuk menaksir parameter rata-rata v
N Z2 S2
n=
Nd 2+ Z 2 S 2

Diagram Pemetaan Teknik Pengambilan Sampel


Teknik Sampling

Probability NonProbability
Sampling Sampling

Simple Random Sampling Convinience Sampling


Stratified Random Sampling
Propootional Purposive Sampling
Dispropotional Judgment Sampling
Quota Samplng
Snowball Sampling

BAB 9
TEKNIK PENGUMPULAN, PENGOLAHAN, DAN ANALISIS DATA DALAM
PENELITIAN KUANTITATIF

A. Teknik Pengumpulan Data


1. Teknik Pengumpulan Data dengan Angket/Kuesioner
Sebelum menjelaskan alat-alat pengumpul data dengan menggunakan
angke/kuesioner, ada baiknya kalau terlebih dahulu dijelaskan tentang kisi-kisi yang
merupakan pedoman bagi si peneliti dalam menyusun alat pengumpul datanya.
Tabel Kisi-Kisi Kuesioner

No. Aspek Dimensi Sumber Responden


1. Membaca Intonasi Turis asing
    Kecepatan Turis domestik
    Tata Bahasa  
2.   Kerapian Pedagang
    Keterbacaan Perajin
Atas dasar kisi-kisi tersebut, maka pertanyaan-pertanyaan yang akan digunakan
untuk mengumpulkan data yang sebenarnya disusun, selanjutnya tentang seluk-beluk
tiap-tiap jenis alat pengumpul data tersebut dapat diikuti pada uraian berikut ini. Dalam
penelitian dikenal beberapa jenis kuesioner, antar lain sebagai berikut.
Pertama, kuesioner tertutup. Dalam kuesioner ini tugas responden adalah memilih
satu atau lebih kemungkinan-kemungkinan jawaban yang telah disediakan.
Kedua, kuesioner terbuka. Kuesioner terbuka ini berupa pertanyaan-pertanyaan
bebas yang memberi kebebasan pula kepada responden untuk menjawabnya
Ketiga, kuesioner campuran. Kuesioner ini merupakan gabungan dari kuesioner
sebelumnya. Dalam kuesioner campuran ini, di samping telah ada kemungkinan-
kemungkinan jawaban yang tersedia, disediakan pula titik-titik kososng untuk
menampung kemungkinan-kemungkinan jawaban yang belum tersedia.
Keunggulan-keunggulan kuesioner terbuka adalah muda disusun, responden dapat
dengan leluasa mengutarakan gagasan-gagasan atau pengalaman-pengalamannya, dapat
menampung hal-hal yang mungkin tidak diketahui peneliti, dan dapat mengumpulkan
data lebih mendalam dan lebih terperinci.
Kelemahan-kelemahannya adalah jika responden tidak tahu permasalahannya,
maka data yang diperoleh peneliti tidak ada artinya sama sekali, apalagi kalau
menjawabnya dengan dikarang-karang saja. Di samping itu, untuk menjawabnya
menyita waktu lebih lama dan memberikan beban kerja kepada responden, dan yang
terakhir adalah kuosioner terbuka ini sulit menganalisanya.
Jika kuesioner terbuka mengandung keungulan dan kelemahan, kuosioner tertutup
pun tidak lepas dari keunggulan dan kelemahan seperti itu. Keungulan-keunggulannya
adalah mudah dijawab, tidak membutuhkan banyak waktu untuk menjawabnya, tidak
membebani responden terlalu bera, mudah dianalisis, dan tidak akan terjadi jawaban
yang menyimpang.
2. Teknik Pengumpulan Data dengan Pedoman Wawancara
Dalam teknik ini dikenal adanya dua macam pedoman wawancara, yakni wawancara
berstruktur dan tidak berstruktur. Dalam wawancara berstruktur, pewawancara sudah
mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah dipersiapkan terlebih dahulu.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat berupa pokok-pokok persoalan saja, kuesioner tertutup,
kuesioner terbuka, kuesioner campuran, atau esai bebas. Sedangkan dalam wawancara tidak
berstruktur, pewawancara tidak menggunakan pertanyaan-pertanyaan tertulis yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu, melainkan langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan secara
lisan kepada responden dan mencatat jawabannya secara langsung pula.
3. Teknik Pengumpulan Data dengan Lembaran Pengamatan/Observasi
Teknik dengan menggunakan Lembaran Pengamatan ini dilakukan dengan
menggunakan format yang mudah diisi dan mudah dianalisis.
4. Teknik Pengumpulan Data melalui Studi Dokumentasi
Tahap paling awal dari penelitian perpustakaan adalah menjajagi ada tidaknya buku-
buku atau sumber tertulis lainnya yang relevan dengan judul skripsi yang akan disusunnya.
Relevan di sini tidak selalu berarti mempunyai judul yang sama dengan judul skripsi, tetapi
relevan di sini adalah bahwa buku-buku tersebut mengandung isi yang dapat menunjang teori-
teori yang akan ditelaah dalam skripsi. Tahap kedua adalah menelaah isi buku. Pada tahap ini
yang harus dilakukan adalah menandai bab-bab yang sekiranya mempunyai kaitan langsung
dengan ini skripsi yang akan disusun. Tahap ketiga adalah menelaah “Indeks”, yaitu daftar
yang menjelaskan di halaman berapa saja sesuatu hal dibahas atau nama seseorang yan
karyanya dikutip itu tercantum. Tahap terakhir adalah mengutip bagian-bagian penting yang
bertalian erat dengan skripsi yang akan ditulis. Perlu diketahui oleh para mahasiswa
khususnya, bahwa pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang dapat membosankan dan terasa
sulit. Oleh sebab itu, pekerjaan ini memerlukan disiplin diri dan motif yang kuat serta,
ketekunan yang tinggi.
5. Teknik Pengumpulan Data dengan Analisis Isi
Teknik ini dilakukan dengan cara mendengarkan, merekam, dan mencatat secara
langsung tentang apa yang dibicarakan atau mengenai masalah yang akan diteliti.
6. Teknik Pengumpulan Data dengan Tes Proyeksi
Teknik ini dilakukan dengan didasarkan pada anggapan bahwa apa yang dilakukan
subjek dengan bahan tes mengungkapkan sesuatu tentang subjek tersebut yang bersedia untuk
mengungkapkannya.

B. Teknik Pengolahan/Analisis Data


Pada bagian ini dijelaskan tentang teknik analisis fakta yang akan digunakan oleh si
peneliti besereta alasannya. Tentunya alasan ini selalu dikaitkan dengan perumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, sifat data, dan yang tidak kurang penting adalah dikaitkan dengan
kemampuan peneliti, bik kemampuan akademis, keuangan, maupun waktu yang tersedia serta
analisis statistik yang dibutuhkan.
Bagi data kuantitatif tentu saja tekniknya adalah statistik. Apabila analisis yang
digunakan adalah analisis statistik, hendaknya disebutkan metode dan jenis statistiknya.
Berbicara tentang metode, misalnya deskriptif atau inferensial, sedangkan berbicara tentang
jenis statistiknya, misalnya persen, rata-rata, kolerasi, analisis varians, atau yang lain.
Jika hubungan yang terjadi antar variabel bersifat kausal atau pengaruh, maka data
kualitatif yang diperoleh dari alat pengumpul data berupa angket, wawancara, dan sejenisnya
dapat dianalisis dengan teknik kuantifikasi. Langkah-langkanya sebagai berikut : (1) seleksi
instrumen yang layak diolah datanya; (2) pengolahan data dengan cara tabulasi, presentase, dan
sejenisnya; (3) melakukan penskalaan dari bobot alternatif jawaban menjadi skala interval; (4)
melakukan analisis dengan metode statistika meliputi (rata-rata; simpangan baku; varians,
sampai pada statistik uji untuk pengujian hipotesis yang diajukan)

C. Penerapan Statistika
1. Konsep Dasar
Ada dua macam statistika, yaitu statistika deskriptif dan statistika inferensial.
Statistika deskriptif berkenaan dengan deskripsi data, misalnya dari menghitung rata-rata
dan varians dari data mentah: medeskripsikan menggunakan tabel-tabel atau grafik sehingga
data mentah lebih mudah dibaca dan lebih bermakna. Statistika inferensial lebih dari itu,
misalnya melakukan pengujian hipotesis, melakukan prediksi observasi masa depan, atau
membuat model regresi.
2. Metode Statistika
Tujuan umum bagi suatu penelitian berbasis statistika adalah menyelidiki hubungan
sebab akibat, dan lebih khusus dan menarik suatu simpulan akan perubahan yang timbul
pada peubah penjelas atau terdapat dua jenis utama penelitian, yaitu eksperimen dan survei.
Keduanya sama-sama medalami pengaruh perubahan pada peubah penjelas dan perilaku
peubah respons akibat perubahan itu. Beda keduanya terletak pada bagaimana kajiannya
dilakukan.
3. Tipe Pengukuran
Ada empat tipe pengukuran atau skala pengukuran yang digunakan dalam statistika,
yakni nominal, ordinal, interval, dan rasio. Keempat skala pengukuran tersebut memiliki
tingkat penggunaan yang berbeda dalam riset dan statistik.
4. Teknik-Teknik Statistika
Beberapa pengujian dan prosedur dan banyak digunakan dalam penelitian, antara lain:
 Analisis regresi dan korelasi
 Analisis varians
 Khi-kuadrat
 Uji t-student

D. Aplikasi Statistika dalam Penelitian Kuantitatif


1. Distribusi Frekuensi
2. Cross-tabulation
3. Korelasi
3. Regresi
4. T-test
5. F-test
6. Analisis Validitas
7. Analisis Reliabilitas Internal

BAB 10
PEMBAHASAN HASIL DAN KESIMPULAN
PENELITIAN KUANTITATIF

A. Merumuskan Simpulan Pada Bab Terakhir


Pertama, terlepasnya kaitan dari judul penelitian dan tujuan penelitian. Kedua, isinya
yang tidak lain hanya merupakan pengulangan apa yang sudah dikemukakan pada bab-bab
sebelumnya. Pada dasaranya penulisan kesimpulan dala suatu hasil penelitain baik kualitatif
maupun kuntitatif bermaksud menyajikan data empirik secara lebih mudah untuk di pahami
oleh pembaca sebagai suatu hasil hasil di lapangan. Untuk kepentingan tersebut, maka
kesimpulan harus di deskripsikan dengan sederhana dan mudah di baca tanpa terkecuali ada
bahasa perhitungan analis statistik.

B. Saran-Saran
Kalimat dalam saran yang dirumuskan oleh peneliti dikembangkan berdasarkan hasil
kesimpulan yang telah diperoleh saran ditulis secara tegas dan ditunjukkan kepada berbagai
pihak saran biasanya di tunjukkan untuk kepentingan sebagai berikut.
a. Pengembangan keilmuan yang dimaksud seperti berfungsi dalam pengembangan suatu
teori atau pengujian suatu teori, pemetaan suatu teori atau pembentuka teori baru, dan
mungkin pembentukan suatu dalil, dan konsep baru.
b. Pengembangan dan pemberdayaan kembali atau lebih tajam sebagai input dari pihak
lembaga, instansi, organisasi, yayasan, proyek, bahkan mungkin pemerintahan dalam
menunjukan kembali apa yang harus di lakukan sehubungan dengan hasil penelitian.
c. Pengembangan, penyempurnaan, tindak lanjut serta pengujian yang lebih kaya lagi
terhadap faktor-faktor yang belum terjangkau (teranalisis) oleh peneliti saran ini terutama
bisa di tunjukkan kepada peneliti selanjutnya.

C. Rekomendasi
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka, pada akhir bab biasanya dirumuskan juga
rekomendasi selain saran-saran,bentuk rekomendasi ini di tunjukan guna melakukan diseminasi
atau penerapan atau hasil temuan penelitian yang telah dilakukan. Beberapa rekomendasi
biasanya dirumuskan setelah beberapa temuan atas dasar uji hipotesis temuannya cukup
signifikan. Rekomendasi biasanya juga ditunjukan pada aspek-aspek penerapan prosedur
tertentu dari temuan-temuan yang di peroleh para peneliti.

BAB 11
SEBUAH REFLEKSI TENTANG PENELITIAN KUANTITATIF

A. Pendahuluan
Penulis lebih cenderung untuk mengkaji dan mengembangkan analisis teoritis secara
lebih luas, terutama pada masalah perlakuan, dan analisis data serta generalisasi kesimpulan
sebagai hasil dari analisis data penelitian. Hal ini dapat dilihat dari sudut mana dan bagaimana
data penelitian akan dianalisis dengan metode statistiknya.

B. Hubungan Antara Ilmu dan Eksplanasi Data


1. Hakikat “Ilmu”
Sebagaimana diulas di atas bahwa yang dimaksud dengan ilmu, yaitu cabang dari
pengetahuan yang memiliki ciri tertentu. Secara metodologi ilmu tidaklah membedakan
antara ilmu alam dan ilmu social. (Judistira K. Garna, 1999:4). Dalam batas-batas kajian
tertentu Ilmu memiliki obyek material terbatas yang dalam prosesnya ilmu akan berhadapan
dengan fakta-fakta yang memerlukan elaborasi tertentu (Judistira K. Garna, 1996:4). Dalam
kaitannya dengan hal tersebut, maka ilmu memerlukan operasional sehingga bukan hanya
sebagai sarana berpikir saja, tetapi memiliki struktur serta prosedur tertentu.
2. Hakikat Eksplanasi Data
Hakikat dari “Eksplanasi Data” pada dasarnya merupakan suatu proses penjabaran,
penguraian, dan pendeskripsian rangkaian data baik berupa fakta-fakta, fenomena-fenomena
kehidupan, serta pengalaman hidupmanusia dalam bentuk data informasi sebagai masukan
dalam upaya pembentukan suatu tinjauan terhadap kebenaran ilmu dalam memecahkan
masalah hidup manusia. Eksplanasi data itu sendiri erat kaitannya dengan proses analisis
data dalam penelitian ilmiah untuk menemukan dan menguji suatu ilmu sebagai elaborasi
dari perkembangan ilmu pengtahuan tentang penelitian itu sendiri.
3. Hubungan Antara Keduanya
Hubungan antara kedua konsep tersebut menunjukan bahwa dari sudut pandang ilmu
menunjukan adanya suatu unsur proses dalam hal ini kajian tentang kebenaran dari suatu
ilmu memerlukan suatu proses pendefinisian dari konsep-konsep yang mendukung
ditemukannya kebenaran.

C. Hubungan Antara Filsafat Ilmu dengan Analisis Prosedur atau Logika Eksplanasi
1. Hakikat Filsafat Ilmu
Filsafat ilmu adalah bagian dari filsafat pengetahuan, yang secara spesifik melakukan
kajian tentang hakikat ilmu atau pengetahuan ilmiah (Judistira K. Garna 1999:4). Filsafat
ilmu dipandang juga sebagai suatu studi tentang masalah eksplanasi.
2. Hakikat Analisis Prosedur atau Logika Eksplanasi
Hakikat analisis prosedur atau logika eksplanasi tak lain merupakan suatu penjelasan
atau penjabaran dari proses atau alur suatu analisis terhadap ilmu, sebagaimana kita lihat
bahwa secara analisis prosedur, ilmu pengetahuan berada pada tahapan pertama menghadapi
fakta.
3. Hubungan Antara Keduanya
a. Filsafat ilmu yang melakukan kajian tentang hakikat ilmu memerlukan suatu logika
eksplanasi yang memenuhi persyaratan dalam proses berpikir menurut struktur keilmuan
yang sedang dikaji itu sendiri.
b. Pandangan filsafat sebagai suatu studi tentang eksplanasi menunjukan bahwa eksplanasi
yang bagaimana yang harus dilakukan.
c. Filsafat ilmu merupakan filsafat yang menyelidiki struktur ilmu, yaitu metode dan bentuk
pengetahuan ilmiah secara makna teoretis dan praktis dari ilmu.
d. Filsafat juga dipandang sebagai suatu studi tentang eksplanasi, maka hubungannya
dengan logika eksplanasi terletak pada tujuan dari proses studi eksplanasi itu dengan hasil
berpikir (logika) sesuai dengan kemampuan manusia itu sendiri.
Kesimpulannya bahwa hubungan kedua konsep di atas cenderung saling melengkapi
dalam proses kerjanya (prosedural) dengan maksud dan tujuan memperoleh suatu hasil
pemikiran yang baru dan dapat diterima logika berpikir manusia tentang suatu ilmu yang
memiliki struktur tertentu.

D. Tinjauan dengan Memperhatikan Fokus Kajian pada Variabel atau Proses Interaktif dan
Peristiwa
1. Tinjauan dengan Memperhatikan Aspek “Bebas Nilai-Nilai atau Ditunjukan”
Pada dasarnya semua penelitian tidak akan terlepas dari nilai-nilai, baik itu nilai sosial,
etika, praktis, dan aplikatif. Demikian juga dengan pendekatan penelitian kualitatif dan
kuantitatif. Sebagaimana telah dijelaskan dalam uraian diatas mengenai kebersamaan atau
keterkaitan antara keduanya dari sudut proses, teori dan generalisasi hasil penelitian, maka
tinjauan penulis terhadap tinjauan yang memperhatikan aspek bebas nilai atau ditunjukan
adalah benar.
2. Tinjauan dengan Memperhatikan Aspek “Analisis Stastik atau Tematik”
Tinjauan kritis yang berangkat dari pemikiran terhadap pokok masalah suatu
penelitian yang menerapkan metode kualitatif dan kuantitatif akan memerlukan suatu
analisis data. Dalam hal ini data tersebut diperoleh melalui alat instrumen pengumpul data.
Kedua metode tersebut dapat berlaku sebagai sumber dugaan sementara atau hipotesis yang
akan diuji dengan pendekatan kuantitatif. Adapun pemakaian kedua adalah dalam
pengembangan dan pemanduan instrumen-instrumen penelitian kuesioner, skala sikap, dan
indeks. Pemakaian ketiga dan sering kali samar-samar peran keduanya adalah dalam
interpretasi dan klasifikasi data- data kuantitatif.

BAB 12
PERBANDINGAN PENDEKATAN KUANTITATIF-KUALITATIF

A. Riset Kuantitatif
1. Dasar Filosofis
Telaah awal, penulis mencoba untuk memben'kan beberapa kajian mengenai istilah-istilah
yang familier dengan kalangan peneliti terutama dari aspek filsafat ilmu.
a. Aksioma ontologis, menunjukkan pengkajian terhadap hakikat kenyataan yang
dipandang sebagai sesuatu yang tunggal dapat diamati, dan dapat dipilah-pilah.
b. Aksioma epistemologis, penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang mengetahui dan
objek yang diketahui adalah bebas, berdiri sendiri, dualisme.
c. Aksioma logikal, bahwa generalisasi-generalisasi yang tidak bergantung pada waktu
dan konteks atau pemyataan-pemyataan nomotetis adalah mungkin dapat dicapai dalam
penelitian. Ada hubungan sebab akibat yang nyata, ada hal-hal temporer yang
mendahului dari hal-hal yang menjadi akibat, atau serempak berlangsung ada hubungan
sebab-akibat.
d. Aksioma aksiologis, penelitian bebas dari nilai-nilai yang berlaku.
2. Aflliasi
a. Teori, dalam pendekatan ini mencakup hal-hal yang bersifat realisme, positivisme,
empirisme logika (neopositivisme), fungsionalisme struktural, behaviorisme, teori sistem.
b. Ilmu, ilmu yang dijadikan bidang kajian, atau alat (pisau analisis) dalam penelitian
kuantitatif ini meliputi ilmu kealaman: psikologi, ilmu ekonomi, sosiologi, dan ilmu
politik.
c. Karakteristik umum, meliputi kajian yang menghendaki adanya rekayasa situasi yang
akan diteliti, dengan terencana memberikan perlakukan (treatment) tertentu, untuk
mengetahui akibat-akibatnya.
3. Karakteristik Umum
a. Menghendaki adanya rekayasa situasi yang akan diteliti, dengan terencana memberikan
perlakuan untuk mengetahui akibat-akibatnya.
b. Mempergunakan metode eksperimen yang dilakukan secara terencana, sistematik, dan
terkontrol, baik dalam bentuk desain fungsional maupun faktorial.
c. Objeknya lebih tertuju pada hasil atau akibat-akibat yang ditimbulkan oleh perlakuan
yang direncanakan. Menghendaki prosedur pengumpulan data melalui observasi
sistematis untuk pembuktian hipotesis yang dideduksi dari dalil-dalil atau teori melalui
prosedur statistik inferensial (hypotetico observational procedure).
d. Bertujuan memperoleh penemuan-penemuan yang berupa teori baru atau perbaikan teori,
deskriptif statistik, penggambamn hubungan antara variabel-variabel, dan prediksi.
4. Karateristik Khusus
Karakteristik khusus ini akan ditinjau dari sudut-sudut berikut ini:
a. Desain Riset
b. Implementasi
c. Laporan

B. Riset Kualitatif
1. Dasar Filosofis
Telaah ini pada dasarnya sama dengan apa yang penulis jabarkan untuk memberikan
beberapa kajian mengenai istilah-istilah yang familier dengan kalangan peneliti terutama
dari aspek filsafat ilmu di atas.
a. Aksioma ontologis, menunjukkan pengkajian telrhadap hakikat kenyataan adalah jamak,
terstruktur, dan holistik.
b. Aksioma epistemologis, penelitian ini menunjukkan bahwa subjek yang mengetahui dan
objek yang diketahui mempunyai hubungan yang bersifat interaktif, dan tidak dapat
dipisahkan.
c. Aksioma logikal, bahwa hanya hipotesis-hipotesis kerja yang bergantung pada waktu
dan konteks atau pemyataan-pemyataan ideografislah yang mungkin dapat dicapai
dalam penelitian.
d. Aksioma aksiologis, penelitian bersatu padu dengan nilai-nilai yang berlaku.
2. Afiliasi
a. Teori, dalam pendekatan ini mencakup hal-hal yang bersifat idealisme, fenomenologis,
etnometodologi, interaksi simbolik, dan teori kebudayaan.
b. Ilmu, ilmu yang dijadikan bidang kajian, atau alat (pisau analisis) dalam penelitian
kualitatif ini meliputi antropologi, sosiologi, dan sejarah.
3. Karakteristik Umum
a. Menghendaki situasi alamiah sebagaimana adanya, tidak ada pengubahan, dan peneliti
sebagai alat penelitian utama.
b. Bersifat deskriptif, data yang dikumpulkan lebih bersifat kata-kata atau gambar-gambar
daripada angka-angka.
c. Objeknya lebih tertuju pada proses atau rangkaian kegiatan daripada hasil.
d. Menghendaki analisis data secara induktif untuk menyusun teori yang diangkat dari
bawah atau “the grounded theory".
e. Bertujuan mengenali makna peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari, dalam bentuk penggambaran konsep-konsep yang bersifat penghayatan, kenyataan-
kenyataan yang bersifat jamak, dan pemahaman.
4. Karateristik Khusus
Karakteristik khusus ini akan ditinjau dari sudut berikut ini.
a. Desain Riset
b. lmplementasi
c. Laporan
5. Pendukung
Dari sudut pandang ini pendekatan kuantitatif telah didukung oleh beberapa tokoh riset.

C. Telaah Metodologi Penelitian Berdasarkan Paham Positivisme


Dalam perkembangan dunia keilmuan yang lengkap dengan syarat pengembangannya
melalui riset yang harus dilakukan, maka para ilmuwan seyogianya mampu memahami dan
mengimplementasikan beberapa pendekatan dalam metodologi penelitian yang berkembang
sampai dasawarsa ini. Pemahaman akan pendekatan metodologi penelitian dalam
pengembangan ilmu itu adalah untuk pengujian teori dari ilmu-ilmu tertentu ataupun Untuk
membangun sebuah teori baru dari ilmu-ilmu tertentu. Berikut ini penulis paparkan mengenai
dua buah pendekatan yang cukup banyak mewarnai perkembangan penelitian-penelitian
modern saat ini.
Tabel Perbedaan Metodologi
Aliran/Paham yang melandasi Aliran/Paham yang melandasi
Metodologi Penelitian Kualitatif Metodologi Penelitian Kuantitatif
1. Idealisme. 1. Rasionalisme (Descartes).
2. Fenomenologis. 2. Positivisme.
3. Etnometodologis. 3. Empiris Logika.
4. Interaksi simbolik. 4. Fungsionalisme Struktural.
5. Naturalisme. 5. Behaviorisme.
6. Empirisme ilmiah. 6. Deduktif (Jevons).
7. Fungsionalisme Ilmiah. 7. Skeptisisme (Pyrrho).
8. Induktif (Mill). 8. Sofisme.
9. Fenomenologis (Husserl). 9. Modernisme.
10. Post Positivisme.
11. Postmodernism.

Berdasarkan tabel di atas, sangat jelas bahwa dari karakteristiknya kedua pendekatan
tersebut memiliki bidang garapan yang berbeda, tetapi dalam praktiknya kadang saling
melengkapi.
1. Paham Positivisme
Seperti telah diungkapkan di atas nyatanya kaitan Filkom dengan Metodologi Penelitian
sudah jelas, yaitu dalam proses verifikasi, terutama terhadap proposisi-proposisi ilmiah.
Proposisi ilmiah inilah yang diuji melalui proses verifikasi data. Menurut paham positivisme
proses ini disebut juga proses pengujian teori (yang tiada lain terdapat dalam hipotesis-
hipotesis penelitian) melalui data empirik yang dikumpulkan dengan bantuan alat (statistik,
matematika, bahasa dan sejenisnya). Proses pengujian proposisi dalam bentuk hipotesis ini
dilakukan juga pada lingkup kajian (analisis area) Filsafat Komunikasi, terutama dalam
pencarian model-model, teori komunikasi. Teori-teori ini melalui metodologi pcnelitian tadi
diuji mulai dari meta teori, hipotesis, deskriptif, dan hal-hal yang terdapat dalam komunikasi
yang ditinjau dari sudut epistemologi, ontologi, perspektif, dan aksiologi sampai
ditemukannya model-model pemikiran baru.
2. Analisis Syarat Pendekatan Penelitian Berdasarkan Perbedaannya
Ciri Kuantitatif (Positivistik) adalah sebagai berikut.
a. Melakukan ubahan-ubahan variabel (X, Y dan Z).
b. Pengamatan sempit bergantung pada ubahan-ubahan variabel tersebut.
c. Pertanyaan penelitian ditujukan untuk bisa dirumuskan dalam bentuk hipotesis penelitian
dan hipotesis statistik.
d. Pertanyaan penelitian jelas mengukur hubungan kausal antarvariabel yang diteliti.
e. Dilakukan teknik sampling (random, cluster, stratum, dan sejenisnya).
f. Data berukuran interval, yaitu memiliki bantasan satuan pengukuran yang jelas dalam
bentuk digit hitungan ukuran tertentu seperti l, 2, 3, dan seterusnya.
g. Analisis data bisanya dilakukan dengan pendekatan statistik parametrik dengan korelasi,
regresi, uji-t, dan sejenisnya.
h. Instrumen yang digunakan biasanya angket, alat tes, alat ukur dengan satuan tertentu,
menggunakan alat bantu ukur dengan satuan-satuan yang bisa diamati.
i. Peneliti tidak terjun langsung ke dalam fenomena masalah yang diukur di lapangan.
j. Waktu pelaksanaan cenderung singkat.

BAB 13
PENYUSUNAN RANCANGAN PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Dalam bagian ini dirumuskan tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian yang
bersangkutan.
2. Alasan Memilih Masalah
Pada bagian ini dibahas alasan-alasan yang mendasari pemilihan masalah. Alasan-alasan
tersebut sebaiknya berupa data hasil penelitian pendahuluan atau data yang didapat dari
orang lain yang sedemikian menyakinkan sehingga cukup kuat untuk dijadikan alasan.
3. Perumusan dan Pembatasan Masalah
a. Perumusan Masalah
Masalah yang diteliti oleh si peneliti lazimnya dirumuskan dalam kalimat bertanya.
b. Pembatasan Masalah
Sampai seberapa luas dan mendalam Masalah yang diteliti dan dibahas.
4. Identifikasi Variabel
Identifikasi variabel wajib dilakukan oleh peneliti menggunakan metode eksperimental
dan mencantukan hipotesis pada rancangan penelitiannya.
5. Daerah Lingkup Penelitian
Pada bagian ini dijelaskan didaerah mana penelitian itu akan dilaksanakan (Jika
Penelitian lapangan), atau buku-buku apa saja yang akan ditelaah (Jika penelitian
perpustakaan murni). Bagi penelitian lapangan hendaknya disebutkan alasan peneliti
mengambil daerah lingkup penelitian tersebut, sedangkan bagi penelitian perpustakaan
murni hendaknya disertakan rangkuman buku-buku atau bahan-bahan tersebut adalah
sebagai berikut.
6. Populasi atau Sampel Penelitian
Siapa saja yang akan diteliti dan berapa banyaknya (populasi), serta siapa saja yang
menjadi sasaran langsung pengumpulan data (sampel atau responden). Apabila
skripsi/tesis/disertasi ditulis berdasarkan penelitian perpustakaan murni, maka pada bagian
ini dijelaskan penelitian perpustakaan murni, maka pada bagian ini dijelaskan bab-bab atau
bagian mana saja dari buku-buku dan atau sumber-sumber tertulis lainnya itu yang akan
dijadikan sumber data.
7. Metode Penelitian
Bagian ini menjelaskan metode penelitian yang digunakan, diantaranya:
Pertama, Metode Normatif yaitu Metode peneliatian yang dipergunakan dalam
penelitian perpustakaan murni. Dikatakan normative karena dalam analisi dan pengambilan
kesimpulannya si peneliti menggunakan norma berpikir mantik tanpa pengujian data dari
lapangan. Tolok ukur pengujiannya adalah mantik tidaknya dan tepat tidaknya cara berpikir
menurut tatanan ilmiah.
Kedua, Metode Historis yaitu Metode penelitian lapangan yang menggunakan data-
data masa silam.
Ketiga, Metode deskriptif yaitu metode penelitian yang digunakn untuk meneliti
dilapangan hal-hal yang sedang terjadi.
Keempat, Metode Eksperimental yaitu metode penelitian dilapangan dengan maksud
mengetahui apa yang bakal terjadi. Metode ini hanya digunakan oleh peneliti yang
melakukan penelitian eksperimental.
8. Teknik-Teknik Pengumpulan Data
Teknik-teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh dan alat-alat yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan datanya. Pada penelitian perpustakaan murni
tentunya teknik pengumpulan datanya berupa kartu-kartu kutipan, sedangkan pada
penelitian lapangan maka teknik-teknik tersebut dapat berupa kuesioner, pedoman
wawancara lembaran pengamatan, tes, atau gabungan dari semuanya. Khusus penjelasan
tentang teknik pengumpulan data pada penelitian lapangan hendaknya disebutkan alasan si
peneliti menggunakan teknik tersebut. Teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti ini harus di lampirkan pada rancangan penelitian yang diajukan mahasiswa kepada
pembimbing.
9. Anggapan Dasar
Dalam bagian ini dikemukakan anggapan dasar merupakan dasar yang melandasi
penelitian. Anggapan dasar ini merupakan kebenaran yang sudah tidak memerlukan
pengujian lagi, sekurang-kurangnya bagi si peneliti pada saat itu.
10. Hipotesis Kuantitatif
Hipotesis adalah jawaban sementara atas masalah yang diteliti dan perlu diuji lebih
lanjut melalui penelitian yang bersangkutan. Perlu di tekankan disini bahwa hipotesis ini
bukan bermaksud menguji benar tidaknya hipotesis tetapi bermaksud menguji dapat
diterima atau tidaknya hipotesis.
11. Teknik Analisis Data
Pada bagian ini dijelaskan tentang teknik analisis data yang akan digunakan oleh si
peneliti beserta alsannya. Tentunya alasan ini selalu dikaitkan dengan sifat penelitian, tujuan
penelitian, sifat data, dan yang tidak kurang penting adalah dikaitkan dengan kemampuan
peneliti, baik kemampuan akademis, keuangan maupun waktu yang tersedia baginya.
Bagi data kuantitatif tentu saja tekniknya adalah statistik sedangkan bagi data
kualitatif, maka teknik analisisnya adalah kualitatif kritis. Apabila analisis yang digunakan
adalah analisis statistik, hendaknya disebutkan metode dan jenis statistiknya. Berbicara
tentang metode misalnya deskriptif atau inferensial, sedangkan berbicara tentang jenis
statistiknya misalnya persen, rata-rata, kolerasi, analisis varians atau yang lain.
12. Hasil Penelitian dan Pembahasan
Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian terdahulu bahwa hasil penelitian dan
pembahasan selalu ada dalam bab yang sama. Namun, penulis menegaskan kembali bahwa
jika pendekatan atau metode yang digunakan adalah kuantitatif, maka sudah selayaknya
dipisahkan. Namun, jangan lupa bahwa pada bagian pembahasan ini biasanya peneliti
kurang memperhatikan terhadap kritisi dan analisis hasil hitungan dengan teori-teori yang
dirumuskan pada bagian Bab II. Dengan demikian, sajian temuan tidak bisa komunikatif dan
hanya menyajikan dominan angka dan tanda-tanda atau koefisien-koefisien serta pernyataan
sederhana saja. Padahal dalam Bab II peneliti sudah mengutip dan memaparkan analisis
teori, pendapat, dan argumentasi para ahli mengenai apa yang relevan dengan rumusan
masalah penelitiannya.

B. Model Rancangan Kuantitatif


Rancangan dasar yang dapat dikembangkan untuk penulisan proposal penelitian kuantitatif
ini, minimal mencakup hal-hal berikut ini:
Judul Penelitian
I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Penelitian
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Maksid dan Tujuan
1.4 Kegunaan Penelitian
a. Teoritis
b. Praktis
II. Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.1 Kajian Pustaka
2.2 Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Penelitian
III. Metodologi Penelitian
3.1 Objek dan Lokasi Penelitian
3.2 Metode Penelitian
1) Operasional Variabel
2) Metode/Pendekatan
3.3 Populasi dan Sampel
3.4 Teknik Pengumpulan Data
3.5 Teknik Analisis Data
3.6 Jadwal Penelitian
3.7 Daftar Pustaka

BAB 14
MARI BELAJAR PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Pemaknaan Awal
Penelitian eksperimen merupakan salah satu bentuk penelitian dengan pendekatan
kuantitatif atau objektif, dan termasuk ke dalam paham positivistik. Dengan demikian, berbagai
persyaratan dan tahapan sebagaimana yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya harus
dilakukan dengan cermat dan memenuhi persyaratan ilmiah logis yang sesuai.
Untuk melaksanakan suatu eksperimen yang baik, kita perlu memahami terlebih dahulu
segala sesuatu yang berkaitan dengan komponen-komponen eksperimen. Baik yang berkaitan
dengan pola-pola eksperimen (design experimental), maupun penentuan kelompok eksperimen
dan kontrol, bagaimana kondisi kedua kelompok sebelum eksperimen dilaksanakan, dan
pelaksanaannya, kesesatan-kesesatan yang dapat memengaruhi hasil eksperimen, cara
pengumpulan data, dan teknik analisis statistik yang tepat digunakan.

B. Kesesatan dalam Eksperimen


Segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan
yang diperkirakan dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel. Dalam eksperimen
selalu dibedakan adanya variabel-variabel yang berkaitan secara langsung diberlakukan untuk
mengetahui suatu keadaan tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari
eksperimen sering disebut variabel eksperimental atau treatment variable, dan variabel yang
tidak dengan sengaja dilakukan, tetapi dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel
noneksperimental. Variabel eksperimental adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana
pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk mengetahui pengaruh variabel itu, kedua kelompok,
yaitu kelompok eksperimental dan kontrol dikenakan variabel eksperimen yang berbeda
(misalnya metode pemecahan soal untuk kelompok eksperimen dan metode pemahaman
konsep untuk kelompok kontrol) atau yang bervariasi.

C. Teknik Penelitian Ekperimental


Dalam penelitian sosial, terdapat dua pendekatan untuk membangun atau
mengungkapkan hubungan antar dua variabel atau lebih, yaitu dengan teknik analisis
korelasional dan dengan cara eksperimental (Balley,1987). Kedua pendekatan ini sangat
berbeda satu sama lain.
Eksperimen adalah metode penelitian yang bertujuan untuk meneliti hubungan ( bisa
berupa hubungan sebab akibat atau bentuk huubungan lainnya) antar dua variabel atau lebih
pada satu atau lebih kelompok eksperimental, serta membandingkan hasilnya dengan kelompok
yang tidak mengalami manipulasi, yakni yang disebut dengan kelompok kontrol. Manipulasi
disini maksudnya adalah mengubah secara sistematis sifat-sifat atau nilai-nilai pada variabel
bebas.
Dalam eksperimen, gejala yang diamti biasanya disederhanakan sedemikian rupa
sehingga hanya beberapa faktor saja yang memang perlu diamati, sementara faktor-faktor
lainnya bisa diabaikan, atau dianggap konstan sehingga peneliti bisa sepenuhnya menguasai
seluruh proses penelitian tersebut.
D. Pola-Pola Eksperimen
Ada beberapa pola eksperimen ynag sering digunakan peneliti sosial. Berikut adalah beberapa
contoh dan pola pelaksanaan penelitian eksperimen (Kartini Kartono, 1980)
1. Pola Kelompok Tunggal

Dikenakan variabel
Kelompok A Kelompok A
Pada awal eksperimen Pada akhir eksperimen
Eksperimen

Skema kelompok tunggal

Pada penelitian-penelitian eksperimen model tunggal ini biasanya akan berhubungan


dengan teknik sampling random, tidak ada kelas kontrol. Analisis data yang digunakan
adalah analisis data interval menggunakan analisis uji hipotesis dengan statistika regresi
(jika ingin melihat penagruh) atau uji-t ( jika ingin melihat perbandingan dua rata-rata )
antara rata-rata pretest dengan rata-rata posttest.

2. Pola Kelompok Paralel

Kelompok eksperimen Dikenakan Kelompok eksperimen


pada awal eksperimen variable pada akhir eksperimen
eksperimen

Tidak
Kelompok kontrol awal dikenakan Kelompok kontrol akhir
eksperimen variable eksperimen
eksperimen

Skema Kelompok Paralel


Keadaanya sama proses berbeda. Keadaannya diperbandingkan

BAB 15
PERBEDAAN POKOK ANTARA EKSPERIMEN DAN KORELASI

A. Perbedaan Antara Eksperimen dengan Korelasi


Penelitian eksperimen dapat didefinisikan sebagai metode yang dijalankan dengan
menggunakan suatu perlakuan (treatment) tertentu pada sekelompok orang atau kelompok,
kemudian hasil perlakuan tersebut dievaluasi.

B. Ketentuan Umum Tentang Metode Penelitian Eksperimental


1. Definisi, yaitu batasan atau definisi penelitian dan variabel harus jelas dan tegas atau
definitif, dan tidak boleh terjadi kebimbangan di dalamnya;
2. Sampling, yaitu jumlah dan anggota kelompk sampel yang diambil perlu random dan sesuai
antara jumlah subjek dan prosedur pengukuran yang ditetapkan;
3. Tipe eksperimen, dibedakan menjadi 3 (tiga) kategori yaitu: 2 kelompok eksperimen
dengan meneliti 1 atau 2 variabel; 3 kelompok eksperimen dengan meneliti 1 atau 2
variabel; dan banyak kelompok dengan manipulasi pada beberapa variabelnya;
4. Rancangan eksperimen, yaitu harus sesuai dengan jumlah kelompok dan urutan prosedur
pelaksanaan eksperimen;
5. Pengukuran, harus jelas skalanya, misalnya menggunakan skala sikap Likert. Ini
menyangkut alat dan metode yang digunakan;
6. Statistik, yaitu meliputi informasi yang dikumpulkan, teknik pengolahan dan teknik
menyimpulkan data perlu sesuai dengan kaidah statistika yang logis dan representatif;
7. Generalisasi, tidak semua hasil amat bergantung pada jenis, metode, prosedur, sampling
serta instrumen yang digunakan;
8. Metode Eksperimen, dapat didefinisikan sebagai metode yang dijalankan dengan
menggunakan suatu perlakuan tertentu pada sekelompok orang atau beberapa kelompok,
kemudian hasil perlakuan tersebut dievaluasi.

C. Bentuk-Bentuk Penelitian Eksperimen


1. Penelitian Eksperimen Laboratorium
Adalah kajian penelitian yang dalam hal ini varian dari hampir semua variabel bebas
yang berpengaruh mungkin ada tetapi tidak relevan dengan masalah yang sedang diselidiki,
diminimumkan. Dilakukan dengan mengasingkan penelitian dalam situasi fisik yang
terpisah dari rutinitas kehidupan harian.
2. Penelitian Eksperimen Lapangan
Adalah kajian penelitian dalam suatu situasi nyata (riil dengan memanipulasikan satu
atau lebih variabel bebas dalam kondisi yang dikontrol dengan cermat oleh pembuat
eksperimen sejauh memungkinkan.
D. Operasionalisasi Penelitian Eksperimen, Komunikasi Penjelasan Istilah dan Arti Penting
Dalam memahami penelitian eksperimental perlu mengetahui beberapa istilah penting
diantaranya adalah:
1. Kontrol, adalah suatu tindakan peneliti kepada salah satu kelompok eksperimental yang
akan digunakan sebagai pembanding dengan kelompok eksperimental yang memperoleh
treatment/perlakuan;
2. Perlakuan, adalah suatu tindakan tertentu yang dilakukan peneliti terhadap kelompok
eksperimental, di mana tindakan tersebut akan diteliti pengaruhnya;
3. Ulangan, adalah suatu upaya peneliti untuk memperkecil tingkat kesalahan dan memperoleh
suatu taksiran yang lebih baik mengenai efek suatu treatment dalam penelitian
eksperimental;
4. Randomisasi, adalah upaa peneliti untuk memenuhi asumsi dalam tes signifikan atau uji
keberartian;
5. Pretest dan posttest, adalah upaya melakukan pengukuran sebelum dan sesudah pemberian
perlakuan terhadap kelompok eksperimental untuk melihat efek dari suatu treatment.

E. Rancangan Eksperimental
Metode eksperimen adalah metode yang mungkin paling tepat untuk menyelidiki
hubungan kausal atau sebab-akibat. Sebelum pelaksanaan eksperimen, perlu dibuat rancangan
yang baik dengan cara menjawab pertanyaan pokok tentang tujuan eksperimen, variabel yang
akan diukur/diteliti, jenis data yang akan dicari dan teknis analisis data yang akan dipakai.
Semua ini dilakukan agar metodologinya tepat.

F. Kuasi Eksperimental
Kuasi eksperimental terhadap variabel dilakukan tidak dengan murni atau penuh, tetapi
dengan dikurangi atau ditampilkan sebagian saja. Sering disebut Eksperimen Nonekuivalen,
yang berarti eksperimen dengan kelompok kontrol yang tidak atau kurang sebanding.

BAB 16
ANTARA CASE STUDY DAN ACTION RESEARCH

A. Action Research (Penelitian Tindakan)


Metode penelitian ini dikembangkan antata si peneliti dengan pembuat keputusan
(decision maker) tentang variabel-variabel yang bisa dimanipulasikan sehingga diperoleh
penemuan-penemuan yang signijikan secaIa operasional dan dapat diterapkan dalam
pelaksanaan kebijakan. (Dhohiri, Taufiq Rahman dkk. 2002. Panduan Belaiar Sosiologi.
Jakarta; Yudhistira)
Penelitian action research adalah penelitian yang mempunyai tahapan: identifikasi
masalah, analisis masalah, identifikasi informasi yang dibutuhkan, merumuskan hipotesis
tindakan, membuat rencana tindakan berdasarkan data yang diperoleh, melaksanakan tindakan
dan mengamatinya.

B. Kawasan Penelitian Tindakan


1. Latar Belakang
Action research adalah nama yang diberikan kepada suatu Miran dalam penelitian
pendidikan. Untuk membedakannya dengan action research dalam bidang lain para peneliti
pendidikan sering menggunakan istilah “classroom action research" atau “classroom
research”. Action research bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah melalui
penerapan langsung di kelas atau tempat kerja (Isaac, 1994:27).
2. Ciri-Ciri Action Research
Seperti halnya dengan aliran-aliran lain yang timbul, interpretasi akan berbeda-
berbeda dan akan terus bertambah. Namun, fokus utama dari action research di kelas dan
sekolah adalah untuk mendorong para guru terlibat langsung dalam praktilmya sendiri. dan
memandang dirinya sendiri sebagai peneliti. Dengan kata lain, action research mendorong
para guru untuk menjadi peneliti di kelas mereka sendiri.
3. Rasional Action Research
Dasar sosial action research adalah keterlibatan; dasar pendidikan action research
adalah perbaikan atau peningkatan mutu. Jadi, seseorang yang melakukan action research
adalah orang yang menginginkan adanya perubahan dari apa yang selama itu dijalankan
dan ingin yang lebih baik. Action research berarti action (tindakan), baik mengenai
sistemnya maupun mengenai orang-orang yang terlibat dalarn sistem tersebut

C. Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah sebuah penelitian yang dilakukan oleh guru
di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan
secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru
sehingga hasil belajar dapat meningkat.

R1 R2 R3

L1 L2 L3
Keterangan :
M = Merencanakan
L =Melaksanakan
R = Refleksi

Gambar Siklus PTK (sumber; Depdikbud, 1999)

Tahap perncanaan PTK secara garis besar terdiri atas mengidentifikasi masalah,
menganalisis dan merumuskan masalah, serta merencanakan perbaikan.

D. Metode Penelitian Kasus


1. Pengertian Studi Kasus
Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara
terperinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau suatu tempat penyimpanan
dokumen atau satu peristiwa terteentu. Surachmad (1982) membatasi pendekatan studi
kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara
intensif dan terperinci. Sementara Yin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat
teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacob, dan Razavieh (1985) menjelaskan
bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara
mendalam. Para peneliti berusaha menemukan semua variable yang penting.
2. Jenis-Jenis Studi Kasus
a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi.
b. Studi kasus observasi.
c. Studi kasus sejarah hidup.
d. Studi kasus kemasyarakatan.
e. Studi kasus analisis situasi.
f. Mikroetnografi.
3. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus
a. Pemilihan kasus.
b. Pengumpulan data.
c. Analisis data.
d. Perbaikan.
e. Penulisan laporan.
4. Ciri-Ciri Studi Kasus yang Baik
a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentinga umum atau
bahkan dengan kepentingan nasional.
b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh
kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan
oleh peneliti dengan baik dan tepat meskipun diadang oleh berbagai keterbatasan.
c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-
beda.
d. Studi kasus mampu menunjukan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang
mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan prinsip selektivitas.
e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasikan
kepada pembaca.
5. Perhatian
Orentasi teoritis dan pemilihan pokok studi kasus dalam penelitian kualitatif
bukanlah perkara yang mudah, tetapi tanpa mempedulikan kedua hal tersebut akan cukup
menyulitkan bagi peneliti yang akan turun ke lapangan. Dengan memahami orientasi
teoritis dan jenis studi yang akan dipilih, maka setidak-tidaknya seorang peneliti telah
mempersiapkan diri sebelum benar-benar terjun dalam kancah penelitian. Di dalam
penyusunan desain penelitian kedua hal tersebut hendaknya sudah dapat ditentukan
meskipun masih bersifat sementara.

BAB 17
CONTOH PENERAPAN PENDEKATAN KUANTITATIF

A. Teknik Pengumpulan Data dengan Pendekatan Kuantitatif


1. Kuesioner
Pengembangan instrumen untuk teknik kuesioner ini dilakukan dalam rangka
menjaring data yang akan dikuantifikasikan.
2. Soal Tes Kemampuan Analisis (Otak Kiri) dan Sintesis (Otak Kanan)
Soal tes dirumuskan berdasarkan kelompok mata pelajaran eksak dan sosial yang
didesain dalam bentuk pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi.

B. Penerapan Pendekatan Kuantitatif dalam Penelitian Pendidikan


1. Prosedur Penelitian
Pengumpulan data primer dirancang dengan metode penelitian survei, yang
menitikberatkan pada penelitian "expost facto" yaitu pengamatan terhadap fakta-fakta yang
sedang dan sudah terjadi, tanpa melakukan intervensi atau perlakuan baru terhadap subjek
penelitian. Survei yang dimaksud bersifat menjelaskan hubungan kausal dan pengujian
hipotesis.
Jenis penelitian survei ini memfokuskan pada pengungkapan hubungan kausal
antarvariabel, yaitu suatu penelitian yang diarahkan untuk menyelidiki hubungan sebab
berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang terjadi, dengan tujuan memisahkan pengaruh
langsung dan pengaruh tidak langsung suatu variabel penyebab terhadap variabel akibat.
2. Instrumen Pengumpul Data
Alat pengumpul data tentang manajemen pelatihan, evaluasi sistem pelatihan, dan
pengembangan organisasi (sekolah) adalah kuesioner yang berisi tentang 90 pernyataan
yang harus direspons dengan memilih salah satu dari tujuh alternatif skala sikap.
3. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber-sumber yang dibutuhkan dalam studi dokumentasi ini berbagai referensi
tentang program-program pelatihan tenaga fungsional pada Sub-Dinas Pendidikan Dasar
khususnya pada jenjang SLTP.
4. Responden dan Cara Pemilihannya
Sutrisno Hadi (1996) menyatakan bahwa untuk mendapatkan sampel yang
representatif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu (1) mengambil sampel dari populasi
tanpa memperhitungkan jumlah populasi, dan (2) mengambil sampel dari populasi dengan
mempertimbangkan besar kecilnya populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik proporsional random
sampling. Acuan utama untuk menentukan jumlah sampel minimal menggunakan rumus
dari Cochran (1962: 75).
5. Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut.
a. Memberikan nomor urut kepada setiap lembar jawaban kuesioner dari responden.
Nomor urut responden yang berlaku untuk satu variabel berlaku juga untuk variabel
yang lainnya. Melakukan penskoran terhadap setiap butir kuesioner, pada setiap butir
kuesioner pada setiap alternatif jawaban yang dipilih oleh anggota sampel sesuai dengan
bobot yang telah ditentukan, yakni menggunakan rentang skala dari pernyataan: Sangat
Tidak Setuju sampai dengan Setuju Sekali.
b. Koding dan Input data skor setiap butir yang diperoleh dari setiap responden pada setiap
variabel ke dalam tabel berdasarkan nomor urut.
c. Melakukan penskalaan pada setiap skor item dari kuesioner yang dipakai, yaitu
mengubah skor berupa data dengan skala ordinal ke dalam skor yang berskala interval
dengan menggunakan Method of Successive Interval (MSI).
d. Mendeskripsikan data variabel penelitian (X,, X2, XXX, dan Y).

C. Model Penelitian
1. Model Struktur Pengujian Berdasarkan Empat Hipotesis Utama
Dengan mempertimbangkan hubungan kausal baik secara langsung maupun tidak langsung
dari variabel kelima variabel bebas (X) terhadap variabel tak bebas (Y), maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini terdiri dari 4 hipotesis utama (secara eksplisit).

Struktur Pengujian Hipotesis Utama Penelitian

2. Model Konstruk Akhir Penelitian


Model akhir dari penelitian ini merupakan hasil temual dari pengujian empat
hipotesis utama berupa besarnya pengarn langsung dan tak langsung (independen dan
dependen).

Model Konstruk Akhir Penelitian Berdasarkan Diagram Jalur dalam Pengujian Hipotesis Utama

Anda mungkin juga menyukai