Anda di halaman 1dari 12

KEL 10

Pertolongan Pertama Gawat Darurat Pada Kejang Demam

Kejang Demam adalah suatu kejang yang terjadi pada usia antara 3 bulan
hingga 5 tahun yang berkaitan dengan demam namun tanpa adanya tanda – tanda
infeksi intracranial atau penyebab yang jelas, (Simon Newell, 2007).
Menurut (Arif ,2007) menyebutkan beberapa penyebab kejang demam sebagai
berikut:
a. Demam itu sendiri
Demam yang di sebabkan oleh infeksi saluran pernapasan atas,otitis
media,pneumonia,gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu
timbul pada suhu yang tinggi.
b. Efek produk toksik dari mikroorganisme
c. Respon alergi atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi
d. Perubahan keseimbangan cairan dan erektrolit
e. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus)

Menurut (Teguh, 2009) menyebutkan manifestasi klinis pada kejang demam


yaitu:
a. Kedua kaki dan tangan kaku disertai gerakan – gerakan kejut yang kuat dan
kejang – kejang selama 5 menit :
b. Suhu tubuh meningkat
c. Bola mata terbalik keatas
d. Gigi terkatup
e. Muntah
f. Tak jarang anak berhenti napas sejenak
g. Pada beberapa kasus tidak mengontrol pengeluaran air besar / kecil
h. Pada kasus berat, si kecil kerap tak sadarkan diri
i. Intensitas waktu saat kejang juga sangat bervariasi dari beberapa detik sampai
puluhan menit
Menurut Ngastiyah (2007), pencegahan difokuskan pada pencegahan kekambuhan
berulang dan pencegahan segera saat kejang berlangsung yaitu:
a. Pencegahan Berulang
1. Mengobati infeksi yang mendasari kejang.
2. Pendidikan kesehatan tentang
 Tersedianya obat penurun panas yang di dapat dari atau resep dokter.
 Tersedianya alat pengukur suhu tubuh dan catatan penggunaan thermometer,
cara pengukuran suhu tubuh anak serta keterangan batas suhu normal pada anak
(36-37)
 Anak diberikan obat antipiretik dan kompres hangat bila orang tua
mengetahuinya pada saat mulai demam dan jangan menunggu sampai
meningkat.
 Memberitahu pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah mengalami kejang
demam bila anak akan di imunisasi.
b. Mencegah Cidera Saat Kejang Berlangsung 
a. Baringkan pasien pada tempat yang rata.
b. Kepala dimiringkan untuk menghindari aspirasi cairan tubuh.
c. Pertahankan lidah untuk tidak menutupi jalan napas.
d. Lepaskan pakaian ketat.
e. Jangan melawan gerakan pasien guna menghindari cidera.

Penatalaksanaan Pada Kejang Demam


Menurut Ngastiyah (2007) Ada 4 faktor yang harus di kerjakan :
1. Membrantas kejang secepat mungkin: Segera diberikan diazepam intravena dengan
dosis rata – rata 0,3 mg/kg atau diazepam rectal dengan dosis < 10kg = 5mg/kg
2. Bila diazepam tidak tersedia, langsung memakai Phenobarbital dengan dosis awal
selanjutnya di teruskan dengan dosis rumat.
3. Pengobatan penunjang : Semua pakain ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya miring
untuk mencegah aspirasi isi lambung, membebaskan jalan nafas, oksigenisasi
secukupnya.
4. Pengobatan rumat : Diberikan obat antipiletik dengan daya kerja lebih lama
misalnya ( fenobarbital atau defenilhidantion).
5. Mencari dan mengobati penyebab

Pertolongan Pertama Gawat Darurat Kejang


Penderita bisa cedera atau terluka saat kejang. Jika orang di sekitar Anda mengalami
kejang, lakukan sejumlah langkah berikut untuk menghindari cedera:
 Baringkan penderita di tempat aman dan jauhkan dari benda berbahaya atau benda
tajam.
 Jangan memakai cara kekerasan untuk menahan gerakan penderita.
 Gunakan bantal atau alas lain untuk menyangga kepala penderita.
 Jangan memasukkan benda apapun ke dalam mulut penderita selama kejang.
 Longgarkan pakaian yang ketat, terutama di sekitar leher penderita
 Miringkan kepala penderita. Bila penderita muntah, posisi miring akan mencegah
muntahan masuk ke dalam paru-paru.
 Segera panggil bantuan medis atau bantuan dari orang lain di sekitar.
 Temani penderita sampai kejangnya berhenti atau sampai petugas medis datang.
 Setelah kejang berhenti, baringkan penderita pada posisi miring. Kemudian, periksa
gerakan napas serta denyut nadi penderita. Berikan RJP, jika dibutuhkan.
KEL 11
Pertolonagan Pertama Gawat Darurat Keracunan Gas

1. Karbon dioksida (CO2)


Karbon dioksida (CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia yang
terdiri dari dua atom oksigen yang terikat dengan sebuah atom karbon.
Karbon dioksida memiliki ciri berbentuk gas yang tidak berwarna dan juga tidak
berbau. Kasus keracunan gas karbondioksida umumnya terjadi di dalam ruangan seperti
di dalam mobil, rumah, kantor dan pabrik dengan kondisi jumlah oksigen yang lebih
sedikit dibandingkan dengan jumlah karbondioksida. Kandungan karbondioksida pada
udara normal berkisar antara 0,03% sampai dengan 0,06% yang tergantung pada lokasi.
Keracunan karbon dioksida ini bisa disebabkan oleh berbagai hal, seperti:
a. Gagal napas akibat gangguan pada paru-paru, seperti asma, penyakit paru obstruktif
kronis, dan pneumonia.
b. Cedera berat.
c. Penggunaan alat bantu napas berupa ventilator.
d. Kerusakan otak yang menyebabkan napas terganggu, misalnya pada penyakit
distrofi otot, ALS, ensefalitis, dan myasthenia gravis.
e. Efek samping obat-obatan, seperti obat golongan benzodiazepine dan opioid.
f. Kedinginan parah atau hipotermia.
g. Kebiasaan menyelam, seperti scuba diving.
Gejala keracunan akibat karbondioksida diantaranya yaitu sakit kepala yang berat,
lemah, telinga berbunyi, mual, kesadaran menurun, tekanan darah tinggi, dan
pernapasan cepat. Apabila karbondioksida dihirup dengan jumlah yang banyak akan
menyebabkan rasa asam di mulut dan juga dapat menyengat hidung dan tenggorokan. 

2. Keracunan Liquid Petroleum Gas (LPG)


  Gas beracun selain CO2 yang dilaporkan adalah Liquid Petroleum Gas (LPG).
Kejadian ini umumnya juga terjadi di dalam ruangan seperti, dapur di dalam rumah,
dapur restoran akibat kebocoran pipa dari LPG tersebut. LPG memiliki ciri – ciri yaitu
berupa gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. LPG biasanya digunakan untuk bahan
bakar di rumah tangga dan industri yang sudah diwadahi dengan sebuah tabung dan
ditambahkan aromatisasi sebagai tanda apabila terjadi kebocoran sehingga baunya
menyengat.

Gejala yang timbul akibat menghirup uap LPG pada konsentrasi yang tinggi dalam
waktu singkat dapat menyebabkan pingsan, iritasi pada hidung dan tenggorokan, sakit
kepala, mual, muntah hingga dapat menimbulkan hilangnya kesadaran. LPG dalam
bentuk gas dapat menimbulkan sesak nafas dan depresi sistem saraf pusat. Keracunan
dari gas LPG menyebabkan sensitifitas terhadap jantung disertai dengan disaritmia
jantung (gangguan irama jantung) dan kematian mendadak.

3. Keracunan Gas Karbon Monoksida (CO)


Keracunan karbon monoksida adalah kondisi saat karbon monoksida yang beredar
di dalam darah menyebabkan timbulnya keluhan atau gejala tertentu. Keracunan
karbon monoksida bisa terjadi akibat menghirup gas karbon monoksida dalam jumlah
banyak. Karbon monoksida (CO) adalah gas yang dihasilkan dari beragam proses,
termasuk pembakaran batu bara, kayu, dan penggunaan bahan bakar pada kendaraan
bermotor. Karbon monoksida memiliki sifat yang tidak berbau, tidak berwarna, tidak
berasa, dan tidak mengiritasi. Padahal, gas karbon monoksida mudah terbakar dan
sangat beracun. Gas CO ikut mengalir bersama darah ke seluruh bagian tubuh,
sehingga menyebabkan kerusakan sel dan jaringan karena tubuh kekurangan oksigen.

Beberapa kondisi yang bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami keracunan


karbon monoksida adalah:
1. Berada di tempat kebakaran
2. Berada di dalam satu ruangan tanpa ventilasi bersama mobil atau mesin generator
yang dinyalakan
3. Berada di dalam mobil yang tidak bergerak, namun mesinnya menyala, dengan
jendela atau pintu tertutup rapat, serta terdapat kebocoran pada knalpot atau sistem
pembuangan gas
4. Berenang di area sekitar jet ski atau kapal yang mesinnya menyala
5. Menggunakan peralatan berbahan bakar minyak, arang, kayu, atau gas, yang tidak
dipasang dengan benar di dalam ruangan dengan ventilasi yang buruk
6. Memasak di dapur yang tidak memiliki ventilasi
7. Membersihkan cat dengan cairan pembersih yang mengandung methylene chloride
(dichloromethane)
8. Merokok shisha di ruangan tertutup

Gejala klinis saturasi darah oleh karbon monoksida adalah sebagai berikut:
(Marylin.D,2000) 
1. Konsentrasi CO dalam darah kurang dari 20%, tidak ada gejala. 
2. Konsentrasi CO dalam darah 20%, gejala nafas menjadi sesak. 
3. Konsentrasi CO dalam darah 30%, gejala sakit kepala, lesu, mual, nadi dan
pernapasan meningkat sedikit.  
4. Konsentrasi CO dalam darah 30% hingga 40%, gejala sakit kepala berat,
kebingungan, hilang daya ingat, lemah, hilang daya koordinasi gerakan. 
5. Konsentrasi CO dalam darah 40% sampai 50%, gejala kebingungan makin
meningkat dan setengah sadar. 
6. Konsentrasi CO dalam darah 60% hingga 70%, gejala tidak sadar, kehilangan daya
mengkontrol feses dan urin. 
7. Konsentrasi CO dalam darah 70% hingga 80%, gejala koma, nadi menjadi tidak
teratur, kematian karena kegagalan pernapasan. 

Pencegahan 
Untuk mencegah keracunan karbon monoksida, lakukanlah beberapa langkah
pencegahan berikut ini:
1. Hindari berada di dalam mobil tidak bergerak yang tertutup rapat dengan mesin
menyala.
2. Hindari membakar atau memanggang apa pun di dalam ruangan tertutup.
3. Jangan menyalakan mesin mobil di dalam garasi untuk waktu yang lama,
meskipun pintu garasi terbuka.
4. Hindari berenang atau berada dekat jet ski atau kapal dengan mesin yang menyala.
5. Hindari duduk dalam waktu lama dekat alat pemanas yang menggunakan bahan
bakar gas, minyak tanah, atau kayu bakar.
6. Pasang ventilasi yang cukup pada ruangan, terutama ketika ada alat, seperti water
heater.
7. Pasang alat pendeteksi karbon monoksida di area yang berpotensi mengalami
kebocoran karbon monoksida.
8. Lakukan pemeriksaan semua alat pemanas atau alat yang menggunakan bahan
bakar secara berkala untuk memastikan semua alat tersebut pada kondisi baik.
9. Letakan dan pasangan generator portabel atau genset di luar rumah, atau di
ruangan yang memiliki cukup jauh dari ventilasi rumah.

Selain melakukan hal-hal di atas, Anda perlu mengenali beberapa tanda yang bisa
mengindikasikan adanya kebocoran gas karbon monoksida, seperti:
1. Adanya noda kuning kecokelatan di sekitar panci atau kompor
2. Warna api menjadi kuning dan bukan biru
3. Ruangan dipenuhi asap
4. Letupan api timbul saat pertama kali menyalakan alat atau mesin

Jika Anda merasa telah terjadi kebocoran gas karbon monoksida di dalam gedung atau
rumah, segera buka semua jendela dan pintu, lalu keluar dengan tenang. Hubungi
petugas yang berwenang dan segera ke rumah sakit terdekat untuk memastikan Anda
tidak mengalami keracunan karbon monoksida.

Pertolongan Pertama Gawat Darurat Keracunan Gas


Sebagian besar kasus keracunan gas karbondioksida dan Liquid Pretoleum Gas (LPG)
karena terhirup gas ini. 
1. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah segera mungkin korban
pindahkan dari sumber atau tempat terjadinya keracunan ke lokasi atau tempat
yang berudara segar.
2. Longgarkan pakaian korban agar korban lebih mudah dalam bernafas.
3. Pastikan korban masih bernafas dan segera berikan oksigen murni.
4. Korban harus istirahat dan usahakan tenang. (Meningkatnya gerakan otot
menyebabkan meningkatnya kebutuhan oksigen, sehingga persediaan oksigen
untuk otak dapat berkurang).
5. Segera bawa ke rumah sakit terdekat.
6. Jika korban tak sadarkan diri, maka periksa terlebih dahulu kondisi fisiknya
apakah ada luka atau tidak. Salah penanganan awal akan berakibat fatal.
7. Hubungi layanan kesehatan darurat
8. Cek pernapasan dan juga detak jantungnya sampai petugas kesehatan datang.
9. Jika korban tak sadarkan diri namun masih bernapas, maka posisikan mereka
dalam recovery position (pertolongan pertama posisi pemulihan) untuk menjaga
jalan napas korban yang tak sadar agar tetap terbuka. Posisi pemulihan adalah
posisi dengan satu lengan diluruskan dan tangan lainnya di area pipi dekat tangan
lurs
10. Jika korban tak sadar dan tak bernapas lakukan CPR (harus dengan pelatihan
khusus)
11. Segera bawa ke rumah sakit terdekat.
KEL 12
Pertolongan Pertama Gawat Darurat Tergigit Ular/Hewan Beracun

Gigitan ular berbisa tau beracun merupakan suatu keadaan gawat darurat yang
apabila disepelakan atau tidak segera ditangani dapat menyebabkan kematian. Risiko
infeksi pada gigitan ular lebih besar dari luka biasa karena didalam gigitan terdapat bisa
yang mengandung racun yang mengakibatkan infeksi yang lebih parah. 

Secara umum, akan timbul gejala local dan sistemik pada semua gigitan ular:
1. Gejala lokal
a. Tanda gigitan taring (fang marks)
b.Nyeri local
c. Perdarahan local
d.Kemerahan
e. Limfangitis (peradangan/pembengkakakn pembuluh limfa)
f. Pembesaran kelenjar limfe
g.Melepuh
h.Infeksi local, terbentuk abses
i. Nekrosis (kematian jaringan)

2. Gejala sistemik
a. Umum (general)
Mual, muntah, nyeri perut, lemah, mengantuk, lemas.
b. Kardiovaskuler (viperidae)
c. Perdarahan dan gangguan pembekuan darah (chemosis)
Perdarahan yang berasal dari luka yang baru saja terjadi ( termasuk perdarahan
yang terus menerus dari bekas gigitan (fang marks) dan dari luka yang telah
menyembuh sebagian ( oldrus mene partly-healed wounds), perdarahan sistemik
spontan – dari gusi, epitaksis, perdarahan intra kranial, hemoptysis, perdarahan
perektal, hematuria, perdarahan pervaginam, perdarahan antepartum pada wanita
hamil, perdarahan mukosa (misalnya konjungtiva), kulit (peteki, purpura,
perdarahan diskoid, echimosis), serta perdarahan retina.
d. Perdarahan dan gangguan pembekuan darah (viperidae)
Parestesia, abnormalitas pengucapan dan pembahuan, potosis,oftalmoplegia
eksternal, paralisis otot wajah dan otot lainnya yang dipersyarafi nervus cranialais,
suara sengau atau afonia, regurgitasi cairan melalui hidung, kesulitan untuk
menelan sekret, paralisis otot pernafasan dan flasid generalisata.
e. Destruksi Otot Skeletal (Sea Snake, beberapa spesies kraits, bungarus niger and B.
Candidus, western Russell’s viper Daboia russelli) Nyeri seluruh tubuh, kaku dan
nyeri pada otot, trismus, miolobinuria, hiperkalemia, henti jantung, gagal ginjal
akut.
f. Sistem perkemihan 
Nyeri pungggung bawah, hematuria, hemoglobinria, mioglobinuria, oligoria atau
anuria, tanda dan gejala uremia (pernafasan asidosis, hiccup, mual, nyeri pleura,
dll)
g. Gejala endokrin
Insufisiensi hipofisis atau kelenjar adrenal yang disebabkan infrakhipofisis anterior.
Pada fase akut : Syok, hipoglikemia. Fase kronik (beberapa bulan hingga tahun
setelah gigitan) : kelemahan, kehilangan rambut seksual sekunder, kehilangan
libido, aminoria, atrofi testis, hipotyroidsm
Prinsip pertolongan pertama terhadap gigitan ular :

1. menghindari penyebaran bisa 


2. mencegah terjadinya infeksi pada bagian yang digigit.

Penatalaksanaan di Lapangan
Secara umum : ketahui dahulu ular yang menggigit berbisa atau tidak, kemudian
lakukan pertolongan yang sesuai yaitu:
a. Jenis gigitan ular berbisa :
1) Minta korban dan orang – orang sekitarnya untuk menjauh ular.
2) Tenangkan korban dan batasi gerakan.
3) Cuci area yang tergigit secara lembut dengan sabun dan air.
4) Berikan tekanan ringan dengan melilitkan perban elastis diatas gigitan dan
diseluruh panjang lengan atau tungkai.
5) Cari pertolongan medis dengan segera.
b. Jenis gigitan ular tidak berbisa
1) Minta korban dan orang – orang disekitarnya menjauhi ular.
2) Cuci area gigitan ular secara lembut dengan sabun dan air.
3) Jika lukanya kecil, oleskan salep antibiotic dan tutupi lukanya.
4) Cari pertolongan medis. (Thygerson,2010)

Penatalaksanaan di Rumah Sakit


a. Monitor tanda – tanda vital, irama jantung, saturasi Oksigen secara ketat, dan awasi
adanya tanda – tanda kesulitan menelan atau insuvisiensi pernafasan.
b. Perhatian tingkat eritema dan pembengkakan dan lingkar ekstremitas setiap 15
menit sampai pembengkakan telah stabil.
c. Mula – mula obati syok dengan resusitasi cairan kristaloid menggunakan cairan
isotonis. Jika hipotensi masih menetap, coba berikan albumin dan fasofresor.
d. Mulailah pencarian anti ular spesifik yang sesuai, untuk semua kasus gigitan ular
yang diketahui jenisnya.
e. Adanya bukti keracunan bisa ular secara sistematik (gejala sistemik abnormalitas
laboratorium) dan (kemungkinan) tanda local progresif yang signifikan adalah
indikasi untuk pemberian bisa ular.
f. Pemeberian anti bisa ular sebaiknya dilanjutkan sampai korban memperlihatkan
perbaikan yang pasti. Tetapi neurotoksisitas akibat gigitan seekor ular (misalnya
kobra) lebih sulit disembuhkan dengan menggunakan anti bisa ular. Diperlukan
intubasi, pemberian lebih banyak anti bisa ular biasanya tidak dapat membantu.
g. Crofab, yaitu antibisa ular yang digunakan di amerika serikat untuk spesies pit viver
(ular ekor mira atau ular bangkai laut) berbisa di amerika utara, mempunyai resiko
yang cukup rendah umtuk menimbulkan alergi.
h. Jika terdapat resiko alergi yang sinifikan, pasien sebaiknya diberikan terapi
antihistamin IV (misalnya difenhidramin, 1 mg/kg sampai dosis maksimal sebesar
100 mg; ditambah dengan simetidin,5-10 mg/kg sampai dosis maksimal sebesar
300 mg) dan diberikan cairan kristaloid IV untuk mengembangkan volume
intravaskular.
i. Penghambat asetilkolinesterase mungkin menyebabkan perbaikan neurorogis pada
penderita yang digigit ular yang mengandung neurotoksin pasca sinaps. Setelah
dilakukan pemberian anti bisa ular naikan ekstremitas yang tergigit. Perbarui
imunisasi tetanus, Observasi apakah ada sindroma kompartemenotot. observasi
pasien yang memperlihatkan tanda keracunan. (Harrison,2013)

Anda mungkin juga menyukai