Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA - 2


Disusun Untuk Tugas Mata Kuliah:
Perkembangan Pemikiran Modern Dalam Islam
Dosen Pengampu : FAJAR SIDDIK, M.Pd.I

Disusun Oleh : Kelompok 8


Dinda Al-hidayah
Rika Afrida
Zayni Asmita

Prodi : Pendidikan Agama Islam


Semester V (Pagi)
Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Al-Washliyah (STIT)
Kebun Lada Kota Binjai
T.A 2020-2021
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.

Dengan mengucap puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberi
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan tak lupa pula mengucapkan shalawat beserta salam atas kehadiran baginda rasulullah
yaitu nabi Muhammad S.A.W. Dan rasa terima kasih kami kepada anggota kelompok 8
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini, serta terlebih lagi kepada bapak dosen
pembimbing Fajar Siddik, M.Pd.I yang senantiasa membimbing dan memberi saran
yang baik dan motivasi kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah
mata kuliah Perkembangan pemikiran modern dalam islam.

Makalah ini di buat bukan hanya untuk menyelesaikan dan melengkapi tugas mata
kuliah tapi juga di harapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas guna meningkatkan
pengetahuan yang mendalam bagi para mahasiswa/i dalam bidang pendidikan, sehingga
kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada dalam bidang pendidikan. Akhir kata,
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami, sekian dan
terima kasih.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Binjai, November 2021

Penyusun

Kelompok 8

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................

DAFTAR ISI...........................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................

A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Makalah............................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................

A. Muhammadiyah............................................................................................................
B. Persis............................................................................................................................
C. Nahdatul Ulama............................................................................................................
D. Masyumi.......................................................................................................................
E. Syarikat Islam...............................................................................................................
F. Jong Islamiten Bond.....................................................................................................
G. Pembaharuan Kontemporer..........................................................................................

BAB II PENUTUP..................................................................................................................

A. KESIMPULAN............................................................................................................
B. SARAN........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pembaharuan merupakan terjemahan bahasa Barat “Modernisasi“, atau bahasa Arab


al-tajdid mempunyai pengertian “Pikiran, gerakan untuk menyesuaikan paham paham
keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan-kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern“ dengan jalan itu para pemimpin Islam modern
mengharap akan dapat melepaskan umat Islam dari suasana kemunduran kepada kemajuan. 1
Pembaharuan Islam sering kali dikelompokan sebagai kebalikan dari Islam Tradisionalis,
merupakan corak paham ke-Islaman yang mulai intensif pada awal abad 20 M, yaitu setelah
timbulnya gerakan pembaharuan Islam yang terjadi dibeberapa Negara mayoritas
penduduknya Islam, seperti Saudi Arabia, Mesir, India, Turki, Pakistan dan Indonesia.2

Gerakan pembaharuan islam secara sederhana adalah upaya baik secara individu
maupun kelompok pada kurun waktu atau situasi tertentu, untuk mengadakan perubahan
dalam praktek-praktek keagamaa islam dengan pemahaman dan pengalaman yang baru. Ide
ide pembaharuan di Indonesia terjadi pada abad ke 20 yang dibawa oleh para tokoh yang
semula belajar di mekkah. Tokoh- tokoh tersebut antara lain ialah : Ahmad Dahlan
(Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy'ari (Nahdlatul Ulama) Ahmad Surkati (Al-Irshad),
Zamzam (Persis) dan tokoh lainnya. Yang melatar belakangi ide pembaharuan di Indonesia
adalah adanya ide ide pembaharuan di luar Indonesia. Gerakan pembaharuan islam tidaklah
memiliki bentuk dan pola yang sama tetatpi memiliki karakter dan orientasi yang sangat
beragam.

Gerakan pembaharuan islam pada abad ke 20 tersebut bukan muncul secara


mendadak tetapi tidak terlepas dari pembaharuan-pembaharuan yang terdahulu. Seperti pada
abad ke 17 dan 18. Dikatakan pada abad 17 dan 18 adalah dasar dari pembaharuan yang
terjadi di abad ke 20. Secara umum alasaan berkembangnya pembaharuan islam di Indonesia
adalah respon terhadap kemunduran islam sebagai agama di Indonesia. Karena pada praktek-
prakteknya yang menyimpang, keterbelakangan para pemeluknya dan adanya invansi politik,
kultural dan intelektual dari dunia barat.

Pada awal mulanya, gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh kelompok muslim
modrenisasi di indonesia, timbul akibat pengaruh gerakan pemurnian muhammad ibnu abn
abd al wahhab (1703-1778) di jajirah arab perjuangan politik islamnisme jamaluddin al
afgani (1839-1897), yang merupakan perwujudan dan pembaharuan pemikiran politik islam,
dalam usaha mempersatukan umat islam di seluruh dunia.

1 Musyrifah Sutanto, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta : 2005, PT Rajagrafindo Persada), h. 302-
303
2 Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, ( Jakarta : 2010, PT RajaGrafindo Persada), h.
153-155
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah timbulnya ormas-ormas islam di indonesia?
2. Apa pengaruh organisasi-organisasi tersebut dalam pembaharuan islam
dindonesia?
3. Apa yang dimaksud pembaharuan kontemporer?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Unuk mengetahui bagaimana sejarah timbulnya ormas-ormas islam di indonesia?
2. Untuk mengetahui apa pengaruh organisasi-organisasi tersebut dalam
pembaharuan islam di indonesia?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pembaharuan kontemporer?

BAB II
PEMBAHASAN

A. MUHAMMADIYAH

Organisasi muhammadiyah merupakan organisasi sosial islam yang berdiri pada


tanggal 18 November 1912 M. Organsasi ini dipelopori Oleh K.H Ahmad Dahlan atas saran
murid-muridnya dan dari anggota budi utomo untuk mendirikan lembaga pendidikan bersifat
permanen.3 Ketika umat islam sedang dalam kondisi yang sangat terpuruk, Bersama seluruh
bangsa Indonesia, mereka terbelakang dengan tingkat pendidikan yang sangat rendah
kemakmuran dan ekonomi yang parah serta kemampuan politis yang tidak berdaya. Lebih
memperhatinkan lagi identitas keislaman merupakan salah satu poin negatif kehidupan umat,
Islam waktu itu identik dengan profil kaum santri yang selalu mengurusi kehidupan akhirat
sementara tidak tahu dan tidak mau tahu dengan perkembangan zaman, Sementara lembaga
organisasi keagamaan juga masih berkelut dengan urusan yang tidak banyak bersentuh
dengan dinamika realitas sosial apalagi berusaha untuk memajukan.

3 Ahmad syaukani, Op, Cit, h, 199-120


Ajaran islam seakan menjadi belenggu yang semakin membenamkan umatnya kepada
situasi yang tidak berharga dan tidak berdaya, disisi lain kelompok masyarakat yang terdidik
menjadi alergi dengan islam dan kaum muslim karena dianggap sebagai sumber
keterbelakangan masyarakat dan tidak bisa dijadikan jalan untuk membangun masa depan
yang lebih baik.

Sebagaimana tercermin dalam profil pendirinya Muhammadiyah hadir sebagai


pendobrak di inspirasikan oleh gerakan pembaharuan islam di dunia internasional yang
ditokohi jamaludin Al-afgani, Muhammad abduh, Rasyid Ridho dan lain-lain,
Muhammadiyah bergerak menggali nilai-nilai islam yang benar dan universal sebagai
petunjuk hidup dan kehidupan. Kemudian Muhammadiyah berkembang dalam arah gerakan
modernis, sebagai avan grade masyarakat Indonesia yang sedang bangkit dari tidur panjang
selama tiga setengah abad di bawah kolonialisme, sejalan dengan logika modernisme secera
akumulatif Muhammadiyah berkembang menjadi jaringan organisasi besar dengan amal
usaha yang makin meningkat dalam jumlah dan ragamnya.

Ada dua arah perkembangan Muhammadiyah dalam kerangka kemodernanya, yaitu


yang pertama pertumbuhan dan kemajuan ide tentang pertumbuhan growth dan kemajuan
progress merupakan dua kata kunci utama kebudayaan modern yang menggambarkan
akumulasi jumlah quantity dan peningkatan keragaman diversity.Keduanya merupakan
rumusan atau turunan dari ciri utama modernisme dan materialisme Muhammadiyah
mencoba menyuntikkan nilai-nilai materialisme kedalam masyarakat yang telah keropos
karena mengaggap kehidupan materi duniawi tidak memiliki nilai-nilai secara religius.

Arah perkembangan kedua adalah sistematisasi, yang merupakan rumusan turunaan


dari prinsip modernisme, sistematisasi ini tidak mengarah organisasional dengan dibentuknya
berbagai majelis dan organisasi otonom melainkan juga dalam kehidupan beragama, mulai di
bentuk lembaga untuk mensisitematisir pemahaman, pemikiran dan pelaksanaan peribadatan
yaitu majelis tarjih dan hasilnya disistematisir dalam sebuah manual himpunan putusan tarjih,
kedua trobosan tersebut, pertumbuhan, perkembangan, kemajuan dan upaya membangun
masyarakat umat islam dari masyarakat bodoh, miskin terbelakang dan terjajah hinga menjadi
masyarakat yang mandiri, makmur dan berpendidikan. (Abdul Munir Mulkhan.1990, hal; 1-
2)

Dua arah perkembangan tersebut di jadikan oleh organisasi Muhammadiyah dalam


kerangka modernisasi dan sistematisasi itu merupakan rumusan untuk memajukan agama
islam yang murni menurut Al-Qur’an dan sunnah rosull. Karena pandangan dunia modernis
makin lama makin banyak maendapat kritik karena dianggap tidak lagi sesuai, orang-orang
modrnis dianggap telah melangkah terlalu jauh dengan menjadikan rasionalisme dan
materialisme bukan lagi perangkat analisis, melainkan sebagai ideologi, dengan menjadikan
materialisme dan rasionalisme sebagai ideologi orang-orang modernis telah mutlak kedua
nilai tersebut dan gagal melihat berbagai keterbatasan yang inheren di dalamnya.

Orang-orang muhamadiyah belum mampu memahami bahwa bentuk gerakan mereka


merupakan sebuah hasil pemikirannya untuk mengatasi tuntutan keadaan, krangka organisasi
modernis hanyalah sarana untuk mengaktualisasikan nilai-nilai keislaman dalam konteks
masyarakat pada waktu itu, modernisme bisa dikatakan bukan substansi gerakan yang di
bangun oleh K.H.A Dahlan hingga kinipun orang lebih mengenal gerakan anti TBC (tahayul,
bid’ah, dan curafat) dan bukan gerakan sosial dan budaya.

Prinsip utama gerakan Muhammadiyah merupakan hasil pemahaman terhadap ajaran


islam yang termaktub dalam al-qur’ann dan sunnah hasil pemahaman demikian dirumuskan
sebagai pola kelakuan perjuangan muhammadiyah yang kemudian mendorong memberi arah
dan bentuk setiap aktifitas Muhammadiyah, keseluruhan dari prinsip perjuangan
Muhammadiyah dapat dikelompokan menjadi lima prinsip yaitu

1. Prinsip gerakan sosial


2. Prinsip gerakan dakwah
3. Prinsip gerkan ilmu
4. Prinsip gerakan tajwid

Dari 4 prinsip tersebut merupakan sistem gerakan muhammadiyah dalam


pembaharuan islam, Dilain pihak KH, Ahmad Dahlan juga melihat perlunya dilakukan
pembaharuan system pendidikan islam dari pesantren menjadi system pendidikan modern,
karena itu tidak mengherankan jika berdirinya muhammadiyah diawali dengan “pendiri
sekolah islam, yaini gabungan antara pendidikan umum dengan system madrasah, dirumah
sendiri dikampung kauman yogyakarta, melalui lembaga pendidikan inilah pendiri
Muhammadiyah ini mencoba merealisasikan gagasannya untuk menjadi organisasi sosial
keagamaan berlebel Reformasi. (Abdul MM, 2000: 157), hubungan sistematik kelima
prinsip gerakan Muhammadiyah menjadikan setiap akivitas harus menjalankan kelima
prinsip tersebut, hal ini berarti bahwa suatu kegiatan sebagai penerapan satu prinsip lainnya
bahkan sekaligus merupakan penrapan prinsip lainnya, namun demikian karena prioritas nya
diterapkan sebagai nsatu prinsip gerakan tertentu, maka arh utama dari kegiatan tetap
didasarkan pada prinsip garakan.

Usaha-usaha pembaharuan Muhammadiyah meliputi:

1. Memurnikan ajaran islam dengan membersihkan praktek serta pengaruh yang bukan
dari ajaran islam.
2. Reformasi ajaran dan pendidikan islam.
3. Reformasi doktrin-doktrin dengan pandangan alam pikiran modren.
4. Mempertahankan islam dari pengaruh dan serangan dari luar islam.4

Kehadiran sebuah organisasi sosial keagamaan dengan predikat pembaharu pada dasa
warsa kedua, abad kedua puluh ini dipandang sebagai satu kemajuan besar dikalangan umat
islam.. Tradisi keagamaan yang dipengaruhi oleh budaya keraton dan sinkretis, menyebabkan
K.H.A. Dhlan memilih pembaharuan sebagai upaya memurnikan ajaran islam, dengan cara
mengembalikannya kepada dua sumber utama yaitu; Al-Qur’an dan As-sunnah. (M.Rusli
Karim, 1986; 17-18) Sejak Muhammadiyah didirikan “bernawitu” menjadi gerakan islam
sesuai dengan bimbingan Allah dalam A-Qur’an serta teladan Rosulullah dalam fikiran
modern yang selaras dengan kedua basis sebelumnya, dengan dasar-dasar tersebut
Muhammadiyah mampu menumbuhkan cara hidup yang dinamik, rasional, dan
individualistic serta gaya hidup kota yang duniawi dan mampu mengkombinasikan pola dan
metodeorganisasi barat yang modern dengan prinsip dan nilai islam mempunyai kepercayaan
pada diri sendiri, jadi jelas pilihan yang dijatuhkan, sebagai gerakan tjdid menempati dua sisi
mata uang yang sama. Pemurnian islam dari segala bentuk bid’ah dan kurafat serta penerapan
islam dalam masyarakat dengan pola dan metode modern.

Dengan Islam benar Muhammadiyah menjadi kokoh, teguh dan berpribadi dengan
ilmu-ilmu modern Muhammadiyah lebih mudah menerapkan islam dalam kehidupan
masyarakat. Etos Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan islam terlalu sederhana
untuk hanya dikaitkan dengan masalah kekuasaan politik apa lagi jabatan presiden, menteri
atau DPR. Karena itu, penting bagi Muhammadiyah untuk tetap konsisten pada jati dirinya
sebagai gerakan sosial dan budaya, jika pada satu masa nampak ketergiuran kader gerakan ini
pada permainan kekuasan adalah pertanda dari sebagai pusat keunggulan peradaban,
walaupun demikian, bagi muhammmadiyah, kejkuasaan atau partai politik bukansesuatu

4 Yusran Asmuni, Pengantar studi pemikiran dan gerakan pembaharuan dalam dunia islam (Dirasah
Islamiyah III), (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2001), h. 100.
yang di pandang tidak panting atu di luar keberadaan dirinya sebagai gerakan sosial atau
kebudayaan.

Dalam dinamika demokrasi politik kebangsaan dan orientasi pad aide masyarakat
madani di masa depan peran penting Muhammadiyah justeru terletak psda kemampuan
gerakan menempatkan diri sebagai pencerah peradaban sebagai etos gerakannya. Inilah
sebenarnya pesan pembaharuan kiayi Ahmad Dahlan, sehingga pada awal kemunculannya ia
mampu menyerap berbagai pusat keunggulan pada masanya. Gerakan tersebut mulai berubah
lagisetelah mengalami formalisasi atas pembaharuannya dalam berbagai lembaga dan
terutama sesudah pengembangan Tarjih sebagai lembaga fatwa hukum fikih, sejak itu tidak
lama pendiri wafat, sebenarnya gerakan ini mulai mengalami proses tradisionalisasi,
Muhammadiyah seolah-olah identik den gan tarjih yang kemudian diartikan hanya sebagai
lembaga fatwa syariah (fikih).

Formalisasi dan tradisionalisasi itu menjadi lebih hebat sesudah ketertarikan


Muhammadiyah terhadap kekuasaan dan permainan politik praktis menjadi semakin besar
tidak lama sesudah kemerdekaan, tahun 1945 khususnya bersamaan dengan berdirinya
Masyumi, salah satu penyebabnya ialah kekaguman para aktivis Muhammadiyah terhadap
keberhasilan kiayain Ahmad Dahlan dalam membangkitkan semangat sosial dan kebudayaan
pemeluk islam, demikian pula keberhasilan kyaiA hmad Dahlan mendorong tumbuhnya
berbagai amal usaha atau berbagai lambaga sosial yang terus bertambah hampir tanpa
seinngat terutama di bidang pendidikan dan kesehatan, pemujaan kebesaran diri itulah
kemudian yang menyebabkan aktivisnya merupakan peran sejarah yang bisa dan harus
dimainkannya.

B. PERSIS

PERSIS sebagai organisasi yang berlebel Modernis lahirnya persatuan islam telah
memberi warna baru bagi sejarah peradaban islam di Indonesia, persis yang lahir pada abad
ke-20 merupakan respon terhadap kerakter keberagaman masyarakat islam di Indonesia yang
cendrung sinkretik, akibat pengaruh prilaku keberagaman masyarakat, Indonesia sebelum
kedatangan islam praktik-2 sinkretisme ini telah berkembang subur, akibat sikap akomodatif
para penyebar islam di Indonesia terhadap adat-istidat yang sebelumnya telah mapan.
Meskipun tidak dapat di pungkiri, bahwa keberhasilan penyeberan islam juga tidak lepas dari
sikap akomodatif. Bagi PERSIS, praktik sinkretisme merupakan kesesatan yang tidak boleh
dibiarkan berkembang dan harus segera dihapus karena bisa merusak sendi-sendi
fundamental agama islam.

Hal lain yang mejadi sasaran reformasi yang dilakukan persis adalah kejumudan
berfikir yang dialami oleh sebagian besar umat islam Indonesia akibat tklid buta yamg
mereka lakukan dalam menjalankan syari’at agama. Sebagai mana diketahui, bahwa praktik
peribadatan masyarakat Indonesia pada umumnya didasarkan pada hasil rumusan para imam
mazhab 800 tahun silam, Mereka beranggapan bahwa, hasil ijtihad para imam mazhab
tesebut merupakan keputusan terbaik dan harus di ikuti apa adanya.(M.muksin, 2007; 224)

Dilacak dari akar sejarahnya, reformasi yang diusung persis merupakan pengaruh dari
faham wahabi melalui para pendirinya, yaitu ketika organisasi persis pertama kali didirikan
dikaota, di pelopori oleh H. Zam-zam dan H. Muhammad Yunus, mereka adalah ulama persis
yang pernah pengenyam pendidikan di darul ulum, mekkah tempat berkembangnya paham
wahabi. Hasil belajar H. Zam-Zam ini kemudian di tularkan kepada segenap rekannya seperti
H. Muhammad Yunus dan beberapa rekan lainnya yang sama-sama melakukan kenduri
secara rutin di bandung, yang di isi dengan kajian-kajian keislaman dan teks-teks klasik dari
ulama salafi. Muhammad yunus sendiri, meskipun dia tidak pernah belajar di mekkah, dia
memiki kemampuan bahasa arab, serta memiliki semangat yang tinggi untuk mengkaji kitab-
kitb bahasa arab yang di belinya, dari hasil kajian-kajian inilah kemudian lahir pemikiran
gerakan dan keislaman sebagai refleksi kritis terhadap situasi dan kndisi masyarakat islam
indonesia, pemikir pembaharu yang banyak menentang praktik keagamaan yang tradisional
dan banyak di pengaruhi oleh pemikiran salafi. (Muksin jamil, 2007: 225-227)

Dalam kepemimpinan persis periode pertama (1923-1942) berada di bawah pimpinan


H. Zam-zam, Muhammad yunus, Ahmad hasan, dan Muhammad Natsir yang menjalanka
roda organisasi pada masa penjajahan colonial belanda, dan menghadapi tentangan yang berat
dalam menyebarkan ide-ide dan pemikiran. Pada masa penduduk jepang (1942-1945), ketika
semua organisasi islam dibekukan, para para pemimpin dan anggot persis bergerak sendiri-
sendiri menentang usaha Niposisasi dalam pemusyrikan ala jepang,hingga menjelang
proklamasi kemerdekaan pasca kemerdekaan, persis mulai reorganisasi yang telah di bekukan
selama penduduk jepang, Melalui reorganisasi tahun 1941, kepemimpinan persis di pegang
oleh para ulama generasi kedua diantaranya KH. M. Isa Anshari, sebagai ketua umum persis
(1948-1960), K.H.E. Abdurahman, Fakhrudin Al-khahiri, K.H.O. Qomaruddin Saleh, dan
lain-lain.
Pada masa ini persis dihadapkan pada pergolakan politik yang belum stabil,
pemerintah republik Indonesia seperti mulai tergiring kearah demokrasi terpimpin yang di
rancangkan oleh presiden Soekarno dan mengarah pada pembentuk negara dan masyarakat
dengan ideologi Nasionalis, agama, komonis (NASAKOM), Setelah berakhirnya periode
kepemimpina K.H. Muhammad Isa Ansshary, kepemimpinan persis di pegang oleh K.H..E.
Abdurahman (162-1982) yang dihadapkan pada berbagai persoalan eksternal dengan
munculnya berbagai aliran keagamaan yang menyesatkan seperti aliran pembaharu isa bugis,
isa bugis, islam jama’ah, darul hadist, inkarus sunnah, syi’ah, ahmadiyah dan faham sesat
lainnya. Kepemimpinan K.H.E Abdurahman dilanjutkan oleh K.H.A LAtif Muctar, MA
(1983-1997) dan K.H. Shiddiq Amien (1997-2005) yang merupakan proses regenerasi dari
tokoh-tokoh persis kepada eksponen organisasi otonom kepemudaan (pemuda persis).

Pada masa kini persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada
masanya yang lebih realitis dan kritis, Gerak perjuangan persis tidak terbatas pada persoalan
ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas pada persoalan-persoalan ibadah dalam arti sempit,
tetapi meluas kepada persoalan strategis yang di butuhkan oleh umat islam terutama pada
urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikir keislaman. Jadi persis pada saat ini
sangat dibutuhkan oleh umat islam terutama pada urusan muamalah dan pengkajian
pemikiran keislaman dan juga gerak perjuangan persis itu tidak terbatas pada persoalan
ibadah dalam arti sempit, tetapi juga meluas pada persoalan strategis.

Pada dasarnya, perhatian persis ditujukan terutama pada faham Al-Qur’an dan
sunnah, hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan umum, tablgh, khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-
sekolah (pesantren ), menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas
keagamaan lainnya, tujuan utmanya adalah terlaksananya syari’at islam secara kaffa dalam
segala aspek kehidupan, untuk mencapai tujuan jam’iyyah, persis melaksanakan berbagai
kegiatan antara lain pendidikan yang mulai dengan mendirikan pesantren persis pada tanggal
4 maret 1936, dari pesantren persis ini kemudian berkembang berbagai lembaga pendidikan
mulai dari Raudlatul Athfal (taman kanak-kanak ) hingga perguruan tinggi, kemudian
menerbitkan berbagai buku, kitab-kitb, dan majalah antaralain majalah pembela Islam
(1929 ), majalah Al-fatwa,(1931), Al-lissan (1935), majalah At-taqwa (1937) majalah Al-
hikam (1939), majalah Aliran islam (1948), majalah risalah (1962), serta berbagai majalah
yang di terbitkan di cabang-cabang persis.
Selain pendidikan dan penerbitan, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian
dan diskusi yang banyak di gelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif pimpinan pusat persis
maupun permintaan dari cabang-cabang persis, undang-undang dari organisasi islam lainnya,
serta masyarakat luas.

C. NAHDATUL ULAMA

Nahdatul ulama (NU) lahir pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya, organisasi ini di
prakarsai oleh sejumlah ulama terkemuka, yang artinya kebangkitan para ulama, NU
didirikan untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional, atau sebagai reaksi
atas prestasi ideologi gerakan modernisme islam yang mengusung gagasan purifikasi
puritanisme, pembentukan NU merupakan upaya peorganisasian dan peran para ulama,
pesantren yang sudah ada sebelumnya, agar wilayah kerja keulamaan lebih ditingkatkan,
dikembangkan dan di luaskan jangkauannya dengan kata lain didirikannya NU adalah untuk
menjadi wadah bagi usaha mempersatukan dan menyatukan langkah-langkah para ulama dan
kiai pesantren. (Muksin jmil, 2007; 227)

Dalam pandangan NU tidak semua tradisi buruk, usang, tidak mempunyai relevansi
kekirian, bahkan tidak jarang, tradisi biasa memberikan inspirasi bagi munculnya modernisasi
islam penegasan atas pemihakkan terhadap “warisan masa lalu “ islam di wujudkan dalam
sikap bermazhab yang menjadi typical NU, dalam memahami maksud Al-Qur’an dan hadist
tanpa mempelajari karya dan pemikiran-pemikiran ulama-ulama besar seperti, Hanafi,
Syafi’I, Maliki, dan Hambali hanya akan sampai pada pemahaman ajaran islam yang keliru.

Demikian juga dalam pandangan kiai, hasyim yang begitu jelas dan tegas mengenai
keharusan umat Islam untuk memelihara dan menjaga tredisi islam ditorehkan para ulama
klasik. Dalam rangka memelihara system mazhab kiai Hasyim merumuskan gagasan
ahlusunnah waljama’ah yang bertumpa pada pemikiran, AbuHasan al-asyari, Mansur Al-
Maturdi imam Hana fi, Maliki, syafi’I, dan Hambali, serta ima Al-ghozali, junaid Albaghdadi
dan imam mawrdi.

Pada dasawarsa 1980 dan 1990 terjadi perubahan mengejutkan didalam lingkungan
Nahdatul Ulama ormas terbesar di Indonesia. Perubahan yang paling disoroti media massa
dan sering menjadi bahan kajian akademis ialah proses kembali ke khitthah 1926: NU
menyatakan diri keluar dari politik praktis dan kembali menjadi jam’iyyah diniyyah, bukan
lagi wadah politik, dengan kata lain, sejak muktamar sutibondo (1984)p ara kiai bebas
berafiliasi dengan partai politik manapun mksudnya dengan partai golkar dan menikmati
kedekatan pemerintah, NU tidak asing lagi oleh pemerintah, sehingga segala aktifitasnya,
pertamuan, seminar tidak lagi dilarang dan malah sering difasilitasi.(http://organiasi
islam.wordpres.com, 207, 11:05).

Jadi, dapat di pahami perubahan tersebut merupakan momentum dalam politik orde
baru, NU sebagai politik sunni, yang selalu mencari akomodasi dengan penguasa.
Terdapat pula perubahan lainnya dikalangan generasi muda NU terlihat dinamika baru
dengan menjamurnya aktivitas sosial dan intelektual, yang nyaris tak tertandingi oleh
kalangan masyarakat lain, selama ini NU di anggap ormas yang paling konservatif dan
tertutup, dan sedikit sekali punya sumbangan kepada perkembangan pemikiran keagamaan
maupun pemikiran sosial dan politik, prihal pemikiran keagamaan NU justru didirikan
sebagai wadah para kiai untuk bersama-sama bertahan terhadap gerakan pembaharuan
pemikiran islam yang di wakili oleh Muhammadiyah, Al-irsyad dan persis, Nu hanya
manerima interprestasi islam yang tercantum dalam kitab kuning “ortodoks” al-kutub al-
mu’tabarah, terutama fiqh Syafi’I dan aqidah menurut mazhab asy’ari, dan menekan tklid
kepada ulama besar pada masa lalu.

Dengan latar belakang aktivitas-aktivitas kemasyarakatan dan ekonomi di sekitar


pesantren yang mulai menjamur pada akhir dasawarsa 1970 dan 1980, muncul wacana-
wacana baru, yang berani mempertanyakan interprestasi khazana klasik yang sudah mapan
dan mencari relevansi tradisi islam untuk msyarakat yang sedang mengalami perubahan
secara cepat, merupakan suatu perkembangan revolusioner, baik daalam aktivitas LSM
maupun dalam wacana yang berkembang.

Perhatian mulai bergeser dari para kiai sebagai tonggak organisasi NU kepada massa
besar, akar rumput yang merupakan mayoritas jama’ahnya tetapi kepentingannya selama ini
lebih sering terabaikan. Dominasi akivitas dan wcana NU dan keturunan mereka (kaum Gus-
gus), telah mulai terdobrak, sebagian besar aktivis dan pemikir muda yang memberi nuansa
kepada NU pada dasawarsa 1980 dan 1990 tidak berasal dari kasta kiai melainkan dari
keluarga awam, yang mengalami mobilitas sosial, tetapi perlu kita catat bahwa mereka bisa
muncul karena mnendapat dukungan dan perlindungan dari sejumlah tokoh muda dari
kalangan elit seperti, Fahmi sifuddin, Mustafa bisri, dan Abdurahman Whid.

Nahdatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi Massa Islam yang sangat berperan
dalam pembentukan Masyumi, tokoh NU, K.H. Hasyim asy’ari terpilih sebagai pimpinan
tertinggi masyumi pada saat itu, tokoh-tokoh NU lainnya banyak yang duduk dalam
pengurusan Masyumi dan arena keterlibatan NU dalam masalah politik menjadi sulit
dihindari. Nahdatul ulama kemudian keluar dari masyumi melalui surat keputusan
pengurusan besar Nahdatul Ulama (PBNU) pada tanggal 5 april 1952 akibat adanya
pergesekan politik diantara kaum intelektual Masyumi yang ingin melokalisasikan para kiai
NU pada persoalan agamanya saja.(http://organisasi Islam, worrdpress.com) Hubungan
antara kedua partai tersebut NU keluar dari partai Masyumi diakibatkan, pergesekkan politik
kaum intelektual partai Masyumi yang ingin melokalisasi para kiai NU yang mengurusi pada
persoalan agama saja.

D. MASYUMI

Proklamasi kemerdekaan RI membawa angin Segar bagi perkembangan politik dan


demokrasi bangsa ini, setiap anak bangsa larut dalam keindahan nasionalisme, hal itu juga
terjadi pada tokoh-tokoh Islam saat itu sebelum kemerdekaan mereka begitu semangat untuk
menegakkan cita-cita islam. Pada masa awal kemerdekaan Indonesia PNI menjadi partai
Negara, namun menjelang Oktober 1945, PNI muncul dengan wajah baru karena di mulainya
system banyak partai yang juga berarti terbukanya kembali ruang bagi kalangan islam untuk
ikut serta di dalamnya serta sebagai sarana bagi mereka untuk menegakkan cita-cita islam.

Kebijakan pemerintah dalam pendirian partai-partai ini pada awalnya banyak


disesalkan oleh kalangan Islam, argument mereka antara lain didasarkan pada penikiran
bahwa di waktu genting setelah proklamasi yang di butuhkan persaudaraan rakyat bukan
malah kebijakan atau penerapan sistem banyak partai justru dapat memicu terjadinya
perpecahan.

Masyumi didirikan pad 24 oktober 1943 sebagai pengganti MIAI karena jepang
memerlukan satu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga
agama islam, meskipun demikian, jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai islam
yang telah ada di zaman belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola piker
modern, sehingfga pada minggu-minggu pertama, jepang telah melarang partai sarikat islam
Indonesia (PSII) dan partai islam Indonesia (PII).

Pada tanggal 7-8 Oktober diadakan muktamar islam di yogyakarta yang di hadiri oleh
hamper semua tkoh berbagai organisasi islam dari masa sebelum perang serta masa
pendudukan jepang. Kongres memutuskan untuk mendirikan syuro pusat bagi umat islam
Indonesia , masyumi yang dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat islam pada
awal pendiri masyumi, hanya empat organisasi yang masuk masyumi yaitu; Muhammadiyah,
NU, perikatan ulama islam, dan persatuan umat islam.

Setelah itu barulah organisasi islam yang lainnya ikut bergabung kemasyumi antara
lain persatuan islam (bandung), al-irsyad (Jakarta), Al-jamiatul Washliyah dan Al-ittihadiyah
(dari sumatera utara), selain itu pada tahun 1949 setelah rakyat pendudukan belanda
mempunyai hubungan leluasa dengan rakyat di daerah yang dikuasai oleh RI, banyak di
antara organisasi islam di daerah pendudukan itu bergabung dengan masyumi mudahnya
persyaratan untuk masuknya organisasi isalam kedalam Masyumi menjadi slah satu penyebab
banyaknya organisasi-organisasi islam yang masuk kedalamnya, namun yang lebih penting
mengenai alas an mereka masuk kedalam Masyumi di karenakan semus pihak merasa perlu
bergabung dan memperkuat barisan islam. (organisasi islam wordpress.com)

Hampir di seluruh wilayah Indonesia terdapat cabang Masyumi atau organisasi-


organisasi islam yang bergabung dengan Masyumi, disamping afiliasi organisasi -organisasi,
Faktor penyebab Masyumi cepat berkembang, ialah peranan ulama masing-masing daerah
serta ukhwa islamiah yang relatif tinggi pada masa-masa sesudah revolusi.

Tanpa mengetahui dengan dalam dasar dan cita-cita perjuangan Masyumi itu
merupakan partai islam, setelah banyak orang yang dalam politik mengidenkkan dengan
dirinya dengan partai tersebut. Pada awal pendirinya, yang menjadi perdebatan yaitu
mengenai struktur masyumi yang ideal, hal itu disebabkan karena masyumi adalah sebuah
organisasi yang terdiri dari berbagai organisasi islam yang mnembuat setiap pembahasan hal
itu selalu dinamis. Diantara tokoh-tokoh masyumi yang cukup terkenal adalah:

1. K.H Hasyim Asary


2. K.H Wahid Hasyim
3. H. Abdul Malik Karim Amrullah
4. Muhammad Nasir
5. Syafrudin Prawiranegara

Setelah diproklamirkannya kemerdekaan RI, Islam merupakan agama mayoritas yang


dianut oleh masyarakat Indonesia, namun dengan kemayoritasan itu tidak dibarengi dengan
adanya pandangan yang sama terhadap Islam dan Politik, Dalam hal ini ada dua pandangan
masyarakat Indonesia mengenai hubungan tersebut, yang pertama bahwa, Islam merupakan
agama yang lengkap, yang mengatur semua sendi kehidupan, termasuk di dalamnya,
mengatur hubungan dengan politik (Negara). Sedangkan pandangan kedua, bahwa Islam
sebagai sebuah panduan dan kode etik dalam kehidupan bernegara, bahkan juga terdapat
pemisahan total antara keduanya.

Masyumi, yang didirikan oleh hampir semua organisasi Islam, baik pasca maupun pra
kemerdekaan RI, adalah sebagai partai yang berniat merealisasikan pandangan Islam dan
Politik di Indonesia, Lahirnya partai ini ditujukan guna untuk menjaga dan memperjuangkan
kepentingan tanggal 7 November 1945, diadakanlah muktamar umat Islam Indonesia di
Yogyakarta, di dalam keputusannya, diambil kesepakatan bahwa diperlukannya suatu wadah
untuk menampung aspirasi umat Islam dan menyalurkannya melalui wadah tersebut.

Maka, partai Masyumi pun dibentuk, Besarnya partai Masyumi ternyata tidak bisa
dielakkan dari perpecahan bahkan terjadi pembubaran pada tahun 1960 oleh rezim pada saat
itu, Setelah bergantinya dua rezim, ternyata tidak mampu menghilangkan roh partai itu, justru
sebaliknya, sisa-sisa para pegiatnya sanggup membangkitkan dan melahirkannya kembali,
Namun, disayangkan persatuan para pegiatnya itu tidak ada, sehingga melahirkan beberapa
bentuk partai Islam yang berbeda dari partai Masyumi atau sebagai metamorfosis partai
Masyumi.

Hubungan yang terjadi antara Masyumi dengan partai yang lahir dalam pemilu 1999
dan partai apa yang merupakan partai metamorfosis dari partai Masyumi Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dari penyusunan ini, maka pendekatan yang digunakan adalah sosio-
historis, yaitu menela’ah fenomena sosial dan partai-partai yang lahir pada pemilu 1999
dengan memaparkan perjalanan Masyumi dari awal berdirinya (1945) hingga partai ini
dibubarkan (1960), Kemudian data yang terkumpul dianalisis secara kuantitaif dengan
metode berpikir deduktif-induktif Dengan menggunakan pendekatan dan metode tersebut di
atas menunjukkan bahwa, mendirikan partai Islam merupakan suatu kemaslahatan bagi umat.
Sebagaimana Masyumi, pembentukan partai tersebut selain bertujuan untuk kelangsungan
demokrasi, juga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah.

Demikian juga dengan partai-partai Islam yang lahir pada pemilu 1999, adanya
kesamaan-kesamaan antara partai Masyumi dengan partai-partai Islam yang lahir pada
pemilu 1999 baik dari perjuangannya, ideologinya, asasnya, nama partainya, tanda
gambarnya, maupun basis massanya, maka hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya sebuah
hubungan historis perjuangan yang tidak terputus antara partai-partai Islam 1999 seperti PBB,
PMB, PPIM dan, PPP dengan partai Islam Masyumi.

E. SYARIKAT ISLAM
Syarikat islam yang dilahirkan di Solo pada 16 Oktober 1905 dengan sifat
Nasionaldan dasar Islam yang tangguh yang kini berusia 91 tahun, adalah organisasi islam
yangterpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air kita Indonesia. 5
Sarekat Islam berdiri tiga tahun setelah berdirinya organisasi Budi Utomo. Latar belakang
ekonomis dari organisasi ini adalah sebagai tanggapan (perlawanan) terhadap
pedagangan(penyalur) oleh orang Cina. Peristiwa itu merupakan isyarat bagi orang muslim
bahwatelah tiba waktunya untuk menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu, para
pendiriSarekat Islam mendirikan organisasi ini bukan semata-mata untuk mengadakan
perlawananterhadap orang-orang Cina, tetapi juga untuk membuat front melawan semua
penghinaanterhadap rakyat bumi putra. Organisasi ini merupakan reaksi terhadap rencana
kristenings Politik(politik Pengkristenan) dan Kaum Zending , perlawanan terhadap
kecurangan- kecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak ambtenaar-ambtenaar
bumiputra danEropa.

Sebagai upaya untuk menekan laju persebaran agama kristen (Kristenings Politik )di


Indonesia, para kiai, haji dan ulama meningkatkan nilai-nilai ke-Islaman sertamembentuk
sebuah perkumpulan sebagai wadah persatuan umat islam bumi putera. Sepertihalnya H.
Samanhudi, H.O.S. Tjokrominoto, H. Agus Salim serta para haji lainnya,melalui organisasi
Sarekat Islam (SI), mereka bergerak bersama bumiputra lainnyamelawan bentuk-bentuk
kolonialisme serta kristenisasi yang dilakukan belanda. SI dalam perjuangannya juga dibantu
oleh para tokoh beserta organ Islam lainnya seperti, H. AhmadDahlan, dengan
Muhammadiyah nya; K.H. Wahab Hasbullah dan K.H. Hasyim Asy‟ari,dengan Tswirul
Afkar dan NU-nya, serta berbagai tokoh dan organ islam lain yang jugamendukung arah
perjuangan SI.

Mula-mulanya organisasi ini adalah Serikat Dagang Islam(SDI) di bawah pimpinan


H. Samanhudi. Kemudian namanya diganti menjadi Sarekat Islam (SI) dipimpinoleh H.O.S.
Cokroaminoto.

Tujuan organisasi ini sebagaimana tercantum dalam anggaran dasarnya ialah untuk
mengembangkan jiwa berdagang, memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderita
kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putra,
dan menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang islam.Pergantian nama dari Sarekat
Dagang Islam (SDI) menjadi Serikat Islam(SI)dilakukan ke tika kepemimpinan H.O.S

5 K.H, Firdaus, Syarikat Islam Bukan Budi Utomo, (meluruskan sejarah pergerakan bangsa) Jakarta:
CV.DATAYASA, 1997. h,9
Cokroaminoto. Cokroaminoto diserahi untuk memimpin organisasi ini pada tahun 1912. Ia
berusaha melebarkan sayapnya agar lebihluas dengan menukar nama SDI menjadi SI.
Akhirnya Serikat Islam di bawah pimpinan Cokroaminoto memperoleh kemajuan yang gilang
gemilang, dan anggotanya banyaktersebar di seluruh Indonesia.

Usaha dan jasa Cokroaminoto dalam memimpin Sarekat Islam ialah:

1. Mengangkat kaum bumiputra menjadi manusia yang sejati dan


terhormat.Sebelumnya, para pelajar sekolah dokter Jawa dan rakyat biasa tidak boleh
memakai sepatu dan topi, bahkan tidak boleh memakai setelan (baju jas dan pantolan
seperti orang belanda). Atas usaha Cokroaminoto, hal itu dapat diubah.
2. Mengajarkan dan memajukan rakyat dalam soal politik. Waktu itu rakyat dilarang
membicarakan politik. Atas usahanya, rakyat dibolehkan campur tangan dalam
soal politik, seperti terbentuknya Volksraad yang menjadi tangga terbentuknya Parlem
en Indonesia.
3. Berusaha mempersatukan umat islam Indonesia dengan berkali-kali
mengadakankongres Al-Islam. Dalam kongres V di Bandung tahun 1929 diputuskan
untuk mengirim dua orang utusan ke Mukthamar Alam Islami di mekah yang diwakili
olehCokroaminoto dan K.H. Mas Mansur. Dengan demikian, umat islam Indonesia
dunia.
4. Membela dan mempertahankan kesucian agama islam dari penghinaan dan caci
makiyang dilontarkan kepada Islam dan diri Nabi Muhammad SAW. pada waktu
itu banyak penghinaan dan cacian yang dilontarkan kepada Islam, lalu Cokroaminoto
menggerakkan umat islam untuk bangkit dan berdiri dalam mempertahankan
kesucianagama Islam.
5. Menerbitkan surat kabar Utusan Hindia yang berisikan keluh kesah rakyat serta
halaman kepada surat kabar yang berisi hinaan terhadap bangsa Indonesia
6. Mengeluarkan buku yang berjudul Islam dan Sosialisme yang menerangkan perkara
sosialisme ala Islam menurut teori dan praktek. Di samping itu, buku ini juga
membendung propaganda sosialisme ala Karl Mark.7.
7. Pada tahun 1929, Cokroaminoto bersama H.Agus Salim menerbitkan
harian Fajar Asia, majalah Al-Jihad untuk menolak serangan dan cacian terhadap
kesucian agamaIslam dan sebagai spirit untuk membangunkan Umat Islam.
Tampilnya Sarekat Islam (SI) sebagai partai politik Islam pertama turut memberikan
warna tersendiri bagi kehidupan gerakan pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Pada
masa ke pemimpinan Cokroaminoto, fungsi SI, secara realistis, ialah berusaha
menghapussegala penderitaan rakyat, menganggap dirinya sederajat dengan setiap orang
belanda.Kontribusi SI terbesar dalam spektrum gerakan pembaruan Islam barangkali terletak
pada usahanya mengarahkan kesadaran umat Islam dalam berbangsa dan bernegara degan
suatu wawasan baru. Pengarahan demikian di kemudian hari mendorong munculnya gerakan-
gerakan Islam yang terlibat aktif dalam perjuangan kemerdekaan bangsa, yang
berkulminasi pada berdirinya Majelis Islam A’la Indonesia(MIAI) yang didirikan diSurabaya
pada bulan September 1937.

F. JONG ISLAMITEN BOND

Dalam perjalanan sejarah bahwa gerakan pemuda Islam pertama berideologi Islam
adalah Jong Islamieten Bond JIB yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1925 oleh R.
Syamsurizal Raden Syam di Jakarta. Pada awalnya JIB dicetuskan oleh pemuda-pemuda
muslim yang berasal dari Jawa dan Madura yang umumnya bergabung di dalam Jong Java.
Di mana di antara anggota-anggota Jong Java merasa bahwa banyak organisasi pelajar atau
pemuda waktu itu terbagi-bagi dalam wadah dan perasaan kedaerahan primordialisme, seperti
Jong Sumatera, Jong Batak Bond, Jong Selebes Minahasa, Jong Ambon, Sekar Roekoen, dan
Jong Java sendiri, dan lain-lain. Sehingga di antara angota-anggota Jong Java berpikiran
bahwa melalui agama Islam dapat membuat persatuan antara organisasi-organisasi pelajar
dan pemuda. Islam adalah agama umum rakyat di seluruh nusantara. Oleh karena itu,
organisasi-organisasi pelajar dan pemuda yang bernama Jong Java, Jong Sumatera, dan
sebagainya, anggota-anggotanya adalah putra-putri nusantara kita juga.

Menurut Raden Syamsurizal sebagai ketua Jong Java pada waktu itu kelak ketua JIB
berpendapat bahwa barang siapa yang hendak mengenal roh bangsa Indonesia harus
mempelajari dengan sungguh-sungguh agama Islam. Sehingga diperlukan bagi anggota Jong
Java untuk diajarkan pendidikan Islam. Di samping itu, keperluan tersebut didasarkan pada
kenyataan bahwa baik di MULO maupun AMS tatkala itu tidak diberikan pelajaran agama
Islam. 16 Namun banyak reaksi yang timbul terhadap pendapat Raden Syamsurizal tersebut.
Ada yang menganggap Jong Java bukanlah perkumpulan agama dan hal-hal yang
berhubungan dengan agama menunjukkan pada keterbelakangan, kekolotan dan sebagainya.
Dan ada pula yang setuju dengan pendapat Syam.
Dengan demikian pada kongres Jong Java ke-7 di bulan Desember tahun 1924
pendapat Syam dibawa dalam kongres, namun pendapat Syam ditolak lewat pemungutan
suara. Penolakan ini menurut Mr. Moh. Roem, merupakan blessing in disgue, karena apabila
usul itu diterima kemungkinan organisasi terpelajar Islam tidak akan pernah hadir. Dan
akhirnya pada Desember itu juga Syam berangkat ke Jakarta bertemu dengan H. Agus Salim
untuk menyampaikan niatnya membentuk Jong Islamiten Bond JIB. Dan kemudian sejumlah
formulir keanggotaan diedarkan, diluar dugaan 200 pemuda Islam, baik pelajar MULO
maupun AMS ataupun tamatan sekolah-sekolah tersebut yang sudah bekerja menyatakan
bersedia menjadi anggota JIB.

Pada tanggal 1 Januari 1925 JIB diproklamirkan berdirinya di Jakarta dengan agama
Islam sebagai dasar perjuangannya. 17 Perlu diketahui bahwa berdirinya JIB bukan karena
penolakan atas usul Syam mengenai klasifikasi keanggotaan yang sama sekali tidak ada
kaitannya dengan persoalan keislaman, tetapi semata-mata bermaksud memajukan Islam.
Karena kendati JIB telah berdiri tetapi para pemuda Jawa yang muslim tidak menanggalkan
keanggotaannya dalam Jong Java.6

G. PEMBAHARUAN KONTEMPORER

Pembaharuan Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran Islam yang


berkembang pada masa modern (abad 19 masehi) hingga sekarang. Ciri khas pemikirannya
adalah bersifat agresif yang berkembang dengan metodo pemikiran baru dalam menafsirkan
Al-Qur’an dan peradaban Islam.  Muhammad Arkoun, pemikir muslim asal Aljazair yang
menetap di Perancis, pernah melontarkan sebuah pertanyaan yang menggugah para
intelektual Islam, “di manakah pemikiran Islam kontemporer?” 7

Pertanyaan itu wajar, karena secara sepintas seakan-akan pemikiran Islam


kontemporer menghadapi krisis yang cukup akut, macetnya kreativitas dan tersumbatnya
kebebasan berfikir.  Wujud ekstrem dari itu semua adalah pengkafiran terhadap pemikiran
liberal yang masih menjadi dekorasi yang menghiasi pemikiran Islam kontemporer, seperti
kasus pengkafiran terhadap Nashr Hamîd Abû Zayd yang sekarang menetap di Belanda.
Sebagai upaya untuk mengembalikan suasana kebebasan berfikir, Muhammad Arkoun
mengangkat tradisi keilmuan klasik Imam Ghazali dan Ibnu Rushd yang mencerminkan

6 Jamaludin, (Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi)), (Jakarta:
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hlm. 20-22
7 Muhammad Arkoun, Aina huwa al-Fikr al-Islâmy al-Mu’âshir, Cet. II, (Bairut: Dâr el-Sâqy, 1996), hal. ii-viii.
puncak kegemilangan dialog pemikiran yang konstruktif.  Menurut Arkoun, pemikiran Islam
kontemporer seakan-akan sudah jauh dari tradisi kedua kampiun Islam tersebut.

Akhir-akhir ini gema pemikiran Islam kontemporer semakin meluas.  Namun secara


umum gema tersebut masih dalam kerangka tarik-menarik dengan pemikiran klasik.  Karena
keterkaitan para intelektual Islam sangat kuat dengan masa keemasan para pendahulunya,
mereka membuka lembaran masa lalu,8 untuk menggali inspirasi.  Masa lalu adalah pemicu
para intelektual muslim kontemporer untuk melakukan reaktualisasi, rekonstruksi dan
dekonstruksi.  Murâd Wahbah menyatakan, bahwa Ibnu Rushd, filsuf muslim kelahiran
Maroko adalah pintu gerbang pencerahan di Eropa.   Bahkan sampai saat ini tidak ada karya
secemerlang Ibnu Rushd dalam kategori komentar terhadap buku-buku Aristoteles, sehingga
ia dijuluki dengan al-syârih al-‘adham (komentator agung).  Maka dari itu, di akhir abad 20-
an para intelektual Islam, baik di wilayah Timur maupun wilayah Barat, mulai mengangkat
khazanah rasionalitas Ibnu Rushd dalam rangka membumitanahkan pencerahan pemikiran
Islam. 

Lebih radikal dari pemikiran tersebut, Dr. Athif Iraqi, Guru Besar Filsafat di
Universitas Kairo menyatakan bahwa setelah wafatnya Ibnu Rushd, maka berakhirlah masa
filsafat Islam.  Karena setelah itu pemikiran-pemikiran filsafat tidak lagi lahir.   Maka dari
itu, menerawang pemikiran Islam klasik akan menemukan percikan-percikan yang sangat
bermakna dan menentukan bagi tumbuh-kembangnya pemikiran Islam kontemporer.

Selain Ibnu Rushd, intelektual muslim kontemporer tidak bisa melupakan ketenaran
sosiolog muslim, Ibnu Khaldun. Dr. Misbâh al-‘Amily, menyatakan bahwa Ibnu Khaldun
adalah putra mahkota umat Islam yang kecanggihan cakrawalanya menunjukkan bahwa
pemikiran Islam lebih unggul dari pada pemikiran Yunani. 

Kendatipun pemikiran tersebut lebih mengedepankan fanatisme Arab/Islam, tapi


kecemerlangan masa lalu merupakan nuqthat al-inthilâq (titik tolak) pemikiran Islam
kontemporer.  Hassan Hanafi, penggagas “kiri Islam”, sedang menapak tilas keberhasilan
Ibnu Khaldun dengan menyoroti pasang-surut pemikiran Islam pasca Ibnu Khaldûn sampai
sekarang. Dengan demikian, filterisasi terhadap pemikiran Islam klasik merupakan salah satu
kecenderungan umum dalam panggung pemikiran Islam kontemporer, tak ubahnya
reinkarnasi pemikiran.

8 Di saat khazanah keilmuan dunia Islam pernah berkibar dan menguasai dunia
Jadi dengan demikian, Islam kontemporer merupakan gerakan pemikiran Islam di
kalangan intelektual Islam dalam menafsirkan kembali pemikiran Islam klasik dengan situasi
modern.  Para tokohnya kebanyakan adalah para intelektual Islam yang banyak belajar di
lembaga-lembaga pendidikan Barat maupun Eropa. Inti pemikirannya adalah mengembalikan
kejayaan dan keunggulan pemikiran para intelektual Islam klasik pada abad modern,
sehingga melahirkan Islam modern. Alasannya, karena pemikiran Islam klasik sangat relevan
dengan perkembangan peradaban modern. Sehingga, jika peradaban Islam ingin berkembang
dan maju di abad modern ini, maka pemikiran Islam harus ditafsirkan sesuai dengan
perkembangan zamannya.

1. Tokoh-tokoh pembaruan islam konteporer

1.      Fazlur Rahman

Fazlur Rahman menduduki tempat tersendiri dalam pemikiran Islam kontemporer. 1a


memperoleh pendidikan tradisional yang sangat kuat dalam lingkungan keluarganya di
Pakistan dan di berbagai universitas di anak Benua India. Setelah itu, ia menguasai
pendekatan-pendekatan ilmiah modem dalam universitas-universitas di Barat. Pengetahuan
ilmiahnya luar biasa dan keyakinannya “keras kepala". Di negerinya, ia dikaitkan dengan
sebuah usaha untuk modernisasi pendidikan agama, yang tidak berhasil. Kritiknya terhadap
pengetahuan tradisional sangatlah kuat dan mendasar. Rencananya untuk peninjauan kembali
(atau “pembaruan”) tentulah merupakan rencana yang paling sistematis dan paling sempurna.

Fazlur Rahman lahir pada 21 September 1919 di Distrik Hazara, Pakistan dan
meninggal pada 1988. Ayahnya, mawlana Shihab al-Din, adalah seorang alim (teolog-yuris
Muslim) yang mendapat pendidikan di Deoband, India. Di bawah bimbingannya, Fazlur
Rahman memperoleh pendidikan dalam disiplin tafsir, hadis, fiqih, kalam, dan falsafah.
Pernyataan-pemyataannya mengenai reformasi dan tulisan-tulisannya telah menimbulkan
reaksi keras dari pihak tradisional, yang mendorongnya untuk meninggalkan Pakistan pada
1968. Kemudian ia menduduki jabatan profesor di Universitas Chicago, USA dan
mengabdikan diri pada pendidikan dan penelitian sampai akhir hayatnya.

Di antara karya-karyanya yang diterbitkan, yaitu:

1. The Philosophy of Mulia Sadra SadrAI-Din al-Shirazi (Albany: State University of New


York Press, 1975).
2. Islam (Chicago: The University of Chicago Press, 1979).
3. Major Themes of the Qur'an (Minneapolis: Bibljotheca Islamica,1980).
4. Muhammad: the Educatorof Mankind(London: Muslim School Trust,1980).
5. Islam and Modernity: Transformation ofan Intellectual Tradition (Chi-cago: The
University of Chicago Press, 1982).
6. Revival and the Reform in Islam: A Study of Islamic Fundamentalism (makalah-makalah
yang dikumpulkan dan diberi kata pengantar oleh Ebrahim Moosa) (Oxford: One World,
2000).

Fazlur Rahman adalah satu dari banyak pemikir Muslim kontemporer yang mengakui
secara padu pendekatan ilmiah modern dan mempertahankan iman secara intensif dan
mendalam. Untuk dapat menggabungkan dua sikap ini, ia mengajukan diri untuk membangun
sebuah visi Islam yang murni, dengan menggunakan pemahaman yang lebih baik terhadap
pengalaman Nabi, kondisi-kondisi historis dan politik yang di dalamnya pengalaman itu
terjadi, dan transformasi-transformasi yang diusahakannya untuk tercipta dalam masyarakat.
Pengetahuan tentang momen-momen pertama Islam, dengan demikian, menurut Fazlur
Rahman, mempunyai peran besar. Sebenarnya, yang dimaksudkan adalah suatu jenis
pengetahuan yang sangat khas, yang berusaha untuk menghindari dua jalan ekstrem yang
sama-sama merusak: jalan ekstrem menutup diri dalam lingkaran ortodoksi tertutup, yang
luput menanggap yang esensial, dan jalan berlindung di dalam objektivitas ilmiah, sehingga
menjadi tidak mampu mencapai yang esensial dari kebenaran-kebenaran adikodrati iman.

Kritiknya selalu dilontarkan baik terhadap metodologi pemahaman agama atau


terhadap konsep dan kecenderungan keilmuwan Islam yang sudah berlaku selama ini.
Fazlurrahman mengkritik gagasan yang ditawarkan kelompok modernis yang dikatakannya
sangat lemah karena tidak disertai dengan rumusan alternatif. Kelompok modernis yang
banyak melakukan adopsi gagasan Barat dengan perspektif Islam telah menghilangkan
orisinalitas Islam dan digantikan dengan Barat fazlurrahman dalam beberapa hal
menggunakan metode kritik dan dialektik untuk mengungkap wahyu al-Qur’an, sebagai
berikut:
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Organisasi Islam di Indonesia merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk


dipelajari, mengingat bahwa organisasi Islam merupakan representasi dari umat Islam yang
menjadi mayoritas di Indonesia. Hal ini menjadikan organisasi Islam menjadi sebuah
kekuatan sosial maupun politik yang diperhitungkan dalam pentas politik di Indonesia. Dari
aspek kesejarahan, dapat ditangkap bahwa kehadiran organisasi-organisasi Islam baik itu
yang bergerak dalam bidang politik maupun organisasi sosial membawa sebuah pembaruan
bagi bangsa, dan agama islam seperti kelahiran Serikat Islam sebagai cikal bakal
terbentuknya organisasi politik, Muhammadiyah, NU (Nahdlatul Ulama), Serikat Dagang
Islam, dan lain-lainnya pada prakemerdekaan membangkitkan sebuah semangat pembaruan
yang begitu mendasar di tengah masyarakat.

Organisasi-organisasi masyarakat tersebut dapat di pahami pembaharuan islam yang


berkenaan dalam bidang politik, sosial dan budaya bertujuan untuk memperbaiki islam yang
murni, oleh karena itu ajaran islam bersifat universal, tidak saja dalam dimensi sejarah, akan
tetapi juga universal dalam dimensi sosiologis dan antropologis. Dengan demikian islam
adalah agama bagi semua zaman, dan bagi s emua orang dalam berbagai posisi sosial,
ekonomi, budaya, dan politik.

Pembaharuan Islam kontemporer maksudnya adalah pemikiran Islam yang berkembang


pada masa modern (abad 19 masehi) hingga sekarang. Ciri khas pemikirannya adalah bersifat
agresif yang berkembang dengan metodo pemikiran baru dalam menafsirkan Al-Qur’an dan
peradaban Islam.

Fazlur Rahman adalah satu dari banyak pemikir Muslim kontemporer yang mengakui
secara padu pendekatan ilmiah modern dan mempertahankan iman secara intensif dan
mendalam. Untuk dapat menggabungkan dua sikap ini, ia mengajukan diri untuk membangun
sebuah visi Islam yang murni, dengan menggunakan pemahaman yang lebih baik terhadap
pengalaman Nabi, kondisi-kondisi historis dan politik yang di dalamnya pengalaman itu
terjadi, dan transformasi-transformasi yang diusahakannya untuk tercipta dalam masyarakat.

B. SARAN

Tentunya kami selaku penulis menyadari dengan adanya kekurangan ataupun


kesalahan dalam penulisan makalah ini, sehingga kami sangat membutuhkan kritik dan juga
saran bagi para pembaca guna meningkatkan daya kreatifitas kami dalam menyusun sebuah
makalah
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Munir Mulkhan, 1990, Pemikiran K.H..A. Dahlan dan Muhammadiyah, Bumi aksara;
Jakarta

M, Rusli Karim, Muhammadiyah dalam kritik dan komentar, Rajawli, Jakarta

Mulkhan Abdul Munir, 2000, Menggugat muhammadiyah, Fajar pustaka baru, yogya karta.

Ismail Faisal, 2004, Dilema NU, Litbang, Jakarta


Syaukani Ahmad,  Perkembangan Pemikiran Modern Di Dunia Islam,  Bandung:
CVPustaka Setia, 2001.

Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam (menelusuri jejak Sejarah Pendidikan era Rasulullah
sampai Indonesia), Jakarta: Kencana, 2013

Jamaludin. 2008. Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di


Indonesia (Skipsi). Jakarta: Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah.

Anda mungkin juga menyukai