Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Perselisihan dan Penyelasaian perselisihan Dalam hubungan kerja


Diajukan untuk Memenuhi Salahsatu Tugas Matakuliah Hukum Ketenagakerjaan
pada Semester Genap Tahun Akademik 2020/2021

Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Ika Nuryanti (C1180148)
Eliza Nuraeni (C1180149)
Reni Adha Lestari (C1180009)

INSTITUT KOPERASI INDONESIA


PROGRAM STUDI MANAJEMEN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perselisihan dan
Penyelasaian perselisihan Dalam hubungan kerja ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Hj.
Suarny Amran,SH., MH pada Hukum Ketenagakerjaan Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan Penyelasaian perselisihan Dalam
hubungan kerja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Hj. Suarny Amran,SH., MH, selaku Dosen
Hukum Ketenagakerjaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

2.1 Latar Belakang


BAB II
PERMASALAHAN

2.1 Rumusan Masalah


Apa saja perselisihan dalam hubungan kerja? Bagaimana cara penyelesaian
perselisihan dalam hubungan kerja?

2.2 Tujuan
Untuk mengetahui perselisihan di dalam hubungan kerja Dan Bagaimana cara
penyelesaian perselisihan di dalam hubungan kerja.
BAB III
PEMBAHASAN

A. PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


Umumnya, perselisihan hubungan industrial mencuat karena perbedaan pendapat yang
berujung pertentangan. Baik itu dialami Pengusaha maupun gabungan pengusaha dengan
buruh atau pekerja. Maupun antara sesama serikat pekerja atau serikat buruh dalam
perusahaan yang sama.
Pengertian lebih jelas dan mendasar tercantum dalam Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Perselisihan
hubungan industrial yang dimaksudkan adalah mengenai “perbedaan pendapat yang
menyebabkan pertentangan antara pengusaha atau gabungan pengusaha dengan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena adanya perselisihan terkait
hak, perselisihan kepentingan, perselisihan mengenai pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh dalam perusahaan”.
Dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 menyebutkan beberapa jenis
perselisihan hubungan industrial, yaitu:
a) Perselisihan hak, yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak,
akibat adanya perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan, perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama.
b) Perselisihan kepentingan, yaitu perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja
karena tidak adanya persesuaian pendapat mengenai pembuatan, dan atau
perubahan syarat-syarat kerja yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau
peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
c) Perselisihan pemutusan hubungan kerja, yaitu perselisihan yang timbul karena
tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang
dilakukan oleh salah satu pihak.
Perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh adalah perselisihan antara serikat
pekerja/serikat buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian
paham mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak dan kewajiban keserikat pekerjaan.

B. PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL


TAHAP PERTAMA: Perundingan Bipartit

Tahap pertama dilakukan dengan cara melakukan perundingan Bipartit yang dilakukan oleh
kedua belah pihak yaitu pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/buruh secara musyawarah untuk mencapai mufakat dan harus diselesaikan paling
lama 30 hari sejak tanggal dimulainya perundingan. Apabila dalam jangka waktu 30 hari dan
salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak
mencapai kesepakatan maka Perundingan Bipartit dianggap gagal. Pernyataan ini sesuai
dengan Pasal 3 Ayat (1), (2), dan (3) UU No.2/2004.

TAHAP KEDUA: Tahap Tripartit

Berdasarkan Pasal 4 Ayat (1) UU No.2/2004, setelah perundingan Bipartit dinyatakan gagal,
maka tahap kedua adalah dengan melakukan perundingan Tripartit yaitu melakukan
perundingan dengan bantuan pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah. Langkah yang
diambil adalah salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada
instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan
bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit telah dilakukan.

Terjadinya Kesepakatan dalam Proses Perundingan Bipartit, Konsiliasi, dan Mediasi

Apabila dalam proses Perundingan Bipartit, Konsiliasi, atau Mediasi tercapai kesepakatan,
maka kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam Perjanjian Bersama. Perjanjian Bersama
tersebut akan didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial di wilayah para pihak
mengadakan Perjanjian Bersama tersebut.

Proses Arbitrase

Apabila para pihak dalam perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan memilih untuk menyelesaikan perselisihannya
melalui Arbitrase maka prosesnya akan sedikit berbeda dengan Proses Konsiliasi atau
mediasi.

Dalam proses ini perselisihan akan diperiksa dan diputus oleh Arbiter atau majelis Arbiter.
Putusan Arbitrase merupakan putusan yang berkekuatan hukum dan mengikat para pihak,
dan bersifat akhir dan tetap (Pasal 51 Ayat (1) UU No.2/2004).

TAHAP KETIGA: Persidangan di Pengadilan Hubungan Industrial

Tahap Ketiga dalam proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah Tahap
Persidangan di Pengadilan Hubungan Industrial. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU
No. 2/2004, apabila dalam proses Mediasi atau Konsiliasi tidak dicapai kesepakatan maka
salah satu pihak dapat mengajukan gugatan terkait perselisihan hubungan industrial kepada
Pengadilan Hubungan Industial. Dalam Pasal 55 UU No. 2/2004 disebutkan bahwa
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada pada lingkungan
peradilan umum.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

https://www.dslalawfirm.com/perselisihan-hubungan-industrial/

http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/wawasanyuridika

https://fjp-law.com/id/penyelesaian-perselisihan-hubungan-industrial/

Anda mungkin juga menyukai