Dengan mengucap puji dan syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberi
rahmat serta karunianya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Dan tak lupa pula mengucapkan shalawat beserta salam atas kehadiran baginda rasulullah
yaitu nabi Muhammad S.A.W. Dan rasa terima kasih kami kepada anggota kelompok 8
yang telah membantu menyelesaikan tugas ini, serta terlebih lagi kepada bapak dosen
pembimbing Fajar Siddik, M.Pd.I yang senantiasa membimbing dan memberi saran
yang baik dan motivasi kepada kelompok kami sehingga dapat menyelesaikan Makalah
mata kuliah Perkembangan pemikiran modern dalam islam.
Makalah ini di buat bukan hanya untuk menyelesaikan dan melengkapi tugas mata
kuliah tapi juga di harapkan dapat memberi wawasan yang lebih luas guna meningkatkan
pengetahuan yang mendalam bagi para mahasiswa/i dalam bidang pendidikan, sehingga
kita dapat mengetahui hal-hal apa saja yang ada dalam bidang pendidikan. Akhir kata,
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan khususnya bagi kami, sekian dan
terima kasih.
Wassalamu`alaikum Wr. Wb
Penyusun
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................
A. Latar Belakang.............................................................................................................
B. Rumusan Masalah........................................................................................................
C. Tujuan Makalah............................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................
A. Muhammadiyah............................................................................................................
B. Persis............................................................................................................................
C. Nahdatul Ulama............................................................................................................
D. Masyumi.......................................................................................................................
E. Syarikat Islam...............................................................................................................
F. Jong Islamiten Bond.....................................................................................................
G. Pembaharuan Kontemporer..........................................................................................
BAB II PENUTUP..................................................................................................................
A. KESIMPULAN............................................................................................................
B. SARAN........................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Gerakan pembaharuan islam secara sederhana adalah upaya baik secara individu
maupun kelompok pada kurun waktu atau situasi tertentu, untuk mengadakan perubahan
dalam praktek-praktek keagamaa islam dengan pemahaman dan pengalaman yang baru. Ide
ide pembaharuan di Indonesia terjadi pada abad ke 20 yang dibawa oleh para tokoh yang
semula belajar di mekkah. Tokoh- tokoh tersebut antara lain ialah : Ahmad Dahlan
(Muhammadiyah), K.H. Hasyim Asy'ari (Nahdlatul Ulama) Ahmad Surkati (Al-Irshad),
Zamzam (Persis) dan tokoh lainnya. Yang melatar belakangi ide pembaharuan di Indonesia
adalah adanya ide ide pembaharuan di luar Indonesia. Gerakan pembaharuan islam tidaklah
memiliki bentuk dan pola yang sama tetatpi memiliki karakter dan orientasi yang sangat
beragam.
Pada awal mulanya, gerakan pembaharuan yang dilakukan oleh kelompok muslim
modrenisasi di indonesia, timbul akibat pengaruh gerakan pemurnian muhammad ibnu abn
abd al wahhab (1703-1778) di jajirah arab perjuangan politik islamnisme jamaluddin al
afgani (1839-1897), yang merupakan perwujudan dan pembaharuan pemikiran politik islam,
dalam usaha mempersatukan umat islam di seluruh dunia.
1 Musyrifah Sutanto, Sejarah Peradaban Islam Di Indonesia, (Jakarta : 2005, PT Rajagrafindo Persada), h. 302-
303
2 Abuddin Nata, Peta Keragaman Pemikiran Islam Di Indonesia, ( Jakarta : 2010, PT RajaGrafindo Persada), h.
153-155
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana sejarah timbulnya ormas-ormas islam di indonesia?
2. Apa pengaruh organisasi-organisasi tersebut dalam pembaharuan islam
dindonesia?
3. Apa yang dimaksud pembaharuan kontemporer?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Unuk mengetahui bagaimana sejarah timbulnya ormas-ormas islam di indonesia?
2. Untuk mengetahui apa pengaruh organisasi-organisasi tersebut dalam
pembaharuan islam di indonesia?
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksud pembaharuan kontemporer?
BAB II
PEMBAHASAN
A. MUHAMMADIYAH
1. Memurnikan ajaran islam dengan membersihkan praktek serta pengaruh yang bukan
dari ajaran islam.
2. Reformasi ajaran dan pendidikan islam.
3. Reformasi doktrin-doktrin dengan pandangan alam pikiran modren.
4. Mempertahankan islam dari pengaruh dan serangan dari luar islam.4
Kehadiran sebuah organisasi sosial keagamaan dengan predikat pembaharu pada dasa
warsa kedua, abad kedua puluh ini dipandang sebagai satu kemajuan besar dikalangan umat
islam.. Tradisi keagamaan yang dipengaruhi oleh budaya keraton dan sinkretis, menyebabkan
K.H.A. Dhlan memilih pembaharuan sebagai upaya memurnikan ajaran islam, dengan cara
mengembalikannya kepada dua sumber utama yaitu; Al-Qur’an dan As-sunnah. (M.Rusli
Karim, 1986; 17-18) Sejak Muhammadiyah didirikan “bernawitu” menjadi gerakan islam
sesuai dengan bimbingan Allah dalam A-Qur’an serta teladan Rosulullah dalam fikiran
modern yang selaras dengan kedua basis sebelumnya, dengan dasar-dasar tersebut
Muhammadiyah mampu menumbuhkan cara hidup yang dinamik, rasional, dan
individualistic serta gaya hidup kota yang duniawi dan mampu mengkombinasikan pola dan
metodeorganisasi barat yang modern dengan prinsip dan nilai islam mempunyai kepercayaan
pada diri sendiri, jadi jelas pilihan yang dijatuhkan, sebagai gerakan tjdid menempati dua sisi
mata uang yang sama. Pemurnian islam dari segala bentuk bid’ah dan kurafat serta penerapan
islam dalam masyarakat dengan pola dan metode modern.
Dengan Islam benar Muhammadiyah menjadi kokoh, teguh dan berpribadi dengan
ilmu-ilmu modern Muhammadiyah lebih mudah menerapkan islam dalam kehidupan
masyarakat. Etos Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan islam terlalu sederhana
untuk hanya dikaitkan dengan masalah kekuasaan politik apa lagi jabatan presiden, menteri
atau DPR. Karena itu, penting bagi Muhammadiyah untuk tetap konsisten pada jati dirinya
sebagai gerakan sosial dan budaya, jika pada satu masa nampak ketergiuran kader gerakan ini
pada permainan kekuasan adalah pertanda dari sebagai pusat keunggulan peradaban,
walaupun demikian, bagi muhammmadiyah, kejkuasaan atau partai politik bukansesuatu
4 Yusran Asmuni, Pengantar studi pemikiran dan gerakan pembaharuan dalam dunia islam (Dirasah
Islamiyah III), (Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2001), h. 100.
yang di pandang tidak panting atu di luar keberadaan dirinya sebagai gerakan sosial atau
kebudayaan.
Dalam dinamika demokrasi politik kebangsaan dan orientasi pad aide masyarakat
madani di masa depan peran penting Muhammadiyah justeru terletak psda kemampuan
gerakan menempatkan diri sebagai pencerah peradaban sebagai etos gerakannya. Inilah
sebenarnya pesan pembaharuan kiayi Ahmad Dahlan, sehingga pada awal kemunculannya ia
mampu menyerap berbagai pusat keunggulan pada masanya. Gerakan tersebut mulai berubah
lagisetelah mengalami formalisasi atas pembaharuannya dalam berbagai lembaga dan
terutama sesudah pengembangan Tarjih sebagai lembaga fatwa hukum fikih, sejak itu tidak
lama pendiri wafat, sebenarnya gerakan ini mulai mengalami proses tradisionalisasi,
Muhammadiyah seolah-olah identik den gan tarjih yang kemudian diartikan hanya sebagai
lembaga fatwa syariah (fikih).
B. PERSIS
PERSIS sebagai organisasi yang berlebel Modernis lahirnya persatuan islam telah
memberi warna baru bagi sejarah peradaban islam di Indonesia, persis yang lahir pada abad
ke-20 merupakan respon terhadap kerakter keberagaman masyarakat islam di Indonesia yang
cendrung sinkretik, akibat pengaruh prilaku keberagaman masyarakat, Indonesia sebelum
kedatangan islam praktik-2 sinkretisme ini telah berkembang subur, akibat sikap akomodatif
para penyebar islam di Indonesia terhadap adat-istidat yang sebelumnya telah mapan.
Meskipun tidak dapat di pungkiri, bahwa keberhasilan penyeberan islam juga tidak lepas dari
sikap akomodatif. Bagi PERSIS, praktik sinkretisme merupakan kesesatan yang tidak boleh
dibiarkan berkembang dan harus segera dihapus karena bisa merusak sendi-sendi
fundamental agama islam.
Hal lain yang mejadi sasaran reformasi yang dilakukan persis adalah kejumudan
berfikir yang dialami oleh sebagian besar umat islam Indonesia akibat tklid buta yamg
mereka lakukan dalam menjalankan syari’at agama. Sebagai mana diketahui, bahwa praktik
peribadatan masyarakat Indonesia pada umumnya didasarkan pada hasil rumusan para imam
mazhab 800 tahun silam, Mereka beranggapan bahwa, hasil ijtihad para imam mazhab
tesebut merupakan keputusan terbaik dan harus di ikuti apa adanya.(M.muksin, 2007; 224)
Dilacak dari akar sejarahnya, reformasi yang diusung persis merupakan pengaruh dari
faham wahabi melalui para pendirinya, yaitu ketika organisasi persis pertama kali didirikan
dikaota, di pelopori oleh H. Zam-zam dan H. Muhammad Yunus, mereka adalah ulama persis
yang pernah pengenyam pendidikan di darul ulum, mekkah tempat berkembangnya paham
wahabi. Hasil belajar H. Zam-Zam ini kemudian di tularkan kepada segenap rekannya seperti
H. Muhammad Yunus dan beberapa rekan lainnya yang sama-sama melakukan kenduri
secara rutin di bandung, yang di isi dengan kajian-kajian keislaman dan teks-teks klasik dari
ulama salafi. Muhammad yunus sendiri, meskipun dia tidak pernah belajar di mekkah, dia
memiki kemampuan bahasa arab, serta memiliki semangat yang tinggi untuk mengkaji kitab-
kitb bahasa arab yang di belinya, dari hasil kajian-kajian inilah kemudian lahir pemikiran
gerakan dan keislaman sebagai refleksi kritis terhadap situasi dan kndisi masyarakat islam
indonesia, pemikir pembaharu yang banyak menentang praktik keagamaan yang tradisional
dan banyak di pengaruhi oleh pemikiran salafi. (Muksin jamil, 2007: 225-227)
Pada masa kini persis berjuang menyesuaikan diri dengan kebutuhan umat pada
masanya yang lebih realitis dan kritis, Gerak perjuangan persis tidak terbatas pada persoalan
ibadah dalam arti sempit, tetapi meluas pada persoalan-persoalan ibadah dalam arti sempit,
tetapi meluas kepada persoalan strategis yang di butuhkan oleh umat islam terutama pada
urusan muamalah dan peningkatan pengkajian pemikir keislaman. Jadi persis pada saat ini
sangat dibutuhkan oleh umat islam terutama pada urusan muamalah dan pengkajian
pemikiran keislaman dan juga gerak perjuangan persis itu tidak terbatas pada persoalan
ibadah dalam arti sempit, tetapi juga meluas pada persoalan strategis.
Pada dasarnya, perhatian persis ditujukan terutama pada faham Al-Qur’an dan
sunnah, hal ini dilakukan berbagai macam aktifitas diantaranya dengan mengadakan
pertemuan-pertemuan umum, tablgh, khutbah, kelompok studi, tadarus, mendirikan sekolah-
sekolah (pesantren ), menerbitkan majalah-majalah dan kitab-kitab, serta berbagai aktifitas
keagamaan lainnya, tujuan utmanya adalah terlaksananya syari’at islam secara kaffa dalam
segala aspek kehidupan, untuk mencapai tujuan jam’iyyah, persis melaksanakan berbagai
kegiatan antara lain pendidikan yang mulai dengan mendirikan pesantren persis pada tanggal
4 maret 1936, dari pesantren persis ini kemudian berkembang berbagai lembaga pendidikan
mulai dari Raudlatul Athfal (taman kanak-kanak ) hingga perguruan tinggi, kemudian
menerbitkan berbagai buku, kitab-kitb, dan majalah antaralain majalah pembela Islam
(1929 ), majalah Al-fatwa,(1931), Al-lissan (1935), majalah At-taqwa (1937) majalah Al-
hikam (1939), majalah Aliran islam (1948), majalah risalah (1962), serta berbagai majalah
yang di terbitkan di cabang-cabang persis.
Selain pendidikan dan penerbitan, kegiatan rutin adalah menyelenggarakan pengajian
dan diskusi yang banyak di gelar di daerah-daerah, baik atas inisiatif pimpinan pusat persis
maupun permintaan dari cabang-cabang persis, undang-undang dari organisasi islam lainnya,
serta masyarakat luas.
C. NAHDATUL ULAMA
Nahdatul ulama (NU) lahir pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya, organisasi ini di
prakarsai oleh sejumlah ulama terkemuka, yang artinya kebangkitan para ulama, NU
didirikan untuk menampung gagasan keagamaan para ulama tradisional, atau sebagai reaksi
atas prestasi ideologi gerakan modernisme islam yang mengusung gagasan purifikasi
puritanisme, pembentukan NU merupakan upaya peorganisasian dan peran para ulama,
pesantren yang sudah ada sebelumnya, agar wilayah kerja keulamaan lebih ditingkatkan,
dikembangkan dan di luaskan jangkauannya dengan kata lain didirikannya NU adalah untuk
menjadi wadah bagi usaha mempersatukan dan menyatukan langkah-langkah para ulama dan
kiai pesantren. (Muksin jmil, 2007; 227)
Dalam pandangan NU tidak semua tradisi buruk, usang, tidak mempunyai relevansi
kekirian, bahkan tidak jarang, tradisi biasa memberikan inspirasi bagi munculnya modernisasi
islam penegasan atas pemihakkan terhadap “warisan masa lalu “ islam di wujudkan dalam
sikap bermazhab yang menjadi typical NU, dalam memahami maksud Al-Qur’an dan hadist
tanpa mempelajari karya dan pemikiran-pemikiran ulama-ulama besar seperti, Hanafi,
Syafi’I, Maliki, dan Hambali hanya akan sampai pada pemahaman ajaran islam yang keliru.
Demikian juga dalam pandangan kiai, hasyim yang begitu jelas dan tegas mengenai
keharusan umat Islam untuk memelihara dan menjaga tredisi islam ditorehkan para ulama
klasik. Dalam rangka memelihara system mazhab kiai Hasyim merumuskan gagasan
ahlusunnah waljama’ah yang bertumpa pada pemikiran, AbuHasan al-asyari, Mansur Al-
Maturdi imam Hana fi, Maliki, syafi’I, dan Hambali, serta ima Al-ghozali, junaid Albaghdadi
dan imam mawrdi.
Pada dasawarsa 1980 dan 1990 terjadi perubahan mengejutkan didalam lingkungan
Nahdatul Ulama ormas terbesar di Indonesia. Perubahan yang paling disoroti media massa
dan sering menjadi bahan kajian akademis ialah proses kembali ke khitthah 1926: NU
menyatakan diri keluar dari politik praktis dan kembali menjadi jam’iyyah diniyyah, bukan
lagi wadah politik, dengan kata lain, sejak muktamar sutibondo (1984)p ara kiai bebas
berafiliasi dengan partai politik manapun mksudnya dengan partai golkar dan menikmati
kedekatan pemerintah, NU tidak asing lagi oleh pemerintah, sehingga segala aktifitasnya,
pertamuan, seminar tidak lagi dilarang dan malah sering difasilitasi.(http://organiasi
islam.wordpres.com, 207, 11:05).
Jadi, dapat di pahami perubahan tersebut merupakan momentum dalam politik orde
baru, NU sebagai politik sunni, yang selalu mencari akomodasi dengan penguasa.
Terdapat pula perubahan lainnya dikalangan generasi muda NU terlihat dinamika baru
dengan menjamurnya aktivitas sosial dan intelektual, yang nyaris tak tertandingi oleh
kalangan masyarakat lain, selama ini NU di anggap ormas yang paling konservatif dan
tertutup, dan sedikit sekali punya sumbangan kepada perkembangan pemikiran keagamaan
maupun pemikiran sosial dan politik, prihal pemikiran keagamaan NU justru didirikan
sebagai wadah para kiai untuk bersama-sama bertahan terhadap gerakan pembaharuan
pemikiran islam yang di wakili oleh Muhammadiyah, Al-irsyad dan persis, Nu hanya
manerima interprestasi islam yang tercantum dalam kitab kuning “ortodoks” al-kutub al-
mu’tabarah, terutama fiqh Syafi’I dan aqidah menurut mazhab asy’ari, dan menekan tklid
kepada ulama besar pada masa lalu.
Perhatian mulai bergeser dari para kiai sebagai tonggak organisasi NU kepada massa
besar, akar rumput yang merupakan mayoritas jama’ahnya tetapi kepentingannya selama ini
lebih sering terabaikan. Dominasi akivitas dan wcana NU dan keturunan mereka (kaum Gus-
gus), telah mulai terdobrak, sebagian besar aktivis dan pemikir muda yang memberi nuansa
kepada NU pada dasawarsa 1980 dan 1990 tidak berasal dari kasta kiai melainkan dari
keluarga awam, yang mengalami mobilitas sosial, tetapi perlu kita catat bahwa mereka bisa
muncul karena mnendapat dukungan dan perlindungan dari sejumlah tokoh muda dari
kalangan elit seperti, Fahmi sifuddin, Mustafa bisri, dan Abdurahman Whid.
Nahdatul Ulama (NU) adalah salah satu organisasi Massa Islam yang sangat berperan
dalam pembentukan Masyumi, tokoh NU, K.H. Hasyim asy’ari terpilih sebagai pimpinan
tertinggi masyumi pada saat itu, tokoh-tokoh NU lainnya banyak yang duduk dalam
pengurusan Masyumi dan arena keterlibatan NU dalam masalah politik menjadi sulit
dihindari. Nahdatul ulama kemudian keluar dari masyumi melalui surat keputusan
pengurusan besar Nahdatul Ulama (PBNU) pada tanggal 5 april 1952 akibat adanya
pergesekan politik diantara kaum intelektual Masyumi yang ingin melokalisasikan para kiai
NU pada persoalan agamanya saja.(http://organisasi Islam, worrdpress.com) Hubungan
antara kedua partai tersebut NU keluar dari partai Masyumi diakibatkan, pergesekkan politik
kaum intelektual partai Masyumi yang ingin melokalisasi para kiai NU yang mengurusi pada
persoalan agama saja.
D. MASYUMI
Masyumi didirikan pad 24 oktober 1943 sebagai pengganti MIAI karena jepang
memerlukan satu badan untuk menggalang dukungan masyarakat Indonesia melalui lembaga
agama islam, meskipun demikian, jepang tidak terlalu tertarik dengan partai-partai islam
yang telah ada di zaman belanda yang kebanyakan berlokasi di perkotaan dan berpola piker
modern, sehingfga pada minggu-minggu pertama, jepang telah melarang partai sarikat islam
Indonesia (PSII) dan partai islam Indonesia (PII).
Pada tanggal 7-8 Oktober diadakan muktamar islam di yogyakarta yang di hadiri oleh
hamper semua tkoh berbagai organisasi islam dari masa sebelum perang serta masa
pendudukan jepang. Kongres memutuskan untuk mendirikan syuro pusat bagi umat islam
Indonesia , masyumi yang dianggap sebagai satu-satunya partai politik bagi umat islam pada
awal pendiri masyumi, hanya empat organisasi yang masuk masyumi yaitu; Muhammadiyah,
NU, perikatan ulama islam, dan persatuan umat islam.
Setelah itu barulah organisasi islam yang lainnya ikut bergabung kemasyumi antara
lain persatuan islam (bandung), al-irsyad (Jakarta), Al-jamiatul Washliyah dan Al-ittihadiyah
(dari sumatera utara), selain itu pada tahun 1949 setelah rakyat pendudukan belanda
mempunyai hubungan leluasa dengan rakyat di daerah yang dikuasai oleh RI, banyak di
antara organisasi islam di daerah pendudukan itu bergabung dengan masyumi mudahnya
persyaratan untuk masuknya organisasi isalam kedalam Masyumi menjadi slah satu penyebab
banyaknya organisasi-organisasi islam yang masuk kedalamnya, namun yang lebih penting
mengenai alas an mereka masuk kedalam Masyumi di karenakan semus pihak merasa perlu
bergabung dan memperkuat barisan islam. (organisasi islam wordpress.com)
Tanpa mengetahui dengan dalam dasar dan cita-cita perjuangan Masyumi itu
merupakan partai islam, setelah banyak orang yang dalam politik mengidenkkan dengan
dirinya dengan partai tersebut. Pada awal pendirinya, yang menjadi perdebatan yaitu
mengenai struktur masyumi yang ideal, hal itu disebabkan karena masyumi adalah sebuah
organisasi yang terdiri dari berbagai organisasi islam yang mnembuat setiap pembahasan hal
itu selalu dinamis. Diantara tokoh-tokoh masyumi yang cukup terkenal adalah:
Masyumi, yang didirikan oleh hampir semua organisasi Islam, baik pasca maupun pra
kemerdekaan RI, adalah sebagai partai yang berniat merealisasikan pandangan Islam dan
Politik di Indonesia, Lahirnya partai ini ditujukan guna untuk menjaga dan memperjuangkan
kepentingan tanggal 7 November 1945, diadakanlah muktamar umat Islam Indonesia di
Yogyakarta, di dalam keputusannya, diambil kesepakatan bahwa diperlukannya suatu wadah
untuk menampung aspirasi umat Islam dan menyalurkannya melalui wadah tersebut.
Maka, partai Masyumi pun dibentuk, Besarnya partai Masyumi ternyata tidak bisa
dielakkan dari perpecahan bahkan terjadi pembubaran pada tahun 1960 oleh rezim pada saat
itu, Setelah bergantinya dua rezim, ternyata tidak mampu menghilangkan roh partai itu, justru
sebaliknya, sisa-sisa para pegiatnya sanggup membangkitkan dan melahirkannya kembali,
Namun, disayangkan persatuan para pegiatnya itu tidak ada, sehingga melahirkan beberapa
bentuk partai Islam yang berbeda dari partai Masyumi atau sebagai metamorfosis partai
Masyumi.
Hubungan yang terjadi antara Masyumi dengan partai yang lahir dalam pemilu 1999
dan partai apa yang merupakan partai metamorfosis dari partai Masyumi Untuk mendapatkan
hasil yang maksimal dari penyusunan ini, maka pendekatan yang digunakan adalah sosio-
historis, yaitu menela’ah fenomena sosial dan partai-partai yang lahir pada pemilu 1999
dengan memaparkan perjalanan Masyumi dari awal berdirinya (1945) hingga partai ini
dibubarkan (1960), Kemudian data yang terkumpul dianalisis secara kuantitaif dengan
metode berpikir deduktif-induktif Dengan menggunakan pendekatan dan metode tersebut di
atas menunjukkan bahwa, mendirikan partai Islam merupakan suatu kemaslahatan bagi umat.
Sebagaimana Masyumi, pembentukan partai tersebut selain bertujuan untuk kelangsungan
demokrasi, juga untuk mendapatkan keridhaan dari Allah.
Demikian juga dengan partai-partai Islam yang lahir pada pemilu 1999, adanya
kesamaan-kesamaan antara partai Masyumi dengan partai-partai Islam yang lahir pada
pemilu 1999 baik dari perjuangannya, ideologinya, asasnya, nama partainya, tanda
gambarnya, maupun basis massanya, maka hal ini dapat disimpulkan bahwa adanya sebuah
hubungan historis perjuangan yang tidak terputus antara partai-partai Islam 1999 seperti PBB,
PMB, PPIM dan, PPP dengan partai Islam Masyumi.
E. SYARIKAT ISLAM
Syarikat islam yang dilahirkan di Solo pada 16 Oktober 1905 dengan sifat
Nasionaldan dasar Islam yang tangguh yang kini berusia 91 tahun, adalah organisasi islam
yangterpanjang dan tertua umurnya dari semua organisasi massa di tanah air kita Indonesia. 5
Sarekat Islam berdiri tiga tahun setelah berdirinya organisasi Budi Utomo. Latar belakang
ekonomis dari organisasi ini adalah sebagai tanggapan (perlawanan) terhadap
pedagangan(penyalur) oleh orang Cina. Peristiwa itu merupakan isyarat bagi orang muslim
bahwatelah tiba waktunya untuk menunjukkan eksistensinya. Oleh karena itu, para
pendiriSarekat Islam mendirikan organisasi ini bukan semata-mata untuk mengadakan
perlawananterhadap orang-orang Cina, tetapi juga untuk membuat front melawan semua
penghinaanterhadap rakyat bumi putra. Organisasi ini merupakan reaksi terhadap rencana
kristenings Politik(politik Pengkristenan) dan Kaum Zending , perlawanan terhadap
kecurangan- kecurangan dan penindasan-penindasan dari pihak ambtenaar-ambtenaar
bumiputra danEropa.
Tujuan organisasi ini sebagaimana tercantum dalam anggaran dasarnya ialah untuk
mengembangkan jiwa berdagang, memberi bantuan kepada anggota-anggota yang menderita
kesukaran, memajukan pengajaran dan semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putra,
dan menentang pendapat-pendapat yang keliru tentang islam.Pergantian nama dari Sarekat
Dagang Islam (SDI) menjadi Serikat Islam(SI)dilakukan ke tika kepemimpinan H.O.S
5 K.H, Firdaus, Syarikat Islam Bukan Budi Utomo, (meluruskan sejarah pergerakan bangsa) Jakarta:
CV.DATAYASA, 1997. h,9
Cokroaminoto. Cokroaminoto diserahi untuk memimpin organisasi ini pada tahun 1912. Ia
berusaha melebarkan sayapnya agar lebihluas dengan menukar nama SDI menjadi SI.
Akhirnya Serikat Islam di bawah pimpinan Cokroaminoto memperoleh kemajuan yang gilang
gemilang, dan anggotanya banyaktersebar di seluruh Indonesia.
Dalam perjalanan sejarah bahwa gerakan pemuda Islam pertama berideologi Islam
adalah Jong Islamieten Bond JIB yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1925 oleh R.
Syamsurizal Raden Syam di Jakarta. Pada awalnya JIB dicetuskan oleh pemuda-pemuda
muslim yang berasal dari Jawa dan Madura yang umumnya bergabung di dalam Jong Java.
Di mana di antara anggota-anggota Jong Java merasa bahwa banyak organisasi pelajar atau
pemuda waktu itu terbagi-bagi dalam wadah dan perasaan kedaerahan primordialisme, seperti
Jong Sumatera, Jong Batak Bond, Jong Selebes Minahasa, Jong Ambon, Sekar Roekoen, dan
Jong Java sendiri, dan lain-lain. Sehingga di antara angota-anggota Jong Java berpikiran
bahwa melalui agama Islam dapat membuat persatuan antara organisasi-organisasi pelajar
dan pemuda. Islam adalah agama umum rakyat di seluruh nusantara. Oleh karena itu,
organisasi-organisasi pelajar dan pemuda yang bernama Jong Java, Jong Sumatera, dan
sebagainya, anggota-anggotanya adalah putra-putri nusantara kita juga.
Menurut Raden Syamsurizal sebagai ketua Jong Java pada waktu itu kelak ketua JIB
berpendapat bahwa barang siapa yang hendak mengenal roh bangsa Indonesia harus
mempelajari dengan sungguh-sungguh agama Islam. Sehingga diperlukan bagi anggota Jong
Java untuk diajarkan pendidikan Islam. Di samping itu, keperluan tersebut didasarkan pada
kenyataan bahwa baik di MULO maupun AMS tatkala itu tidak diberikan pelajaran agama
Islam. 16 Namun banyak reaksi yang timbul terhadap pendapat Raden Syamsurizal tersebut.
Ada yang menganggap Jong Java bukanlah perkumpulan agama dan hal-hal yang
berhubungan dengan agama menunjukkan pada keterbelakangan, kekolotan dan sebagainya.
Dan ada pula yang setuju dengan pendapat Syam.
Dengan demikian pada kongres Jong Java ke-7 di bulan Desember tahun 1924
pendapat Syam dibawa dalam kongres, namun pendapat Syam ditolak lewat pemungutan
suara. Penolakan ini menurut Mr. Moh. Roem, merupakan blessing in disgue, karena apabila
usul itu diterima kemungkinan organisasi terpelajar Islam tidak akan pernah hadir. Dan
akhirnya pada Desember itu juga Syam berangkat ke Jakarta bertemu dengan H. Agus Salim
untuk menyampaikan niatnya membentuk Jong Islamiten Bond JIB. Dan kemudian sejumlah
formulir keanggotaan diedarkan, diluar dugaan 200 pemuda Islam, baik pelajar MULO
maupun AMS ataupun tamatan sekolah-sekolah tersebut yang sudah bekerja menyatakan
bersedia menjadi anggota JIB.
Pada tanggal 1 Januari 1925 JIB diproklamirkan berdirinya di Jakarta dengan agama
Islam sebagai dasar perjuangannya. 17 Perlu diketahui bahwa berdirinya JIB bukan karena
penolakan atas usul Syam mengenai klasifikasi keanggotaan yang sama sekali tidak ada
kaitannya dengan persoalan keislaman, tetapi semata-mata bermaksud memajukan Islam.
Karena kendati JIB telah berdiri tetapi para pemuda Jawa yang muslim tidak menanggalkan
keanggotaannya dalam Jong Java.6
G. PEMBAHARUAN KONTEMPORER
6 Jamaludin, (Jong Islamiten Bond 1925-1942 sebagai Gerakan Pemuda Islam di Indonesia (Skipsi)), (Jakarta:
Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah, 2008) hlm. 20-22
7 Muhammad Arkoun, Aina huwa al-Fikr al-Islâmy al-Mu’âshir, Cet. II, (Bairut: Dâr el-Sâqy, 1996), hal. ii-viii.
puncak kegemilangan dialog pemikiran yang konstruktif. Menurut Arkoun, pemikiran Islam
kontemporer seakan-akan sudah jauh dari tradisi kedua kampiun Islam tersebut.
Lebih radikal dari pemikiran tersebut, Dr. Athif Iraqi, Guru Besar Filsafat di
Universitas Kairo menyatakan bahwa setelah wafatnya Ibnu Rushd, maka berakhirlah masa
filsafat Islam. Karena setelah itu pemikiran-pemikiran filsafat tidak lagi lahir. Maka dari
itu, menerawang pemikiran Islam klasik akan menemukan percikan-percikan yang sangat
bermakna dan menentukan bagi tumbuh-kembangnya pemikiran Islam kontemporer.
Selain Ibnu Rushd, intelektual muslim kontemporer tidak bisa melupakan ketenaran
sosiolog muslim, Ibnu Khaldun. Dr. Misbâh al-‘Amily, menyatakan bahwa Ibnu Khaldun
adalah putra mahkota umat Islam yang kecanggihan cakrawalanya menunjukkan bahwa
pemikiran Islam lebih unggul dari pada pemikiran Yunani.
8 Di saat khazanah keilmuan dunia Islam pernah berkibar dan menguasai dunia
Jadi dengan demikian, Islam kontemporer merupakan gerakan pemikiran Islam di
kalangan intelektual Islam dalam menafsirkan kembali pemikiran Islam klasik dengan situasi
modern. Para tokohnya kebanyakan adalah para intelektual Islam yang banyak belajar di
lembaga-lembaga pendidikan Barat maupun Eropa. Inti pemikirannya adalah mengembalikan
kejayaan dan keunggulan pemikiran para intelektual Islam klasik pada abad modern,
sehingga melahirkan Islam modern. Alasannya, karena pemikiran Islam klasik sangat relevan
dengan perkembangan peradaban modern. Sehingga, jika peradaban Islam ingin berkembang
dan maju di abad modern ini, maka pemikiran Islam harus ditafsirkan sesuai dengan
perkembangan zamannya.
1. Fazlur Rahman
Fazlur Rahman lahir pada 21 September 1919 di Distrik Hazara, Pakistan dan
meninggal pada 1988. Ayahnya, mawlana Shihab al-Din, adalah seorang alim (teolog-yuris
Muslim) yang mendapat pendidikan di Deoband, India. Di bawah bimbingannya, Fazlur
Rahman memperoleh pendidikan dalam disiplin tafsir, hadis, fiqih, kalam, dan falsafah.
Pernyataan-pemyataannya mengenai reformasi dan tulisan-tulisannya telah menimbulkan
reaksi keras dari pihak tradisional, yang mendorongnya untuk meninggalkan Pakistan pada
1968. Kemudian ia menduduki jabatan profesor di Universitas Chicago, USA dan
mengabdikan diri pada pendidikan dan penelitian sampai akhir hayatnya.
Fazlur Rahman adalah satu dari banyak pemikir Muslim kontemporer yang mengakui
secara padu pendekatan ilmiah modern dan mempertahankan iman secara intensif dan
mendalam. Untuk dapat menggabungkan dua sikap ini, ia mengajukan diri untuk membangun
sebuah visi Islam yang murni, dengan menggunakan pemahaman yang lebih baik terhadap
pengalaman Nabi, kondisi-kondisi historis dan politik yang di dalamnya pengalaman itu
terjadi, dan transformasi-transformasi yang diusahakannya untuk tercipta dalam masyarakat.
Pengetahuan tentang momen-momen pertama Islam, dengan demikian, menurut Fazlur
Rahman, mempunyai peran besar. Sebenarnya, yang dimaksudkan adalah suatu jenis
pengetahuan yang sangat khas, yang berusaha untuk menghindari dua jalan ekstrem yang
sama-sama merusak: jalan ekstrem menutup diri dalam lingkaran ortodoksi tertutup, yang
luput menanggap yang esensial, dan jalan berlindung di dalam objektivitas ilmiah, sehingga
menjadi tidak mampu mencapai yang esensial dari kebenaran-kebenaran adikodrati iman.
A. KESIMPULAN
Fazlur Rahman adalah satu dari banyak pemikir Muslim kontemporer yang mengakui
secara padu pendekatan ilmiah modern dan mempertahankan iman secara intensif dan
mendalam. Untuk dapat menggabungkan dua sikap ini, ia mengajukan diri untuk membangun
sebuah visi Islam yang murni, dengan menggunakan pemahaman yang lebih baik terhadap
pengalaman Nabi, kondisi-kondisi historis dan politik yang di dalamnya pengalaman itu
terjadi, dan transformasi-transformasi yang diusahakannya untuk tercipta dalam masyarakat.
B. SARAN
Abdul Munir Mulkhan, 1990, Pemikiran K.H..A. Dahlan dan Muhammadiyah, Bumi aksara;
Jakarta
Mulkhan Abdul Munir, 2000, Menggugat muhammadiyah, Fajar pustaka baru, yogya karta.
Nizar Samsul, Sejarah Pendidikan Islam (menelusuri jejak Sejarah Pendidikan era Rasulullah
sampai Indonesia), Jakarta: Kencana, 2013