0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
10 tayangan1 halaman
Dokumen tersebut merupakan dua puisi yang menceritakan tentang kematian dan makam. Puisi pertama menggambarkan kunjungan sang penyair ke makam seseorang. Puisi kedua menceritakan tentang seorang wanita bernama Siti Jenar yang menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum akhirnya meninggal. Kedua puisi tersebut membahas tentang proses kematian dan makna spiritual yang terkandung di dalamnya.
Dokumen tersebut merupakan dua puisi yang menceritakan tentang kematian dan makam. Puisi pertama menggambarkan kunjungan sang penyair ke makam seseorang. Puisi kedua menceritakan tentang seorang wanita bernama Siti Jenar yang menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum akhirnya meninggal. Kedua puisi tersebut membahas tentang proses kematian dan makna spiritual yang terkandung di dalamnya.
Dokumen tersebut merupakan dua puisi yang menceritakan tentang kematian dan makam. Puisi pertama menggambarkan kunjungan sang penyair ke makam seseorang. Puisi kedua menceritakan tentang seorang wanita bernama Siti Jenar yang menyatukan dirinya dengan Tuhan sebelum akhirnya meninggal. Kedua puisi tersebut membahas tentang proses kematian dan makna spiritual yang terkandung di dalamnya.
aku tanggalkan baju yang kusut kelahiran dan kematianmu biar dada tak lagi sepi dirahasiakan dari waktu berlembar-lembar tarikh digaris terbukalah sekarang enam belas nama menyusup di kepala wajahmu yang teduh entah dari semenanjung malaka jubah merambai ke tanah yang tandus anak ampel atau dari persia jemari mengukir mataair yang lama tertidur lalu kuteguk sampai dahaga berpaling Kaujahit tuhan dalam tubuhmu pergi ke arah yang jauh pandang menjadi jubah baru dikibas-kibaskan dari krendhasawa Dilambung taman yang tawar anginnya sampai ke kudus engkau menyucikan awan gelap tempat terakhir menyerah diri sambil melantunkan syair-syair warisan sebagai perjanjian ruh purnama pada takdir hitungan almanakmu
kini aku mulai mengerti Penglihatan hanya sejengkal
mengapa benih-benih pun ikut tumbuh ke mana hendak dijumpai di setiap ada ucapan yang dingin syahadat dalam gamelan kali jaga karena tak ada belas-kasih takbir dan fatihah dari bibir gunung jati yang akan berkisah di musim benalu kauganti bunyi-bunyi langit diajak menari ke dalam hati Inikah sebuah pertemuan yang meski tak semua mengenal diri berakhir tak sampai menuju kedalamanmu Murid-murid datang dan mengamini Sidoarjo, 2014 bahwa tubuh-tubuh yang tumbuh adalah nyata kematian sementara dari larik-larik caruban nagari pangeran wangsakerta menulis “tuhan tidak manunggal”