Oleh:
NAMA : KHAIRUNNISAH
NIM : I2D020003
SEMESTER : 1 (SATU)
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2020-2021
HASIL REVIEW JURNAL
1. Judul artikel : Perbandingan Sensitivitas dan Spesifisitas Uji Pewarnaan Sellers’ dan
Fluorescent Antibody Tecnique (FAT) dalam Mendiagnosa Penyakit Rabies pada Anjing
di Bali.
2. Pengarang : Steven Yohanes Bogia, I Made Kardena, I Made Sukada, Ketut Eli
Supartika
3. Nama jurnal : jurnal Indonesia Medicus Veterinus
4. Volume, issue,tahun,halaman: Jurnal Medicus veterinus 2012 (1): 12-21 ISSN :
2301-7848
5. Tujuan Penelitian:
Materi : Spesimen otak anjing bagian hipokamus sebanyak 109 anjing yang
terdiri dari 39 ekor yang telah menunjukkan gejala klinis rabies yang tidak
dan 70 ekor yang tidak menunjukkan gejala klinis.
6. Pendahuluan:
Diagnosa Rabies secara laboratorium didasarkan atas penemuan badan negri pada
pengamatan histopatologi specimen otak penderita ataupun penemuan antigen
virus dari isolasi (soeharsono 2005). Badan negri merupakan temuan yang bersifat
patognomonis pada kasus rabies. Akan tetapi, keberadaan badan negri pada kasus
positif hanya sekitar 71%.pewarnaan sellers’ merupakan metode yang tergolong
sederhana dan ekonomis dalam mendiagnosa penyakit rabies sedangkan pada uji
FAT memiliki tingakt keakuratan yang lebih tinggi dalam mendiagnosa penyakit
rabies.
7. Metode :
Pengambilan sampel berupa specimen otak anjing bagian hipokalamus
sebanyak 109 anjing dengan 39 ekor yang menunjukkan gejala klinis dan
70 ekor yang tidak menujukkan gejala klinis
Melakukan retrospektif data dari sampel yang di pakai yaitu anjing yang
menunjukkan gejala klinis di anggap positif rabies dan anjing-anjing yang
tidak memiliki gejala klinis rabies yaitu negatif.
Sebelum melakukan uji pewarnaan sellers’ dan FAT anjing-anjing tersebut
sudah sieliminasi terlebih dahulu untuk di nekropsi dan diambil otaknya.
Setelah eliminasi dan nekropsi pada setiap specimen otak dibuat preparat
sentuh dan diwarnai dengan pewarnaan sellers’.
Melakukan pengujian keberadaan antigen dengan uji FAT yang ditandai
dengan warna hijau berpendar.
Melakukan analisis dengan metode tabel 2 X 2 untuk menghitung
presentase tingkat sensitivitas dan spesifisitas dari masing-masing uji yang
di adaptasi dari formulasi menurut Robertson (2008)
8. Hasil dan pembahasan:
Hasil pemeriksaan 109 sampel otak anjing yang dicurigai rabies setelah
dilakukan uji sellers’ diperoleh hasil 25 sampel yang menunjukkan positif
sedangkan 69 yang negative. Tetapi dari seluruh sampel yang diuji sellers’
tersebut 14 sampel yang menunjukkan negative palsu sedangkan 1 sampel
yang menunjukkan positif palsu (tabel 1).
Pada penelitin ini didapatkan sensitivitas uji sellers sebesar 64,10% dan
spesifisitas sebesar 98,57%.
Pada uji FAT didapatkan sensitivitas sebesar 97,43% dan spesifisitas
sebesar 100%.
Dari 109 sampel yng diuji dengan FAT tidak terdapat hasil yang
menyatakan positif palsu dan hanya 1 sampel yang dinyataan dengan hasil
negative palsu.
9. Kesimpulan:
Dapat ditarik kesimpulan bahwa dari tingkat sensitivitas dan spesifisitas dari uji
FAT yang digunakan untuk mendiagnosa penyakit rabies pada anjing di Bali lebih
besar dibandingkan dengan tingkat sensitivitas dn spesifisitas dari perwanaan
sellers’.
10. Kelebihan :
Keaslian jurnal terjamin karna diterbitkan oleh penerbit jurnal Indonesia
medicus veterinus
Metode uji perwarnaan sellers’ tergolong sederhana dan ekonomis dan
tidak terlalu membutuhkan peralatan laboratorium yang cukup mahal.
Uji FAT memiliki tingkat keakuratan yang relative tinggi dan sudah
direkomendasikan oleh WHO dan OIE menjadi gold standart untuk uji
diagnosa rabies.
Pada uji FAT pemeriksaan dapat dilakukan secara cepat dimna hasil uji
dapat diperoleh dalam waktu kurang lebih 2 jam.
Langkah kerja sangat sederhana dan menjawab tujuan dari penelitian ini
Permasalahan yang diambil relevan dengan kebutuhan masyarakat pada
umumnya.
11. Kekurangan:
Pada uji pewarnaan sellers’ memiliki sensitivitas yang relative rendah
Tidak dijelaskan secara rinci alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian
Pada pengujian sellers masih tetap dilakukan peneguhan diagnosa ke
laboratorium rujukan dengan metode yang baku.
Uji FAT juga memberikan kesalahan dalam interpretasi hasil uji ketika sampel
yang diujikan merupakan sampel yang telah lama.
Dari metode atau cara pengerjaan uji pewarnaan sellers’ dan uji FAT tidak
dijelaskan secara detail.
Review jurnal
Perkembangan Teknologi Reverse Transcriptase-Polymerase
Chain Reaction dalam Mengidentifikasi Genom Avian Influenza
dan Newcastle Diseases.
7. KRITIK
1. Jurnal tersebut sudah sangat lengkap secara pembahasan sudah dijelaskan
secara terperinci.
2. Kekurangan dan kelebihan pada setiap metode sudah sangat jelas
3. Memerlukan biaya yang mahal untuk melakukan penelitian ini
4. Dari segi pengerjaan sangat rumit untuk dilakukan karna ada sebagian metode
yang memerlukan waktunya lama.
5. pada tahapan-tahapan prosedur PCR membutuhkan ruangan kerja yang
terpisah di laboratorium.
6. semua teknik molekuler baru tersebut harus divalidasi terlebih dahulu sebelum
diterapkan karena validasi ini menjadi kunci utama untuk faktor penerimaan
metode baru yang akan diterapkan.
7. analisis data hasil kedua prosedur tersebut baik PCR konvensional maupun
real time memerlukan normalisasi data terhadap acuan yang diketahui untuk
menentukan kualitas awal ekspresi target gen.