Anda di halaman 1dari 12

Materi Tafsir

Ibnu Katsir
Alisha Naurah Kameela
XI IPS 3
Tafsir surat Al Maidah ayat 48
ْ َ‫علَ ْي ِه ف‬
َ َ َ‫اح ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم ِب َما ٓ ا َ ْنز‬ َ ‫ب َو ُم َهي ِْمنًا‬ ِ ‫ص ِ ّدقًا ِلّ َما بَيْنَ يَ َد ْي ِه ِمنَ ْال ِك ٰت‬َ ‫ق ُم‬ ِ ّ ‫ب ِب ْال َح‬ َ ‫َوا َ ْنزَ ْلنَا ٓ اِلَي َْك ْال ِك ٰت‬
‫عةً َّو ِم ْن َها ًجا َِّۗولَ ْو ش َۤا َء ه‬
ُ‫ّٰللا‬ َ ‫ق ِل ُك ٍّّ َ َجعَ ْلنَا ِم ْن ُك ْم ِش ْر‬ ِ ّ ِّۗ ‫ع َّما َج ۤا َء َك ِمنَ ْال َح‬ َ ‫ّٰللاُ َو ََل تَت َّ ِب ْع ا َ ْه َو ۤا َء ُه ْم‬ ‫ه‬
‫ّٰللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِم ْيعًا فَيُنَ ِبُّ ُ ُك ْم‬ِ ‫ت اِلَى ه‬ ِ ِّۗ ‫اح َدة ً َّو ٰل ِك ْن ِلّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِ ْي َما ٓ ٰا ٰتى ُك ْم فَا ْست َ ِبقُوا ْال َخي ْٰر‬ ِ ‫لَ َجعَلَ ُك ْم ا ُ َّمةً َّو‬
َ‫ِب َما ُك ْنت ُ ْم فِ ْي ِه ت َ ْخت َ ِلفُ ْون‬

Artinya: "Dan Kami telah menurunkan Kitab (Al-Qur'an) kepadamu (Muhammad) dengan
membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya dan
menjaganya, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah
engkau mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Kalau
Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji
kamu terhadap karunia yang telah diberikan-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat
kebajikan. Hanya kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu terhadap
apa yang dahulu kamu perselisihkan," (QS. Al Maidah: 48)
1. Iman kepada Al Quran dan kitab-kitab sebelumnya

‫علَ ْي ِه‬ ِ ‫ص ِ ّدقًا ِل َما بَ ْي َن يَ َد ْي ِه ِم َن ا ْل ِكتَا‬


َ ‫ب َو ُم َه ْي ِمنًا‬ َ ‫ق ُم‬ َ َ ‫َوأ َ ْن َز ْلنَا ِإلَ ْي َك ا ْل ِكت‬
ِ ّ ‫اب ِبا ْل َح‬
Dan kami telah turunkan kepadamu Al-Qur‟an dengan membawa kebenaran, membenarkan
apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap
kitab-kitab yang lain itu.

Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menurunkan Al Quran kepada Nabi Muhammad
shallallahu „alaihi wasallam dengan haq. “Yakni membawa kebenaran dan tiada keraguan di
dalamnya,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya. Kata mushoddiqo (‫ )مصدقا‬artinya adalah
membenarkan. Yang dibenarkan adalah kitab-kitab suci sebelum Al Quran. Meskipun kata minal
kitaab (‫ )الكتاب من‬berbentuk mufrad (tunggal), makna yang dimaksudkan adalah jamak, yakni
al kutub (‫)الكتب‬.
2. Al Quran sebagai pedoman hidup

َ ‫َّللاُ َو ََل تَت ه ِب ْع أ َ ْه َوا َء ُه ْم‬


ِ ّ ‫ع هما َجا َء َك ِم َن ا ْل َح‬
‫ق‬ ‫اح ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم ِب َما أ َ ْن َز َل ه‬
ْ َ‫ف‬

Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu
mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu.

“Dengan turunnya ayat ini,” kata Ibnu Katsir, “Rasulullah diperintahkan untuk memutuskan
perkara di antara mereka (ahli kitab) dengan apa yang ada pada Al Quran.”

Rasulullah tidak boleh memutuskan dengan mengikuti hawa nafsu mereka. Termasuk
dengan kitab mereka yang sudah terdistorsi dan sudah diubah sesuai hawa nafsu mereka.j
3. Tiap umat memiliki syariat masing-masing

‫ش ْرعَةً َو ِم ْن َها ًجا‬


ِ ‫ِل ُك ٍّ ّل َجعَ ْلنَا ِم ْن ُك ْم‬

Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang.
Menurut Ibnu Abbas dan Mujahid, syir‟ata (‫ )شرعة‬adalah tuntunan, minhaja (‫ )اَمنها‬adalah
jalan. Syaikh Wahbah Az Zuhaili menjelaskan, syir‟ata (‫ )شرعة‬adalah apa yang disyariatkan
Allah Subhanahu wa Ta‟ala untuk para hambaNya berupa agama, sistem, aturan dan
hukum-hukumnya. Sedangkan minhaja (‫ )اَمنها‬adalah jalan terang yang ditempuh manusia
dalam beragama. Ibnu Katsir menjelaskan, seluruh Nabi dan Rasul, ajaran tauhidnya sama.
Yakni laa ilaaha illallah. Sebagaimana firman-Nya :
َ ‫سوَل أ َ ِن ا ُ ْعبُدُوا ه‬
ُ ‫َّللا َواجْ ت َ ِنبُوا ال هطا‬
َ‫غوت‬ ُ ‫َولَقَ ْد بَعَثْنَا ِفي ُك ِ ّل أ ُ هم ٍّة َر‬
Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”
4. Berlomba-lomba dalam kebaikan

ِ ‫ست َ ِبقُوا ا ْل َخ ْي َرا‬


‫ت‬ ِ ‫َّللاُ لَ َجعَلَ ُك ْم أ ُ همةً َو‬
ْ ‫اح َدةً َولَ ِك ْن ِليَ ْبلُ َو ُك ْم فِي َما آتَا ُك ْم فَا‬ ‫َولَ ْو شَا َء ه‬

Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah
hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu. Maka berlomba-lombalah
berbuat kebajikan.
Ibnu Katsir menjelaskan, Allah telah menetapkan berbagai macam syariat untuk menguji
hamba-hambaNya dengan memberi pahala kepada orang yang taat dan menyiksa mereka
yang durhaka.
“Berlomba-lombalah kamu semuanya berbuat pekerjaan-pekerjaan yang baik di dalam
dunia ini, dengan memegang pokok pertama yaitu ketaatan kepada Allah dan percaya
bahwa di belakang hidup yang sekarang ini ada lagi hidup akhirat,” tulis Buya Hamka dalam
Tafsir Al Azhar.
5. Semua akan kembali kepada Allah

َ ُ‫َّللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِميعًا فَيُنَ ِبّئ ُ ُك ْم بِ َما ُك ْنت ُ ْم فِي ِه ت َ ْخت َ ِلف‬
‫ون‬ ِ ‫إِلَى ه‬

Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan kepadamu apa yang
telah kamu perselisihkan itu.

Apa yang diperselisihkan ini adalah tentang akhirat itu sendiri. Orang kafir tidak percaya
adanya akhirat, mereka berselisih mengenai hal yang pasti ini. Karenanya kelak mereka akan
diberitahu dan mendapatkan balasannya siksa neraka. Sedangkan bagi mukmin yang
beramal shalih, mereka pun akan mendapat balasannya berupa surga.
Tafsir surat At-Taubah ayat 105

َ ‫ست ُ َرد‬
‫ُّون‬ َ ُ‫سولُهُ َوا ْل ُم ْؤ ِمن‬
َ ‫ون َو‬ ُ ‫ع َملَ ُك ْم َو َر‬ َ ُ‫َّللا‬‫سيَ َرى ه‬ َ َ‫َوقُ ِل ا ْع َملُوا ف‬
َ ُ‫ش َها َد ِة فَيُنَ ِبّئ ُ ُك ْم ِب َما ُك ْنت ُ ْم ت َ ْع َمل‬
‫ون‬ ‫ب َوال ه‬ِ ‫ِإلَى عَا ِل ِم ا ْلغَ ْي‬

Artinya: Dan katakanlah, "Bekerjalah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya Serta
orang orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu dan kalian akan
dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang gaib dan yang nyata,
lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan.” (QS. At-
Taubah: 105)
1. Beramallah, Bekerjalah!

Allah Subhanahu wa Ta‟ala memerintahkan hamba-Nya untuk beramal. Jika pada ayat
sebelumnya dinyatakan bahwa Allah menerima taubat, maka taubat tidak boleh berhenti
pada niat baik saja tetapi harus diikuti dengan memperbanyak amal.

“Janganlah berhenti, melainkan teruslah beramal,” kata Buya Hamka dalam Tafsir Al
Azhar. “Karena nilai kehidupan ditentukan oleh amalan yang bermutu. Maka tak boleh
ada mukmin yang kosong waktunya dari amal.”

Buya Hamka menjelaskan, amal adalah pekerjaan, usaha, perbuatan dan keaktifan hidup.
Maka selain beribadah, orang yang beriman juga harus bekerja dan berusaha. Terutama
sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
2. Allah melihat amal dan pekerjaan

Allah juga memotivasi hamba-Nya untuk beramal dengan ikhlas dan sungguh-
sungguh. Tak perlu mencari popularitas. Tak perlu mengejar pujian. Karena
Allah melihat amal-amal itu. Semasa Rasulullah hidup, beliau juga melihat
amal-amal itu. Demikian pula kaum mukminin akan melihat amal-amal itu.
Yang menarik pada firman Allah ini, yang dilihat Allah
adalah amalakum; amalmu, pekerjaanmu, usahamu. Itulah yang
dilihat Allah. Bukan hasil usahanya. Bukan hasil pekerjaannya.

Ayat ini memotivasi kepada kita untuk terus beramal dan bekerja
dengan sungguh-sungguh. Proses itulah yang dilihat dan dinilai Allah.
Bukan hasilnya. Allah tidak menilai kita berdasarkan hasil, tetapi
berdasarkan proses. Apakah kita telah sungguh-sungguh beramal dan
bekerja.
3. Seluruh amal akan
dipertanggungjawabkan

Seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah. Dialah


Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata. Dialah
yang mengetahui niat dan amal-amal manusia. Dialah yang
mengetahui apa yang tersembunyi dan apa yang terbuka.

Anda mungkin juga menyukai