Kedudukan Hukum Lembaga Penjamin Kredit Daerah Sebagai Penjamin Dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (Ukm)
Kedudukan Hukum Lembaga Penjamin Kredit Daerah Sebagai Penjamin Dalam Pemberian Kredit Terhadap Usaha Kecil Menengah (Ukm)
SKRIPSI
Oleh
PRIADI
090200074
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
LEMBAR PENGESAHAN
Oleh
PRIADI
090200074
Disetujui Oleh
DEPARTEMEN HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2014
ABSTRAK
* Priadi
** Windha
*** Ramli Siregar
*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Ekonomi Fakultas Hukum USU
***Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
dan rahmat-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan
masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki, untuk itu penulis mengharapkan
saran dan kritik yang sifatnya membangun sehingga dapat menjadi perbaikan di
Dalam penulisan Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak baik secara moril dan materil, untuk itu penulis mengucapkan
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH., M.Hum, selaku Dekan Fakultas Hukum
2. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan I,
4. Bapak Dr. OK. Saidin, SH., M.Hum, selaku Pembantu Dekan III, Fakultas
6. Bapak Ramli Siregar, SH., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing II yang telah
8. Kepada kedua orang tua ayahanda b. Hutapea dan ibunda N. Situmorang yang
telah banyak memberikan dukungan doa dan kasih sayang yang tak pernah
10. Rekan-rekan diluar kampus yang tidak bisa disebutkan satu persatu
Penulis berharap semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada
Penulis
PRIADI
090200074
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................... i
G. Sistematika Penulisan................................................................. 17
A. Kesimpulan ................................................................................ 75
B. Saran ........................................................................................... 76
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
* Priadi
** Windha
*** Ramli Siregar
*Mahasiswa
** Dosen Pembimbing I, Ketua Departemen Ekonomi Fakultas Hukum USU
***Dosen Pembimbing I, Dosen Fakultas Hukum USU
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara ataupun daerah, tidak
terkecuali di Indonesia. Akan tetapi jika dilihat kondisi UKM di Indonesia, dapat
akan arti penting UKM baru terlihat belakangan ini saja. Beberapa alasan yang
terciptanya integritas kegiatan pada sektor ekonomi yang lain, potensi UKM
dalam menciptakan dan memperluas lapangan kerja, serta peranan UKM dalam
tingkat penyerapan tenaga kerjanya yang relatif tinggi dan kebutuhan modal
investasinya yang kecil, UKM bisa dengan fleksibel menyesuaikan dan menjawab
kondisi pasar yang terus berubah. Hal ini membuat UKM tidak rentan terhadap
kemampuan dan ketangguhan UKM yang memiliki jumlah besar dan tersebar di
seluruh tanah air, merupakan kegiatan yang tak dapat dipisahkan dari upaya
keseluruhan
kemampuan dan perannya secara optimal dalam perekonomian nasional. Hal ini
disebabkan UKM masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang
pemasaran, permodalan, sumber daya manusia dan teknologi, serta iklim usaha
UKM mempunyai peranan yang penting mengingat UKM lebih bersifat padat
karya. Pertumbuhan ekonomi yang didukung oleh sektor padat karya memberikan
dimana hanya membutuhkan modal yang relatif lebih kecil. Namun demikian
pengembangan.
satunya disebabkan oleh keterbatasan aset yang dimiliki oleh UKM untuk
dijadikan jaminan kredit bank. Dari hasil survei kegiatan dunia usaha selanjutnya
kredit dari lembaga perbankan sebagian besar disebabkan oleh masalah jaminan
pembiayaan modal kerja dan investasi diperlukan guna menjalankan usaha dan
Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan mengenai kriterianya, antara lain sebagai
Tentang Usaha Kecil dan Menengah yang dimaksud dengan: (1) Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan
ini; (2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Undang-Undang ini; (3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
sebutan “The Five Of Credit Analysis” atau prinsip 5C’ (Character, Capacitiy,
Prospect, Dan Payment ). Cara penilaian yang demikian menjadi pedoman bagi
pihak bank untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah dikemudian hari dan
kredit. 1
Usaha Kecil dan Menengah menjelaskan mengenai kriterianya, antara lain sebagai
Tentang Usaha Kecil dan Menengah yang dimaksud dengan: (1) Usaha Mikro
adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan
ini; (2) usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha
besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-
undang ini; (3) usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau
menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau
Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998. Prinsip ini harus diterapkan oleh setiap
1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2005), hlm .63.
bank agar tidak mengalami resiko kredit macet, karena tidak satupun bank yang
menjadi rahasia umum, bahwa berapapun telitinya pihak bank dalam pemberian
kredit yang disalurkan oleh bank tersebut sebagian mengalami kredit macet. 2.
Dalam pemberian kredit ini, proses hukum merupakan hal yang sangat
penting dan perlu diperhatikan. Agar adanya kepastian dan perlindungan yang
didapatkan oleh masing-masing pihak baik pihak bank maupun nasabah UKM
dalam proses pengkreditan. Hal ini terbukti dengan banyaknya terjadi kredit macet
semata-mata terbatasnya jaminan yang bisa disediakan oleh UKM. Tetapi bisa
juga bersumber dari pemahaman dan anggapan yang sering berlebihan dari
resiko tinggi serta melayani usaha kecil yang jumlahnya banyak sangat
karena proposal usaha kecil seringkali dinilai tidak cukup layak sehingga sulit
2
Dhlmniswara K.hlmrjono, Aspek Hukum Dalam Bisnis, (Jakarta: Pusat Pengembangan
Hukum Dan Bisnis Indonesia, 2009), hlm. 73.
para pengusaha berskala mikro karena sebagian besar dari mereka tidak
Berkaitan dengan hal tersebut diatas, modal masih menjadi masalah pokok
dalam pengembangan UKM. Dalam hal ini juga berkaitan dengan kelayakan
perbankan untuk mengucurkan kredit kepada usaha kecil dan mikro, dimana
menyebabkan kerugian pada lembaga perbankan. Agar tidak terjadi hal demikian,
B. Perumusan Masalah
1. Tujuan Penulisan
2. Manfaat Penulisan
a. Secara teoritis
b. Secara praktis
D. Keaslian Penulisan
NIM : 010020016
Indonesia
NIM : 030200139
NIM : 030200065
Judul : Penyaluran Dana UKM melalui Pemberian Kredit pada PT. Bank
NIM : 030200143
Jadi penelitian ini adalah benar-benar asli karena telah sesuai dengan asas-
sas keilmuan yaitu jujur, rasional, objektif dan terbuka. Sehingga penelitian ini
penelitian.
E. TinjauanPustaka
Usaha Kecil dan Menengah adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis
usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri.
adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dengan bidang usaha yang
secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk
Miliar Rupiah)
3
http://pariwisataindonesiablog.blogspot.com/2012/04/perkembangan-usahlm-kecil-
menengah-di.html, (diakses tanggal 18 Maret 2014)
yang tidak dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak
UKM hingga 2011 mencapai sekitar 52 juta. UKM di Indonesia sangat penting
bagi ekonomi karena menyumbang 60% dari PDB dan menampung 97% tenaga
kerja. Tetapi akses ke lembaga keuangan sangat terbatas baru 25% atau 13 juta
atau Kabupaten/Kota.
akan menarik pajak bagi sektor UKM beromzet Rp300 juta hingga Rp4 miliar per
usaha ekonomi skala kecil yang produktif, serta untuk mendukung perluasan
kecil kerajinan dan rumah tangga yang berlokasi di perdesaan. Pendekatan ini
selain para perajin tidak perlu disediakan lokasi khusus, juga pengadaan bahan
usaha, dapat berlangsung lebih efisien, terarah dan terpadu. Jumlah sentra industri
yang telah dibina terus menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Sampai
tahun 1997/98, sentra industri yang telah dibina secara kumulatif berjumlah
industri memberikan dampak positif terhadap penumbuhan unit usaha baru dan
wirausaha baru, terutama di perdesaan. Dengan dukungan iklim usaha yang makin
membaik, jumlah unit usaha industri kecil memperlihatkan peningkatan dari tahun
ke tahun. Ditinjau dari persebarannya, sebagian besar unit usaha industri kecil
per tahun jumlah unit industri kecil di KTI sejak tahun 1993 sampai tahun
1996 adalah sebesar 4,7 persen, yang berarti lebih tinggi dibanding kenaikan
rata-rata per tahun industri di KBI yang sebesar 2,0 persen per tahun. 4
merupakan usaha yang mampu tumbuh dan berkembang secara mandiri dan
memberikan andil besar serta menduduki peran yang strategi dalam pembangunan
perekonomian di Indonesia.
4
Ibid.
perekonomian nasional suatu Negara. Hal ini telah disadari dimana-mana, tidak
usaha uang telah berjalan lancer, ternyata 95% merupakan usaha kecil. Di
Indonesia sendiri data semacam itu belum ada, tetapi menurut perkiraan banyak
pengamat, tidak kurang dari 90% usaha Indonesia adalah usaha kecil, dan menurut
usaha kecil 5
lihat seperti di Amerika Serikat sebuah Negara maju, telah membentuk suatu
Adminitration).
usaha telah mendapat tempat dan perhatian di dalam masyarakat. Karena usaha
5
Kementerian Negara Koperasi dan UKM, di Indonesia, terdapat 60 juta usahlm kecil,
http://pikiran-rakyat.com/cetak 2013 (diakses tanggal 11 Maret 2014)
dengan suatu kekuatan hukum yang dibutuhkan untuk mengatur tentang UKM
yaitu dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995 yang telah diubah menjadi
Usaha Kecil dan Menengah yang dimaksud dengan: (1) Usaha Mikro adalah
usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang
(2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Undang-Undang ini; (3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang
dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan
Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menengah (UKM)
2. Spesifikasi Penelitian
disebutkan di muka, maka dapat dilihat bahwa sifat penelitian ini adalah deskriptif
social masyarakat dan mengkajinya dengan peraturan hukum baik dalam bentuk
Ditinjau dari segi sifatnya, penelitian ini bersifat deskriptif analitis, yaitu
analisis data yang dilakukan tidak keluar dari lingkup permasalahan dan
3. Sumber Data
yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum
tertier. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui studi dokumen
terhadap bahan kepustakaan dan data yang dikumpulkan melalui dokumen dan
wawancara. Dalam penelitian ini bahan dasar penelitian hukum normatif dari
a. Bahan Hukum Primer adalah hukum yang mengikat dari sudut norma dasar,
Usaha Kecil
bahan hukum primer yang berupa hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah
c. Bahan Hukum Tertier adalah bahan yang memberi petunjuk dan penjelasan
4. Analisis Data
penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif, yaitu metode yang
8
Bambang Sunggono, “Metodologi Penelitian Hukum”, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2013), hlm. 49.
lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas. Metode ini akan
deduktif, suatu logika yang berangkat dari kaidah-kaidah umum ke kaidah yang
bersifat khusus, sehingga akan menghasilkan uraian yang bersifat deskriptif, yaitu
G. Sistematika Penulisan
Dalam menyusun skripsi ini, penulis menguraikan bab demi bab sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
9
Miles and Hubberman, “Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-metode
Baru”, (Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992), hlm. 15.
10
Lexi J. Moloeng, “Metodologi Penelitian Kualitatif”, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 3.
yang mengatur segala hal yang menyangkut tentang bank, baik kelembagaan,
kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan usaha bank. Namun
jika dilihat dalam perspektif sistem sebagai entitas, maka hukum perbankan
diartikan sebagai kumpulan peraturan hukum yang merupakan satu kesatuan yang
masing-masing unsurnya berkaitan satu sama lain dan bekerja sama secara aktif
untuk mencapai tujuan keseluruhan dari hukum perbankan. Unsur sistem hukum
atau diluarnya, dan dapat dihindarkan adanya tumpang tindih mengenai persoalan
perbankan, maka solusinya adalah melalui asas hukum yang terdapat dalam sistem
Bicara mengenai dasar hukum pemberian kredit usaha kecil maka ada
beberapa bidang hukum yang saling berkaitan yang tidak dapat dipisahkan.
Bidang hukum yang pokok yang menjadi dasar hukum pemberian kredit usaha
kecil adalah KUHPerdata khususnya buku III tentang perjanjian. Hal ini
dikarenakan pemberian kredit usaha kecil tidak dapat melepaskan diri dari aspek
19
dirinya yakni pihak bank sebagai penerima kredit. Di samping itu, dalam
pemberian kredit usaha kecil ini para juga dikuasai oleh lapangan hukum
perbankan yaitu UU No. 7 Tahun 1992, UU No. 7 Tahun 1992 dan perubahannya
yaitu UU No. 10 Tahun 1998 menjadi lebih tidak tegas dalam mengambil sikap
disebutkan bahwa salah satu kegiatan usaha bank antara lain memberikan kredit.
Usaha Kecil dan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,
yang ada hanyalah kata persetujuan yang disebutkan Pasal 1313 KUHPerdata.
persetujuan dan kata perjanjian adalah dua kata yang mempunyai makna yang
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya.
persetujuan tidak dapat ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak
atau karena alasan-alasan yang oleh undang-undang dinyatakan cukup untuk itu,
Beberapa ketentuan yang penting dalam hukum perjanjian dan hal inilah
mengatur hubungan mereka. Isi perjanjian ini dapat ditentukan sendiri dan atau
oleh pihak ketiga untuk kepentingan debitur. Dengan demikian perjanjian itu
hal-hal yang dengan tegas dinyatakan didalamnya, tetapi juga untuk segala
atau undang-undang. Dalam hal ini maksudnya adalah bahwa para pihak tidak
terlepas dari tanggungjawab atau akibat yang timbul dari suatu prestasi yang
terjadi perselisihan dan perselisihan itu sampai kehadapan hakim maka dalam
persetujuan harus ada izin pihak lainnya. Namun demikian dapat dibatalkan oleh
salah satu pihak apabila ada alasan-alasan yang dibenarkan oleh undang-undang
perjanjian. Istilah itikad baik ada dua macam yaitu sebagai unsur subjektif dan
sebagai unsur objektif untuk memulai pelaksanaan. Yang dimaksud baik dalam
Jadi yang dimaksud dengan itikad baik disini adalah ukuran objektif, perjanjian
komersial apabila perjanjian itu sudah tercipta dengan kata sepakat saja,
sepakat masih diperlukan suatu perbuatan nyata yaitu penyerahan barang yang
menjadi objeknya.
adalah konsensuil dan riil. Hal ini dapat dibuktikan dengan rumusan pada awal
kalimat “persetujuan dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak
yang lain”. Pada prinsipnya yang terjadi baru kesepakatan untuk memberikan
Sesuai dengan ketentuan yang terdapat di dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPerdata tersebut, maka seluruh pasal-pasal yang ada dalam suatu perjanjian
kredit secara hukum mengikat kedua belah pihak, yakni kreditur dan pihak
bahwa perjanjian yang dibuat para pihak itu berlaku sebagai undang-undang bagi
para pihak, akan tetapi didalam perjanjian itu berlaku sebagai undang-undang bagi
para pihak, akan tetapi di dalam perjanjian itu sendiri harus dihindari ketentuan-
bagi para pihak. Sebaliknya jika di dalam perjanjian itu terdapat klausal yang
pihak bank sedangkan debitur hanya mempelajari dan memahaminya dengan baik.
Perjanjian yang demikian itu biasa disebut dengan perjanjian baku (standart
contract), dimana debitur hanya dalam posisi menerima atau menolak tanpa ada
3) Angsuran pokok dan atau bunga untuk KI dan KMK tersebut disesuaikan
dengan cash flow dan siklus usaha debitur, misalnya bulanan, 3 bulanan
dengan jangka waktu kredit 1 tahun, selain angsuran bulanan, lain yang
jangka waktu kredit maksimal 1 tahun, bentuk kredit dapat sekaligus lunas
pertama bagi bank untuk melangkah leih jauh lagi, maka pihak bank meminta
seperti akta otentik, surat jaminan, referensi, neraca laba rugi perusahaan yang
tersebut merupakan bagian mutlak dan tidak dapat dipisahkan dari perumusan
13
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia Edisi Revisi, (Jakarta : Kencana
Prenada Media Group, 2008), hlm .72.
pemberian kredit harus dibuat suatu perjanjian tertulis antara pihak bank dengan si
kredit/akad kredit”
kreditur dengan nasabah sebagai debitur mengenai penyediaan uang atau tagihan
yang dapat dipersamakan dengan itu yang mewajibkan nasabah debitur untuk
melunasi utangnya setelah jangka waktu tetentu dengan jumlah bunga, imbalan
1. Pihak Kreditur
Sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) UU Perbankan, bank terbagi dalam dua
jenis yaitu :
14
Salim, Perkembangan Hukum Kontrak di Luar KUHPerdata, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada,2008), hlm l78.
1) Bank Sentral
Tahun 2009 tentang Bank Indonesia, Bank Sentral adalah lembaga negara
2) Bank Umum
seluruh jasa perbankan yang ada. Bank umum sering disebut bank
b) Memberikan kredit;
dan
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan BPR jauh lebih
b) Mengikuti kliring,
Adapun bentuk kegiatan yang boleh dilakukan oleh BPR meliputi hal-
deposito.
syariah.
kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik pemerintah, bank milik
Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang
Bank DKI, Bank Jateng, dan sebagainya. 2) Bank Milik Swasta Nasional
Bank swasta nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar
Danamon, Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Niaga, dan lain-lain.
Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik
pihak luar negeri, contohnya, ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.
1) Bank Konvensional
dana yang telah dihimpun dengan cara mengeluarkan kredit antara lain
pendek; dan pelayanan jasa keuangan antara lain kliring, inkaso, kiriman
uang, Letter of Credit, dan jasa-jasa lainnya seperti jual beli surat
berharga, bank draft, wali amanat, penjamin emisi, dan perdagangan efek.
Bank konvensional dapat memperoleh dana dari pihak luar, misalnya dari
Bank konvensional, contohnya, bank umum dan BPR. Kedua jenis bank
2) Bank Syariah
18-20 Agustus 1990. Bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai
bank syariah dalam hal penentuan harga produknya sangat berbeda dengan
kecilnya porsi bagi hasil yang akan diterima penyimpan. Berikut ini
dengan bunga tertentu. Bagi bank syariah, bunga bank adalah riba. Dalam
oleh masyarakat muslim, akan tetapi juga masyarakat non muslim. Saat ini
keluar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara
menyeluruh.
jenis bank ini sangat penting karena terdapatnya perbedaan jenis kegiatan yang
boleh dilakukan oleh bank-bank yang berbeda tersebut. Dalam hal ini kegiatan ini
Bank Indonesia tentang kegiatan yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh
2. Pihak Nasabah
nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak
yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis nasabah ada 2 (dua), yakni
: 15
yang bersangkutan.
15
Yusuf Shofie, Perlindungan Konsumen, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2000), hlm .32-
33.
dalam dua bentuk sebagaimana subjek hukum yang diakui dalam hukum, yaitu : 16
a. Orang
subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank terbagi
menjadi orang dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah orang dewasa
hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau nasabah giro. Sedangkan nasabah
simpanan dan atau jasa diperuntukkan orang yang belum dewasa, misalnya
nasabah tabungan atau nasabah lepas untuk transfer dan lain sebagainya.
16
Try Widyono, Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia (Bandung:
Ghlmlia Indonesia, 2006), hlm .24-27.
Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum dewasa
hukumnya adalah bahwa perjanjian itu tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat perjanjian itu
dilaksanakan oleh pihak yang cakap untuk membuat perjanjian. Dalam hukum
perdata perjajian yang dilakukan oleh pihak yang belum dewasa berarti tidak
yang dapat dibatalkan, artinya perjanjian itu dapat dibatalkan oleh pihak yang
mewakili anak yang belum dewasa tersebut. Yaitu orang tua atau walinya dengan
melalui gugatan pembatalan. Dengan kata lain sepanjang orang tua anak itu tidak
melakukan gugatan pembatalan, maka perjanjian tetap sah dan berlaku mengikat.
b. Badan Hukum
tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan dengan bank.
Hal ini terkait dengan aspek hukum perseroan (corporate law). Adapun jenis-jenis
2003 tetang Badan Usaha Milik Negara. BUMN ini terdiri dari perusahaan
dan PP No.. 4 Tahun 1994 tentang persyaratan dan Tata Cara Pengesahan
7) Badan Hukum Milik Negara, diatur dalam PP No. 153 tahun 2000 tentang
8) Dana pensiun, diatur dalam UU No. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
nasabah adalah pihak yang menggunakan jasa bank, termasuk pihak yang tidak
yaitu pihak yang menggunakan jasa bank. Jenis-jenis nasabah ada 2, yakni : 17
yang bersangkutan.
17
Ibid., hlm 32-33
dalam dua bentuk sebagaimana subjek hukum yang diakui dalam hukum, yaitu : 18
a. Orang
subjek hukum dapat berupa orang atau badan hukum. Nasabah bank terbagi
menjadi orang dewasa dan orang yang belum dewasa. Nasabah orang dewasa
hanya diperbolehkan untuk nasabah kredit atau nasabah giro. Sedangkan nasabah
simpanan dan atau jasa diperuntukkan orang yang belum dewasa, misalnya
nasabah tabungan atau nasabah lepas untuk transfer dan lain sebagainya.
18
Ibid
Perjanjian yang dibuat antara bank dengan nasabah yang belum dewasa
hukumnya adalah bahwa perjanjian itu tidak memenuhi syarat sahnya perjanjian
sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu syarat perjanjian itu
dilaksanakan oleh pihak yang cakap untuk membuat perjanjian. Dalam hukum
perdata perjajian yang dilakukan oleh pihak yang belum dewasa berarti tidak
yang dapat dibatalkan, artinya perjanjian itu dapat dibatalkan oleh pihak yang
mewakili anak yang belum dewasa tersebut. Yaitu orang tua atau walinya dengan
melalui gugatan pembatalan. Dengan kata lain sepanjang orang tua anak itu tidak
melakukan gugatan pembatalan, maka perjanjian tetap sah dan berlaku mengikat.
b. Badan Hukum
tersebut, serta kewenangan bertindak dari pihak yang berhubungan dengan bank.
Hal ini terkait dengan aspek hukum perseroan (corporate law). Adapun jenis-jenis
3) Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), diatur dalam UU No.32 Tahun 2004
tentang Pemda.
2003 tetang Badan Usaha Milik Negara. BUMN ini terdiri dari perusahaan
dan PP No. 4 Tahun 1994 tentang persyaratan dan Tata Cara Pengesahan
7) Badan Hukum Milik Negara, diatur dalam PP No. 153 tahun 2000 tentang
8) Dana pensiun, diatur dalam UUNo. 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun.
mereka yang memperoleh kredit dari bank-bank tersebut. Pasal-Pasal 1759, 1760,
meminjamkan tidak dapat meminta kembali apa yang telah dipinjamkan sebelum
menyatakan jika tidak telah ditetapkan sesuatu waktu, hakim berkuasa, apabila
1753 KUHPerdata akan tetapi ketentuan itu tidak bertalian dengan perjanjian
pinjam uang, karena hanya mengatur perjanjian pinjam mengganti barang. Dari
sesuai dengan tujuan kredit dan jangka waktu perjanjian. Kewajiban ini tidak
bersifat mutlak Bank berhak menyimpanginya dalam hal penerima kredit tidak
memenuhi syarat-syarat perjanjian itu. Untuk ini bank berhak secara sepihak dan
kredit, untuk tidak mengizinkan atau menolak penarikan atau penggunaan kredit
lebih lanjut oleh penerima kredit dan mengakhiri jangka waktu kredit yaitu dalam
hal:
a. Penerima kredit tidak atau belum mempergunakan kredit ini setelah lewat
dengan perjanjian.
terangkum apa yang menjadi hak dan kewajiban dari penerima kredit yaitu
uang. Perjanjian pinjam uang bersifat riil, tersimpul dari kalimat ”pihak kesatu
menyerahkan uang itu kepada pihak lain”dan bukan mengikatkan diri untuk
kredit : 19
19
Mariam Darus Badrulzaman, Aneka Hukum Bisnis, (Bandung : Alumni, 1994), hlm
.111.
20
Hay, Marhainis Abdul, Hukum Perbankan Di Indonesia,(Jakarta: Pradnya Paramita,
1999), hlm .147.
oligatoir, yang dikuasai oleh Undang-Undang Perbankan dan Bagian Umum KUH
Perdata. 21
suatu perjanjian kredit ini tersirat dalam Pasal 1 ayat (11) bahwa kredit diberikan
Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang
dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak
perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha
Besar. Kriterianya adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp. 50.000.000,-
s/d Rp. 500.000.000,- (tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha) atau
2.500.000.000,-
yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Besar. Kriterianya
21
Mariam Darus Badrilzaman, Op. Cit, hlm .28.
50.000.000.000,- 22
Penyalur terdiri dari enam (6) Bank Umum dan tigabelas (13) Bank Pembangunan
Daerah (BPD). Keenam Bank Umum penyalur KUR sampai saat ini adalah Bank
BRI, Bank Mandiri, Bank BNI, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank
Bukopin.
seperti dewasa ini masyarakat tidak akan maju bilamana tidak berhubungan
22
http://syifasepriani.blogspot.com/2013/05/tugas-3-menyalurkan-kredit-bagi-ukm.html,
(diakses tanggal 19 Maret 2014)
dalam pengertian lain dapat berarti percaya atau kepercayaan. 24 Tetapi dalam
hukum kredit berlaku ketentuan bahwa untuk bisa percaya, sehingga kepadanya
dapat diberikan kredit, maka terlebih dahulu calon debitur harus dicurigai
setengah mati. Hal ini sangat beralasan, sebab kata kredit itu sendiri berasal dari
bahasa latin “creditus” yang merupakan bentuk past participle dari kata credere,
sejumlah uang untuk dipergunakan secara bebas oleh penerima kredit. Penerima
23
Munir Fuady, Hukum Perkreditan Komtemporer, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996),
hlm. 5.
24
Asuransi Kredit, http://www.sinarmas.co.id/FAQ/asuransi_kredit.asp (diakses tanggal
10 Februari 2014)
25
Rivai Hadiwidjadja dan Wirasasmita, Analis Kredit, (Bandung : Pionir Jaya,1997), hlm.
12.
26
HMA Savelberg, Dasar Perkreditan Perbankan, (Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka
Utama,1991), hlm. 9.
pemberian kredit ini para pihak juga dikuasai oleh lapangan hukum perbankan
yaitu UU Perbankan, menjadi lebih tidak tegas dalam mengambil sikap terkait
salah satu kegiatan usaha bank antara lain memberikan kredit. Selanjutnya
menurut Surat Edaran BI No. 26/1/UKK/1993 perihal Kredit Usaha Kecil, dalam
persetujuan membuka kredit, kedua belah pihak dikuasai oleh lapangan hukum
persetujuan dan kata perjanjian adalah dua kata yang mempunyai makna yang
perjanjian itu dapat dibaca dalam Pasal 1313 KUHPerdata yang mempergunakan
dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu satu orang
atau lebih.”
27
JA Levy, Masalah Perkreditan, (Jakarta : Pradnya Paramita, 1999), hlm .20.
28
R. Subekti, Hukum Perjanjian, (Jakarta: PT. Intermasa, 1999), hlm .9.
29
Mariam Darus B. Zaman, KUHPerdata Buku III Hukum Perikatan Dengan
Penjelasannya, (Bandung: Alumni, 1997), hlm .89.
Umumnya perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk tertentu, jadi dapat
dibuat secara lisan dan andaikata dibuat secara tertulis maka ini bersifat sebagai
ini dikemukakan oleh van Dunne yang mengatakan bahwa perjanjian adalah
perbuatan hukum merupakan teori klasik, atau teori konvensional. 30 Selama ini
didasarkan kepada kata sepakat antara dua orang atau lebih yang saling
melahirkan arti perjanjian adalah hubungan hukum. Inilah alasan hukum (legal
misalnya Inggris, Perancis, dan Jerman. Syarat kedua adalah kecakapan para
pihak yang membuat perjanjian. Kecakapan para pihak merupakan syarat umum
30
Dasar-Dasar Hukum Pemberian Kredit Usaha Kecil, http://www.google.com, (diakses
tanggal 16 Maret 2014).
menimbulkan akibat. Akibat mana diatur oleh Hukum Perjanjian. Menurut pasal
1338 KUHPerdata ayat 1 menentukan bahwa semua perjanjian yang dibuat secara
sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Secara sah
dalam Pasal 1338 ayat (2) dikatakan persetujuan-persetujuan tidak dapat ditarik
kembali selain dengan sepakat kedua belah pihak atau karena alasan-alasan yang
masyarakat secara luas, akan tetapi dalam tahap apapun dan kemanapun arah
dilihat bahwa dalam suatu perjanjian kredit terdapat beberapa unsur, antara lain: 31
1. Adanya kesepakatan atau perjanjian antara pihak kreditur dengan debitur yang
2. Adanya para pihak yaitu pihak kreditur sebagai pihak yang memberikan
pinjaman seprti bank dan pihak debitur yang merupakan pihak yang
3. Adanya unsur kepercayaan dan kreditur bahwa pihak debitur mau dan mampu
membayar/cicilan kreditnya.
31
D. Ganda Prawira, Perkembangan Hukum Perkreditan Nasional dan Internasional,
(Jakarta: BPHN, 1992), hlm .90.
pihak debitur.
pembagian keuntungan.
8. Adanya resiko tertentu yang diakibatkan karena adanya perbedaan waktu tadi.
Semakin jauh tenggang waktu pengembalian, semakin besar pula resiko tidak
dunia perbankan. Melihat sifatnya yang demikian, maka pemberian suatu kredit
oleh bank kepada debitur dilakukan dalam suatu perjanjian, yang lazim perjanjian
bank sangat erat kaitannya dengan line of business bank tersebut, bentuk dan sifat
kredit. 32Fasilitas kredit kepada usaha kecil atau mikro, diatur dan dimiliki
ketentuan serta prosedur yang berbeda, yang secara mudah dapat dilihat dari nama
skim fasilitas kredit yang akan diberikan. Oleh karena itu, sekalipun fasilitas kredit
32
Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank, Edisi kedua, (Jakarta: Bumi Aksara,
1993), hlm. 210.
diperuntukkan kepada usaha kecil dan atau mikro, tetapi prosedur dan tata cara
Kredit yang diberikan oleh bank pemerintah atau bank swasta kepada
dunia usaha untuk ikut membiayai sebagian kebutuhan permodalan dan atau
kredit dari bank kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup
yang berupa barang maupun jasa. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama
bank yang mengandung risiko yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan
sebagian besar dana bank berasal dari dana masyarakat, maka pemberian kredit
bank. Pemberian kredit merupakan kegiatan utama bank yang mengandung risiko
yang dapat berpengaruh pada kesehatan dan kelangsungan usaha bank, sehingga
perkreditan yang tertulis. Berkenaan dengan hal tersebut, Bank Indonesia telah
Maret 1995.
Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang Batas
modal bank. Dari berbagai kajian kredit usaha kecil di Indonesia permasalahan
pertimbangan pemberian kredit usaha kecil yang dihadapi antara lain meliputi:
di atas, pada kenyataannya saling terkait dan berinteraksi satu sama lain.
diperlukan pihak pembina agar pembinaan tidak hanya terfokus pada satu sisi saja
misalnya upaya penyaluran modal kerja atau modal investasi namun juga harus
diperhitungkan aspek yang lain misalnya: luas dan daya serap pasar untuk produk
dan bahan penolong serta substitusinya, desain produk serta kualitasnya dan lain-
yang saling terkait di atas pengalaman telah membuktikan hanya kegagalan yang
dalam suatu perjanjian kredit bank yang ditandatangani oleh kedua belah pihak,
kedua belah pihak. Hak dan Kewajiban tersebut antara lain terhadap, yaitu:
a. Hak kredit :
50
b. Kewajiban debitur :
kredit.
c. Hak debitur :
d. Kewajiban debitur :
dan kewajiaban antara penjamin dengan Kreditur dan Debitur. Adapun hak-hak
1. Hak menuntut lebih dahulu apabila harta debitur habis dengan adanya hak ini,
jika si berhutang lalai, sedangkan harta benda si berhutang ini harus lebih
dahulu disita dan dijual untuk melunasi hutangnya (Pasal 1831 KUH Perdata).
dari ketentuan Pasal 1831 KUH Perdata maka dapat disimpulkan bahwa
si debitur tidak mencukupi untuk melunasi hutangnya, atau dalam hal debitur
itu sama sekali tidak mempunyai harta benda yang dapat disita. Apabila
pendapatan lelang sita atas harta benda si debitur itu tidak mencukupi untuk
lebih dahulu disita dan dilelang untuk melunasi hutangnya, dalam hal:
menanggung;
dan kewajiban yang erat kaitannya dengan telah dilakukannya pembayaran debitur
33
R. Tjiptoadinogroho, Perbankan Masalah Perkreditan (Penghayatan Analisis dan
Penuntut), (Jakarta: Pradnya Paramita, 1990) hlm .34.
kepada kreditur. untuk itu, pihak penjamin menuntut kepada debitur supaya
membayar apa yang telah dilakukan oleh penjamin kepada kreditur. Disamping itu
kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti atau subtitusi kerugian-kerugian
pensejahteraan umat. 35
34
Freddy Harris, Nasabah dalam Asuransi, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000), hlm
.21.
35
Adrian Hasymi. Pengantar Asuransi, (Jakarta: Rajawali, 1993), hlm. 21.
Perusahaan asuransi sebagai perusahaan jasa, pada satu sisi menjual jasa
kepada pelanggan, sedangkan pada sisi lain, perusahaan asuransi adalah sebagai
investor dari tabungan masyarakat kepada investasi yang produktif. Secara umum
memang dapat disebutkan bahwa asuransi dan lembaga asuransi itu merupakan
lembaga ekonomi yaitu suatu lembaga peralihan risiko. Risiko diartikan pula
terdapat dua unsur yaitu : ketidakpastian dan kerugian. Karena besarnya risiko ini
dapat diukur dengan nilai barang yang mengalami peristiwa diluar kesalahan
dalam bentuk pembayaran klaim asuransi. Pengalihan risiko ini diimbangi dalam
setiap bulan atau tahun, tergantung pada perjanjian yang tertuang dalam polis.
guarantee) sehingga kalau sampai jatuh ke tangan swasta baik lokal maupun asing
terlepas dari dasar hukum mengenai asuransi itu sendiri. Bidang hukum yang
pokok yang menjadi dasar hukum asuransi adalah KUHPerdata khususnya buku
III tentang perjanjian. Hal ini dikarenakan pemberian asuransi tidak dapat
melepaskan diri dari aspek hukum perikatan/perjanjian, yaitu adanya dua pihak
yang saling mengikatnya dirinya yakni pihak bank sebagai penerima kredit.
Dalam KUHD asuransi diatur dalam pasal 246 hingga pasal 308. Pasal 246-
286 berisi tentang asuransi atau pertanggungan pada umumnya. Menurut pasal
kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat
keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu
peristiwa yang tidak pasti. Pasal 287-308 berisi tentang asuransi atau
dan KUHD, antara lain UU No. 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian dan
bahwa Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih,
36
R. Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: Pradnya Paramita, 2004),
hlm .455.
37
KUHD Buku I, http://www.djpp.depkumham.go.id/inc/buka.php? (diakses pada tanggal
30 Maret 2014)
tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita
tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti. 38 Sementara pasal
Penyelenggaraan Lini Usaha Asuransi Kredit dan Suretyship. Pasal 1 angka (2)
PMK tersebut menyatakan bahwa asuransi kredit adalah lini usaha asuransi umum
perjanjian kredit. 40
ini dikenal pula dengan istilah credit life insurance (asuransi jiwa kredit) dan
berdasarkan UU No. 2 tahun 1992, jenis bisnis asuransi yang terkait dengan hidup
meninggalnya seseorang harus ditangani oleh perusahaan asuransi jiwa dan bukan
oleh asuransi kerugian (general insurer). Asuransi kredit berkaitan erat dengan
38
Dasar Asuransi, http://www.bataviapakuan.com/page/30529/dasar-asuransi.html,
(diakses pada tanggal 30 Maret 2014)
39
UU 02/1992, http://www.kejati-jakarta.go.id/useruploads/uu/1300758510.pdf, (diakses
pada tanggal 18 Maret 2014)
40
PP 73/1992, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1992/73tahun1992PP.htm, (diakses
pada tanggal 21 Maret 2014)
karena karakteristik bisnis diantara keduanya berbeda. Pada asuransi hanya ada 2
(dua) pihak yang terlibat yaitu penanggung dan tertanggung, sedangkan dalam
penjaminan terdapat 3 (tiga) pihak yaitu obligee, principal, dan bank atau surety
company. Perbedaan yang lain antara asuransi dan penjaminan adalah bahwa
dalam asuransi, risiko yang dihadapi adalah berupa accidental risk dan lebih
bersifat pada risiko-risiko natural seperti kebakaran, banjir, gempa bumi, dan lain-
lain, sedangkan dalam penjaminan, risiko yang dihadapi lebih banyak bersifat
kepada kreditur (kredit macet). Dengan demikian, tujuan utama dari asuransi
adalah memberikan ganti rugi kepada tertanggung apabila terjadi musibah dari
jenis jaminan yang dikeluarkan oleh lembaga penjamin, baik bank atau asuransi,
jika memakai jasa bank, pihak principal harus menyediakan collateral atau
jaminan, baik berupa barang bergerak atau tidak bergerak. Sementara jika ingin
Jadi antara bank guarantee dan surety bond hampir sama. Keduanya
obligee. Biasanya dalam bank guarantee, pencairan jaminan dapat dilakukan atas
principal. Sementara dalam surety bond, klaim hanya dapat dicairkan apabila
adalah bentuk gabungan dari asuransi kredit dan penjaminan kredit dimana jenis
asuransi ini mengcover ketidak mampuan debitur dalam melunasi sisa pinjaman
kepada kreditur sebagai akibat dari risiko-risiko : (1) meninggal dunia; (2)
sedangkan penjaminan akan berperan pada saat terjadi klaim non meninggal
dunia. 41
ketentuan yang mengatur pemberian jaminan dalam rangka mendorong sektor riil.
41
Antara Asuransi Kredit dan Penjamin, http://metablog-dj.blogspot.com/2010/02/ (diakses
tanggal 21 Maret 2014)
Sedangkan objek yang dijamin adalah kredit modal kerja dalam rangka
ekspor, L/C impor barang yang penggunaannya untuk keperluan ekspor. Program
bank terhadap nasabah yang akan ikut fasilitas penjaminan yang antara lain
(Askrindo). yang menawarkan skim asuransi dan penjaminan. Lembaga ini dapat
dijadikan sebagai alternatif pilihan dalam meningkatkan usaha kecil. Hanya saja
saham Askrindo itu sendiri mucul akibat Letter of Intent (LoI) yang memaksa BI
swasta nasional maupun asing pemerintah harus hati-hati sebab Askrindo bukan
42
Pasal 1 Keputusan Bersama Menteri Keuangan RI dan Gubernur Bank Indonesia, No.
Kep.-046/KM.17/1999.
perusahaan asuransi umum biasa. Perusahaan ini memiliki spesialisasi dalam hal
Asuransi kredit tetap akan lebih baik kalau dikelola oleh sebuah Badan
Usaha Milik Negara (BUMN). Karena kalau sampai swasta yang menangani
hingga saat ini hampir semua bisnis penjaminan kredit bagi UKM masih dipegang
kepercayaan bank sehingga proses penyaluran kredit kepada usaha kecil berjalan
lancar.
43
Investor Indonesia, Jum’at 7 Februari 2003, hlm l4
44
Ibid
prospek usaha yang baik sesuai penilaian bank) tetapi tidak “Bankable”
Penjaminan Kredit 45
produktifitas UKM, sehingga lebih banyak menyerap tenaga kerja dan pada
2. Bagi Bank;
resiko kredit yang dijamin LPKD) Meningkatkan kapasitas pemberian kredit serta
45
I Ketut Indra Satya Dhlmrma Putra, (Direktur PT. Jamkrida Bali Mandara), (diakses
tanggal 19 Maret 2014)
61
Kepada UKM
yang termasuk dalam lingkup hukum privat atau perdata. Artinya kegiatan
penjaminan ini akan mengikuti prinsip-prinsip yang diatur menurut hukum privat
atau perdata yang berlaku. Idealnya mengikuti lingkup hukumnya, maka kegiatan
penjaminan pinjaman tersebut dilakukan oleh subjek hukum privat dengan subjek
lingkup kegiatan hukum privat atau perdata. Terhadap hal yang demikian ini,
kegiatan tersebut tidak bertindak sebagai penguasa, tetapi bertindak seperti halnya
subjek hukum privat lainnya. Namun demikian, apakah dengan posisi yang
46
Kuncoro, Mudrajat dan Abimanyu, Anggito (1995) “Struktur dan Kinerja Industri
Indonesia dalam Era Deregulasi dan Globalisasi”, Kelola, No. 10/IV.
demikian tersebut, serta merta mengakibatkan hukum privat atau perdata akan
mengatur secara penuh tindakan atau perbuatan keperdataan yang dilakukan oleh
tindakan atau perbuatan Pemerintah Daerah tersebut dapat diatur atau tunduk pada
hukum privat atau perdata, karakteristik dari Badan Hukum Publik tersebut
oleh Badan Hukum Publik tersebut belum diatur oleh hukum publik, Pemerintah
Daerah dapat tunduk pada hukum privat atau perdata, tetapi apabila telah ada
hukum publik yang mengaturnya terutama berkaitan dengan syarat dan prosedur,
membuat suatu perikatan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal”. Apabila
perjanjian yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah tersebut tentu juga harus
karakteristik dari Pemerintah Daerah sebagai bahan hukum publik) hal tersebut
pinjaman pihak ketiga (dalam hal ini UKM) yang dilakukan oleh Pemerintah
berlaku secara sah sebagai undang-undang bagi para pihak tersebut? Secara
tersebut, yaitu ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun
penjaminan pinjaman pihak ketiga. Termasuk dalam hal ini apabila Pemerintah
pendirian dan aktivitas lembaga tersebut secara hukum telah bertentangan dengan
ketentuan yang secara tegas diatur menurut Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah
47
Kuncoro, Mudrajat “Otonomi Daerah dalam Transisi”, pada Seminar Nasional
Manajemen Keuangan Daerah dalam Era Global, (12 April, Yogyakarta. 1997)
(Askrindo).
tanggung jawab dari Menteri Keuangan untuk tindakan pertama, dan Menteri
Indonesia untuk tindak kedua. Atas dasar tersebut, maka secara tegas dapat
Kredit bagi UKM tersebut disadari oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono
posisi yang demikian ini penulis menilai bahwa Presiden Susilo Bambang
Atas dasar tersebut di atas, maka secara hukum diketahui bahwa Instruksi
dengan apa yang telah diatur secara tegas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54
oleh beberapa Pemerintah Daerah yang disertai dengan penyertaan modal pada
dengan apa yang telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005.
Lebih jauh apabila mengacu pada ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah
(yang dalam hal ini termasuk dalam lingkup kegiatan pengelolaan keuangan
daerah) harus berlandaskan pada ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan Pemerintah
Daerah untuk memberikan jaminan atas pinjaman pihak lain tersebut belum
Oleh karenanya tepat kirannya apabila Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2007
Pemerintah Daerah dalam hal ini, tidak dalam posisi untuk ikut serta
sebagai Lembaga Penjaminan Kredit Daerah, tetapi sebagai tindakan yang dapat
kredit bagi UKM. Hal yang demikian ini dimungkinkan untuk dilakukan oleh
oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Dalam Negeri, dan Kepala
jawab (borg) pada dasarnya bersifat Isubsidair, yang pokok adalah kewajiban
debitur utama terhadap kreditur. Hal ini sesuai Pasal 1931 KUHPerdata yang
selain jika si berutang lalai. Sedangkan benda-benda si berutang ini harus dahulu
Undang ada memberikan hak utama kepada Borg, yaitu pada saat ia digugat di
Pengadilan dapat memenuhi kewajiban debitur utama yang telah wanprestasi. Bila
hal ini terjadi maka dapat ditangkis dengan mengemukakan bantahan agar harta
yang termasuk dalam lingkup hukum privat atau perdata. Artinya kegiatan
penjaminan ini akan mengikuti prinsip-prinsip yang diatur menurut hukum privat
atau perdata yang berlaku. Idealnya mengikuti lingkup hukumnya, maka kegiatan
penjaminan pinjaman tersebut dilakukan oleh subjek hukum privat dengan subjek
kerja dari Badan Hukum Publik, diantaranya Pemerintah Daerah, maka kerap kali
termasuk dalam lingkup kegiatan hukum privat atau perdata. Terhadap hal yang
demikian ini, sebagian ahli hukum berpandangan bahwa posisi Pemerintah Daerah
pada kegiatan tersebut tidak bertindak sebagai Penguasa, tetapi bertindak seperti
suatu perikatan, suatu hal tertentu, dan suatu sebab yang halal”. Apabila syarat-
syarat tersebut diatas terpenuhi dalam suatu perjanjian maka perjanjian tersebut
akan berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya (Pasal 1338
KUHPerdata).
pada Pemerintah Daerah tersebut, yaitu ketentuan Pasal 4 ayat (1) Peraturan
melakukan perjanjian penjaminan pinjaman pihak ketiga. Termasuk dalam hal ini
Daerah, maka pendirian dan aktivitas lembaga tersebut secara hukum telah
bertentangan dengan ketentuan yang secara tegas diatur menurut Pasal 4 ayat (1)
Pemerintah Daerah dalam hal ini, tidak dalam posisi untuk ikut serta
sebagai Lembaga Penjaminan Kredit Daerah, tetapi sebagai tindakan yang dapat
kredit bagi UKM. Hal yang demikian ini dimungkinkan untuk dilakukan oleh
oleh Menteri Negara Koperasi dan UKM, Menteri Dalam Negeri, dan Kepala
atas kredit yang dimohonkan oleh calon debitur, seperti yang diatur oleh Undang-
diperjanjikan.
perorangan ini hanya dapat dipertahankan terhadap debitur tertentu terhadap harta
1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata artinya tidak membedakan piutang mana yang
lebih dahulu terjadi dan piutang yang terjadi kemudian, keduanya mempunyai
kedudukan yang sama terhadap harta kekayaan penjamin dan tidak mengindahkan
urutan terjadinya.
penanggung utang yang diatur dalam KUHPerdata Buku III Bab XVII Pasal 1820
sampai 1850.
dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta dibawah tangan dan juga dapat
perbuatan perjanjian penjamin yaitu kreditur dan penjamin. Kreditur adalah pihak
yang berpiutang atau pihak yang memberikan pinjaman kepada debitur. Penjamin
adalah pihak ketiga yang berarti bukan debitur, bisa orang perorangan atau
wanprestasi.
Selain beberapa orang menjadi penjamin untuk satu debitur yang sama dan
untuk hutang yang sama, ada kemungkinan juga seorang penjamin mengikatkan
Borg). Dalam kondisi seperti ini akan memperkuat kedudukan kreditur karena
kreditur dapat menuntut kepada penjamin dan debitur masih bertanggung jawab
untuk satu orang debitur dan untuk utang yang sama. Adanya beberapa penjamin
yang menjamin satu orang debitur dan untuk hutang yang sama memang telah
48
H.F.A. Volmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, (Jakarta: Rajawali,2002), hlm .445.
untuk menjamin seluruh hutang artinya tidak dibolehkan seorang penjamin hanya
telah mengikatkan diri sebagai penjamin membawa akibat hukum yang bagi
penjamin untuk melunasi hutang debitur (si berutang utama) manakala debitur
cidera janji. Namun kewajiban penjamin untuk melunasi hutang debitur tersebut
baru dilakukan setelah kreditur mengeksekusi harta kekayaan milik debitur yang
cadangan atau subside dalam hal penjualan harta kekayaan debitur dapat dijual.
Hal ini sesuai Pasal 1831 KUHPerdata yang menegaskan bahwa si penjamin
sedangkan harta benda si debitur ini harus lebih dahulu di sita dan dijual untuk
melunasi hutangnya.
untuk dapat menuntut langsung kepada seorang penjamin untuk melunasi hutang
seluruhnya tanpa harus menjual harta benda debitur terlebih dahulu, dalam hal
kreditur untuk menyita dan melelang harta kekayaan debitur terlebih dahulu, baru
kemudian harta kekayaan penjamin jika hasil lelang harat sabitur tidak cukup
Penjamin yang meminta kepada kreditur agar menyita dan melelang harta
tersebut adalah benar-benar hak miliknya, bebas dari sitaan oleh pihak manapun
dan dalam bentuk apapun serta tidak dijaminkannya secara bagaimanapun kepada
pihak lain dan penerima kredit menjamin bahwa bank tidak akan mendapat
tuntutan atau gugatan apapun dari pihak lain yang menyatakan mempunyai atas
juga tanpa seizin debitur yang dapat mengakibatkan beralihnya pemiliknya atas
seluruh atau sebagian harta kekayaan penjamin selama penjamin masih terkait
BAB V
A. Kesimpulan
sebagai berikut
1. Pemberian suatu kredit pada UKM adalah adanya kredit UKM akan
suatu negara.
debitur supaya membayar apa yang telah dilakukan oleh penjamin kepada
kreditur.
B. Saran
lain:
2. Kredit usaha kecil diperuntukkan bagi pengusaha kecil atau pengusaha lemah
yang umumnya jarak berhubungan pada pihak bank karena tidak mampu
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Freddy Harris, Nasabah dalam Asuransi, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000
H.F.A. Volmar, Pengantar Studi Hukum Perdata, Jilid III, Jakarta: Rajawali, 2002
Kuncoro, Mudrajat dan Abimanyu, Anggito (1995) “Struktur dan Kinerja Industri
Indonesia dalam Era Deregulasi dan Globalisasi”, KELOLA, No. 10/IV.
Miles and Hubberman, “Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber tentang Metode-
metode Baru”, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 1992.
Peraturan Perundang-Undangan
Internet
http://pariwisataindonesiablog.blogspot.com/2012/04/perkembangan-usahlm-kecil-menengah-
di.html, diakses tanggal 18 Maret 2014
http://syifasepriani.blogspot.com/2013/05/tugas-3-menyalurkan-kredit-bagi-ukm.html, diakses
tanggal 19 Maret 2014
I Ketut Indra Satya Dhlmrma Putra, (Direktur PT. Jamkrida Bali Mandara),
diakses tanggal 19 Maret 2014
UU 02/1992, http://www.kejati-jakarta.go.id/useruploads/uu/1300758510.pdf,,
diakses pada tanggal 18 Maret 2014
PP 73/1992, http://www.sjdih.depkeu.go.id/fullText/1992/73tahun1992PP.htm,
diakses pada tanggal 21 Maret 2014