NIM : 1901036070
UTS Auditing 1
1. a. Akuntansi yaitu pencatatan, pengklasifikasian dan peringkasan kejadian ekonomi yang terjadi untuk tujuan menyediakan
keuangan informasi yang digunakan dalam pengambilan keputusan.
Auditing yaitu menentukan apakah informasi yang dicatat dengan benar mencerminkan peristiwa ekonomi yang terjadi
selama periode akuntansi.
Akuntansi meliputi: Transaksi–>Jurnal–>Buku Besar–>Laporan Keuangan
Auditing memiliki siklus kebalikan dari Akuntansi : Laporan Keuangan–>Buku Besar–>Transaksi.
Memperoleh dan
menilai atau Mengidentifikasi kejadian-
mengevaluasi bukti kejadian dan kemudian
yang berhubungan mengukur, mencatat,
Metode
dengan laporan mengklasifikasikan dan
keuangan yang meringkasnya dalam catatan-
disusun oleh catatan akuntansi.
manajemen.
Laporan auditing
Pihak yang (audit report) Laporan keuangan tanggung
bertanggung jawab tanggung jawab jawab manajemen.
auditor.
Pencatatan secara
sistematis dari rekening
Pemeriksaan atas
suatu organsiasi dan
Arti pembukuan dan laporan
penyusunan laporan
keuangan suatu organisasi
keuangan pada akhir
tahun
b. Laporan keuangan perlu diaudit untuk memberikan informasi tentang perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan informasi berbagai
pihak akan informasi keuangan, dibutuhkan pengujian kesesuaian antara praktek akuntansi dalam laporan keuangan dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. Proses pengujian tersebut dikenal dengan istilah auditing yang dilakukan oleh akuntan publik sebagai pihak
yang independen.
Kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan kepada pengawasan ekstern dibenarkan dengan asumsi bahwa kepercayaan masyarakat
tidak boleh dikecewakan. Jika tidak diaudit maka ada kemungkinan laporan keuangan tersebut mengandung kesalahan baik yang disengaja
maupun yang tidak disengaja, oleh karena itu laporankeuangan yang belum di audit kurang dipercaya kewajarannya oleh pihak yang
berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut.
“Kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan kepada akuntan publik untuk diaudit timbul dari sifat Perseroan yang bersangkutan.
Kewajiban untuk menyerahkan laporan keuangan kepada pengawasan ekstern dibenarkan dengan asumsi bahwa kepercayaan masyarakat
tidak boleh dikecewakan. Demikian juga halnya dengan Perseroan yang untuk pembiayaannya mengharapkan dana dari pasar modal.”
2. a. Kode etik sangat dibutuhkan oleh para pejabat dalam menggunakan teknologi informasi, dipergunakan untuk membedakan
baik dan dan buruk dalam melakukan perkerjaan maupun di ruang rapat. Kode etik profesi merupakan bagian dari etika profesi.
Kode etik profesi merupaka lanjutan dari norma-norma yang lebih umum dan dirumuskan dalam etika profesi. Dengan
demikian kode etik profesi adalah sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang apa
yang baik dan tidak baik.
Tujuan utama kode etik profesi adalah memberi pelayanan khusus dalam masyarakat tanpa mementingkan kepentingan
pribadi atau kelompok. Kode etik merupakan aturan tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-prinsip
moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang
secara logika dan rasional secara umum yang dapat dinilai menyimpang dari kode etik.
Fungsi kode etik profesi adalah Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas potensi yang bersangkutan Mencegah campur tangan pihak luar
organisasi profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.
b. Akuntan Publik merupakan profesi yang beraktivitas utama dalam pekerjaan audit eksternal. Audit harus dilakukan secara profesional
oleh orang yang independen dan kompeten. Persyaratan auditor, pekerjaan sampai laporannya diatur oleh standar audit. Standar audit
tidak akan terlepas dari etika, apalagi profesi akuntan publik adalah profesi yang memerlukan tingkat kepercayaan yang tinggi dari publik.
Standar audit ini berfungsi sebagai pijakan akuntan publik dalam merencanakan, melakukan aktivitas dan melaporkan hasil pekerjaannya.
Sehingga dengan dipakainya standar audit, hal yang dilarang dapat dihindari oleh akuntan publik, sedangkan hal yang diwajibkan dapat
dilaksanakan dengan baik.
3. Tujuan secara umum Audit Berbasis Risiko menurut Amin Widjaja Tunggal (2012: 215), sebagai berikut:
1. Mengurangi Risiko
Dari audit risiko yang dilakukan dapat diungkapkan transaksi, produk serta aktivitas perusahaan yang berisiko tinggi. Area yang
berisiko tinggi tersebut dapat dilihat apa yang menjadi penyebabnya. Sebab risiko tinggi bisa terdapat pada proses, orang,
sistem atau sebab dari luar. Dengan mengetahui penyebab suatu area berisiko tinggi, manajemen dapat mengurangi risiko
dengan meniadakan/mengurangi risiko tersebut.
2. Antisipasi Area dengan Risiko Potensial
Audit berbasis risiko juga mengungkapkan area mana yang berpotensi mempunyai risiko tinggi, yang mungkin belum disadari
oleh auditee yang bersangkutan.
3. Melindungi Perusahaan
Suatu kejadian yang menimbulkan kerugian bagi perusahaan dapat secara mendadak dan perusahaan tidak siap menghadapinya.
Akibat yang ditimbulkan mempunyai pengaruh yang besar pada perusahaan. Sebaliknya apabila kemungkinan terjadinya suatu
kejadian yang merugikan perusahaan telah diperhitungkan sebelum terjadi, dampak yang ditimbulkan sudah diperkirakan dan
pengaruh negatifnya dapat diminimalisasi. Penerapan Risk- Based Auditing lebih memungkinkan perusahaan bersiap menghadapi
risiko sekaligus dengan antisipasi melindungi diri dari kemungkinan kerugian yang akan dialami.
Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan lingkup audit yang diharapkan. Sifat, luas, dan saat
perencanaan bervareasi dengan ukuran dan kompleksitas suatu usaha, pengalaman mengenai satuan usaha, dan pengetahuan tentang
bisnis satuan usaha. Setelah audit plan disusun, tetapi sebelum pemeriksaan lapangan dimulai, auditor harus menyusun audit program
yang merupakan kumpulan dari prosedur audit yang akan dijalankan dan dibuat secara tertulis. Audit procedures adalah langkah – langkah
yang harus djalankan auditor dalam melaksanakan pemeriksaannya dan sangat diperlukan oleh asisten agar tidak melakukan
penyimpangan dan dapat bekerja secara efesien dan efektif. Untuk itu diperlukan audit teknik yaitu cara – cara untuk memperoleh audit
evidence seperti : konfirmasi, observasi, inspeksi, Tanya jawab (inquiry), dan lain – lain. Dalam PSA No. 25, diberikan pedoman bagi auditor
dalam mempertimbangkan risiko dan materialitas pada saat perencanaan dan pelaksanaan audit atas laporan keuangan berdasarkan
standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
5. a.Dalam hal terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam memberikan jasanya, baik atas temuan-
temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK
No. 17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administratif, berupa: sanksi peringatan, sanksi pembekuan ijin dan sanksi penca
butan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal 63, pasal 64 dan pasal 65. Penghukuman dalam pemberian sanks
i hingga pencabutan izin baru dilakukan dalam hal seorang Akuntan Publik tersebut telah melanggar ketentuan-ketentuan yang
diatur dalam SPAP dan termasuk juga pelanggaran kode etik yang ditetapkan oleh IAPI, serta juga melakukan pelanggaran pera
turan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan bidang jasa yang diberikan, atau juga akibat dari pelanggar
an yang terus dilakukan walaupun telah mendapatkan sanksi pembekuan izin sebelumya, ataupun tindakan-tindakan yang men
entang langkah pemeriksaan sehubungan dengan adanya dugaan pelanggaran profesionalisme akuntan publik. Akan tetapi, hu
kuman yang bersifat administratif tersebut walaupun diakui merupakan suatu hukuman yang cukup berat bagi eksistensi dan m
asa depan dari seorang Akuntan Publik ataupun KAP, ternyata masih belum menjawab penyelesaian permasalahan ataupun res
iko kerugian yang telah diderita oleh anggota masyarakat, sebagai akibat dari penggunaan hasil audit dari Akuntan Publik terse
but.
b. Pertanggungjawaban seorang Akuntan Publik terhadap kepercayaan publik yang diberikan kepadanya, menjadi dasar
keharusan hadirnya kualitas kebenaran dari setiap hasil audit ataupun pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukannya.
Keharusan dalam memenuhi standar kualitas kebenaran tersebut, akan sangat berhubungan dengan kemampuan yang
dimilikinya sebagai seorang professional yang mandiri.
Jika melihat seluruh persyaratan yang wajib harus dipenuhi bagi seseorang untuk menjadi seorang Akuntan Publik, termasuk
juga persyaratan yang harus dipenuhi dalam memberikan jasa pelayanannya seperti yang diatur dalam pasal 5 hingga pasal 7
Peraturan Menteri Keuangan (PMK) RI No. 17/PMK.01/2008, maka secara teori seharusnyalah keberadaan dan hasil kerja dari
Akuntan Publik tidak perlu diperdebatkan lagi tentang akurasi dan kebenarannya.
Begitu ketatnya persyaratan yang harus dilalui untuk mendapatkan izin dan kewenangan untuk melaksanaan profesi Akuntan
Publik, yang melibatkan kewenangan dari dua lembaga?yakni Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam menyatakan
kelayakan kualitas keilmuan dan penerapan kode etik profesi seorang Akuntan Publik, dan Menteri Keuangan RI dalam
melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap Akuntan Publik begitu juga dengan Kantor Akuntan Publik (KAP)
menggambarkan sudah seharusnyalah hasil kerja dari seorang akuntan publik akan memberikan perlindungan pada setiap
anggota masyarakat yang mengunakan ataupun meletakkan kepercayaan kepadanya dalam proses pengambilan keputusan.
6. a. Tujuan prosedur penilaian risiko adalah mengidentifikasi dan menilai rrisiko salah saji material dalam pelaporan keuangan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan memahami tentang entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman tentang pengendalian
intern dari entitas tersebut.Ada 3 prosedur penilaian resiko, yaitu :
1. Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain (inquiries of management and others)
Auditor wajib menanyakan kepada manajemen tentang :
1. Penilaian oleh manajemen tentang risiko salah saji material dalam laporan keuangan karena kecurangan, termasuk
sifat,luas dan berapa seringnya penilaian tersebut dilakukan.
2. Proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan menanggapi risiko kecurangandalam entitas itu.
3. Komunikasi manajemen dengan TCWG mengenai proses yang dilakukan manajemen untuk mengidentifikasi dan
menanggapi risiko kecurangan dalam entitas itu.
4. Komunikasi manajemen dengan karyawan tentang pandangan manajemen mengenai praktik praktik bisnis dan
perilaku etis.
1. Mendukung prosedur inquiries (bertanya) kepada manajemen dan pihak pihak lain
2. Menyediakan informasi tambahan mengenai entitas dan lingkungannya
3. Prosedur analitikal (analytical procedures)
Prosedur ini membantu mengidentifikasi hal hal yang mempunyai implikasi terhadap laporan keuangan dan audit. Prosedur analitikal juga
dapat digunakan sebagai prosedur audit dalam :
1. Memperoleh bukti mengenai asersi laporan keuangan atau dapat disebut sebagai prosedur analitikal substantif
2. Melakukan reviu menyeluruh atas laporan keuangan pada atau menjelang akhir audit.
Prosedur analitikal pada umumnya menggunakan data agregatif yang berarti hasil dari prosedur analitikal hanya memberi indikasi awal
yang sangat luas/umum mengenai terjadinya salah saji yang bersifat material.
Menetapkan suasana suatu organisasi yang mempengaruhi kesadaran akan pengendalian dari orang-orangnya. Lingkungan
pengendalian merupakan fondasi dari semua komponen pengendalian intern lainnya, yang menyediakan disiplin dan struktur.
Lingkungan pengendalian memiliki tujuh komponen, yaitu :
a. Integritas dan Nilai-Nilai Etik
b. Komitmen pada Kompetisi
c. Falsafah Manajemen (Filosofi) dan Gaya Pengoperasian
d. Struktur Organisasi
e. Dewan Komisaris / Direksi dan Komite Audit yang Efektif
f. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab
g. Kebijakan dan Prodesur Kepegawaian
PENILAIAN RISIKO (Risk Assessment)
Penilaian resiko adalah identitas, analisis dan manajemen risiko entitas yang relevan dengan penyusunan laporan keuangan yang disajikan
secara wajar sesuai prinsip – prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses penilaian resiko entitas harus memperhatikan keadaan serta
kejadian internal dan eksternal yang dapat sangat mempengaruhi kemampuannya dalam mencatat, memproses, dan melaporkan data
keuangan yang konsisten dengan asersi manajemen dalam laporan keuangan.
PEMANTAUAN (Monitoring)
“Pemantauan merupakan suatu proses yang menilai kualitas kinerja pengendalian intern pada suatu waktu”. Pemantauan dapat dilakukan
melalui aktivitas terus – menerus atau evaluasi terpisah. Prosedur pemantauan yang terus – menerus dilakukan terhadap aktivitas rutin
yang normal terjadi dalam sebuah entitas serta mencakup aktivitas manajemen dan pengawasan yang biasa.
8. a. Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan. Asersi (assertion)
adalah suatu deklarasi, atau suatu rangkaian deklarasi secara keseluruhan, oleh pihak yang bertanggung jawab atas deklarasi
tersebut. Jadi, asersi adalah pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh
pihak lain (pihak ketiga). Untuk laporan keuangan historis, asersi merupakan pernyataan dalam laporan keuangan oleh
manajemen sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
b. Asersi tentang keberadaan atau keterjadian (existence or occurance) berhubungan dengan apakah aktiva atau uang entitas ada pada
tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama periode tertentu. sebagai contoh, manajemen membuat asersi
bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia untuk dijual. Begitu pula, manajemen mambuat asersi bahwa
penjualan dalam laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva bentuk lain (misalnya piutang)
dengan pelanggan.
Asersi tentang kelengkapan (completeness)berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun yang seharusnya disajikan dalam
laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan
jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah
mencakup semua kewajiban entitas.
Asersi tentang hak dan kewajiban (rights and obligations) berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak entitas dan utang
merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna usaha
(lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai perolehan hak entitas atas kekayaan yang disewa-guna-usahakan (leased) dan
utang sewa usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.
Asersi tentang penilaian atau alokasi (valuation and allocation) berhubungan dengan apakah komponen-komponen aktiva, kewajiban,
pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen membuat
asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke
dalam periode-periode akuntansi yang semestinya. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang tercantum di
neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.
Asersi tentang penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) berhubungan dengan apakah komponen-komponen tertentu
laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-
kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikain pula,
manajemen mambuat asersi bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba-rugi diklasifikasikan dan diungkapkan
semestinya.
9. a. Materialitas (materiality) adalah prinsip dalam akuntansi bahwa item yang relatif penting dalam pengambilan keputusan
harus dimasukkan dalam laporan keuangan. Prinsip ini adalah untuk memastikan keputusan ekonomi yang andal oleh
pengguna laporan keuangan.
b. Materialitas bukanlah konsep yang mutlak tetapi tergantung pada ukuran dan sifat suatu barang dan keadaan tertentu di mana ia muncul.
Setiap kelompok akun serupa yang material disajikan secara terpisah, begitu juga item yang tidak serupa disajikan secara terpisah, kecuali
mereka tidak material.
Konsep materialitas bervariasi, tergantung pada ukuran entitas. Perusahaan besar dapat menganggap transaksi senilai Rp1 juta sebagai tidak
material dalam proporsi terhadap total aktivitasnya, tetapi nilai tersebut sangat material bagi perusahaan lainnya yang memiliki ukuran
bisnis yang relatif kecil.
10. a.. Menurut ISA 315.5, Auditor wajib melakukan prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasidan menilai risiko salah
saji yang material pada ti ngkat laporan keuangan dan pada ti ngkat asersi. Prosedur penilaian risiko itu sendiri tidak
memberikan bukti audit yang cukup dan tepatsebagai dasar pemberian opini audit. Tujuan prosedur penilaian risiko adalah
mengidentifikasidan menilai risiko salah saji yang material dalam laporan keuangan. Tujuan ini dapat dicapaimelalui
pemahaman mengenai entitas dan lingkungannya, termasuk pemahaman mengenaipengendalian intern dari
enti tas tersebut. Informasi dapat diperoleh dari sumber-sumber e k s t e r n a l , s e p e r ti d a r i i n t e r n e t d a n
p u b l i k a s i y a n g d i t e r b i t k a n a s o s i a s i / i n d u s t r i y a n g bersangkutan maupun dari sumber-sumber internal
seperti karyawan. Pemahaman enti tasmerupakan upaya yang berkesinambungan dan proses yang dinamis dalam
mengumpulkan,memutakhirkan, serta menganalisis informasi salama audit berlangsung.
b. – Prosedur analitikal
- Prosedur menanyakan kepada manajemen dan pihak lain
11. Sampling audit adalah penerapan prosedur audit terhadap kurang dari seratus persen unsur dalam suatu saldo akun atau
kelompok transaksi dengan tujuan untuk menilai beberapa karakteristik saldo akun atau kelompok transaksi tersebut. Seksi ini
memberikan panduan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian sampel audit.
Auditor seringkali mengetahui mana saldo-saldo akun dan transaksi yang mungkin sekali
prosedur auditnya, termasuk sampling audit. Auditor biasanya tidak memiliki pengetahuan khusus tentang saldo-saldo akun atau
transaksi lainnya yang, menurut pertimbangannya, perlu diuji untuk memenuhi tujuan auditnya. Dalam hal terakhir ini, sampling audit
sangat berguna.
12.