Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Subsidi listrik adalah kebijakan pemerintah dalam pemberian subsidi
listrik hanya kepada rumah tangga yang memang berhak yaitu mereka yang
termasuk golongan masyarakat tidak mampu dan miskin. Dalam proses transaksi
listrik, PLN membagi pelanggannya menjadi beberapa kategori berdasarkan
kebutuhan dan kapasitas daya terpasang untuk mengetahui tarif tenaga listrik yang
akan dikenakan. Tarif tenaga listrik (TTL) ini tidak sepenuhnya keputusan
sepihak dari PLN, tetapi pemerintah juga berperan penting dalam menetapkan
TTL tersebut. Tarif Tenaga Listrik (TTL) adalah harga listrik yang dikenakan
kepada konsumen atas pemakaian listrik pada setiap satuan kilowatt dalam 1 jam
(satuan KWh). TTL ini mengalami perubahan setiap bulannya untuk beberapa
kategori pelanggan. Kategori pelanggan yang terbebas dari kebijakan tersebut
yaitu pelanggan rumah tangga dengan kapasitas daya terpasang R1/450 VA dan
R1/900 VA, bisnis dan industri kecil, serta pelanggan sosial. Kategori ini masih
menerima bantuan subsidi pemerintah karena tergolong masyarakat berekonomi
menengah ke bawah. Pelanggan R1/450 VA dan R1/900 VA merupakan penerima
subsidi terbesar dibandingkan dengan jenis golongan yang lain. (Ir. Jarman M.Sc,
2016)
Pada tahun 2003 hingga tahun 2004 pemerintah mengeluarkan subsisdi
listrik. Dengan kebijakan subsidi listrik diberikan kepada konsumen rumah tangga
dengan daya 450 VA hanya untuk pemakaian 60 kWh pertama. TTL ini
mengalami perubahan setiap bulannya untuk beberapa kategori pelanggan.
Kategori pelanggan yang terbebas dari kebijakan tersebut yaitu pelanggan rumah
tangga dengan kapasitas daya terpasang R1/450 dan R1/900 VA, bisnis dan
industri kecil, serta pelanggan sosial. Kategori ini masih menerima bantuan
subsidi dari pemerintah karena tergolong masyarakat berekonomi menengah
kebawah.

1
2

Seiring berjalannya waktu, pemerintah mulai memiliki rencana untuk


melakukan penghapusan subsidi listrik. Hal ini karena kebanyakan subsidi listrik
hanya menguntungkan kelompok berpendapatan tinggi secara tidak proposional.
Akibatnya subsidi listrik menajdi tidak tepat sasaran karena kurang menjangkau
kalangan rumah tangga tidak mampu atau miskin. Dalam hal ini, dampak buruk
yang terjadi dapat dihindari dengan berdasarkan melihat kriteria-kriteria penerima
subsidi listrik yang tepat agar penerima subsidi listrik benar-benar dari golongan
rumah tangga tidak mampu dan miskin. Masalah ini terjadi akibat kurangnya
perhatian dari pemerintah dan pihak PLN dalam memeriksa kriteria penerima
subsidi listrik.
Pada penelitian ini dapat diselidiki kesesuaian antara subsidi listrik dengan
data-data yang telah di ambil dari masyarakat melalui pendataan secara langsung
serta mensurvei masing-masing rumah tangga terkait dengan informasi kondisi
rumah oleh pihak PLN. Hal ini dapat dilakukan terlebih dahulu dengan mencari
tahu karakteristik pelanggan listrik PT.PLN RAYON KOLAKA R1/450 VA dan
R1/900 VA. Karakteristik tersebut selanjutnya dapat disesuaikan dengan data-data
pelanggan.
Kriteria pelanggan yang layak menerima subsidi listrik adalah rumah
tangga dengan daya terpasang 450 VA, rumah tangga miskin dan tidak mampu
yang terdapat dalam data terpadu, rumah tangga pemegang salah satu dari kartu
bantuan pemerintah seperti, KPS (Kartu Perlindungan Sosial), KKS (Kartu
Keluarga Sejahtera), KIP (Kartu Indonesia Pintar), dan KIS (Kartu Indonesia
Sehat).
Melihat kriteria yang ada, maka penulis terdorong untuk mengembangkan
suatu “Sistem Pendukung Keputusan Penerima Subsidi Listrik PLN RAYON
KOLAKA menggunakan metode AHP (Analytichal Hierarchy Process)” agar
membantu pihak PT.PLN RAYON KOLAKA dalam mengambil keputusan
penerima subsidi dengan tepat sasaran.
Dengan menggunakan metode AHP diharapkan dapat membantu penerima
subsidi listrik yang memang berhak menerimanya berdasarkan dengan melihat
kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dan pihak PT.PLN Persero
3

dan yang nantinya memudahkan pihak PLN dalam pengambilan keputusan


penerima subsidi listrik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan dari penjelasan latar belakang diatas, maka terdapat
permasalahan yang akan dibahas dan diselesaikan dari penelitian ini: “Merancang
suatu Sistem Pendukung Keputusan dalam penentuan penerima subsidi listrik
tepat sasaran menggunakan metode AHP (Analytichal Hierarchy Process)”.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah mengimplementasikan
metode AHP dalam membuat suatu sistem pendukung keputusan agar dapat
memberikan subsidi listrik sesuai dengan kriteria-kriteria yang sudah ditetapkan
oleh pemerintah dan pihak PLN itu sendiri.

1.4 Manfaat Penelitia


1. Bagi pihak PLN RAYON KOLAKA:

Dengan penelitian ini, PLN dapat dengan mudah mengambil keputusan


penerima subsidi listrik dengan melihat kriteria-kriteria dan syarat-syarat yang
sudah ditetapkan.

2. Bagi Rumah Tangga Tidak Mampu/Miskin:

Rumah tangga tidak mampu/miskin yang tidak mendapatkan subsidi


listrik, dengan adanya penelitian ini maka diharapkan adanya peninjauan data-data
ulang yang sesuai dengan kriteria dan syarat yang berlaku agar rumah tangga
tidak mampu/miskin yang belum menerima subsidi listrik, dapat menerima
subsidi listrik yang seharusnya.

Anda mungkin juga menyukai