Anda di halaman 1dari 15

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Undang Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen

pada pasal 1 ayat 1 disebutkan : “Guru adalah pendidik professional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar dan pendidikan menengah”. Mengingat keberadaan guru saat ini

mendapatkan perhatian yang cukup serius oleh banyak pihak, terkait dengan peran

utamanya dalam upaya menghasilkan sumber daya manusia bermutu dan berkualitas

melalui layanan pendidikan di sekolah. Perhatian yang serius tersebut terhadap

keberadaan guru, menunjukan tingginya harapan masyarakat akan terbentuknya

guru ideal yang melaksanakan tugasnya secara professional.

Perlu kita sadari bahwa guru merupakan subsistem dari sistem pendidikan

nasional dan penerbitan Undang Undang RI nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan

dosen dimaksud sebagai komponen dari upaya peningkatan mutu pendidikan.

Dengan adanya undang-undang yang mewajibkan guru (disemua jenjang dan jenis

pendidikan) mengikuti dan lulus sertifikasi, diharapkan kompetensi guru sebagai

agen pembelajaran akan meningkat sesuai standar yang telah ditetapkan. Di sisi lain,

guru yang memiliki sertifikat pendidik akan memperoleh tunjangan profesi yang

diharapkan juga akan dapat mendongkrak peningkatan kesejahteraaannya, baik dari

sisi material maupun nonmaterial. Dengan kompetensi guru yang memenuhi standar

minimal dan kesejahteraan yang memadai diharapkan kinerja guru dalam mengelola

1
2

proses pembelajaran dapat meningkat kualitasnya. Kualitas pembelajaran yang

meningkat ini diharapkan akan bermuara akhir pada terjadinya peningkatan prestasi

hasil belajar siswa.

Sertifikasi Berkompetensi
Mutu
UU RI G&D KBM
pendidikan
bagus
Tunjangan Bergaji bagus
Profesi bagus

Gambar 1.1: Kedudukan Serifikasi dalam kerangka peningkatan mutu pendidikan


(Muchlas, 2010:4)

Sertifikasi guru seharusnya dapat dijadikan sebagai momen penting dalam

upaya peningkatan mutu pendidikan, melalui peningkatan mutu guru yang sekaligus

dibarengi dengan peningkatan kesejahteraan. Sertifikat guru juga harus dapat

menjadi alat pembeda, mana guru yang bagus kinerja dan kompetensinya dan mana

yan kurang bagus kinerja dan kompetensinya dalam mengelola pembelajaran yang

menjadi bagian dari tugas guru sebagai agen pembelajaran. Dengan alat pembeda

ini, sertifikasi guru dapat mendorong semua guru bahkan calon guru untuk

meningkatkan kompetensinya yang dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat

pendidik dan implikasi lebih jauh pada komponen kesejahteraan akan mendapatkan

suatu insentif dalam bentuk tunjangan profesi.

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah tengah berupaya

meningkatkan kualitas dan kompetensi guru, baik melalui penataran, pelatihan,

peningkatan strata pendidikan, dan sertifikasi pendidikan. Salah satu upaya yang

dilakukan pemerintah sampai dengan saat ini adalah penyelenggaraan Uji

Kompetensi Guru (UKG). UKG dimaksudkan untuk mengukur kompetensi

profesional dan pedagogik serta memudahkan pemerintah dalam rangka pemetaan


3

penguasaan kompetensi guru sebagai dasar pertimbangan pelaksanaan program

pembinaan dan pengembangan profesi guru. UKG diselenggarakan pertama kali

pada tahun 2012. Peserta UKG yakni guru-guru dari berbagai jenjang pendidikan,

mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah

Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baik yang sudah Pegawai Negeri Sipil (PNS)

maupun yang belum PNS.

Pada tahun 2015 pelaksanaan Ujian Kompetensi Guru (UKG) dilaksanaan di

Indonesia salah satunya di Kota Tebing Tinggi. Ujian ini diikuti oleh semua guru

baik guru sekolah negeri maupun swasta di Kota Tebing Tinggi dalam upaya

mengetahui sejauh mana kompetensi yang dimiliki kota tersebut. Berdasarkan data

yang didapat dari Dinas Pendidikan di Kota Tebing Tinggi terdapat 29 guru PJOK

tingkat SMP yang mengikuti UKG pada tahun 2015. Dari jumlah 29 orang guru

PJOK yang mengikuti UKG hanya 12 orang guru yang memenuhi/lulus dari batas

minum standar nilai UKG yaitu 55 dan ada sebanyak 17 orang guru yang nilainya

dibawah standar. Jika seluruh jumlah nilai guru PJOK SMP digabung dan dirata-

ratakan maka nilai yang didapat 52,61905. Hasil tersebut menunjukan bahwa nilai

ini sesungguhnya di bawah nilai standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Dan

sebagai tindak lanjut dari pelaksanaan UKG oleh pemerintah maka guru tersebut

akan diikutkan dalam kegiatan pendidikan dan pelatihan (diklat) untuk

meningkatkan profesionalitas guru. Sebenarnya pemerintah telah menyediakan

wadah kepada guru untuk memudahkan guru dalam meningkatkan

keprofesionalannya melalui sebuah program Pengembangan Keprofesionalan

Berkelanjutan (PKB) sebelum Ujian Kompetensi Guru (UKG) ini dilaksanakan


4

seperti yang tertuang dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur

Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenneg PAN dan RB) Nomor 16 Tahun 2009

tentang Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.

Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi

Birokrasi (Permenneg PAN dan RB) Nomor 16 Tahun 2009 tentang Jabatan

Fungsional Guru dan Angka Kreditnya yang dimaksudkan pengembangan

keprofesian berkelanjutan adalah pengembangan kompetensi guru yang

dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan

profesionalitasnya. Kompetensi guru profesional meliputi kemampuan guru

mengenal peserta didik yang dilayaninya secara mendalam, menguasai bidang studi

secara keilmuan dan kependidikan dalam hal mengemas materi pembelajaran,

kemampuan menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik mulai dari

perancangan sampai pemanfaatan hasil penilaian terhadap proses dan hasil

pembelajaran serta pengembangan profesionalitas yang berkelanjutan. Tuntutan

guru mewujudkannya yaitu melalui kegiatan pengembangan profesi yang sekarang

disebut sebagai Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Tentu saja

sasaran dari PKB ditujukan untuk semua guru pada satuan pendidikan di lingkungan

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementrian Agama, dan atau Kementrian

lainnya, serta satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat (guru swasta

non PNS). Pelaksanaan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

diharapkan mampu meningkatkan 4 kompetensi dari seorang guru yaitu pedagogik,

professional, social dan kepribadian yang merupakan tugas utama dari seorang guru

untuk memenuhi dan tuntutan masa depan sebagai profesinya sebagai guru. Melalui

program PKB guru diharapkan mampu meningkatkan kinerjanya dalam mendidik


5

siswa dengan melakukan inovasi didalam kegiatan pembelajaran sebagai tuntun

mencapai kompetensi yang telah disyaratkan.

Program PKB dapat dilakukan dengan 3 jenis kegiatan diantaranya:

 Pengembangan diri, dimana guru menuju lingkup yang lebih luas yaitu

seperti kelompok guru satu mata pelajaran ditingkat MGMP atau KKG.

 Publikasi ilmiah, sebagai bukti konstribusi guru terhadap peningkatan mutu

pendidikan.

 Karya inovatif yaitu karya yang bersifat pengembangan, modifikasi atau

penemuaan baru sebagai bentuk konstribusi guru dalam meningkatkan

kualitas proses pembelajaran disekolah dan pengembangan dunia

pendidikan.

Sesuai dengan amanat Permendiknas Nomor 35 tahun 2010 pasal 2 ayat (1):

guru yang tidak memenuhi kinerja yang dipersyaratkan untuk kenaikan pangkat dan

jabatan pada hal yang bersangkutan telah diikut sertakan dalam pembinaan

pengembangan keprofesian, beban kerjanya dikurang sehingga kurang dari 24 jam

tatap muka. Pasal 2 ayat (2): guru yang berkinerja rendah wajib mengikuti

pengembangan keprofesian berkelanjutan. Pasal 2 ayat (3): guru sebagaimana yang

dimaksud pada ayat (2) apabila telah menunjukkan kinerja baik diberi beban kerja

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Dalam hal ini guru berhak mendapat kesempatan dan wajib mengembangkan

diri secara teratur, sistematis dan berkelanjutan sesuai dengan kebutuhan profesinya.

Guru yang tidak memperlihatkan kompetensi tertentu setelah diberi kesempatan

untuk mengikuti program PKB sesuai kebutuhannya, akan diberi sanksi sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Guru harus terlibat secara aktif dalam perencanaan,
6

pelaksanaan dan sebagai salah satu sumber informasi kegiatan monitoring dan

evaluasi program PKB sehingga betul-betul terjadi perubahan pada dirinya yang

berkonstribusi pada peningkatan kualitas layanan pendidikan disekolah.

Kenyataannya masih ada beberapa guru yang kurang sadar untuk terus perlu

melakukan program PKB untuk mengisi diri dengan berbagai sikap, pengetahuan,

dan keterampilan sebagai profesi dari seorang guru dan ada pula yang hanya sekedar

melakukan program PKB ini untuk sebagai persyaratan kenaikan pangkat dan

jabatan saja tanpa terus melakukan kegiatan ini setelahnya. Sehingga guru yang

melakukan PKB belum merasakan manfaat yang besar dari kegiatan yang diikuti.

Apabila ditinjau secara khusus maka tujuan dari PKB bagi guru adalah:

a. Meningkatkan kompetensi guru tercapai standart kompetensi yang

ditetapkan dalam peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

b. Meningkatkan komitmen guru dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya sebagai tenaga professional.

c. Memutakhirkan kompetensi guru untuk memenuhui kebutuhan guru dalam

perkembangan ilmu pengetahuan teknologi dan seni untuk memfasilitasi

proses pembelajaran peserta didik.

d. Meningkatkan citra, harkat, dan martabat profesi guru di masyrakat.

e. Menumbuhkan rasa cinta dan bangga sebagai penyandang profesi guru.

f. Menunjang pengembangan karir guru.

Manfaat yang dapat diperoleh dari pengembangan keprofesian berkelanjutan

yang dilakukan oleh guru antara lain; 1) untuk guru dapat memenuhi standard an

megembangkan kompetensinya sehingga mampu menghadapi perubahan internal

ataupun eksternal dalam memenuhi kebutuhan belajar peserta didik untuk


7

menghadapi kebutuhannya dimasa yang akan datang. 2) untuk peserta didik,

memperoleh jaminan pelayanan dan pengalaman belajar yang efektif. 3) untuk

sekolah, mampu memberikan layanan pendidikan yang berkualitas kepada peserta

didik. 4) untuk orang tua/masyarakat, memperoleh jaminan bahwa anak mereka

mendapatkan layanan pendidikan yang berkualitas dan pengalaman belajar yang

efektif. 5) untuk pemerintah, memberikan jaminan kepada masyarakat tentang

layanan pendidikan yang berkualitas dan professional.

Adapun dampak yang disebabkan jika seorang guru tidak mengikuti program

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah guru akan tertinggal

dengan informasi-informasi terkini seperti pengetahuan, teknologi serta peraturan-

peraturan yang akan atau sedang diberlakukan oleh pemerintah dalam meningkatkan

mutu pendidikan di Indonesia. Kerugian juga akan berdampak dari jabatan dan

penghasilan yang didapat oleh guru itu sendiri, dimana guru yang tidak mengikuti

program PKB tidak dapat mengajukan kenaikan jabatan/golongan dalam profesinya

sebagai guru serta tidak dapat meningkatkan penghasilannya terlebih bagi guru yang

telah menerima sertifikat pendidik yang harus dan diwajibkan mengikuti program

PKB sebagai syarat memenuhui dan menjaga profesionalismenya. Lebih jauh lagi

dampak yang terjadi akan terasa pada peserta didik yang diajarkan guru tersebut

dimana bahan pengajaran yang diajarkan hanya berdasarkan pedoman dari buku

pegangan saja atau pengetahuan yang disampaikan hanya sebatas yang selama

diketahui. Padahal pemberian pengetahuan atau informasi terbaru sangat penting

disampaikan kepada siswa agar siswa mempunyai pengalaman belajar yang lebih

baik dan menyenangkan untuk dipahami. Jadi jika guru terus tidak peduli dengan

program PKB yang telah diinstruksi untuk dilaksanakan maka mutu pendidikan akan
8

terus menurun dan dapat merugikan bagi bangsa ini dimasa depannya. Maka sudah

selayaknya guru harus sadar betapa pentingnya menjadi tenaga yang professional

karena merupakan profesi yang berperan penting untuk kemajuan bangsa ini..

Program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dapat dilakukan

dengan beberapa kegiatan, berupa:

a. Kegiatan KKG atau MGMP,

b. Pelatihan atau seminar,

c. Kunjungan kesekolah lain atau pun tempat yang dapat menunjang

kegiatan PKB,

d. Mengundang nara sumber dari sekolah lain, dinas pendidikan, ataupun

dari instansi yang relevan.

Berdasarkan pemaparan di atas bahwasannya program Pengembangan

Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) dihadirkan oleh pemerintah sejak tahun 2009

sebagai kebutuhan bagi guru untuk meningkatkan keprofesionalannya serta karirnya

dan diharapkan dapat dilaksanakan secepatnya yang dilakukan oleh guru disetiap

tahunnya. Namun pada kenyataannya bahwa dari nilai Ujian Kompetensi Guru

(UKG) guru PJOK tingkat SMP di Kota Tebing Tinggi pada tahun 2015 yang

didapat masih rendah. Hal ini memunculkaan pertanyaan “apakah program PKB

yang dimuat oleh Undang-Undang permeneg PAN dan RB pada tahun 2009 benar-

benar dilaksanakan guru-guru PJOK SMP untuk meningkatkan

keprofesionalannya?”.

Untuk mengungkapkan kesenjangan ini peneliti ingin melihat seberapa besar

program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dilakukan guru-guru


9

PJOK tingkat SMP di Kota Tebing Tinggi dan memberikan solusi/tindakan

selanjutnya dari hasil yang didapat nantinya.

Dari data yang didapat dari Dinas Pendidikan Kota Tebing Tinggi jumlah

yang sekolah dimiliki untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) negeri

maupun swasta ialah 21 sekolah. Dan dari data yang di dapat dari pengawas Dinas

Pendidikan di kota Tebing Tinggi tahun 2017 bahwa terdapat 29 guru PJOK baik

guru honor swasta atau Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mengajar dimasing-

masing sekolah tingkat SMP. Dalam hal ini peneliti melakukan pendataan tentang

pelaksanaan program PKB yang peruntukan untuk guru yang memiliki sertifikat

pendidik karena guru-guru ini yang sudah diakui keprofesionalannya oleh

pemerintah. Dari data yang didapat bahwa ada 20 guru PJOK tingkat SMP yang

telah memiliki sertifikat pendidik. Peniliti dalam hal ini telah melakukan pendataan

sebelumnya melalui lembar partisipasi keikutsertaan guru dalam program

Pengembangan Keprofesionalan Berkelanjutan (PKB) untuk melihat seberapa besar

program ini dilaksanakan. Hal tersebut dapat dilihat dari data berikut:

a. Pengembangan Diri

21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Diklat MGMP/KKG Kunjungan Guru PJOK
Kesekolah lain

Gambar 1.2: Grafik Pengembangan

Diri
10

Pemberian lembar partisipasi pada guru PJOK dalam mengikuti program

PKB untuk kegiatan pengembangan diri yaitu 20 guru PJOK ditingkat SMP yang

telah mendapat sertifikat pendidik dan sudah menjadi Pegawai Negeri Sipil. Adapun

lembar partisipasi ini untuk mengetahui seberapa sering guru PJOK ikut serta dalam

bermacam kegiatan dipengembangan diri. Kegiatan-kegiatan yang diikuti dalam

pengemabangan diri seperti diklat/seminar, KKG/MGMP dan kunjungan kesekolah

lain/teman sejawat.

Dari hasil yang didapat dari kegiatan Diklat/seminar ada 17 orang guru

PJOK yang mengikutinya berupa kegiatan pelatihan Kurikulum 2013 tingkat kota

maupun provinsi, dan 2 guru yang mengikuti kegiatan Bimtek baik tingkat Provinsi

dan Nasional pada tahun 2015 dan 2016. Tetapi berdasarkan data lembar partisipasi,

kegiatan ini dilakukan banyak guru pada tahun 2015 dalam kegiatan pelatihan

Kurikulum 2013. Ini menunjukan bahwa beberapa guru tidak lagi mengikuti

kegiatan serupa ditahun sebelumnya ataupun tahun selanjutnya untuk pelaksanaan

program PKB.

Dari kegiatan KKG/MGMP terdapat 15 orang guru PJOK yang

mengikutinya. Kegiatan ini dilaksanakan tingkat sekolah masing-masing atau kota.

Sayangnya untuk kegiatan KKG/MGMP masih ada beberapa guru yang tidak

melakukannya berdasarkan data yang didapat. Padahal kegiatan ini merupakan dasar

utama untuk guru dalam melaksanakan komponen-komponen PKB dan juga sebagai

wadah pada program PKB lainnya. Untuk kegiatan kunjungan kesekolah lain/teman

sejawat terdapat 14 orang guru PJOK yang mengikuti kegiatan ini. Kegiatan ini

dilakukan sesekali saja oleh guru-guru jika ada kegiatan lainnya.


11

b. Publikasi Ilmiah

21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Guru PJOK
Melakukan PenelitianMembuat Modul atau Presentasi diforum Membuat
dan Publikasinya Diktat dan buku Ilmiah Makalah/karya tulis
pegangan ilmiah/artikel ilmiah

Gambar 1.3: Grafik Publikasi Ilmiah

Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa terdapat 10 guru PJOK yang hanya

melakukan Penelitian tetapi dalam hal ini guru-guru melakukan jenis penelitian PTK

saat dalam kegiatan PLPG maupun kenaikan pangkat saja tanpa melaksanakannya

ditiap tahun. Dan dari hasil wawancara dengan pihak guru banyak guru yang tidak

mempublikasikan hasil penelitiannya.

Dalam pembuatan Modul atau diktat dan buku pegangan guru tidak ada

seorang guru PJOK yang membuatnya. Sedangkan dalam kegiatan Prensentasi

diforum ilmiah hanya dilakukan oleh 1 orang guru pada tahun 2013 pada kegiatan

perlombaan guru berprestasi dan dalam membuat makalah/karya tulis ilmiah/artikel

ilmiah terdapat 4 orang guru yang membuatnya. Pada pembuatannya 1 orang yang

memulai tahun 2012 dan yang lain masing-masing pada tahun 2014, 2015 dan 2016.
12

c. Karya Inovatif

21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
Melakukan Penggunaan IT saat
Modifikasi alat saat proses Guru PJOK
pembelajaran pembelajaran

Gambar 1.4: Grafik Karya Inovatif

Dari grafik diatas dalam pelaksanaan karya inovatif, ada 17 orang guru

PJOK melakukan modifikasi alat saat pembelajaran. Alat-alat yang dimodifikasi

seperti pembelajaran tolak peluru dari limbah plastic dan batu yang sudah

disesuaikan, lompat gawang dengan pipa paralon, kotak kardus untuk lompat jauh,

lempar lembing dengan bambu, lempar cakram dengan piring, dan pengenalan air

dengan jerengen minyak kosong. Dari beberapa sekolah ada yang tidak melakukan

modifikasi alat karena alat yang sudah tersedia dengan lengkap.

Dalam penggunaan IT saat proses pembelajaran ada 9 orang guru PJOK

yang sering memanfaatkan IT untuk menunjang kegiatan belajar yang dilakukan.

Penggunaan IT biasa dimanfaatkan saat belajar senam dengan menggunakan tipe

recorder dan infocus saat belajar bela diri juga belajar senam.

Dari hasil temuan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa tidak semua

guru-guru PJOK se SMP di Kota Tebing Tinggi yang telah mendapat sertifikat
13

pendidik dan Pegawai Negeri Sipil (PNS) melaksanakan program Pengembangan

Keprofesian Berkelanjutan (PKB) tidak setiap tahunnya. Kebanyakan guru

melaksanakan kegiatan ini dikarenakan untuk menunjang karir dan jabatannya

bukan dikarenakan lebih untuk upayanya meningkatkan kompetensinya sebagai

tenaga yang professional seperti yang dinyatakan oleh Undang Undang RI nomor 14

tahun 2005 tentang guru dan dosen untuk meningkatkan mutu pendidikan bangsa

ini. Padahal berdasarkan Permennegpan dan Reformasi Birokrasi No 16 Tahun 2009

(Kemendiknas 2011) bahwa pengembangan kompetensi guru yang dilaksanakan

sesuai dengan kebutuhan, bertahap, berkelanjutan untuk meningkatkan

professionalitasnya.

Dengan hasil temuan di atas perlu adanya dilakukan evaluasi untuk

mengetahui pelaksanaan dari program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan

(PKB) yang dilakukan oleh guru-guru PJOK SMP yang menerima sertifikat

pendidik untuk meningkatkan kompetensi dirinya serta meningkatkan mutu

pendidikan khususnya bidang study Penjaskes. Berdasarkan hasil kesimpulan diatas,

maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian “evaluasi implementasi

pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB) bagi guru SMP PJOK dalam

meningkatkan keprofesionalan di kota Tebing Tinggi”.

1.2. Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi fokus masalah adalah

bagaimana evaluasi implementasi pengembangan keprofesian berkelanjutan (PKB)

bagi guru SMP PJOK dalam meningkatkan keprofesionalan di Kota Tebing Tinggi.
14

1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang baik secara faktual, dapat dikemukan bahwa guru

berhak dan berkewajiban untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensinya

secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi serta

perlu adanya pengevaluasi kegiatan pengembangan keprofesian tersebut berdasarkan

atas temuan yang didapat dari data awal. Dari temuan diatas maka permasalahan

yang akan diteliti adalah :

1. Bagaimana implementasi program Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB) di Kota Tebing Tinggi khususnya bagi guru PJOK

SMP?

2. Apa saja kendala yang dihadapi guru-guru PJOK SMP dalam implementasi

program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di Kota Tebing

Tinggi?

3. Strategi apa yang telah dilakukan selama ini untuk memecahkan masalah

implementasi program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) di

Kota Tebing Tinggi?

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini ialah:

1. Sejauh mana pengimplementasian Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan (PKB) dalam meningkatkan keprofesionalan guru PJOK SMP

di Kota Tebing Tinggi.

2. Kendala-kandala apa saja yang dihadapi guru-guru PJOK SMP dalam

pengimplementasian Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).


15

3. Strategi selama ini yang dilakukan untuk memecahkan kendala-kendala

implementasi program PKB.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Sebagai bahan masukkan dan informasi bagi guru untuk mengetahui

pentingnya program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan dalam

menunjang karirnya.

b. Dapat menambah pengetahuan tentang Pengembangan Keprofesian

Berkelanjutan bagi pembaca dan penulis.

c. Sebagai rujukan bagi yang ingin mendalami atau melanjutkan tentang

Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

d. Sebagai bahan masukkan bagi pihak terkait tentang pentingnya

melaksanakan program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai