Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Ridyantoro Widoyo Murti dan Arif

Partono Prasetio dengan judul “Pengaruh Kompetensi Dosen terhadap

Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom

University”, menyatakan bahwa salah satu faktor penting untuk

meningkatkan prestasi mahasiswa adalah kompetensi pendidik. Pendidik

yang kurang memiliki kompetensi di bidangnya dapat mengganggu

pencapaian sasaran tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan kuesioner yang berisi 28 pernyataan. Data penelitian ini

memenuhi Uji Asumsi Klasik yang berarti bisa digunakan untuk

menganalisis pengaruh variabel independen dengan menggunakan Analisis

Regresi Linier Sederhana. Temuan menunjukkan bahwa kompetensi dosen

tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan prestasi akademik

mahasiswa, dengan nilai R2 sebesar 0,001 dan nilai Sig 0,570.14

Penelitian lain dilakukan oleh Naning Sutriningsih dengan judul

“Persepsi Mahasiswa tentang Kompetensi Mengajar Dosen Pengampu pada

Mata kuliah Struktur Aljabar”. Berdasarkan hasil analisis data dan

pembahasan dapat diperoleh bahwa 74,4% (dari 41) mahasiswa yang

14
Ridyantoro Widoyo Murti dan Arif Partono Prasetio, “Pengaruh Kompetensi Dosen
terhadap Prestasi Akademik Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Telkom University”, Jurnal
Penelitian Pendidikan, Vol. 18, No. 2, Edisi Agustus 2018, hal. 94.

9
berprestasi rendah pada mata kuliah struktur aljabar memberikan persepsi

baik terhadap kompetensi mengajarnya, 2,4% memberikan persepsi sangat

baik dan 25,4 % memberikan persepsi kurang baik. Kemudian, Persepsi

mahasiswa tentang kompetensi mengajar dosen tidak berkontribusi secara

signifikan terhadap rendahnya prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah

struktur aljabar.15

Fathorrahman melakukan penelitian terkait dengan kompetensi dosen

yang berjudul “Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian, dan

Kompetensi Sosial Dosen”. Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian dapat

dinyatakan bahwa : 1) Kompetensi pedagogik berpengaruh positif terhadap

kinerja dosen. Semakin tinggi kompetensi pedagogik dosen dapat

meningkatkan kinerja dosen, 2) Kompetensi profesional berpengaruh positif

terhadap kinerja dosen. Semakin tinggi kompetensi profesional dosen dapat

meningkatkan kinerja dosen, 3) Kompetensi kepribadian tidak berpengaruh

signifikan terhadap kinerja dosen. Kompetensi kepribadian dosen yang

tinggi tidak meningkatkan kinerja dosen, 4) Kompetensi sosial tidak

berpengaruh signifikan terhadap kinerja dosen. Kompetensi sosial dosen

yang tinggi tidak meningkatkan kinerja dosen.16

Penelitian lain terkait kompetensi dosen juga dilakukan oleh Abdul

Kadir dengan judul “Pengaruh Kompetensi Dosen dan Motivasi Belajar

terhadap Kemampuan Analisis Statistika Mahasiswa FTIK IAIN Kendari”.

15
Naning Sutriningsih, “Persepsi Mahasiswa tentang Kompetensi Mengajar Dosen
Pengampu pada Mata Kuliah Struktur Aljabar”, Jurnal e-DuMath, Vol. 2, No.1, Edisi Januari
2016, hal. 52.
16
Fathorrahman, “Kompetensi Pedagogik, Profesional, Kepribadian, dan Kompetensi
Sosial Dosen” . . . hal. 6.

10
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, menunjukkan bahwa kompetensi

dosen dan motivasi belajar secara parsial memiliki pengaruh signifikan

terhadap kemampuan anlisis statistik infersial mahasiswa. Kedua variabel

tersebut memberikan kontribusi sebesar 62,2%, sedangkan sisanya sebesar

37,8% dipengaruhi oleh faktor lain.17

Penelitian terdahulu selanjutnya yang dilakukan oleh Endah Yulianik

dan Ika Herani berjudul “Kompetensi Dosen menurut Mahasiswa Psikologi

Universitas Brawijaya”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan,

menunjukkan bahwa kompetensi dosen yang paling dibutuhkan oleh

mahasiswa secara berturut-turut ialah kompetensi kepribadian 42,25%,

kompetensi sosial 24,95%, kompetensi pedagogik 23,07%, dan kompetensi

professional 9,08% yang ditunjukkan berdasarkan hasil presentase dari yang

tertinggi sampai terendah.18

Muhammad Idris Purwanto melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Kompetensi Dosen dan Sikap Mahasiswa pada Mata Kuliah

Kewirausahaan terhadap Tumbuhnya Jiwa Enterpernuer Mahasiswa dalam

Penerapan Project Based Learning”. Berdasarkan penelitian yang dilakukan

menunjukkan, bahwa kompetensi memiliki pengaruh signifikan terhadap

jiwa enterpreneur mahasiswa dengan loading factor sebesar 0,365,

17
Abdul Kadir, “Pengaruh Kompetensi Dosen dan Motivasi Belajar terhadap
Kemampuan Analisis Statistika Mahasiswa FTIK IAIN Kendari”, Al-Izzah: Jurnal Hasil-Hasil
Penelitian, Vol. 13, No.1, Edisi Mei 2018, hal. 1.
18
Endah Yulianik dan Ika Herani, “Kompetensi Dosen menurut Mahasiswa Psikologi
Universitas Brawijaya”, Persona : Jurnal Psikologi Indonesia, Vol. 7, No. 1, Edisi Juni 2018, hal.
32.

11
sedangkan sikap mahasiswa memiliki pengaruh signifikan terhadap jiwa

entrepreneur mahasiswa dengan loading factor sebesar 0,178.19

Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Arpan dengan judul

“Pengaruh Kreativitas Dosen, Kompetensi Dosen, dan Fasilitas

Laboratorium Komputer terhadap Hasil Belajar Pemograman Komputer

Mahasiswa”, menunjukkan bahwa kreativitas dosen, kompetensi dosen dan

fasilitas laboratorium memiliki pengaruh yang baik. Pengaruh kreativitas

dosen terhadap hasil belajar sebesar 34,3%, kompetensi dosen terhadap hasil

belajar sebesar 25,8%, dan fasilitas laboratorium komputer terhadap hasil

belajar sebesar 17,9%. Kemudian ketiga variabel tersebut memiliki

pengaruh signifikan terhadap hasil belajar dengan nilai sebesar 56,4%.20

Persamaan penelitian ini dengan penelitian tedahulu yang sudah

dipaparkan di atas adalah variabel penelitiannya, yaitu tentang kompetensi

dosen. Dua di antara penelitian terdahulu menggunakan jenis penelitian

deskriptif-kuantitatif yang sama dengan penelitian ini. Sedangkan

perbedaannya terletak pada jenis penelitian yang digunakan. Pada penelitian

ini menggunakan jenis penelitian deskriptif-kuantitatif. Kemudian sebagian

penelitian terdahulu menggunakan jenis penelitian korelasi sebab-akibat

yang mencari hubungan antara variabel x dengan variabel y. Penelitian

terdahulu yang menggunakan jenis penelitian korelasi sebab-akibat

19
Muhammad Idris Purwanto, “Pengaruh Kompetensi Dosen dan Sikap Mahasiswa pada
Mata Kuliah Kewirausahaan terhadap Tumbuhnya Jiwa Enterpernuer Mahasiswa dalam Penerapan
Project Based Learning”, Jurnal Probisnis, Vol. 8, No. 2, Edisi Agustus 2015, hal. 1.
20
Muhamad Arpan, “Pengaruh Kreativitas Dosen, Kompetensi Dosen, dan Fasilitas
Laboratorium terhadap Hasil Belajar Pemograman Komputer Mahasiswa”, Jurnal Edukasi, Vol.
13, No. 2, Edisi Desember 2015, hal. 203.

12
menggunakan lebih dari satu variabel, sedangkan penelitian ini hanya

menggunakan satu variabel saja.

B. Kerangka Teoritis Masalah Penelitian

1. Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan sebuah proses yang melibatkan aspek kognitif

dan afektif seseorang untuk melakukan suatu tindakan berupa pemilihan,

pengaturan, dan pemahaman serta penginterpretasian rangsang-rangsang

indrawi menjadi suatu gambar obyek tertentu secara utuh. Persepsi juga

dapat dikatakan sebagai sebuah proses untuk mengetahui atau mengenali

suatu objek tertentu dengan bantuan indera.21 Pendapat lain menyatakan,

persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu

suatu stimulus yang diterima oleh individu melalui alat reseptor yaitu

indera. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia

luar.22

Berdasarkan pendapat di atas mengenai persepsi, peneliti

menyimpulkan, bahwa persepsi merupakan suatu proses pengindraan

terhadap stimulus yang di terima oleh seseorang melalui alat indera yang

nantinya diinterpretasikan sehingga individu dapat memahami dan mengerti

tentang stimulus yang ia terima. Proses dalam menginterpretasikan stimulus

terkadang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu pengalaman

21
Prihma Sinta Utami, “Persepsi Mahasiswa terhadap Pendidikan Moral Siswa”, Jurnal
Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Vol. 2, No. 1, Edisi Juni 2017, hal. 49.
22
Pinaryo, “Persepsi Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Ponorogo terhadap
Program Kewirausahaan Mahasiswa”, Jurnal Aristo, Vol. 2, No. 2, Edisi Juli 2014, hal. 55.

13
individu dan proses belajar. Menginterpretasi sebuah stimulus dimulai

melalui alat indera yang nantinya individu tersebut dapat memahami

mengenai stimulus yang ia terima dari lingkungan luar.

Persepsi terdiri dari beberapa prinsip dasar, yaitu23 :

a. Bersifat relatif tidak absolut.

b. Selektif.

c. Memiliki tatanan.

d. Dipengaruhi oleh kesiapan dan harapan.

e. Persepsi antara individu satu dengan individu yang lain akan memiliki

perbedaan walaupun dalam situasi yang sama.

2. Pengertian Kompetensi

Istilah kompetensi berasal dari bahasa Inggris competency yang berarti

kecakapan, kemampuan, kompetensi, dan kewenangan. Kata kompetensi

biasanya diartikan sebagai kecakapan yang memadai untuk melakukan suatu

tugas atau sebagai memiliki keterampilan dan kecakapan yang diisyaratkan.

Dalam pengertian lebih luas, kompetensi diartikan segenap pengetahuan

(knowledge), kemampuan (ability), dan keterampilan (skills) yang dimiliki

seseorang yang dengannya ia dapat melakukan pekerjaan secara baik dan

maksimal.24

23
Prihma Sinta Utami, “Persepsi Mahasiswa terhadap Pendidikan Moral Siswa . . . hal.
49.
24
Amirullah Syarbini, Buku Panduan Guru Hebat Indonesia: Rahasia Menjadi Guru
Hebat dengan Keahlian Public Speaking, Menulis Buku dan Artikel di Media Massa, (Yogyakarta:
Ar-Ruzz Media, 2015), hal. 32-33.

14
Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia adalah kompetensi

adalah kewenangan, kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu

hal. Menurut Enco Mulyasa, kompetensi merupakan perpaduan

pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam

kebiasaan berfikir dan bertindak.25

Pendapat lain mengungkapkan, kompetensi merupakan seperangkat

kemampuan yang harus dimiliki dosen searah dengan kebutuhan pendidikan

di perguruan tinggi (kurikulum) tuntunan masyarakat, dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi. Kompetensi dimaksud meliputi

kompetensi keterampilan proses belajar-mengajar dan penguasaan

pengetahuan.26

Dapat disimpulkan bahwasannya kompetensi adalah suatu

kemampuan, keterampilan dan pengetahuan seseorang yang harus dikuasai

untuk memenuhi syarat-syarat tertentu dalam suatu pekerjaan. Tujuan

memiliki kompetensi, agar pekerjaan yang ia jalanin dapat diakui dan

berjalan secara efektif dan efesien. Maka dari itu, penguasaan kompetensi

sangat penting untuk dikuasai agar keprofesionalan dalam bekerja dapat

diakui.

25
Rofa’ah, Pentingnya Kompetensi Guru dalam Kegiatan Pembelajaran dalam
Perspektif Islam, (Yogyakarta : Deepublish, 2016), hal. 30.
26
Daryanto, Standar Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru Profesional, (Yogyakarta:
Gava Media, 2013), hal. 147.

15
3. Kompetensi Dosen

Peraturan UU Nomor 14 Tahun 2005 menyatakan bahwa kompetensi

adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan

tugas keprofesionalannya. Senada dengan itu, Surat Keputusan Mendiknas

nomor 045/U/2002 tentang Kurikulum Inti Perguruan Tinggi juga

mengemukakan, “Kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas, penuh

tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap

mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang

pekerjaan tertentu.”27

Kompetensi yang wajib dimiliki seorang dosen sesuai dengan UU

yang ada adalah haruslah mencakup kualifikasi akademik, kompetensi,

sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi yang dimaksud

adalah serangkaian pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus

dimiliki, dihayati, dikuasai dan diaktualisasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.28

Kompetensi-kompetensi seorang dosen sangat mempengaruhi proses

belajar-mengajar di kelas. Agar seorang dosen diakui keprofesionalannya,

maka ia harus menerapkan kompetensi-kompetensi dosen dalam

pembelajaran. Jadi dosen tidak hanya mengajar secara asal-asalan,

melainkan ada keterampilan khusus yang hendaknya ia miliki dan kuasai.


27
Ibid, hal. 25.
28
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Kupas Tuntas Kompetensi Pedagogik: Teori dan
Praktik, (Jakarta: Kata Pena, 2017), hal. 23.

16
Kompetensi yang berupa keterampilan, pengetahuan dan kemampuan itulah

yang harus dimiliki seorang guru dalam proses pembelajaran.

4. Kompetensi Pedagogik

a. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Pedagogi berasal dari istilah Yunani, yaitu, paedos yang artinya

seorang anak yang sedang belajar sesuatu dari orang lain (orang

dewasa) yang memiliki pengetahuan, pengalaman dan keahlian yang

lebih baik. Pegagog artinya seseorang yang melakukan tugas

pengajaran, pembimbingan, pembinaan secara profesional terhadap

individu atau sekelompok individu, agar tumbuh kembang menjadi

pribadi yang bertanggungjawab di masyarakat.29

Pedagogik merupakan ilmu yang mengkaji bagaimana

membimbing anak, bagaimana sebaiknya pendidik berhadapan dengan

anak didik, apa tugas pendidik dalam mendidik anak, apa yang

menjadi tujuan mendidik anak.30 Menurut Prof. Dr. J. Hoogveld

(Belanda) pedagogik adalah ilmu yang mempelajari masalah

membimbing anak ke arah tujuan tertentu, yaitu supaya ia kelak

mampu secara mandiri menyelesaikan tugas hidupnya. Jadi pedagogik

adalah ilmu pendidikan anak.31

Pedagogik merupakan suatu ilmu pengetahuan yang yang

menyelidiki, merenungkan tentang gejala-gejala perbuatan mendidik.


29
Agoes Dariyo, Dasar-Dasar Pedagogi Modern, (Jakarta : PT. Indeks, 2013), hal. 2.
30
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Kupas Tuntas . . . hal. 73.
31
Ibid, hal. 44.

17
Selanjutnya, paedagogia artinya pergaulan dengan anak-anak.

Paedagogos ialah seorang pelayan atau bujang yang bertugas

mengantar dan menjemput anak-anak dari rumah untuk pergi ke

sekolah, atau pun pulang dari sekolah. Kemudian berkembanglah

istilah paedagoog, artinya seseorang yang tugasnya membimbing anak

dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri.32

Berdasarkan UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen, Pasal 10, ayat (1) bahwa kompetensi pedagogik adalah

kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik.33 Ilmu pedagogik

ini tidak hanya harus diketahui oleh seorang pendidik, melainkan

harus dikuasi secara mendalam oleh pendidik. Agar cara mendidik dan

tujuan pendidikan dapat tercapai secara efisen. Ilmu pedagogik ini

adalah bagaimana seorang pendidik dapat membimbing anak didik,

serta harus memahami karakteristik anak didik.

b. Manfaat dan Tujuan Pedagogik

Ilmu pedagogik memiliki manfaat sebagai berikut34 :

1) Memanusiakan manusia, menjadikan seseorang dewasa

demi kebahagiaan dalam menjalani kehidupan.

2) Agar anak di kemudian hari mampu memahami dan

menjalani kehidupan dan kelak dapat menghidupi diri

32
Agoes Dariyo, Dasar-Dasar . . . hal. 2.
33
Nur Irwanto dan Yusuf Suryana, Kompetensi Pedagogik: Untuk Peningkatan dan
Penilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional, (Surabaya: Genta
Groub Production, 2016), hal. 2.
34
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Kupas Tuntas . . . hal. 20.

18
mereka sendiri, dapat hidup secara bermakna, dan dapat

turut memuliakan kehidupan.

3) Membantu murid mempertanyakan dan menantang

dominasi serta keyakninan dan praktek-praktek yang

mendominasi.

4) Mengembangkan kepribadian siswa yang sehat.

Sementara itu, kegunaan pedagogik bagi pendidik itu sendiri

adalah35 :

1) Untuk memahami fenomena pendidikan (situasi

pendidikan) secara sistematis.

2) Memberikan petunjuk tentang apa yang seharusnya

dilaksanakan oleh pendidik.

3) Menghindari terjadinya kesalahan-kesalahan dalam

praktik mendidik anak.

4) Mengenal diri sendiri dan melakukan koreksi diri.

c. Indikator Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik sebagaimana yang sudah dipaparkan di

atas meliputi36 :

1) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan.

2) Pemahaman terhadap peserta didik.


35
Ibid, hal. 21.
36
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74, Tahun 2008, BAB II Kompetensi
dan Sertifikasi, Pasal 3, Ayat 4.

19
3) Pengembangan kurikulum atau silabus.

4) Perancangan pembelajaran.

5) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis.

6) Pemanfaatan teknologi pembelajaran.

7) Evaluasi hasil belajar.

8) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan

berbagai potensi yang dimilikinya.

5. Kompetensi Profesional

a. Pengertian Kompetensi Profesional

Profesi berasal dari istilah bahasa Inggris profession atau bahasa

Latin profecus, yang artinya mengakui, pengakuan, menyatakan

mampu, atau ahli dalam melaksanakan pekerjaan tertentu. Pengakuan

tentu saja datangnya dari masyarakat, kaum akademisi atau pengguna

penyandang profesi itu, atau berangkat dari karya ilmiah, produk kerja

lain yang dihasilkan oleh penyandang profesi itu. Pengakuan itu

terutama didasari atas kemampuan konseptual-aplikatif dari

penyandang profesi itu. Sebab profesi diartikan sebagai suatu jabatan

atau pekerjaan tertentu yang mempersyaratkan pengetahuan,

keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan akademis yang

intensif.37

Profesi sebagai suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan

dan keahlian tertentu yang digunakan sebagai perangkat dasar untuk

37
Latifah Husien, Profesi Keguruan Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: PT.
Pustaka Baru Press, 2017), hal. 13.

20
diimplementasikan dalam pekerjaan tersebut. Menurut Udin

Syaefudin, profesi pada hakikatnya merupakan suatu pekerjaan

tertentu yang menuntut persyaratan khusus dan istimewa sehingga

meyakinkan dan memperoleh kepercayaan pihak yang memerlukan.38

Profesi dosen berarti seseorang yang sudah menyatakan siap dan

mampu menjadi seorang guru yang profesional. Tugas seorang dosen

tidak dapat dianggap mudah, karena tujuan pendidikan sendiri salah

satunya adalah mencerdaskan peserta didik. Jadi, seseorang yang

mengemban profesi sebagai dosen haruslah menguasai keterampilan

mengajar dan memiliki pengetahuan yang luas.

Dalam UUGD No 15 tahun 2005, bahwa Profesional adalah

pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi

sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma

tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Profesional mempunyai

makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang

menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang

dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengan profesinya.39

Pendapat lain mengatakan, profesional adalah orang yang

melaksanakan profesi yang berpendidikan minimal S1 dan mengikuti

pendidikan profesi dan lulus ujian profesi. Dokter, akuntan, notaris,

penasihat hukum, psikolog, disamping lulus pendidikan S1 dalam

38
Amirullah Syarbini, Buku Panduan Guru Hebat Indonesia . . . hal. 31.
39
Latifah Husien, Profesi Keguruan . . . hal. 14.

21
bidangnya juga harus mengikuti pendidikan profesi (dokter, notaris,

psikolog) atau lulus ujian profesi (akuntan dan penasihat hukum).

Dengan cara itu profesional dapat membuka praktek profesional

sendiri melayani masyarakat tanpa harus bekerja di suatu organisasi.40

Pengertian mengenai profesi dan profesional telah diurakan

diatas, selanjutnya adalah pengertian kompetensi profesional.

Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi

kurikulum dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta

penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuan.41

Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat

(3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi

profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran

secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta

didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar

Nasional Pendidikan.42

b. Syarat menjadi Dosen Profesional

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan menyatakan 9 Prinsip

profesionalitas dosen, antara lain43 :

40
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Kupas Tuntas . . . hal. 32.
41
Amirullah Syarbini, Buku Panduan Guru Hebat Indonesia . . . hal. 37.
42
Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Kupas Tuntas . . . hal. 58.
43
Agoes Dariyo, Dasar-Dasar . . . hal. 108.

22
1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealism.

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu

pendidikan, keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.

3) Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang

pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan

bidang tugas.

5) Memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas

keprofesionalan.

6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan

prestasi kerja.

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangkan

keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar

sepanjang hayat.

8) Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam

melaksanakan tugas keprofesionalan.

c. Indikator Kompetensi Profesional

Kompetensi Profesional sebagaimana yang sudah dipaparkan di

atas meliputi kemampua dalam menguasai pengetahuan bidang

keilmuan yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi44 :

44
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 . . . . Ayat 7.

23
1) Penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam

sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata

pelajaran dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan

diampu.

2) Penguasaan konsep dan metode disiplin keilmuan,

teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual

menaungi atau koheren dengan program satuan

pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata

pelajaran yang akan diampu.

6. Kompetensi Kepribadian

a. Pengertian Kompetensi Kepribadian

Tugas seorang dosen dalam memberikan wawasan keilmuan

kepada mahasiswa merupakan suatu kewajiban. Selain memberikan

wawasan keilmuan, dosen juga harus memberikan contoh perilaku

yang baik. Sama halnya dengan seorang pendidik di sekolah. Dosen

merupakan suri tauladan bagi mahasiswa dalam lingkungan perguruan

tinggi. Maka dari itu, dosen harus menguasai kompetensi kepribadian.

Kepribadian dosen merupakan salah satu faktor terpenting

dalam keberhasilan atau kesuksesan mahasiswa. Selain memberikan

wawasan keilmuan, dosen juga harus memberikan contoh perilaku-

perilaku yang baik dalam kehidupan sehari-hari. Tujuan dari

pendidikan adalah mencerdaskan peserta didik serta membentuk

24
karakter peserta didik. Dalam membentuk karakter peserta didik inilah

yang menjadi salah satu faktor pentingnya seorang dosen dalam

menguasai kompetensi kepribadian.

Undang-undang Guru dan Dosen mengemukakan bahwa

kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap,

berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan bagi

peserta didik.45 Pengertian tentang kompetensi kepribadian ini

menyatakan bahwa seorang dosen harus memiliki akhlak yang baik

sebagai seorang pendidik. Jika dilihat dari perspektif pendidikan

Islam, maka seorang dosen harus memiliki karakter dan akhlak seperti

Nabi Muhammad SAW yang merupakan seorang pendidik yang

sempurna.

b. Indikator Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian sebagaimana yang sudah dipaparkan di

atas meliputi sikap46 :

1) Beriman dan bertakwa.

2) Berakhlak mulia.

3) Arif dan bijaksana.

4) Demokratis.

5) Mantap.

45
Sudarlan dan Rifadin, Pengaruh Kompetensi Sosial dan Kompetensi Kepribadian
terhadap Kinerja Dosen di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda, Jurnal Eksis, Vol. 12,
No. 1, Edisi April 2016, hal. 33.
46
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 . . . . Pasal 5.

25
6) Berwibawa.

7) Stabil.

8) Dewasa.

9) Jujur.

10) Sportif.

11) Menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat.

12) Secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri.

13) Mengembangkan diri secara mandiri dan berkelanjutan.

7. Kompetensi Sosial

a. Pengertian Kompetensi Sosial

Proses pembelajaran di kelas akan berjalan secara efektif,

apabila interaksi antara mahasiswa dan dosen terjalin dengan baik.

Mahasiswa akan cepat memahami apa yang disampaikan dosen,

apabila interaksi serta komunikasi antara keduanya berjalan baik.

Sebagai seorang dosen harus bisa berinteraksi dengan mahasiswa baik

di kelas maupun di luar kelas. Dalam hal ini, dosen perlu memahami

serta menguasai kompetensi sosial.

Dosen harus bertindak secara objektif dalam melaksanakan

proses belajar mengajar. Tidak boleh membeda-bedakan mahasiswa

baik dari segi agama maupun jenis kelamin. Begitu juga dalam hal

pemberian nilai, dosen harus bersikap objektif dan memberikan nilai

sesuai dengan kemampuan mahasiswa.

26
UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, Pasal 10,

menyatakan bahwa kompetensi sosial adalah kemampuan untuk

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan

peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.47 Dapat disimpulkan bahwa kompetensi sosial

adalah suatu kemampuan dosen dalam berinteraksi serta

berkomunikasi kepada mahasiswa dalam proses pembelajaran, sesama

dosen di lingkungan perguruan tinggi serta masyarakat di lingkungan

sekitar.

b. Indikator Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial sebagaimana yang sudah dipaparkan di atas

meliputi kompetensi untuk48 :

1) Berkomunikasi lisan, tulis, dan/atau isyarat secara santun.

2) Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara

fungsional.

3) Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan satuan

pendidikan, orang tua atau wali peserta didik.

4) Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar dengan

mngindahkan norma serta sistem nilai yang berlaku.

47
Nur Irwanto dan Yusuf Suryana, Kompetensi Pedagogik: Untuk Peningkatan dan
Penilaian Kinerja Guru dalam Rangka Implementasi Kurikulum Nasional . . . hal. 2.
48
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia, Nomor 74 . . . . Pasal 6.

27
5) Menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat

kebersamaan.

28

Anda mungkin juga menyukai