Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN BERBASIS ORIGAMI UNTUK MENINGKATKAN

VISUALISASI SPASIAL DAN KEMAMPUAN GEOMETRI SISWA SMP


Liya Susanti 1, Abdul Haris Rosyidi 1
1
Jurusan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya
60231
email : liya.susanti.math@gmail.com 1, ah-rosyidi@yahoo.com 1

ABSTRAK PENDAHULUAN
Visualisasi spasial merupakan bagian Beberapa fakta menunjukkan bahwa
penting dalam pemikiran geometri. Visualisasi geometri merupakan bagian penting dari
spasial dapat ditingkatkan melalui pembelajaran matematika, yaitu geometri merupakan salah satu
berbasis origami. Dalam proses melipat menjadi ruang lingkup mata pelajaran matematika pada
berbagai bentuk bangun datar, siswa dapat Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP),
memahami konsep dan istilah-istilah dalam geometri merupakan salah satu dari lima standar isi
geometri sehingga pembelajaran tersebut akan dalam matematika (NCTM, 2000), serta Van de
meningkatkan kemampuan geometri siswa. Dari Walle (1994) yang mengungkapkan bahwa
penelitian kecil yang telah dilaksanakan peneliti geometri memainkan peranan utama dalam bidang
tentang sifat-sifat persegi menggunakan kertas matematika lainnya. Boakes (2009) menyatakan
origami dengan sasaran penelitian adalah seorang bahwa visualisasi spasial merupakan bagian penting
siswa kelas VII yang berasal dari SMPN 2 Sooko, dalam pemikiran geometri. Visualisasi spasial
dapat disimpulkan bahwa siswa dapat menyebutkan adalah kemampuan untuk memvisualisaikan objek
sifat-sifat persegi, menentukan definisi diagonal, dua dan tiga dimensi. Dalam hal ini, yang dimaksud
serta menemukan diagonal-diagonal persegi yang memvisualisaikan adalah membayangkan merotasi,
sebelumnya belum diketahui. memilin, atau membalikkan objek. Visualisasi
Penelitian ini merupakan penelitian spasial akan mempengaruhi kemampuan siswa
deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk dalam memahami sifat-sifat bangun geometri serta
mendeskripsikan peningkatan visualisasi spasial mendeteksi hubungan dan perubahan bentuk
dan kemampuan geometri, serta respons siswa bangun geometri untuk memecahkan masalah
terhadap pembelajaran berbasis origami. Penelitian matematika dan masalah dalam kehidupan sehari-
ini dilakukan pada siswa kelas VII-E SMPN 6 hari. Karena pentingnya visualisasi spasial dalam
Surabaya tahun ajaran 2013/2014 sebanyak 30 pembelajaran geometri di sekolah, diperlukan suatu
siswa. Instrumen yang digunakan dalam penelitian pembelajaran yang dapat melatih dan
ini adalah pre test, post test, serta angket respons mengembangkan visualisasi spasial. Hal ini sesuai
siswa. Masing-masing pre test dan post test terdiri dengan Nemeth (2007) yang menyatakan bahwa
dari paper folding test dan assessment tool. visualisasi spasial tidak ditemukan secara genetik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tetapi sebagai hasil proses belajar yang panjang.
persentase jumlah siswa yang mengalami Visualisasi spasial dapat ditingkatkan
peningkatan visualisasi spasial sebanyak 44%, melalui aktivitas yang sesuai yaitu melalui
sedangkan persentase jumlah siswa yang pengalaman siswa dalam hal melipat dan salah satu
mengalami peningkatan kemampuan geometri metode pembelajaran yang dapat digunakan ialah
sebanyak 93%. Sesuai dengan kriteria peningkatan pembelajaran berbasis origami (Boakes, 2009).
oleh Khabibah (2006), maka peningkatan Pembelajaran berbasis origami adalah pembelajaran
visualisasi spasial dan kemampuan geometri siswa melalui aktivitas tangan atau belajar sambil
secara berurutan adalah sangat rendah dan sangat mempraktikkan yang berkenaan dengan kertas
tinggi. Selain itu, respons siswa terhadap origami sebagai media pembelajaran. Dalam proses
pembelajaran berbasis origami adalah positif. melipat menjadi berbagai bentuk bangun datar,
siswa dapat memahami konsep dan istilah-istilah
Kata kunci: Origami, Pembelajaran Berbasis dalam geometri sehingga pembelajaran berbasis
Origami, Visualisasi Spasial, origami akan meningkatkan kemampuan geometri
Kemampuan Geometri. siswa. Kemampuan geometri adalah kemampuan
siswa untuk memahami konsep-konsep dan istilah- pada tingkat kelas apa saja. Lebih lanjut, Boakes
istilah dalam geometri. (2008) menjelaskan langkah-langkah untuk
Dari penelitian kecil yang telah mendesain pembelajaran berbasis origami sebagai
dilaksanakan peneliti tentang sifat-sifat persegi berikut.
dengan menggunakan kertas origami dengan 1. Mencari publikasi origami yang cocok dan
sasaran penelitian adalah seorang siswa kelas VII sesuai dengan kebutuhan siswa (tingkat
yang berasal dari SMPN 2 Sooko, Kabupaten kesulitan dan kualitas ilustrasi).
Mojokerto, didapat hasil bahwa setelah dilakukan 2. Mempertimbangkan konsep matematika apa
kegiatan tersebut, siswa dapat menyebutkan sifat- dan/atau kosa kata yang disorot ketika
sifat persegi, menentukan definisi diagonal, dan memilih model origami.
menemukan diagonal-diagonal persegi yang 3. Mempraktikkan melipat model origami yang
sebelumnya belum diketahui. Dengan pembelajaran telah dibuat. Saat mencoba, mendaftar kosa
berbasis origami, siswa tidak hanya diajarkan kata yang cocok dengan tujuan pembelajaran
konsep matematika, namun menunjukkan sendiri yang telah ditetapkan.
melalui kertas origami bahwa keempat sudut 4. Mengulangi mempraktikkan melipat model
persegi siku-siku, diagonal-diagonal persegi origami. Pada setiap langkah berhenti dan
berpotongan saling tegak lurus, panjang diagonal- menulis pertanyaan guru yang bermakna dari
diagonal persegi sama dan saling membagi dua kosa kata yang sudah ditulis.
sama panjang, dan lain sebagainya. 5. Menjawab pertanyaan guru dan menuliskan
Mengacu pada argumen yang jawaban siswa yang diharapkan untuk
dikemukakan oleh sejumlah pakar di atas (misal didengar.
Van de Walle, Boakes, serta Nemeth) dan hasil Karen (2004) memberikan beberapa tips
penelitian terdahulu yang mengungkapkan kesulitan tentang pembelajaran berbasis origami, yaitu:
siswa belajar Geometri (misal Hoffer, 1983), 1. Persiapan Pembelajaran
peneliti tertarik untuk mengetahui peningkatan a. Mencoba sendiri aktivitas yang dirancang
visualisasi spasial dan kemampuan geometri siswa sebelum mengajarkannya untuk
SMP setelah pembelajaran berbasis origami dan mengantisipasi setiap kesulitan yang
diperluas untuk bangun segiempat lainnya, serta kemungkinan akan dialami siswa.
dengan lebih banyak subjek penelitian. b. Memikirkan konsep-konsep matematika
yang ingin disorot.
PEMBELAJARAN ORIGAMI c. Dapat menggunakan kertas fotokopi
biasa untuk pola. Namun, juga dapat
Lang (1998) menyatakan bahwa kata menggunakan kertas origami. Perlu
origami merupakan bahasa Jepang kuno, yakni mengingat bahwa kertas tipis mudah
gabungan dari kata ori (melipat) dan kami (kertas). untuk dilipat. Akan lebih baik jika
Ketika kedua kata itu digabung, ada sedikit menggunakan kertas dengan dua sisi
perubahan namun tidak mengubah artinya yakni yang berbeda warna.
dari kata kami menjadi gami sehingga yang terjadi 2. Pelaksanaan Pembelajaran
bukan orikami melainkan origami, yang berarti a. Menunjukkan lipatan di depan kelas
melipat kertas. Origami adalah seni melipat kertas dengan mengggunakan kertas yang besar.
menjadi berbagai bentuk yang dekoratif. Origami Memastikan siswa dapat melihat lipatan
berupa kertas warna-warni yang berukuran 5 kertas tersebut.
sampai 9 inci kuadrat. b. Memberi dukungan kepada siswa yang
Beberapa penelitian telah menunjukkan membutuhkan bantuan lebih, misalnya
bahwa origami dapat digunakan sebagai alat dengan memberikan tanda titik pada
pembelajaran matematika (Boakes, 2008, 2009; ujung kertas dimana kedua ujung kertas
Pearl, 2010; Sze, 2005; Cakmak, 2009). Lebih harus bertemu kemudian berkeliling
lanjut, Pearl (2010) mengungkapkan bahwa origami kelas untuk menunjukkannya pada siswa.
dapat digunakan dalam semua bidang matematika c. Mengatur kelas dalam kelompok dan
misalnya pengajaran nilai tempat, number sense dan membiarkan siswa yang telah
operasi bilangan, keterampilan visualisasi spasial, menyelesaikan lipatannya membantu
pecahan, geometri, pengukuran, pemecahan siswa lain. Hal ini akan membantu
masalah dan di semua tingkatan kelas. pembelajaran kooperatif dan membantu
Boakes (2008) mengungkapkan bahwa guru untuk menjawab pertanyaan semua
mendesain pembelajaran berbasis origami adalah siswa.
proses sederhana yang dapat dilakukan oleh guru
Dengan mengacu pada pendapat Boakes seperti Paper Folding (Ekstrom, French, Harman,
(2008) dan Karen (2004) di atas, langkah-langkah dan Dermen, 1976). Berdasarkan Boakes (2011),
pembelajaran berbasis origami dalam penelitian ini paper folding test meliputi manipulasi secara
adalah sebagai berikut. mental sebuah lembar kertas yang berbentuk
1. Guru memberikan kertas origami kepada persegi, mengimajinasikan lubang pada lokasi
masing-masing siswa. spesifik pada kertas, dan kemudian
2. Guru mempraktikkan melipat kertas origami mengidentifikasi lembar kertas yang mana yang
di depan kelas dan diikuti siswa. Selama dibuka lipatannya cocok dengan lubang yang
aktivitas melipat tersebut, guru menjelaskan dibuat.
konsep dan beberapa istilah matematika. Beberapa topik dalam matematika
Konsep matematika yang disorot adalah sifat- terutama geometri dapat ditingkatkan melalui
sifat segiempat (persegi, persegipanjang, kegiatan origami (Levenson, 1995; Chen, 2006;
belahketupat, jajargenjang, layang-layang, Coad, 2006). Cipoletti & Wilson (2004)
serta trapesium). Sedangkan istilah-istilah menyebutkan bahwa pembelajaran berbasis origami
matematika yang disorot adalah sisi (side), merupakan gabungan kosakata dan konsep
sejajar (parallel), sudut (angle), sudut siku- matematika dalam langkah-langkah pembelajaran
siku (right angle), diagonal (diagonal), tegak melalui pembelajaran melipat dan model origami
lurus (perpendicular), membagi dua (bisect), tersebut. Lebih lanjut, Cipoletti & Wilson (2004)
titik sudut (vertex), sumbu simetri (axis line), menyatakan bahwa istilah-istilah dan konsep
berpelurus (supplementary), luas (areas), geometri dapat diperkuat. Dengan demikian
simetris (symmetrical), trapesium sama kaki pembelajaran berbasis origami dapat meningkatkan
(isosceles trapezium), trapesium siku-siku kemampuan geometri siswa.
(right trapezium). Boakes (2008) mengungkapkan bahwa
3. Siswa bersama dengan guru mengidentifikasi siswa memberitahukan keasyikan pengalamannya
sifat-sifat segiempat melalui aktivitas melipat selama pembelajaran berbasis origami. Menurut
tersebut. Pearl (2010), origami bukan hanya menyenangkan,
4. Siswa menuliskan sifat-sifat segiempat yang tetapi menampung keanekaragaman gaya
ditemukan pada lembar worksheet. pembelajaran yang membantu anak-anak
5. Selama pelaksanaan pembelajaran, guru memahami matematika dan ini adalah metode
memberikan pertanyaan tentang istilah-istilah inovatif untuk perkembangan pendidikan, budaya,
geometri yang berkaitan dengan sifat-sifat dan kemampuan sosial.
segiempat yang sebelumnya telah ditemukan.
Pembelajaran berbasis origami merupakan METODE PENELITIAN
pembelajaran melalui aktivitas tangan sebagai suatu
cara untuk membangun visualisasi spasial. Hal ini Penelitian ini merupakan penelitian
karena siswa diberi kesempatan untuk deskriptif kuantitatif yang bertujuan bertujuan untuk
mengeksplorasi dan mengembangkan kemampuan mendeskripsikan peningkatan visualisasi spasial
memahami bentuk dan struktur yang melibatkan dan kemampuan geometri siswa SMP setelah
aktivitas tangan sebagai suatu cara untuk pembelajaran berbasis origami, serta respons siswa
membangun visualisasi spasial. Linn & Peterson terhadap pembelajaran berbasis origami secara
(dalam Metz et all., 2012) menyebutkan bahwa laki- kuantitatif. Pelaksanaan pengambilan data
laki dan perempuan melakukan sama baik pada tes dilaksanakan selama 3 kali pertemuan, dengan
visualisasi spasial. Tidak jauh berbeda, Immekus & rincian sebagai berikut.
Maller (dalam Metz et all., 2012) mengungkapkan 1. Pertemuan Pertama
bahwa bukti menunjukkan bahwa perbedaan jenis a. Pelaksanaan pre test (45 menit).
kelamin pada tes visualisasi spasial tidak berlaku b. Pembelajaran berbasis origami pada
khususnya setelah dilatih. Kimura (dalam Velez, materi sifat-sifat persegi, persegipanjang,
Silver, dan Tremaine, 2005) mengungkapkan bahwa serta belahketupat (80 menit).
karakteristik utama dari tes visualisasi spasial 2. Pertemuan Kedua
adalah partisipan membayangkan untuk Pembelajaran berbasis origami pada materi
mengimajinasikan hasil akhir setelah sebuah kertas sifat-sifat jajargenjang, layang-layang, serta
dilipat. McGee (dalam Yilmaz, 2009) trapesium (80 menit).
mengungkapkan bahwa “this ability is measured 3. Pertemuan Ketiga
by complex tests, such as Paper Folding (Ekstrom, a. Pelaksanaan post test (45 menit).
French, Harman, and Dermen, 1976)” b. Pengisian angket respons siswa.
(kemampuan ini diukur dengan tes yang kompleks,
Untuk mendeskripsikan visualisasi spasial peningkatan yang diungkapkan oleh Khabibah
dan kemampuan geometri siswa sebelum (2006) sebagai berikut.
pembelajaran berbasis origami, dilaksanakan pre
test. Sedangkan untuk mendeskripsikan visualisasi JS ≥ 80% = ST
spasial dan kemampuan geometri siswa setelah 65% ≤ JS < 80% = T
pembelajaran berbasis origami, dilaksanakan post 50% ≤ JS < 65% = R
test. Masing-masing pre test dan post test terdiri JS < 50% = SR
dari paper folding test dan assessment tool. Di akhir
pembelajaran diberikan angket respons siswa. Keterangan :
Paper folding test terdiri dari 10 soal. Soal JS = % jumlah siswa yang mengalami
tersebut bertujuan untuk mengukur visualisasi peningkatan skor
spasial yang dimiliki siswa. Paper folding test yang ST = Sangat Tinggi
digunakan dalam penelitian ini diadopsi dari ETS T = Tinggi
Kit of Referenced Tests for Cognitive Factors R = Rendah
(Ekstrom, French, Harman, & Dermen, 1976). SR = Sangat Rendah
Perbedaan paper folding test pada pre test dan post
test adalah pada urutan lipatan. Paper folding test HASIL DAN PEMBAHASAN
baik pre test maupun post test, setiap soal jika
dijawab benar akan mendapatkan skor 10, maka Berdasarkan hasil pelaksanan pre test dan
jika semua pertanyaan dijawab benar akan post test, serta hasil angket respons siswa, didapat
mendapatkan skor 100. hasil sebagai berikut.
Assessment tool terdiri dari 32 pernyataan
dimana siswa diminta untuk menentukan kebenaran Tabel 1. Rata-rata Skor Kelas
dari setiap pernyataan tersebut dengan memberikan Rata-rata Skor Rata-rata Skor Kelas
tanda centang. Setiap butir pernyataan mewakili Kelas (Pre Test) (Post Test)
sifat sebuah bidang datar. Perbedaan assessment Paper Folding test 71 76
Assessment Tool 42.92 78.54
tool pada pre test dan post test adalah adalah jika
item pada pre test menyajikan pernyataan sifat dari
suatu bangun datar, maka item pada post test 1. VISUALISASI SPASIAL
menyajikan pernyataan yang bukan sifat dari Berdasarkan Tabel 1, dapat diketahui
bangun datar tersebut. Pada assessment tool, adanya peningkatan visualisasi spasial yang
penilaiannya menggunakan rumus sebagai berikut. dialami siswa setelah pembelajaran berbasis
origami. Hal ini sesuai dengan Nemeth (2007)
Jumlah nomor yang dijawab dengan benar
Nilai = × 100 yang menyatakan bahwa visualisasi spasial
32
tidak ditemukan secara genetik tetapi sebagai
Angket respons siswa terdiri dari 10 hasil proses belajar yang panjang. Di samping
pernyataan yang akan dijawab siswa dengan itu, Boakes (2009) juga mengungkapkan
memberikan respons STS (Sangat Tidak Setuju), TS bahwa visualisasi spasial dapat ditingkatkan
(Tidak Setuju), S (Setuju), SS (Sangat Setuju). melalui aktivitas yang sesuai yaitu melalui
Pernyataan pada angket terdiri dari 10 buah pengalaman siswa dalam hal melipat dan salah
pernyataan. Angket ini bertujuan untuk mengetahui satu metode pembelajaran yang dapat
respons siswa terhadap pembelajaran berbasis digunakan ialah pembelajaran berbasis
origami. Angket ini terdiri dari 10 pernyataan origami. Peningkatan visualisasi spasial yang
favorable. dialami siswa tersebut karena siswa diberikan
Selanjutnya, peneliti akan membandingkan kesempatan untuk mengeksplorasi dan
rata-rata skor kelas pada paper folding test (pre test) mengembangkan kemampuan memahami
dengan rata-rata skor kelas pada paper folding test bentuk dan struktur yang melibatkan aktivitas
(post test). Begitu pula dengan hasil assessment tangan yang dapat membangun visualisasi
tool. Kemampuan visualisasi spasial siswa spasialnya.
dikatakan meningkat jika rata-rata skor kelas pada Jumlah siswa yang mengalami
paper folding (post test) lebih besar dari pada rata- peningkatan skor pada paper folding test
rata skor kelas pada paper folding test (pre test). sebanyak 13 orang, jumlah siswa yang
Begitu pula untuk kemampuan geometri. Kategori skornya tetap sebanyak 10 orang, sedangkan
peningkatannya ditetapkan mengikuti kriteria jumlah siswa yang mengalami penurunan skor
sebanyak 7 orang. Jika dinyatakan dalam
persentase, maka rincian data perubahan skor
siswa tersebut dapat disajikan seperti pada mengungkapkan bahwa melipat kertas
gambar berikut. membantu siswa menerapkan konsep
matematika dan membangun kosakata
konkret, menyimpan informasi lebih lama, dan
23% menjembatani kesenjangan antara kata dan
44% Skor Naik
maknanya. Hal yang sama diungkapkan oleh
Skor Tetap Boakes (2008) yang mengungkapkan
33% Skor Turun pengalaman siswa membuat origami
membantu mereka memahami konsep
geometri dan istilah yang mereka pelajari.
Lebih lanjut Boakes (2009) yang
mengungkapkan bahwa pembelajaran berbasis
Diagram 1. Persentase Skor Siswa pada Paper Folding origami berkontribusi terhadap pemahaman
Test geometri siswa.
Jumlah siswa yang mengalami
Berdasarkan kriteria peningkatan peningkatan skor pada assessment tool
yang diungkapkan oleh Khabibah (2006), sebanyak 28 orang, sedangkan jumlah siswa
persentase jumlah siswa yang mengalami yang mengalami penurunan skor sebanyak 2
peningkatan visualisasi spasial tergolong orang. Jika dinyatakan dalam persentase, maka
sangat rendah yaitu kurang dari 50%. rincian data perubahan skor siswa tersebut
Peningkatan visualisasi spasial tersebut rendah dapat disajikan seperti pada gambar berikut.
dikarenakan beberapa hal, yaitu saat pre test
sebanyak 24 orang siswa memperoleh skor di 7%
atas 50 dan sisanya di bawah 50, sedangkan
saat post test sebanyak 27 orang siswa
memperoleh skor di atas 50 dan sisanya di Skor Naik
bawah 50. Hal tersebut menunjukkan bahwa Skor Turun
lebih dari 50% siswa di kelas memiliki 93%
visualisasi spasial yang tinggi sebelum
melaksanakan pembelajaran berbasis origami.
Di samping itu, selama pelaksanaan
pembelajaran berbasis origami, terdapat Diagram 2. Persentase Skor Siswa pada Assessment Tool
beberapa hal yang menghambat pelaksanaan
pembelajaran, yaitu suasana kelas yang tidak Berdasarkan kriteria peningkatan
kondusif dan siswa terlalu asyik dengan yang diungkapkan oleh Khabibah (2006),
origami sehingga kurang memperhatikan persentase jumlah siswa yang mengalami
panduan peneliti. Beberapa siswa cenderung peningkatan kemampuan geometri tergolong
lebih sibuk untuk mengekplorasi kertas sangat tinggi yaitu lebih dari sama dengan
origami untuk membentuk berbagai objek, 80%. Saat pre test sebanyak 9 orang siswa
misalnya kapal, pesawat, dan lain sebagainya. memperoleh skor di atas 50 dan sisanya di
Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti bawah 50, sedangkan saat post test sebanyak
juga tidak menggunakan kertas dengan ukuran 29 orang siswa memperoleh skor di atas 50
besar untuk memastikan siswa dapat melihat dan sisanya di bawah 50. Hal tersebut
lipatan kertas dan tidak mengatur kelas dalam menunjukkan bahwa kurang dari 50% siswa di
kelompok seperti tips yang disarankan oleh kelas memiliki kemampuan geometri yang
Karen (2004). rendah sebelum melaksanakan pembelajaran
berbasis origami. Dengan adanya
2. KEMAMPUAN GEOMETRI pembelajaran berbasis origami, siswa
mengalami peningkatan kemampuan geometri
Berdasarkan Tabel 1, diketahui yang sangat tinggi.
bahwa terdapat peningkatan kemampuan
geometri yang dialami siswa setelah 3. RESPONS SISWA
pembelajaran berbasis origami. Hal ini sesuai
dengan pendapat Cipoletti & Wilson (2004) Berdasarkan kriteria persentase nilai
menyatakan bahwa istilah-istilah dan konsep respons siswa per butir pernyataan yang
dapat diperkuat. Di samping itu Pearl (2010) diungkapkan oleh Riduwan (2010:15),
diketahui bahwa butir butir pernyataan 1, 4, 6,
7, 9, 10 mendapat respons kuat dengan 60% ≤ KELEMAHAN
NRS < 80%, sedangkan butir pernyataan 2, 3,
5, 8 mendapat respons sangat kuat dengan Dalam penelitian ini terdapat kelemahan
80% ≤ NRS ≤ 100%. Selain itu, dapat yang diharapkan dapat diperbaiki pada penelitian
diketahui pula bahwa kategori respons siswa selanjutnya. Kelemahan tersebut yaitu assessment
menunjukkan ≥ 50% dari sepuluh butir tool yang digunakan untuk mengukur kemampuan
pernyataan yang diajukan mendapat respons geometri siswa hanya mengukur kemampuan siswa
kuat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan untuk menyebutkan sifat-sifat segiempat (persegi,
pembelajaran berbasis origami ini memperoleh persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, layang-
respons positif dari siswa. layang, serta trapesium), sehingga assesment tool
Respons tersebut sesuai dengan dalam penelitian tidak mampu mengukur
pendapat para ahli yaitu Boakes (2008) kemampuan geometri siswa yang melibatkan
mengungkapkan bahwa siswa sangat positif Higher Order Thinking Skills (HOTS) yaitu berpikir
dan antusias tentang pengalaman mereka pada tingkat tinggi yang lebih dari mengingat,
membuat origami dan pengalaman tersebut menyatakan kembali, atau menerapkan aturan,
membantu mereka memahami konsep rumus, maupun prosedur.
geometri dan istilah yang mereka pelajari. Di
samping itu, Robichaux & Rodrigue (dalam SIMPULAN DAN SARAN
Boakes, 2008) menceritakan bahwa siswa
Berdasarkan analisis data dan pembahasan,
sekolah menengah merasa sangat senang dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai
ketika pembelajaran berbasis origami. Pearl
berikut.
(2010) juga menyebutkan bahwa origami 1. Setelah pembelajaran berbasis origami, skor
sebagai suatu cara untuk mengurangi
rata-rata kelas siswa pada paper folding test
ketakutan siswa terhadap matematika dan mengalami peningkatan yaitu yang awalnya
meningkatkan pengalaman positif siswa dalam
71 menjadi 76. Hal ini menunjukkan adanya
pembelajaran matematika. Bahkan menurut peningkatan visualisasi spasial yang dialami
Pearl (2010), origami bukan hanya
siswa. Persentase jumlah siswa yang
menyenangkan, tetapi menampung mengalami peningkatan skor pada paper
keanekaragaman gaya pembelajaran yang
folding test adalah 44%, persentase jumlah
membantu anak-anak memahami matematika siswa yang skornya tetap adalah 33%,
dan ini adalah metode inovatif untuk
sedangkan persentase jumlah siswa yang
perkembangan pendidikan, budaya, dan mengalami penurunan adalah 23%.
kemampuan sosial.
Berdasarkan kriteria peningkatan yang
Dari pernyataan pertama pada angket diungkapkan oleh Khabibah (2006), maka
respons siswa, diketahui bahwa sebanyak
peningkatan visualisasi spasial yang dialami
77.50% siswa sudah mengetahui tentang sifat- siswa tergolong sangat rendah yaitu kurang
sifat segiempat, hal ini karena materi
dari 50%.
segiempat sudah pernah dikenalkan pada 2. Setelah pembelajaran berbasis origami, skor
tingkat Sekolah Dasar. Dari pernyataan kedua
rata-rata kelas siswa pada assessment tool
pada angket respons siswa, diketahui sebanyak mengalami peningkatan yang awalnya 42.92
83.83% siswa menyatakan paham tentang
menjadi 78.54. Hal ini menunjukkan adanya
sifat-sifat segiempat setelah pembelajaran peningkatan kemampuan geometri yang
berbasis origami. Data tersebut menunjukkan
dimiliki siswa. Persentase jumlah siswa yang
bahwa jumlah siswa yang awalnya sebanyak mengalami peningkatan skor pada assessment
77.50% menyatakan bahwa mereka sudah
tool adalah 93%, sedangkan persentase jumlah
mengetahui tentang sifat-sifat segiempat siswa yang mengalami penurunan adalah 7%.
meningkat menjadi 83.83% menyatakan
Berdasarkan kriteria peningkatan yang
paham tentang materi sifat-sifat segiempat
diungkapkan oleh Khabibah (2006), maka
setelah pembelajaran berbasis origami. Hal ini
peningkatan kemampuan geometri yang
sesuai dengan pendapat Pearl (2010) yang dialami siswa tergolong sangat tinggi yaitu
mengungkapkan bahwa origami dapat
lebih dari sama dengan 80%.
digunakan untuk memperkenalkan, melatih, 3. Berdasarkan data respons siswa dan kriteria
atau memperbaiki suatu konsep matematika.
yang telah ditetapkan, dapat disimpulkan
bahwa butir pernyataan 1, 4, 6, 7, 9, 10
mendapat respons kuat dengan 60% ≤ NRS <
80%, sedangkan butir pernyataan 2, 3, 5, 8 DAFTAR PUSTAKA
mendapat respons sangat kuat dengan 80% ≤
NRS ≤ 100%. Dapat diketahui pula bahwa [1] Boakes, Norma J. 2008. Origami Mathematics
kategori respon siswa menunjukkan ≥ 50% Lesson: Paper Folding as a Teaching Tool.
dari sepuluh butir pernyataan yang diajukan Mathitudes 1 (1), pp.1-9.
mendapat respons kuat. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan pembelajaran geometri berbasis [2] Boakes, Norma J. 2009. Origami Instruction in
origami ini memperoleh respons positif dari the Middle School Mathematics Classroom:
siswa. Its impact on spatial visualization and
geometry knowledge of students. Research in
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, Middle Level Education, 32(7), pp.1-12.
maka peneliti dapat mengemukakan beberapa saran
sebagai berikut. [3] Boakes, Norma J. 2011. Origami and Spatial
1. Pada penelitian ini, penilaian hanya Thinking of College-Age Student. Taylor and
difokuskan pada hasil pre test dan post test Francais Group, LLC.
dengan menggunakan paper folding test dan
assessment tool. Pada penelitian selanjutnya, [4] Cakmak, Sedanur. 2009. An Investigation of
sebaiknya dilakukan pengamatan selama the Effect of Origami-Based Instruction on
proses belajar untuk mengetahui peningkatan Elementary Students’ Spatial Ability In
visualisasi spasial dan kemampuan geometri Mathematics. Thesis tidak dipublikasikan.
siswa melalui pengamatan aktivitas siswa. Turkey: Middle East Technical University.
Untuk itu, diperlukan alat penilaian yang
sesuai dengan penilaian selama proses belajar [5] Chen, K. 2006. Math in Motion: Origami
seperti rubrik penilaian kerja kelompok, unjuk Math for Students Who are Deaf and Hard of
kerja, diskusi atau presentasi. Hal ini sesuai Hearing. Journal of Deaf Studies and Deaf
dengan pendapat Armstrong (dalam Suparno, Education, 11(2), pp. 262-266.
2009) yang mengatakan bahwa penilaian
selama proses belajar dapat berupa penilaian [6] Cipoletti, B., & Wilson, N. 2004. Turning
secara singkat kepada siswa selama diskusi, origami into the language of mathematics.
bekerja kelompok, dan selama berpartisipasi Mathematics Teaching in the Middle School,
aktif selama pembelajaran. 10(1), pp. 26-31.
2. Pada penelitian ini, subjek penelitian adalah
satu kelas siswa SMP kelas VII yang terdiri [7] Coad, L. 2006. Paper Folding in the Middle
dari 30 siswa. Pada penelitian selanjutnya, School Classroom and Beyond. Australian
peneliti menyarankan agar menggunakan kelas Mathematics Teacher, 62(1), pp. 6-13.
pembanding sehingga dapat diketahui
perbandingan visualisasi spasial dan [8] Ekstrom, Ruth B et all.. 1976. Manual for Kit
kemampuan geometri siswa yang of Factor-Referenced Cognitive Tests. New
mendapatkan pembelajaran berbasis origami Jersey: Educational Testing Service.
dan tidak. [9] Hoffer, A. 1983. Van Hiele-based Research. In
3. Pada penelitian ini, kegiatan memotong kertas R. Lesh and M. Landau (Eds.), Acquisition of
origami untuk membentuk model Mathematics Concepts and Process. pp.205-
persegipanjang, belahketupat, jajargenjang, 228. New York: Academic Press.
layang-layang, serta trapesium dilakukan oleh
siswa sendiri selama pembelajaran [10] Karen, Baicker. 2004. Origami Math.
berlangsung. Pada penelitian selanjutnya, ProQuest Education Journals. pp. 41-44.
peneliti menyarankan agar model-model
tersebut sudah disiapkan untuk [11] Khabibah, Siti. 2006. Model Pembelajaran
mengefisienkan waktu penelitian. Matematika dengan Soal Terbuka untuk
4. Guru hendaknya dapat mendesain media Meningkatkan Kreativitas Siswa Sekolah
origami sebagai media dalam pengajaran di Dasar. Disertasi tidak dipublikasikan.
kelas, baik pada materi sifat-sifat segiempat Surabaya: Pascasarjana Unesa.
maupun materi lain yang memungkinkan
dilaksanakan dengan menggunakan media [12] Lang, Robert J. 1988. The Complete Book of
origami dengan tujuan agar dapat membantu Origami Step-by-step Instructions in Over 100
proses pembelajaran di kelas.
Diagrams. United States of America: Dover [19] Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-
Publications, Inc. variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta.

[13] Levenson, G. 1995. The Educational Benefits [20] Suparno, Paul. 2004. Teori Inteligensi Ganda
of Origami. Retrieved February 17, 2009. dan Aplikasinya di Sekolah. Yogyakarta:
http://home.earthlink.net/~robertcubie/origami Kanisius.
/edu.html. Diakses tanggal 1 Februari 2013.
[21] Sze, S. 2005. Constructivism and the ancient
[14] Masriyah. 2006. Evaluasi Pembelajaran art of origami. Proceeding of the Academy of
Matematika (Modul 9: Alat Ukur Nontest). Creativity and Innovation, Memphis, 2(1), pp.
Jakarta: Universitas Terbuka. 5-9.

[15] Metz, Susan Staffin et all.. 2012. Information [22] Van de Walle, John A. 1994. Elementary
Sheet Spatial Skills: A Focus on Gender and School Mathematics. New York: Longman.
Engineering. New Jersey: AWE.
[23] Velez, Deborah, Marilyn. 2005.
[16] National Council of Teachers of Mathematics. Understanding Visualization through Spatial
2000. Principles and Standards for School Ability Differences. Proceedings of IEEE
Mathematics. Reston, VA: National Council Visualization 2005. Minneapolis, Min. 23-28
of Teachers of Mathematics. Oct.2005.

[17] Nemeth, Brigitta. 2007. Measurement of the [24] Yilmaz, H. Bayram. 2009. On the
Development of Spatial Ability by Mental Development and Measurement of Spatial
Cutting Test. Department of Descriptive Ability. International Electronic Journal of
Geometry and Computer Science, Szent István Elementary Education. 1(2).
University.

[18] Pearl, Barbara. 2010. Math in Motion:


Origami for the Classroom K-8 Every Child
Counts. Langhorne, PA: Math in Motion.

Anda mungkin juga menyukai