Anda di halaman 1dari 7

DIVERSIFIKASI PANGAN (SINGKONG) SEBAGAI UPAYA MENJAGA

KETAHANAN PANGAN

Feny Panjerina

Universitas Negeri Malang

PENDAHULUAN

Pangan merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi oleh setiap


orang. Hak untuk memperoleh pangan merupakan salah satu hak asasi manusia,
sebagaimana sudah diatur dalam pasal 27 UUD 1945 maupun dalam Deklarasi
Roma pada tahun 1996. Kualitas dan kecukupan pangan ini juga berperan penting
dalam menentukkan kualitas sumber daya manusia. Faktor penting dalam
menentukkan tingkat Kesehatan dan tingkat intelegensi manusia sebagai sumber
daya produktif yaitu konsumsi pangan yang bergizi cukup dan seimbang. Selain
itu juga kuantitas dan kualitas konsumsi pangan dan gizi individu sangat berkaitan
dan dipengaruhi oleh budaya masyarakat yang dimulai dari skala rumah tangga,
pengetahuan dan kondisi ekonomi.

Menurut UU no 18 tahun 2012 tentang pangan, disebutkan bahwa


ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai
dengan perseorangan yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta
tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat untuk dapat
hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan. Berdasarkan pengertian dari
ketahanan pangan maka sangat penting dalam menjaga ketahanan pangan nasional
karena jika ketersediaan pangan yang lebih kecil dibandingkan dengan kebutuhan
dapat menciptakan ketidak-stabilan ekonomi. Berbagai gejolak sosial dan politik
dapat juga terjadi jika ketahanan pangan terganggu. Kondisi pangan yang kritis ini
mengakibatkan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional terganggu.

Pangan yang indentik bagi Indonesia yaitu beras karena jenis pangan ini
merupakan makanan pokok yang utama. Nilai strategis beras ini disebabkan
karena beras adalah makanan pokok paling penting. Beras juga meruapakan
sumber utama dalam pemenuhan gizi yang meliputi kalori, protein, lemak dan
vitamin. Ketika kebutuhan beras yang meningkat, hal ini tidak didukung dengan
produksi padi yang tiap tahun semakin menurun. Produksi padi yang semakin
menurun setiap tahun ini disebebkan oleh beberapa faktor yaitu lahan persawahan
semakin menyempit, cuaca ekstrem, keterlambatan masa tanam dan lain-lain.
Areal persawahan yang semakin tahun semakin menyempit hal ini disebbakan
karena perubahan tata guna lahan ayng awalnya berupa persawahan menjadi
pemukiman. produksi padi menurun juga disebabkan oleh cuca ektrem dimana
adanya kemarau panjang yang melanda Indonesia, hal ini juga menyebabkan
keterlambatan dalam menanam padi.
Produksi padi yang tiap tahun semakin menurun akan tetapi kebutuhan
beras semakin meningkat karena jumlah penduduk Indonesia yang semakin
bertambah disetiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2018 menurut data BPS,
produksi padi sebanyak 59.200.533,7 ton dengan luas panen area sebesar
11.377.934,4 Ha sedangkan pada Tahun 2019 mengalami penurunan jumlah
produksi padi sebesar 54.604.033,3 ton dengan luas panen area sebesar
10.677.887,2 Ha. Hal ini yang akan mempengaruhi ketahanan pangan Indonesia
yang sedikit melemah ditambah dengan jumlah penduduk yang meningkat setiap
tahunnya.

Gambar 3.1 Gambar Tabel Luas panen, Produktivitas Padi dan Produksi
padi tahun 2018-2019
Sumber: BPS tahun 2020
Apabila kondisi dimana jumlah penduduk semakin tahun yang meningkat
sedangkan produksi padi semakin menurun secara terus menerus ini akan
mengakibatkan ketahanan pangan yang tidak stabil. Oleh karena itu perlu upaya
dan kebijakan pemerintah mengenai ketahanan pangan agar tidak terjadi krisis
pangan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam upaya menjaga ketahanan
pangan yaitu diversifikasi pangan berupa singkong. Dalam hal ini diversifikasi
pangan akan mengurangi ketergantungan masyarakat dengan bahan pangan beras.

PEMBAHASAN

Kenaikan jumlah penduduk yang signifikan dari tahun ke tahun


berbanding terbalik dengan produksi beras yang semakin tahun semakin menurun
yang mengakibatkan ketergantungan pada impor beras. Selain itu juga dapat
berdampak kepada ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional akan
terganggu karena hal tersebut. Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam menjaga
ketahanan pangan nasional agar tetap stabil. Upaya dalam menjaga ketahanan
pangan nasional agar stabil salah satunya yaitu diversifikasi pangan. Diversifikasi
pangan ini dapat mengurangi peran beras sebagai makanan pokok dan
menggantikannya dengan jenis pangan lainnya.

Menurut Riyadi (2003), diversifikasi pangan merupakan suatu proses


pemilihan pangan yang tidak hanya tergantung pada satu jenis pangan, akan tetapi
memiliki beragam pilihan (alternatif) terhadap berbagai bahan pangan.
Pertimbangan rumah tangga untuk memilih bahan makanan pokok keluarga
didasarkan pada aspek produksi, aspek pengelolaan, dan aspek konsumsi pangan.
Penganekaragaman pangan ditujukan tidak hanya untuk mengurangi
ketergantungan akan jenis pangan tertentu, akan tetapi dimaksudkan pula untuk
mencapai keberagaman komposisi gizi sehingga mampu menjamin peningkatan
kualitas gizi masyarakat. Sedangakan menurut Kasryno, et al (1993) memandang
diversifikasi pangan sebagai upaya yang sangat erat dengan ketahanan pangan,
peningkatan kualitas sumber daya manusia, pembangunan pertanian di bidang
pangan dan perbaikan gizi masyarakat yang mencakup aspek produksi, konsumsi,
pemasaran dan distribusi.

Permasalahan mengenai ketahanan pangan mejadi isu penting dalam


akhir-akhir ini, baik di dalam negeri maupun dunia Internasional. Oleh karena itu
upaya dalam mengurangi ketergantungan pada bahan pangan beras dan
menggantikannya dengan jenis pangan yang lain menjadi penting dalam upaya
untuk menjaga ketahanan pangan dalam jangka waktu Panjang. Upaya tersebut
dapat dilakukan dengan mengembangkan dan mengintroduksi bahan pangan
alternatif pengganti beras yang memiliki harga relative lebih murah dan memiliki
kandungan gizi yang tidak jauh berbeda dengan beras.

Beberapa karakter yang seharusnya dimiliki oleh pangan pengganti beras,


menurut Irawan et al. (1999) adalah sebagai berikut: (1) memiliki kandungan
energi dan protein yang cukup tinggi sehingga apabila harga bahan pangan
tersebut dihitung dalam kalori atau harga protein nabati, maka perbedaannya tidak
terlalu jauh dengan harga energi atau harga protein nabati yang berasal dari beras;
(2) memiliki peluang yang besar untuk dikonsumsi dalam kuantitas yang relatif
tinggi sehingga apabila terjadi pengantian konsumsi beras dengan bahan tersebut
maka pengurangan kuantitas kalori dan protein nabati yang berasal dari beras
dapat dipenuhi dari bahan pangan alternatif yang dikonsumsi; (3) bahan baku
untuk pembuatan bahan pangan alternatif cukup tersedia didaerah sekitarnya; (4)
dari segi selera, bahan pangan alternatif memiliki peluang cukup besar untuk di
konsumsi secara luas oleh rumah tangga konsumen.

Berdasarkan karakter yang harus dimiliki oleh pangan pengganti beras


sebagai upaya dalam menjaga ketahanan pangan, jenis pangan pengganti beras
yang sesuai salah satunya yaitu singkong (berupa umbi-umbian). Singkong
merupakan sayuran umbi-umbian yang berasal dari Amerika Selatan. Akar dari
tanaman singkong ini merupakan bahan makanan yang tinggi karbohidrat dan
kalori. Singkong menjadi tanaman yang sangat mudah untuk dibudidayakan
karena tidak terlalu membutuhkan perawatan yang ekstra dan bisa tumbuh di
lahan yang kering. Selain memiliki karbohidrat yang tinggi singkong juga
mengandung nutrisi lain seperti serat, mineral, dan vitamin. Dilansir dari
Healthline, nutrisi yang terkandung dari 100 gram sajian singkong rebus yaitu:
memiliki kalori sebanyak 112, Karbohidrat 27 gram, Serat 1 gram, Thiamine 20%
RDI, Fosfor 5% RDI, Kalsium 2% RDI, dan Riboflavin 2% RDI. Hampir 98%
dari nutrisi yang ada pada singkong merupakan karbohidrat. Akan tetapi singkong
rebus tidak hanya mengandung karbohidrat saja melainkan juga mengandung zat
besi, Vitamin C, dan niasin yang baik untuk tubuh. Sehingga singkong merupakan
bahn pengganti pangan yang cocok dan dengan tidak bergantung pada beras dan
beralih pada singkong ini merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan
dalam menjaga stabilitas ketahanan pangan nasional. Selain itu juga singkong
tidak hanya dapat diolah menjadi singkong rebus saja, singkong dapat diolah
menjadi makanan yang menyehatkan serta mengenyangkan seperti singkong keju,
timus, Tiwul, Cenil dan Lemet.

Adanya diversifikasi pangan berupa singkong sebagai upaya dalam


menjaga ketahanan pangan nasional dan diversifikasi pangan ini berupa singkong
ini dapat mengurangi ketergantungan pada beras sebagai bahan pangan. Sehingga
Ketahanan pangan ini akan stabil meskipun jumlah beras semakin tahun menurun
dan jumlah penduduk meningkat dapat mengakhiri kelaparan. Selain ittu juga
dapat mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi yang cukup dan baik serta
dapat mengggalakan pertanian yang berkelanjutan yang sesuai dengan Sustainable
Development Goals.

KESIMPULAN

Kenaikan jumlah penduduk yang signifikan dari tahun ke tahun


berbanding terbalik dengan produksi beras yang semakin tahun semakin menurun
yang mengakibatkan ketergantungan pada impor beras. Selain itu juga dapat
berdampak kepada ketahanan pangan nasional. Ketahanan pangan nasional akan
terganggu karena hal tersebut. Oleh karena itu perlu adanya upaya dalam menjaga
ketahanan pangan nasional agar tetap stabil. Upaya dalam menjaga ketahanan
pangan nasional agar stabil salah satunya yaitu diversifikasi pangan. Diversifikasi
pangan ini dapat mengurangi peran beras sebagai makanan pokok dan
menggantikannya dengan jenis pangan lainnya. Berdasarkan karakter yang harus
dimiliki oleh pangan pengganti beras sebagai upaya dalam menjaga ketahanan
pangan, jenis pangan pengganti beras yang sesuai salah satunya yaitu singkong
(berupa umbi-umbian). Singkong merupakan sayuran umbi-umbian yang berasal
dari Amerika Selatan. Selain memiliki karbohidrat yang tinggi singkong juga
mengandung nutrisi lain seperti serat, mineral, dan vitamin. Adanya diversifikasi
pangan berupa singkong sebagai upaya dalam menjaga ketahanan pangan nasional
dan diversifikasi pangan ini berupa singkong ini dapat mengurangi
ketergantungan pada beras sebagai bahan pangan. Sehingga Ketahanan pangan ini
akan stabil meskipun jumlah beras semakin tahun menurun dan jumlah penduduk
meningkat dapat mengakhiri kelaparan. Selain ittu juga dapat mencapai ketahanan
pangan dan perbaikan nutrisi yang cukup dan baik serta dapat mengggalakan
pertanian yang berkelanjutan yang sesuai dengan Sustainable Development Goals.

SARAN

Untuk mencapai sustainable development goals dari ketahanan pangan


menggunakan diversifikasi pangan lokal dapat dilakukan dengan mengolah
singkong tersebut menjadi sesuatu yang memiliki kandungan gizi yang dapat
mencukupi kebutuhan hidup seseorang dan tidak bergantung pada bahan pangan
beras.
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, M., & Ashari, N. (2016). Arah, Kendala dan Pentingnya Diversifikasi
Konsumsi Pangan di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 21(2), 99.
https://doi.org/10.21082/fae.v21n2.2003.99-112

BPS.2020. (online) (www.bps.go.id) diakses pada 16 Oktober 2020

Benton, T. G. (2016). Food Security. In Encyclopedia of Applied Plant Sciences.


https://doi.org/10.1016/B978-0-12-394807-6.00039-3
FAO. (2018). The state of world fisheries and aquaculture 2018 - Meeting the
sustainable development goals. In Fisheries Oceanography.
Ginting, E., Yulifianti, R., & Jusuf, M. (2014). Ubijalar Sebagai Bahan
Diversifikasi Pangan Lokal. Jurnal Pangan, 23 (2) : 194-206.
Hirawan, F. B., & Verselita, A. A. (2020). Kebijakan Pangan di Masa Pandemi
Covid-19. Csis Commentaries, april(CSIS Commentaries DMRU-048-ID),
1–7.
ICSU. (2015). Sustainable Development Goals and targets. International Council
for Science.
Schwan, G. (2019). Sustainable development goals. In GAIA.
https://doi.org/10.14512/gaia.28.2.1
Porter, J. R., Xie, L., Challinor, A. J., Cochrane, K., Howden, S. M., Iqbal, M. M.,
Lobell, D. B., Travasso, M. I., Aggarwal, P., Hakala, K., & Jordan, J. (2015).
Food security and food production systems. In Climate Change 2014
Impacts, Adaptation and Vulnerability: Part A: Global and Sectoral Aspects.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415379.012
Pinstrup-Andersen, P. (2009). Food security: definition and measurement. Food
Security. https://doi.org/10.1007/s12571-008-0002-y
Pangan Lokal 2019 Direktori. (2019). 1–108.
Surya, R. Z. (2018). Pemetaan Keselarasan Indikator Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) Pada Rencana
Pembangunan Kabupaten Indragiri Hilir. Indragiri Hilir: Jurnal Ilmiah
Bappeda Kabupaten Indragiri Hilir, 4(1), 8–18.
Wahyuningsih, W. (2018). Millenium Develompent Goals (Mdgs) Dan
Sustainable Development Goals (Sdgs) Dalam Kesejahteraan Sosial. Bisma,
11(3), 390. https://doi.org/10.19184/bisma.v11i3.6479
Pangan, K., Harapan, A., & Elizabeth, R. (2015). Strategi Pencapaian
Diversifikasi dan Kemandirian Pangan: Antara Harapan dan Kenyataan.
Iptek Tanaman Pangan, 6(2), 230–242.
Supriyatno, H. (2020). Ketahanan Pangan di Tengah Pandemi Covid-19. Bhirawa
Online.
Darmawan, Dwi Putra. 2011. Ketahanan Pangan Rumahtangga Dalam Konteks
Pertanian Berkelanjutan. Denpasar: Udayana University Press.
XDirhamsyah, Teddy dkk. 2012. Ketahanan Pangan; Kemandirian Pangan
dan Kesejahteraan Masyarkat Daerah rawan Pangan di Jawa. Yogyakarta :
Plantaxia
Subejo dkk. 2015. Lima Pilar Kedaulatan Pangan Nusantara. Yogyakarta: UGM
Press

Anda mungkin juga menyukai