Wajib Pajak (WP) dapat mengajukan permohonan keberatan kepada
Direktur Pajak atas suatu: a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar (pasal 1 angka 16 UU KUP 2007). b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan (pasal 1 angka 17 UU KUP 1007). c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB), yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang (pasal angka 19 UU KUP 2007). d. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN), yaitu surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak (pasal 1 angka 18 UU KUP 2007). e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Masalah-masalah pokok yang harus diperhatikan oleh WP dalam
pengajuan permohonan keberatan, sesuai ketentuan pasal 25, 26, dan 26 A UU KUP 2007 dapat Saudara pelajari pada Modul 5, Kegiatan Belajar 1 BMP Hukum Pajak (EKSI4202). Surat keberatan dapat diajukan oleh orang lain (selain WP), asalkan dilampirkan surat kuasa dari WP yang bersangkutan. Sesuai ketentuan pasal 25 ayat 9 UU KUP 2007, dalam hal keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi admnistrasi berupa denda sebesar 50% dari jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan. Menurut ketentuan pasal 25 ayat (10) KUP 2007 apabila WP mengajukan permohonan banding maka sanksi administrasi berupa denda sebesar 50% tidak dikenakan kepada WP
Alasan WP tidak menyetujui atas suatu surat keputusan keberatan,
WP dapat mengajukan banding ke Badan Peradilan Pajak sebagai upaya hukum terakhir. Permohonan banding diajukan secara terulis dalam bahasa Indonesia, mengemukakan alasan-alasan yang jelas, paling lama 3 bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima.
Banding adalah upaya hukum terhadap suatu keputusan pejabat yang
berwenang sepanjang diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan yang bersangkutan. Proses pelaksanaan banding di pengadilan pajak adalah sebagai berikut: 1. Pengadilan Pajak meminta surat uraian banding kepada terbanding dalam jangka 14 hari sejak tanggal diterima surat banding lengkap. 2. Dalam hal pemohon banding melengkapi surat atau dokumen susulan, jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima surat atau dokumen susulan dimaksud. 3. Terbanding menyerahkan surat uraian banding kepada pengadilan pajak dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim permintaan surat uraian banding. 4. Salinan surat uraian banding oleh pengadilan pajak dikirimkan kepada pemohon banding dalam jangka waktu 14 hari sejak tanggal diterima. 5. Pemohon banding memberikan tanggapan/bantahan atas surat uraian banding yang diterimanya dalam jangka waktu 1 bulan sejak tanggal dikirim permintaan surat bantahan. 6. Meskipun terbanding atau pemohon banding tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud angka 3 dan 5, pengadilan pajak tetap melanjutkan pemeriksaan banding.
Putusan Pengadilan pajak sesuai dengan UU pengadilan pajak dapat
berupa: a. menolak b. mengabulkan sebagian aatu seluruhnya c. menambah pajak yang harus dibayar d. tidak dapat diterima e. membetulkan kesalahan tulis dan/atau kesalahan hitung f. membatalkan