Anda di halaman 1dari 12

PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA MELALUI PENDIDIKAN NILAI

Sri Wening
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
email: riwening@yahoo.co.id

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan nilai-nilai kehidupan sebagai dimensi
pembentuk karakter; (2) menelaah perolehan dimensi pendidikan nilai melalui faktor-faktor ling-
kungan; dan (3) mengungkap pencapaian pembentukan karakter melalui faktor lingkungan dan im-
plementasi pendidikan nilai dalam mata pelajaran/kurikulum. Penelitian ini bersifat deskriptif eks-
ploratif berdasarkan hasil evaluasi reflektif para guru mata pelajaran PKN, IPS, dan PKK dan siswa
SMP di DIY. Data dianalisis menggunakan teknik analisis deskriptif, regresi dan t-test. Kesimpulan
yang diperoleh adalah (1) guru menemukan 17 nilai-nilai kehidupan (pendidikan nilai) yang ter-
kandung dalam konsep pendidikan konsumen yang merupakan dimensi pembentuk karakter; (2)
siswa menjelaskan bahwa pendidikan nilai yang diperoleh dari keluarga, sekolah, teman sebaya, dan
media masa cenderung cukup baik; dan (3) pendidikan nilai melalui keluarga, teman sebaya, dan
media massa berpengaruh terhadap pembentukan karakter peserta didik, namun melalui sekolah
tidak berpengaruh terhadap pembentukan karakter. Pembelajaran dengan menggunakan intervensi
buku cerita pembelajaran nilai-nilai kehidupan dapat membentuk karakter siswa. Dalam silabus dan
buku ajar terkandung sedikit dimensi pendidikan nilai.

Kata Kunci: pendidikan nilai, pembentukan karakter, karakter bangsa

THE NATION’S CHARACTER BUILDING THROUGH VALUE EDUCATION

Abstract: This research is aimed (1) to develop life values as a dimension of character builder; (2) to
study the achievement of value education dimension as a character builder through the environ-
mental factors; (3) to reveal the achievement of character building through environmental factors and
the implementation of value education in school subjects/curriculum. This research is explorative
descriptive based on the result of reflective evaluation made by junior high school teachers of PKN
(civics), IPS (social science), and PKK (family welfare education) and by junior high school students in
the Province of Yogyakarta Special Territory. The data were analyzed using the techniques of descrip-
tive analysis, regression and t-test. It was concluded that (1) the teachers found 17 life values (value
education) consisted of the concept of consumer education and the dimensions of character builder;
(2) the students stated that value education obtained from the family, school, peers, and mass media
tend to be good enough; and (3) the value of education through family, peers, and mass media
influenced the character formation of the students, but that through the school had no effect on
character building. The teaching and learning process using the intervention of story books of life
values could develop the students’ character. In addition, there was little dimension of value edu-
cation in the syllabus and text books.

Keyword: value education, character building, nation character

PENDAHULUAN kan oleh kenakalan remaja dalam masya-


Dewasa ini banyak pihak menuntut rakat seperti perkelahian massal, perusak-
peningkatan intensitas dan kualitas pelak- an lingkungan hidup, dan korupsi merupa-
sanaan Pendidikan Nilai pada lembaga kan tiga contoh permasalahan yang se-
pendidikan formal. Tuntutan tersebut di- makin lama dirasakan sebagai permasa-
dasarkan pada fenomena sosial yang ber- lahan yang paling banyak terjadi di Indo-
kembang, yakni kekerasan yang ditunjuk- nesia.

55
56

Permasalahan kemampuan sosial hensip untuk menghadapi tantangan-tan-


sangat mengemuka manakala perilaku ma- tangan masa depan agar pembentukan
terialisme yang menganggap bahwa se- masyarakat yang berkarakter dapat ter-
olah-olah materi, benda, dan uang adalah wujud sehingga terhindar dari perilaku
segala-galanya. Perilaku materialistik ini materialistik dan konsumtif.
dapat mengancam terkikisnya nilai-nilai Langkah utama yang mendesak ha-
kehidupan manusia, misalnya nilai ke- rus dilakukan adalah melakukan pember-
imanan, kejujuran, ketertiban, kendali diri, dayaan masyarakat sebagai masyarakat
pengorbanan, tanggung jawab, dan keber- konsumen melalui pembinaan dan pen-
samaan. Fenomena perilaku materialistik didikan. Penting sekali untuk menumbuh-
ini dapat meruntuhkan nilai-nilai kesan- kan kesadaran masyarakat dengan melatih
tunan, tepat waktu, amanah, empati, hor- mengelola uang atau kecerdasan finansial,
mat pada perbedaan pendapat, dan hormat pola berkonsumsi, serta kedudukannya
pada orang lain. Perilaku konsumtif me- sebagai konsumen. Hal ini sesungguhnya
rupakan suatu fenomena psikoekonomik merupakan hak konsumen, seperti yang
yang banyak melanda kehidupan masya- tertuang di dalam Undang-Undang Perlin-
rakat, terutama yang tinggal di perkotaan. dungan Konsumen (UU nomor 8 Tahun
Fenomena ini menarik untuk diteliti meng- 1999 dalam Pasal 4).
ingat perilaku konsumtif juga banyak me- Pemberdayaan masyarakat melalui
landa kehidupan remaja di kota-kota besar, pendidikan konsumen diharapkan akan
yang sebenarnya belum memiliki kemam- mengarah pada proses pembudayaan yang
puan finansial untuk memenuhi kebutuh- dapat membentuk watak konsumen yang
annya. baik di masyarakat sehingga ini dapat di-
Perilaku seseorang ditentukan oleh jadikan suatu agenda aksi dalam dunia
faktor lingkungan dengan landasan teori pendidikan di Indonesia. Hal tersebut men-
kondisioning ada fungsi bahwa karakter desak untuk diterapkan karena pendidikan
ditentukan oleh lingkungan. Seseorang konsumen tidak hanya sekedar menawar-
akan menjadi pribadi yang berkarakter kan ilmu pengetahuan dan keterampilan,
apabila dapat tumbuh pada lingkungan melainkan juga meningkatkan kemampuan
yang berkarakter. Tentunya ini memerlu- berpikir kritis, pemecahan masalah, dan
kan usaha secara menyeluruh yang dilaku- tindakan yang merupakan ciri-ciri individu
kan semua pihak: keluarga, sekolah, dan yang berkarakter.
seluruh komponen yang terdapat dalam Pendidikan konsumen tidak hanya
masyarakat. sekedar mengajarkan siswa untuk meng-
Untuk mengantisipasi, perlu dibangun gunakan uang dengan baik, tetapi pada ke-
character building yang didasari dengan nyataan pendidikan konsumen juga me-
nilai-nilai moral kemanusiaan di kalangan ngandung banyak nilai. Ini sejalan dengan
masyarakat, baik sebagai individu maupun hasil survei yang dilakukan oleh Knapp
kelompok. Nilai- nilai moral yang kokoh (1991:3) bahwa di dalam pendidikan
dan etika standar yang kuat sangat di- konsumen terkandung nilai-nilai implisit
perlukan bagi individu maupun masyara- yang patut ditumbuhkembangkan pada
kat melalui pendidikan nilai pada proses siswa, seperti: memiliki kesadaran akan
pendidikan, khususnya di sekolah secara diri sendiri (misalnya tahu membedakan
eksplisit (terencana), terfokus, dan kompre- antara kebutuhan dan keinginan), memiliki

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012


57

tanggung jawab (misalnya kesadaran mem- perkembangan individu pada masa balita,
bayar rekening), menjadi hemat, hidup anak, dewasa dan lanjut usia. Dalam rang-
sederhana (misalnya menabung), menjadi kaian proses perkembangan individu, re-
lebih bijaksana (misalnya memilih ketika maja tidak mempunyai tempat yang jelas,
membeli), dan memiliki perencanaan (misal- tidak lagi termasuk golongan anak, tetapi
nya menganggarkan uang) dalam ke- belum termasuk golongan orang dewasa
hidupannya. (Monks, dkk. 2002:259). Perkembangan da-
Tujuan penelitian ini adalah untuk lam masa remaja berlangsung antara umur
(1) mengembangkan dimensi pembentuk 12 dan 21 tahun, dengan pembagian 12-15
karakter, yaitu nilai-nilai kehidupan dalam tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun:
pendidikan konsumen; (2) menelaah per- masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun:
olehan dimensi pendidikan nilai sebagai masa remaja akhir.
pembentuk karakter melalui faktor-faktor Menurut Papalia dan Wendkos (1998:
lingkungan; (3) mengungkap pencapaian 12) masa remaja awal adalah masa per-
pembentukan karakter melalui faktor-fak- ubahan atau masa pertumbuhan dengan
tor lingkungan dan implementasi pendidik- proses hormonal yang mempengaruhi pe-
an nilai dalam mata pelajaran/kurikulum. nampilan dan perubahan secara fisik.
Penelitian ini penting untuk dilaksanakan Pendapat lain dikemukakan oleh Fishbein
karena dapat menambah pemahaman para (1978:7) bahwa remaja itu ditandai dengan
guru tentang pengembangan kurikulum datangnya masa pubertas, dan bersamaan
menuju integrated learning, dan pengem- dengan itu terjadi pula pertumbuhan fisik,
bangan sekolah sebagai pusat budaya yang dan timbul gejolak-gejolak kejiwaan.
kuat dalam pembentukan karakter bangsa. Nilai-nilai pada diri manusia dapat
Oleh karena itu, diharapkan hasil peneliti- dilihat dari tingkah-laku. Para filosof lebih
an ini memberikan wacana baru dalam me- tertarik untuk membedakan nilai, misalnya,
rekonstruksi mata pelajaran mulai dari membedakan nilai perilaku dalam konteks
pengembangan konstruk, pembuatan mo- nilai antara (means values) dan nilai akhir
dul pembelajaran nilai, dan proses penilai- (end values) (Kirschenbum, 1992:87). Semen-
an. tara itu, Rokeach menggunakan istilah
Dengan demikian, pendidikan kon- yang berbeda dalam menyebut nilai antara
sumen dilakukan untuk mengetahui peran sebagai nilai instrumental dan nilai akhir
sekolah sebagai wadah pembentukan ka- sebagai nilai terminal.
rakter melalui pembelajaran pendidikan Nilai yang akan dikaji dalam pene-
nilai, serta untuk mendukung dan mem- litian ini adalah nilai pada tataran moral,
perluas program Pendidikan Karakter yakni nilai yang dekat dengan wilayah
Bangsa yang sudah dirintis. nilai etika (baik-buruk). Nilai moral ini me-
Salah satu tahapan perkembangan miliki kualitas baik-buruk yang sudah di-
yang dilalui seorang individu adalah masa manifestasikan dalam tindakan sebagai
remaja. Hal ini sesuai dengan subjek pene- adat kebiasaan seseorang. Nilai moral ini
litian ini. Studi tentang masa remaja men- diyakini dapat mendasari prinsip dan
jadi sangat penting karena tahap perkem- norma yang memandu sikap dan perilaku
bangan tersebut penuh dengan dinamika dalam hidup sebagai pembentuk karakter
dan gejolak, serta mempunyai ciri yang seseorang. Kualitas seseorang ditentukan
berbeda bila dibandingkan dengan masa oleh nilai yang dihayati dan digunakan

Pembentukan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Nilai


58

sebagai pemandu sikap dan perilakunya. yang terdiri guru PKn, IPS Ekonomi, dan
Watak atau karakter dan kepribadian se- PKK serta siswa yang mewakili kelas 1, 2,
seorang dibentuk oleh nilai-nilai yang dan 3 SMP di Yogyakarta.
dipilih, diusahakan, dan secara konsisten Pelaksanaannya evaluasi reflektif ini,
diwujudkan dalam tindakan. Pendidikan mencakup lima kegiatan yaitu: (1) mengem-
yang membentuk karakter seseorang dapat bangkan/menggali sistem nilai, validasi
diupayakan melalui pendidikan nilai di dan workshop dengan guru; (2) membuat
keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai instrumen dan melakukan uji coba instru-
suatu proses pembudayaan. men serta menyusun buku cerita; (3) me-
Di Indonesia, pendidikan konsumen laksanakan pengumpulan data sebelum in-
tidak secara khusus ada dalam kurikulum tervensi dan setelah intervensi; (4) strategi
sekolah, namun ilmu konsumen banyak intervensi buku cerita; dan (5) mengana-
tersembunyi dalam pembelajaran mata pe- lisis hasil pengumpulan data, membuat sin-
lajaran di sekolah. Setelah dilakukan pen- tesis dan kesimpulan.
cermatan banyak nilai-nilai moral yang ter- Instrumen penelitian yang diguna-
kandung dalam konsep pendidikan konsu- kan dalam bentuk kuesioner sebagai alat
men, yang kemudian akan dikembangkan untuk merefleksikan pembelajaran nilai
melalui refleksi para guru dan peserta di- oleh siswa dan guru. Selain itu, siswa juga
dik. Peningkatan kesadaran konsumen un- diberi kuesioner tentang persepsi penting-
tuk remaja awal, bisa diajarkan melalui tiga nya sistem nilai menurut mereka, peroleh-
mata pelajaran yang terdapat di dalam kuri- an pendidikan nilai melalui faktor-faktor
kulum SMP, yaitu mata pelajaran IPS bidang lingkungan dan kuesioner untuk meref-
ekonomi, PKn, dan Keterampilan PKK. leksikan terjadinya pembentukan karakter.
Pendidikan nilai tidak hanya dapat Untuk mendapatkan validitas empiris ins-
dilakukan di sekolah, tetapi dapat juga di- trumen, kuesioner diujicobakan kepada
lakukan di keluarga dan masyarakat yang siswa kelas 1, 2, dan 3 di SMP Negeri
mencakup teman sebaya dan media massa. Sedayu dan SMP Stella Duce. Hasil uji coba
Banyak penelitian yang terkait dengan dianalisis kelayakan butir-butirnya dengan
lingkungan dan pembentukan karakter. analisis faktor, yang hasilnya dinyatakan
Penelitian yang dilakukan oleh Alit (2003), layak untuk dianalisis lebih lanjut.
Koyan (2001), Bulach (2002), Hendrix dkk. Instrumen guru digunakan untuk
(2004) menyimpulkan bahwa lingkungan mengungkap refleksi para guru tentang:
sangat mempengaruhi pembentukan ka- (1) pentingnya sistem nilai diberikan ke-
rakter anak usia sekolah. pada siswa; (2) mengembangkan nilai-nilai
kehidupan melalui FGD tentang keterkait-
METODE an dimensi sistem nilai dengan dimensi
Penelitian ini merupakan evaluasi ref- nilai pembentuk karakter; (3) intensitas pe-
lektif yang dilakukan dengan membanding- nanaman sistem nilai melalui pendidikan
kan pendidikan nilai dari berbagai kurun nilai yang diintegrasikan melalui pembe-
waktu yang diperoleh peserta didik. Oleh lajaran ketiga mata pelajaran yang pernah
karena itu, pendekatan yang digunakan dilakukan sebelum penelitian dilakukan;
adalah expost facto model kausal kompa- (4) analisis pendidikan nilai yang dapat di-
ratif. Partisipan penelitian ini diambil se- integrasikan ke dalam silabi dan identifi-
cara proportional stratified random sampling, kasi pendidikan nilai yang terdapat dalam

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012


59

buku ajar; (5) analisis refleksi pembelajaran nilai kepercayaan; nilai bijaksana dan tole-
nilai melalui buku cerita, dan (6) analisis ransi sosial dengan nilai menghargai orang;
refleksi pembentukan karakter melalui kesadaran diri, tanggung jawab, meng-
pengaruh faktor-faktor lingkungan siswa hargai uang dan nasionalisme dengan tang-
dan menurut hasil observasi guru. gung jawab; nilai bijaksana dan keadilan
Setelah instrumen selesai dibuat, pe- dengan nilai keadilan; nilai toleransi sosial,
neliti mulai menyusun buku cerita pem- peduli dan sadar lingkungan dengan nilai
belajaran nilai untuk siswa yang mengan- kepedulian; nilai tanggung jawab dan nasio-
dung 17 sistem nilai. Buku cerita pembe- nalisme dengan nilai kewarganegaraan; nilai
lajaran nilai dibuat dalam bentuk empat tanggung jawab dengan nilai kejujuran;
seri yang menceritakan kisah sehari-hari nilai kritis dengan nilai keberanian; nilai ke-
pengalaman berkonsumsi (pendidikan kon- sadaran diri, tanggung jawab, hemat, teliti,
sumen) yang di dalamnya mengandung produktif dan menghargai uang dengan
sistem nilai. Masing-masing seri mengan- nilai kerajinan; kesadaran diri dan tanggung
dung empat sistem nilai yang digunakan jawab dengan nilai totalitas. Ketujuhbelas
untuk membantu menumbuhkan karakter sistem nilai tersebut, dapat dicermati da-
siswa, dan dilengkapi dengan 5 pertanyaan lam Tabel 1.
untuk mengetahui kecenderungan muncul- Oleh karena itu, dapat diinterpretasi-
nya sikap dan perilaku/tindakan yang kan bahwa nilai-nilai kehidupan yang ter-
dapat menunjukkan tumbuhnya karakter kandung dalam pendidikan konsumen se-
siswa ketika melakukan konsumsi dalam bagai suatu kebutuhan untuk diberikan ke-
kehidupan sehari-hari. Sebelum diinter- pada peserta didik. Menurut para guru, se-
vensikan kepada siswa, buku cerita pem- bagian nilai-nilai kehidupan tersebut sudah
belajaran nilai terlebih dahulu dilakukan diintegrasikan ke dalam mata pelajaran,
uji validitas isi dengan para ahli dan di- khususnya: PKn, IPS bidang ekonomi, PKK.
lakukan uji reliabilitas tentang tingkat ke-
terbacaannya. Perolehan Pendidikan Nilai melalui Fak-
Teknik analisis data yang digunakan tor Lingkungan
dalam penelitian ini adalah statistik des- Pendidikan nilai yang telah diperoleh
kriptif dan teknik statistik inverensial, yaitu siswa melalui pengaruh keluarga, sekolah,
analisis regresi dan uji-t. teman sebaya, dan media massa termasuk
kategori cukup baik. Pendidikan nilai tang-
HASIL DAN PEMBAHASAN gung jawab, bijaksana, kritis, sederhana,
Pengembangan Nilai-nilai Kehidupan dan menghargai uang menurut siswa se-
Konsumen sebagai Pembentuk Karakter ring diperoleh melalui pengaruh keluarga,
Berdasarkan hasil refleksi guru me- sekolah, teman sebaya, dan media masa.
lalui kegiatan FGD, teridentifikasi 17 nilai- Hasil analisis trend antarwaktu perolehan
nilai kehidupan yang terkandung dalam sistem nilai melalui pengaruh lingkungan
pendidikan konsumen. Nilai-nilai kehidup- keluarga, sekolah, teman sebaya, dan media
an tersebut berketerkaitan dengan seluruh massa menurut pendapat siswa dapat
dimensi pembentuk karakter, yaitu: nilai dilihat pada Tabel 2.
kesadaran diri dan tanggung jawab dengan

Pembentukan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Nilai


60

Tabel 1. Kecenderungan Keterkaitan Sistem Nilai dengan Dimensi Pembentuk Karakter


Dimensi Nilai Pembentuk Karakter
Sistem Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Kesadaran diri + v + v v v v v v +
2. Tanggung jawab + o + v v + + v v +
3. Hemat o o - - - - - o v -
4. Bijaksana v + V + - v v v - v
5. Bertujuan o - V - - - o v - v
6. Teliti - o V - - - v - v v
7. Mencari informasi o o - - - - - v - v
8. Toleransi sosial - + - v + v - - - v
9. Peka - v - v v - - v - v
10. Kritis - o - - v v - + o v
11. Peduli - v - v + - - - - v
12. Keadilan - - - + v v v - - v
13. Sederhana - o - v - - - o - -
14. Sadar lingkungan - - - - + v - - - v
15. Produktif o - - - - - - - v v
16. Menghargai uang o o + - - - - - v v
17. Nasionalisme o o + o o + o o o v

Keterangan:
1 = Kepercayaan 6 = Kewarganegaraan + = 55% - 79% = Terkait
2 = Menghargai orang lain 7 = Kejujuran v = 28% - 54% = Cukup terkait
3 = Tanggung jawab 8 = Keberanian - = 3% - 27% = Kurang terkait
4 = Keadilan 9 = Kerajinan o = tidak ada data
5 = Kepedulian 10 = Totalitas

Berdasarkan data pada Tabel 2, dapat dan p < 0,05). Hal ini berarti bahwa pen-
diketahui bahwa tingkat refleksi siswa su- didikan nilai yang diperoleh siswa me-
dah dapat berjalan dengan baik. Hal ter- lalui keluarga telah memberikan kontri-
sebut ditunjukkan oleh peningkatan skor busi positif bagi pembentukan karakter
analisis trend antarwaktu dari masa lalu ke siswa. Hal ini bisa terjadi karena keluar-
masa sekarang tentang refleksi siswa da- ga merupakan tempat pertama dan uta-
lam memperoleh pendidikan nilai, khusus- ma seorang anak dididik dan dibesar-
nya kehidupan konsumen melalui ling- kan. Hal ini sesuai dengan teori Bronfen-
kungan keluarga, sekolah, teman sebaya brenner (Megawangi, 2004) yang menye-
dan media massa. butkan bahwa seorang anak dalam pro-
ses tumbuh kembang pertama kali dan
Pencapaian Pembentukan Karakter melalui secara langsung dipengaruhi oleh ling-
Implementasi Pendidikan Nilai kungan keluarga, dan setelah itu oleh
1) Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan di luar keluarga, dari ling-
pendidikan nilai kehidupan konsumen kungan mikro sampai makro. Peran ke-
yang diperoleh siswa melalui keluarga luarga dalam pendidikan, sosialisasi, dan
berpengaruh secara signifikan terhadap penanaman nilai kepada anak adalah
pembentukan karakter siswa (R2 = 0,028; sangat besar. Bila dikembalikan pada

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012


61

Tabel 2. Deskripsi Analisis Trend Antarwaktu Perolehan Sistem Nilai Siswa


Antarwaktu
No. Aspek nilai
Keluarga Sekolah Teman Sby Media Msa
Lalu Skrng Lalu Skrng Lalu Skrng Lalu Skrng
1. Kesadaran diri 2.64 2.73 2.76 2.83 2.68 2.74 2.38 2.46
2. Tanggung jawab 3.20 3.28 3.27 3.43 3.40 3.44 3.07 3.10
3. Hemat 2.59 2.56 2.57 2.61 2.39 2.37 2.82 2.94
4. Bijaksana 2.92 3.09 2.89 3.05 2.29 3.26 3.14 3.24
5. Bertujuan 2.47 2.58 2.57 2.67 2.68 2.80 2.15 2.57
6. Teliti 2.54 2.67 2.44 2.43 2.78 3.01 2.90 3.00
7. Mencari informasi 2.45 2.58 2.47 2.55 2.47 2.54 2.56 2.66
8. Toleransi sosial 2.74 2.81 2.79 2.87 3.02 3.13 2.97 3.04
9. Peka 2.52 2.65 2.73 2.83 2.39 2.58 2.70 2.62
10. Kritis 3.02 3.06 3.05 3.10 2.87 2.99 2.88 2.97
11. Peduli 2.32 2.40 2.40 2.46 2.31 2.33 1.98 1.92
12. Keadilan 2.63 2.68 2.49 2.73 4.28 3.02 2.18 2.33
13. Sederhana 3.13 3.07 3.13 3.11 3.12 3.15 2.89 2.88
14. Sadar lingkungan 2.58 2.64 2.68 2.82 2.83 2.90 2.65 2.77
15. Berproduktif 2.07 2.19 2.19 2.26 1.99 2.06 2.09 2.17
16. Menghargai uang 3.04 3.47 3.13 3.27 3.08 3.26 3.12 3.26
17. Nasionalisme 2.56 2.59 2.61 2.61 2.52 2.51 2.57 2.54

teori disebut, keluarga kokoh adalah bahwa siswa dibentuk juga dari ling-
keluarga yang dapat menciptakan gene- kungan keluarga, teman sebaya, dan
rasi-generasi penerus yang berkualitas, media massa.
berkarakter kuat sehingga menjadi pelaku- Pendidikan nilai di sekolah selama ini
pelaku kehidupan masyarakat. hanya diformulasikan menjadi mata pe-
2) Pendidikan nilai yang diperoleh siswa lajaran pendidikan agama dan PKn atau
melalui sekolah tidak berpengaruh se- pelajaran budi pekerti, yang program
cara signifikan terhadap pembentukan utamanya ialah pengenalan nilai-nilai
karakter siswa. Tidak terjadinya signi- secara kognitif semata sehingga hasil-
fikansi dari variabel bebas tersebut ka- nya tidak optimal. Padahal, pendidikan
rena R2 = 0,000; dan p > 0,05. Hasil ini nilai bisa dititipkan pada semua mata
mempunyai makna bahwa jika variabel pelajaran yang ada di sekolah. Selama
bebas yang lainnya, yaitu keluarga, te- ini, tidak ada tempat dalam kurikulum
man sebaya dan media massa dianggap sekolah Indonesia untuk melaksanakan
konstan, maka secara partial variabel pendidikan watak yang sebenarnya. Hal
pendidikan nilai yang diperoleh melalui ini diperkuat dengan penelitian dari
sekolah tidak berpengaruh terhadap Zuchdi (2006) yang menunjukkan bah-
pembentukan karakter siswa. Sekolah wa masih banyak konteks institusional
tanpa hadirnya keluarga, teman sebaya sekolah yang belum mendukung pelak-
dan media massa ternyata tidak signifi- sanaan pendidikan karakter, untuk
kan. Meskipun demikian, hasil sekolah jenjang SMP termasuk kategori sedang
tetap dipertahankan karena secara for- (50%).
mal digagas, tetapi juga harus diingat

Pembentukan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Nilai


62

3) Berdasarkan hasil pengujian data empi- sistem nilai oleh siswa melalui media
ris juga menunjukkan bahwa pendidik- massa sebesar 1,7%. Nilai koefisien deter-
an nilai yang diperolah melalui ling- minan ini kecil sekali karena selebihnya
kungan teman sebaya mempunyai pe- sebesar 98,3% diduga dikarenakan oleh
ngaruh yang signifikan terhadap pem- berbagai variabel luar yang tidak diteliti
bentukan karakter siswa (R2 = 0,007; dan oleh peneliti. Hal ini berarti pendidikan
p < 0,05). Sesuai dengan tahapan per- nilai siswa yang diperoleh melalui mem-
kembangan sosial anak remaja awal, baca, mendengar, maupun melihat yang
para remaja cenderung meniru sesuatu tersedia akan membekali siswa dalam
yang dimiliki teman sebaya. Hasil pe- pembentukan karakter. Hasil ini men-
nelitian ini mendukung teori Bimo- dukung temuan penelitian yang dilaku-
walgito (1993) yang menyatakan bahwa kan oleh Hardjana (1996) bahwa pam-
peranan imitasi tampak ketika seorang pangan iklan-iklan barang konsumsi
anak meniru apa saja yang didengarnya, yang bertubi-tubi di media massa me-
kemudian menyampaikan kepada orang nimbulkan pengaruh sikap konsumtif
lain, misalnya mempelajari bahasa, ting- dan perilaku konsumtif. Dengan demi-
kah-laku ataupun mode, bahkan peniru- kian, dapat diasumsikan bahwa pen-
an mode kadang-kadang dilakukan tan- didikan nilai melalui media massa akan
pa mengetahui latar belakang lebih lan- memberikan pengaruh yang signifikan
jut. Demikian halnya dengan Santrock pada para remaja dalam pembentukan
(1998) yang berpendapat bahwa konfor- karakter konsumsi yang bijaksana.
mitas atau tuntutan dari kelompok te- 5) Pendidikan nilai sebagai pembentuk
man sebaya terhadap anggotanya mem- karakter siswa melalui kurikulum se-
pengaruhi berbagai aspek dalam ke- kolah
hidupan remaja, seperti pilihan terhadap a) Ditemukan 9 dimensi nilai yang da-
aktivitas sekolah atau sosial yang akan pat diintegrasikan melalui pembe-
diikuti, penampilan, bahasa yang di- lajaran PKn, yakni: nilai kesadaran
gunakan, sikap, dan nilai-nilai yang di- diri, tanggung jawab, bertujuan, teliti,
anut. Pendekatan ini memberikan arti toleransi sosial, peka, peduli, keadil-
bahwa pendidikan nilai yang diperoleh an dan nilai sederhana. Pada pembe-
remaja seiring dengan perubahan yang lajaran IPS bidang ekonomi mengan-
terjadi pada diri mereka dalam mene- dung dua dimensi sistem nilai, yakni
mukan jati diri atau identitas diri, de- nilai tanggung jawab dan teliti. Se-
ngan menampilkan dirinya agar ke- mentara itu, ada 5 dimensi yang da-
hadirannya diakui sebagai bagian dari pat diintegrasikan melalui pembe-
komunitas remaja (kelompok teman se- lajaran PKK, yakni: nilai kesadaran
baya). diri, tanggung jawab, teliti, mencari
4) Hasil pengujian menunjukkan bahwa informasi dan nilai sadar lingkungan.
sistem nilai yang diperoleh melalui me- b) Ada dua dimensi sistem nilai, yang
dia massa mempunyai pengaruh yang dapat diintegrasikan dalam bahan
signifikan terhadap pembentukan karak- ajar mata pelajaran PKn, yakni: nilai
ter (R2 = 0,017; dan p < 0,05). Artinya, tanggung jawab dan teliti. Pada
besar kecilnya variabel pembentukan bahan ajar mata pelajaran IPS bidang
karakter dipengaruhi oleh perolehan ekonomi mengandung enam dimensi

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012


63

sistem nilai, yakni nilai kesadaran memberikan efek yang bermakna pada
diri, tanggung jawab, bertujuan, peka, aspek pembentukan karakter siswa.
keadilan dan sederhana. Sementara Hal tersebut terjadi karena adanya
itu, dalam bahan ajar mata pelajaran perbedaan perlakuan pada masing-
PKK mengandung empat dimensi masing kelas/kelompok. Meskipun
sistem nilai, yakni: nilai tanggung perbedaannya sangat kecil, kelas/ke-
jawab, teliti, mencari informasi dan lompok yang pada saat proses pem-
nilai menghargai uang. belajaran mengintegrasikan pendi-
c) Hampir seluruh guru (94%) setuju dikan nilai melalui materi pelajaran
pentingnya penyadaran nilai bagi yang diajarkan dengan mengguna-
siswa melalui integrasi pendidikan kan buku cerita pembelajaran nilai
nilai tentang sistem nilai pada mata (rerata 177,03) lebih baik dibanding-
pelajaran, 71% guru menyatakan te- kan dengan kelas/kelompok yang
lah secara intensif menanamkan pen- pada saat pembelajaran materi pe-
didikan nilai dengan menyisipkan lajaran tidak mengintegrasikan pen-
pada materi pelajaran, meskipun be- didikan nilai menggunakan buku ce-
lum seluruh dimensi, 29% guru me- rita pembelajaran nilai (rerata 174,98).
nyatakan penanaman nilai masih ter- Hal ini menggambarkan pendidikan
gantung pada keterkaitannya dengan nilai belum intensif di sekolah dan
materi pelajaran, dan bila hanya se- sangat sedikit pendidikan nilai yang
dikit terdapat dalam kurikulum. Se- berupa bacaan-bacaan di luar buku
mentara itu, 70% guru sudah me- ajar yang digunakan di sekolah. Hasil
masukkan nilai-nilai kehidupan kon- penelitian ini mendukung teori
sumen ketika menyusun satuan pe- Lickona, Wynne & Ryan, Molnar
lajaran, dan 60% guru sudah mem- (Halstead & Taylor, 2000) bahwa ada
buat skenario pembelajaran nilai mes- kecenderungan untuk lebih memilih
kipun belum spesifik ketika menyu- mengajar secara langsung dan meng-
sun tujuan pembelajaran. gunakan cerita dalam menyampai-
d) Metode pembelajaran nilai yang di- kan pendidikan karakter.
gunakan sangat bervariasi, antara Berdasarkan pendekatan ini, pem-
lain: tanya jawab, diskusi, kerja ke- bentukan karakter tidak hanya di-
lompok, bermain peran, problem solv- tentukan oleh pemberian pendidikan
ing, simulasi, games, sosio drama, role nilai yang menggunakan pesan ter-
play dan field trip. tulis positif dan dalam bentuk do-
e) Dalam melakukan evaluasi pembe- ngeng secara terpisah, akan tetapi
lajaran nilai, khususnya internalisasi hasil perpaduan keduanya. Artinya,
nilai oleh siswa, guru menggunakan apabila perpaduan pesan-pesan po-
pengamatan tingkah-laku dengan sitif tentang nilai-nilai kehidupan
check list, mengerjakan studi kasus, dan dikemas dalam bentuk cerita
dan mempelajari gagasan siswa da- yang baik dan menarik, maka akan
lam buku harian. bisa menumbuhkan pembentukkan
f) Pembentukan karakter siswa yang karakter yang positif. Dengan kata
diberi intervensi pembelajaran nilai lain, siswa akan terbentuk karakter
dengan menggunakan buku cerita dengan baik apabila mampu men-

Pembentukan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Nilai


64

ciptakan stimulus atau media pem- siswa, sedangkan sekolah tidak ber-
belajaran nilai yang baik. Hal ini men- pengaruh terhadap pembentukan ka-
jelaskan bahwa jika terdapat kese- rakter. Skor pembentuk karakter siswa
suaian antara media pembelajaran dalam kelas-kelas yang diberi buku
dengan pesan-pesan pendidikan nilai cerita pembelajaran nilai lebih tinggi
kehidupan yang akan ditanamkan, dari pada kelas-kelas yang tidak diberi
serta dianggap baik untuk dimiliki buku cerita. Dalam silabus dan buku
nilai-nilai tersebut dan berguna un- ajar terkandung sedikit dimensi sistem
tuk pedoman dalam menjalani ke- nilai kehidupan konsumen.
hidupannya, akan menghasilkan
pembentukan karakter siswa yang Saran
bijaksana. Untuk meningkatkan kualitas pem-
g) Berdasarkan hasil refleksi guru, pe- bentukan karakter siswa melalui pendidik-
munculan sikap pada setiap dimensi an, disarankan upaya-upaya antara lain
sistem nilai yang ditanamkan melalui sebagai berikut.
buku cerita pembelajaran nilai lebih 1) Untuk memiliki daya pendorong dalam
tinggi dimiliki oleh siswa perempuan hidup maka pembelajaran nilai perlu
dibandingkan siswa laki-laki, begitu diberikan sejak dini dengan secara sadar
pula hal yang sama pada pembentuk- dirancang dan dikelola secara eksplisit,
an perilaku. terfokus dan komprehensif agar dalam
h) Pemunculan perilaku yang masih proses pembelajaran terjadi proses pem-
perlu mendapat perhatian adalah bentukan karakter yang baik.
nilai kesadaran diri, teliti, toleransi 2) Guru merancang secara khusus kuri-
sosial, kritis. kulum yang memuat pendidikan karak-
ter di sekolah. Hal ini tidak berarti harus
PENUTUP dalam bentuk mata pelajaran, tetapi da-
Kesimpulan pat berbentuk pemberian tugas, misal-
1. Evaluasi reflektif para guru menemukan nya memberikan tugas kepada siswa
17 nilai-nilai kehidupan (dimensi pen- untuk membaca buku cerita tentang
didikan nilai) yang termuat dalam kon- pembelajaran nilai. Melakukan aktivitas
sep pendidikan konsumen dan berkait- refleksi pemaknaan nilai pada setiap
an dengan dimensi pembentuk karakter. materi pelajaran yang terkait.
2. Pendidikan nilai yang diperoleh dari 3) Meningkatkan kesadaran diri guru dan
lingkungan keluarga, sekolah, teman kepala sekolah. Guru selalu dengan rela
sebaya, dan media masa cenderung menanamkan pendidikan nilai kepada
cukup baik. siswa secara terus menerus dengan
3. Faktor lingkungan memberikan penga- mengaitkan nilai secara terstruktur pada
ruh positif yang signifikan pada pem- materi pelajaran yang dirancang dan
bentukan karakter bila pendidikan nilai dilaksanakannya, sedangkan kepala se-
dari faktor-faktor tersebut diperoleh se- kolah secara terus menerus memantau
cara bersama-sama. Secara partial ke- mereka.
luarga, teman sebaya dan media masa 4) Memperbanyak bentuk-bentuk pelatih-
memberikan pengaruh positif yang sig- an pembelajaran yang mampu mening-
nifikan terhadap pembentukan karakter katkan kreativitas guru dalam mengem-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012


65

bangkan dan melaksanakan pembelajar- DAFTAR PUSTAKA


an yang mengandung nilai-nilai konsu- Alit, D.M. 2003. “Kontribusi Faktor Ling-
men, mulai dari isi materi, strategi pem- kungan Sekolah, Lingkungan Keluar-
belajaran, merencanakan skenario pem- ga, dan Motivasi Berprestasi terha-
belajaran, dan melakukan evaluasi. Hal dap Nilai Modern Siswa Sekolah
ini sejalan dengan diterapkannya Kuri- Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) di
kulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Kabupaten Gianyar, Bali”. Jurnal Pe-
yang memberikan peluang yang lebih nelitian dan Evaluasi, Nomor 6. Tahun
banyak kepada guru untuk berkreasi. V. 2003 hlm. 13-44.
5) Mendayagunakan keluarga sebagai kon-
teks aktif dan fungsional dalam pem- Bulach, C.R. 2002. “Implementing a Cha-
belajaran nilai, agar kondusif bagi anak- racter Education Curriculum and
anaknya dalam membangun pemben- Assessing its Impact on Student
tukan karakter. Behavior”. The Clearinghouse. Was-
6) Mendayagunakan sekolah, teman se- hington; Nov/Dec 2002. Vol 76, Iss
baya, dan media massa agar mampu pg. 79, 5pgs.
melaksanakan pembelajaran nilai-nilai
Hardjana, A. 1996. “Perilaku Konsumtif
kehidupan konsumen.
Masyarakat Kota di Negara Berkem-
7) Mendayagunakan pengarang buku mata
bang”. dalam Sofyan Effendi, Sjafri
pelajaran agar mampu berperan dalam
Sairin,M. Alwi Dahlan (Eds.), Mem-
penanaman pembelajaran nilai kepada
bangun Martabat Manusia; Peranan
siswa, dan melibatkan anak pada ke-
Ilmu-ilmu Sosial dalam Pembangunan.
lompok organisasi yang baik dan sehat.
Yogyakarta: Gadjah Mada University
8) Para peneliti lain perlu mengembang-
Press.
kan makna sistem nilai yang lebih jelas
menurut kondisi siswa dengan men- Kerka, S. 1993. “Consumer Education for
definisikan secara rinci dimensi sistem High School Students”. Trend and
nilai dan makna sistem nilai, mengeks- Issues Artikel. Diambil pada tanggal
plorasi variabel -var iabe l lain untuk 17 September 2002, dari http://-
mengungkap pendidikan nilai, dan eric.uoregon.edu/trendsissues/choic
melakukan penelitian yang lebih lama e/selected abstracted/research.html.
untuk mengungkap hasil penelitian ini
secara mendalam. Koyan,I.W. 2001. ”Kontribusi Tripusat
Pendidikan dan Religiusitas dalam
UCAPAN TERIMA KASIH Pembentukan Sikap terhadap Peri-
Terima kasih saya ucapkan, pertama laku Disiplin”. Jurnal Kependidikan,
kepada pihak sponsor yang telah mem- nomor 1, Tahun XXXI, 2001 (Edisi
berikan dana untuk melakukan penelitian, Khusus Dies) hal 1-18.
dan kedua kepada redaktur Jurnal Pen-
didikan Karakter yang telah memberi ma- Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karak-
sukan untuk penyempurnaan artikel ini. ter Solusi yang Tepat untuk Membangun
Terima kasih juga diucapkan kepada se- Bangsa. Jakarta: Star Energy (Kakap)
mua staf Jurnal Pendidikan Karakter. Ltd.

Pembentukan Karakter Bangsa melalui Pendidikan Nilai


66

Monks, F.J., Knoers, A.M.P., Haditono, S.R. Character”. Journal of Research in


2002. Psikologi Perkembangan Pengan- Character Education. Greenwich; 2004.
tar dalam berbagai Bagiannya. Yogya- Vol.2, Iss. 1; pg. 59, 22 pgs.
karta: Gadjah Mada University Press.
Zebua, A. S. 2001. “Hubungan antara Kon-
Papalia, D.E, & Wendkos-Olds, S. 1998. formitas dan Konsep Diri dengan
Human Development. New York: Perilaku Konsumtif pada Remaja
McGraw-Hill. Putri”, Phronesis, Volume 3, Nomor 1,
hlm.72-82.
Santrock, J.W. 1998. Adolescence (edisi ke-7).
New york: Mcgraw-Hill. Zuchdi, D. 2006. Pendidikan Karakter melalui
Pengembangan Keterampilan Hidup
Undang-Undang Republik Indonesia No- (Life Skills Development) dalam Kuri-
mor 8 Tahun 1999 tentang Perlin- kulum Persekolahan. Laporan Peneliti-
dungan Konsumen. an Hibah Penelitian Tim Pascasar-
jana. Yogyakarta: Program Pascasar-
William Hendrix, Christopher J Luedtke,
jana UNY.
Cassie b Barlow. 2004. “Multimethod
Approach for Measuring Changes in

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun II, Nomor 1, Februari 2012

Anda mungkin juga menyukai