Makalah HK
Makalah HK
Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
Ika Nuryanti (C1180148)
Eliza Nuraeni (C1180149)
Reni Adha Lestari (C1180009)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Perselisihan dan
Penyelasaian perselisihan Dalam hubungan kerja ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Hj.
Suarny Amran,SH., MH pada Hukum Ketenagakerjaan Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan Penyelasaian perselisihan Dalam
hubungan kerja bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Hj. Suarny Amran,SH., MH, selaku Dosen
Hukum Ketenagakerjaan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Tujuan
Untuk mengetahui perselisihan di dalam hubungan kerja Dan Bagaimana cara
penyelesaian perselisihan di dalam hubungan kerja.
BAB III
PEMBAHASAN
Tahap pertama dilakukan dengan cara melakukan perundingan Bipartit yang dilakukan oleh
kedua belah pihak yaitu pengusaha/pemberi kerja dengan pekerja/buruh atau serikat
pekerja/buruh secara musyawarah untuk mencapai mufakat dan harus diselesaikan paling
lama 30 hari sejak tanggal dimulainya perundingan. Apabila dalam jangka waktu 30 hari dan
salah satu pihak menolak untuk berunding atau telah dilakukan perundingan tetapi tidak
mencapai kesepakatan maka Perundingan Bipartit dianggap gagal. Pernyataan ini sesuai
dengan Pasal 3 Ayat (1), (2), dan (3) UU No.2/2004.
Berdasarkan Pasal 4 Ayat (1) UU No.2/2004, setelah perundingan Bipartit dinyatakan gagal,
maka tahap kedua adalah dengan melakukan perundingan Tripartit yaitu melakukan
perundingan dengan bantuan pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah. Langkah yang
diambil adalah salah satu atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada
instansi yang bertanggungjawab di bidang ketenagakerjaan setempat dengan melampirkan
bukti bahwa upaya-upaya penyelesaian melalui perundingan bipartit telah dilakukan.
Apabila dalam proses Perundingan Bipartit, Konsiliasi, atau Mediasi tercapai kesepakatan,
maka kesepakatan tersebut akan dituangkan dalam Perjanjian Bersama. Perjanjian Bersama
tersebut akan didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial di wilayah para pihak
mengadakan Perjanjian Bersama tersebut.
Proses Arbitrase
Apabila para pihak dalam perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan memilih untuk menyelesaikan perselisihannya
melalui Arbitrase maka prosesnya akan sedikit berbeda dengan Proses Konsiliasi atau
mediasi.
Dalam proses ini perselisihan akan diperiksa dan diputus oleh Arbiter atau majelis Arbiter.
Putusan Arbitrase merupakan putusan yang berkekuatan hukum dan mengikat para pihak,
dan bersifat akhir dan tetap (Pasal 51 Ayat (1) UU No.2/2004).
Tahap Ketiga dalam proses Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah Tahap
Persidangan di Pengadilan Hubungan Industrial. Sebagaimana disebutkan dalam Pasal 5 UU
No. 2/2004, apabila dalam proses Mediasi atau Konsiliasi tidak dicapai kesepakatan maka
salah satu pihak dapat mengajukan gugatan terkait perselisihan hubungan industrial kepada
Pengadilan Hubungan Industial. Dalam Pasal 55 UU No. 2/2004 disebutkan bahwa
Pengadilan Hubungan Industrial merupakan pengadilan khusus yang berada pada lingkungan
peradilan umum.
BAB IV
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
https://www.dslalawfirm.com/perselisihan-hubungan-industrial/
http://ejournal.sthb.ac.id/index.php/wawasanyuridika
https://fjp-law.com/id/penyelesaian-perselisihan-hubungan-industrial/