Anda di halaman 1dari 9

Nama : Teuku Afrizal

Alamat : Jalan. Nasional, Desa. Blang Seumot, Kec. Beutong , Kab. Nagan Raya, Prov. Aceh

Jurusan : Manajemen Dakwah

MataKuliah/ Kode Unit : Pancasila Dan Kewarganegaraan 2032DMD001/0/1/21/03

“Sejarah Lahirnya Pancasila, Pengertian Dan Fungsinya “


Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: पञ्च
"pañca" berarti lima dan शीला "śīla" berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan
pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Berikut adalah lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah 5 sila Pancasila, yang tercantum pada
alinea ke-4 dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945:

Nomor Sila Lambang

1. Ketuhanan yang Maha Esa

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

3. Persatuan Indonesia

Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam


4.
permusyawaratan/perwakilan

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia


Sekalipun terjadi perubahan isi dan urutan lima sila Pancasila yang berlangsung dalam beberapa
tahap selama masa perumusan Pancasila pada tahun 1945, tanggal 1 Juni diperingati bersama
sebagai hari lahirnya Pancasila.

Sejarah perumusan dan lahirnya Pancasila


Artikel utama:  Rumusan-rumusan Pancasila
Pada tanggal 1 Maret 1945 dibentuk Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia, yang
diketuai oleh Dr. Kanjeng Raden Tumenggung (K.R.T.) Radjiman Wedyodiningrat. Dalam pidato
pembukaannya, dr. Radjiman antara lain mengajukan pertanyaan kepada anggota-anggota Sidang, "Apa
dasar Negara Indonesia yang akan kita bentuk ini?
Dalam upaya merumuskan Pancasila sebagai dasar negara yang resmi, terdapat usulan-usulan pribadi
yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia yaitu:

 Lima Dasar oleh Muhammad Yamin, yang berpidato pada tanggal 29


Mei 1945. Yamin merumuskan lima dasar sebagai berikut:
o Perikebangsaan
o Perikemanusiaan
o Periketuhanan
o Perikerakyatan
o Kesejahteraan rakyat
Dia menyatakan bahwa kelima sila yang dirumuskan itu berakar pada sejarah, peradaban, agama, dan
hidup ketatanegaraan yang telah lama berkembang di Indonesia. Mohammad Hatta dalam memoarnya
meragukan pidato Yamin tersebut.

 Panca Sila oleh Soekarno yang dikemukakan pada tanggal 1 Juni 1945 dalam pidato spontannya
yang kemudian dikenal dengan judul "Lahirnya Pancasila". Soekarno mengemukakan dasar-dasar
sebagai berikut: Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme, Kemanusiaan atau internasionalisme,
Mufakat atau Demokrasi, Kesejahteraan Sosial, Ketuhanan yang berkebudayaan. Nama Pancasila itu
diucapkan oleh Soekarno dalam pidatonya pada tanggal 1 Juni itu, katanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan
ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan
petunjuk seorang teman kita ahli bahasa - namanya ialah Pancasila. Sila artinya asas atau
dasar, dan di atas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Sebelum sidang pertama itu berakhir, dibentuk suatu Panitia Kecil untuk:

 Merumuskan kembali Pancasila sebagai dasar Negara berdasarkan pidato yang diucapkan
Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945.
 Menjadikan dokumen itu sebagai teks untuk memproklamasikan Indonesia Merdeka.
Dari Panitia Kecil itu dipilih 9 orang yang dikenal dengan Panitia Sembilan, untuk menyelenggarakan
tugas itu. Rencana mereka itu disetujui pada tanggal 22 Juni 1945 yang kemudian diberi
nama Piagam Jakarta.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara secara resmi beberapa dokumen
penetapannya ialah:

 Rumusan Pertama: Piagam Jakarta (Jakarta Charter) - tanggal 22 Juni 1945


 Rumusan Kedua: Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 - tanggal 18 Agustus 1945
 Rumusan Ketiga: Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat - tanggal 27 Desember 1949
 Rumusan Keempat: Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara - tanggal 15 Agustus 1950
 Rumusan Kelima: Rumusan Pertama menjiwai Rumusan Kedua dan merupakan suatu rangkaian
kesatuan dengan Konstitusi (merujuk Dekret Presiden 5 Juli 1959)
Presiden Joko Widodo pada tanggal 1 Juni 2016 telah menandatangani Keputusan Presiden (Keppres)
Nomor 24 Tahun 2016 tentang Hari Lahir Pancasila sekaligus menetapkannya sebagai hari libur nasional
yang berlaku mulai tahun 2017

Hari Kesaktian Pancasila


Artikel utama: Hari Kesaktian Pancasila
Pada tanggal 30 September 1965, terjadi insiden yang dinamakan Gerakan 30 September (G30S).
Insiden ini sendiri masih menjadi perdebatan di tengah lingkungan akademisi mengenai siapa
penggiatnya dan apa motif di belakangnya. Akan tetapi, otoritas militer dan kelompok keagamaan
terbesar saat itu menyebarkan kabar bahwa insiden tersebut merupakan usaha PKI mengubah
unsur Pancasila menjadi ideologi komunis, untuk membubarkan Partai Komunis Indonesia, dan
membenarkan peristiwa Pembantaian di Indonesia 1965–1966.
Pada hari itu, enam jenderal dan satu kapten serta berberapa orang lainnya dibunuh oleh oknum-
oknum yang digambarkan pemerintah sebagai upaya kudeta. Gejolak yang timbul akibat G30S
sendiri pada akhirnya berhasil diredam oleh otoritas militer Indonesia. Pemerintah Orde Baru
kemudian menetapkan 30 September sebagai Hari Peringatan Gerakan 30 September G30S dan
tanggal 1 Oktober ditetapkan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Fungsi dan kedudukan Pancasila


Berikut ini adalah beberapa fungsi dan kedudukan Pancasila bagi negara kesatuan Republik
Indonesia.

1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia: sebagai nilai-nilai kehidupan dalam


masyarakat bangsa Indonesia melalui penjabaran instrumental sebagai acuan hidup yang
merupakan cita-cita yang ingin dicapai serta sesuai dengan napas jiwa bangsa Indonesia
dan karena Pancasila lahir bersama dengan lahirnya bangsa Indonesia.
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia: merupakan bentuk peran dalam
menunjukan adanya kepribadian bangsa Indonesia yang dapat di bedakan dengan bangsa
lain, yaitu sikap mental, tingkah laku, dan amal perbuatan bangsa Indonesia
3. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia: merupakan kristalisasi
pengalaman hidup dalam sejarah bangsa Indonesia yang telah membentuk sikap, watak,
perilaku, tata nilai norma, dan etika yang telah melahirkan pandangan hidup.
4. Pancasila sebagai dasar negara Indonesia: untuk mengatur tatanan kehidupan bangsa
Indonesia dan negara Indonesia, yang mengatur semua pelaksanaan sistem ketatanegaraan
Indonesia sesuai Pancasila.
5. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi negara Republik
Indonesia: sebagai segala sumber hukum di negara Indonesia karena segala kehidupan
negara Indonesia berdasarkan Pancasila, itu juga harus berlandaskan hukum. Semua
tindakan kekuasaan dalam masyarakat harus berlandaskan hukum.
6. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa Indonesia pada waktu mendirikan negara:
karena pada waktu mendirikan negara Pancasila adalah perjanjian luhur yang disepakati
oleh para pendiri negara untuk dilaksanakan, pelihara, dan dilestarikan.
7. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia: karena dalam Pancasila,
mengandung cita-cita dan tujuan negara Indonesia adalah menjadikan Pancasila sebagai
patokan atau landasan pemersatu bangsa.

Butir-butir pengamalan Pancasila


Berdasarkan Ketetapan MPR No.II/MPR/1978
1. Ketuhanan Yang Maha Esa

1. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
2. Hormat menghormati dan bekerja sama antar pemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
4. Tidak memaksakan suatu agama atau kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab

1. Mengakui persamaan derajat persamaan hak dan persamaan kewajiban antara sesama
manusia.
2. Saling mencintai sesama manusia.
3. Mengembangkan sikap tenggang rasa.
4. Tidak semena-mena terhadap orang lain.
5. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
6. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
7. Berani membela kebenaran dan keadilan.
8. Mengembangkan sikap menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain, karena bangsa
Indonesia adalah bagian dari seluruh umat manusia.
3. Persatuan Indonesia

1. Menempatkan kesatuan, persatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di


atas kepentingan pribadi atau golongan.
2. Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
3. Cinta tanah air dan bangsa.
4. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia.
5. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa yang ber-Bhinneka Tunggal
Ika.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan
perwakilan

1. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.


2. Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Meliputi semangat kekeluargaan untuk mencapai mufakat dalam musyawarah.
5. Menerima dan melaksanakan hasil musyawarah dengan iktikad yang baik dan lapang dada.
6. Melakukan musyawarah dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
7. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan
Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran
dan keadilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

1. Mengembangkan perbuatan-perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Bersikap adil.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak-hak orang lain.
5. Suka menolong kepada orang lain.
6. Menjauhi sikap pemerasan terhadap orang lain.
7. Tidak bersifat boros.
8. Tidak bergaya hidup mewah dan berfoya-foya.
9. Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
10. Suka bekerja keras.
11. Menghargai dan mengapresiasi hasil karya orang lain.
12. Bersama-sama berusaha mewujudkan kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial.
Berdasarkan ketetapan MPR no. I/MPR/2003
Sila pertama

Bintang

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayaannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan Yang


Maha Esa.
2. Percaya dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Menghargai dan bekerja sama dengan pemeluk agama lain dengan kepercayaan yang
berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama terhadap Tuhan Yang Maha
Esa.
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut
hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap orang lain.

Sila kedua

Rantai

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mengakui persamaan derajat, kewajiban, dan hak asasibsetiap manusiatanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna
kulit, dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia.
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira.
5. Tidak bersikap semena-mena terhadap orang lain.
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
8. Berani membela kebenaran dan keadilan.
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia.
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.
Sila ketiga

Pohon Beringin

1. Mampu menempatkan persatuan dan kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa
dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup rela berkorban demi kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3. Mengembangkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
4. Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Sila keempat

Kepala Banteng

1. Sebagai warga dan masyarakat negara Indonesia, setiap manusia memiliki kedudukan, hak,
dan kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama.
4. Menjalankan musyawarah dengan semangat kekeluargaan.
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah.
6. Menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah dengan iktikad baik dan rasa
tanggung jawab.
7. Mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan dalam
musyawarah.
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur.
9. Keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang
Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan
keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
10. Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dapat dipercayai untuk melaksanakan
pemusyawaratan.
Sila kelima

Padi dan Kapas

1. Mengembangkan sikap perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana
kekeluargaan dan gotong-royong.
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama.
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
4. Menghormati hak orang lain.
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri.
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang
lain.
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan, gaya hidup mewah,
dan berfoya-foya.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan
dan pihak umum.
9. Gemar bekerja keras.
10. Mengapresiasi hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan
bersama.
11. Gemar melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial.

Penafsiran
Seorang Panglima Kodam I/Bukit Barisan menggambarkan Pancasila sebagai bentuk sosialisme
religius.

Kritikan
International Humanist telah mengkritik sila pertama karena tidak mendefinisikan hak
untuk atheisme.
Kritik terhadap Pancasila dilarang oleh Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), sebab
Pancasila terdapat dalam lambang negara Indonesia. Menurut UU no. 24 tahun 2009 pasal
68, penghinaan terhadap Pancasila dapat diberikan sanksi maksimal 5 tahun penjara atau denda
maksimal 500 juta rupiah.
Pada tahun 2018, Muhammad Rizieq Shihab didakwa berdasarkan 154a dan 320 KUHP atas
penghinaan terhadap ideologi dan fitnah negara.

Psikologi Pancasila
Sikap dan perilaku ber-Pancasila diharapkan dari setiap warga negara Indonesia. Psikologi sebagai
ilmu jiwa dan tingkah laku berperan dalam menjelaskan dan meramalkan sikap dan perilaku ini
melalui riset empiris. Sejumlah studi tentang psikologi Pancasila telah dilakukan di Indonesia. Studi
paling awal tentang uji psikometris validitas konkuren keber-Pancasila-an menghasilkan bukti
bahwa pengukuran perilaku untuk Sila pertama hingga Sila kelima Pancasila bersesuaian masing-
masing dengan pengukuran (1) sikap terhadap Tuhan, (2) identifikasi dengan kemanusiaan, (3)
patriotisme, (4) dukungan terhadap prinsip-prinsip demokrasi, dan (5)
humanitarianisme. Pengukuran keber-Pancasila-an juga sejalan dengan keutamaan karakter
berupa transendensi, kemanusiaan, keberanian, kendali diri, dan keadilan.Hasil studi psikologis
juga menunjukkan bahwa identitas religius bukan melunturkan melainkan menguatkan keber-
Pancasila-an remaja Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai