Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KOMODITI UBI JALAR

DOSEN PEMBIMBING:
Drs. Ismail Tandi, M.Pd
Prof.Dr.Ir Christianto Lopulisa M.Sc
Dr. Ir. Risma Neswaty,S.P.,M.P., IPM

PLP:
Achmadi Ramli S.ST
Muhammad Hairul,, S.ST
Wahyuni Mustaman, SP.,MP

DISUSUN OLEH:
Musrin 05.01.20.2059
Siti Khairunnisa Arlan 05.01.20.2079
Sulfi 05.01.20.2080
Tamara Ayuandara Karim 05.01.20.2081
Utomy Kurniawan 05.01.20.2082
Wahyuni Mustang 05.01.20.2083
Wirahmayanti Marzuki 05.01.20.2084

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN GOWA
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur sama-sama kita panjatkan ke hadirat Allah SWT karena
atas Rahmat dan Karunia-Nyalah saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Ubi jalar” Sholawat dan Taslim tak lupa pula kita haturkan kepada Junjungan kita
baginda Nabi Muhammad SAW. Sebelumnya kami mengucapkan banyak terima kasih
kepada dosen yang sudah memberikan kami kesempatan untuk membuat makalah ini,
karena ini adalah suatu kebanggaan bagi kami yang telah diberi Kepercayaan oleh
dosen pengampu untuk menjelaskan hal tersebut.
Maka dari itu, kami sebagai Pihak yang diberikan tugas mencoba memaparkan
beberapa ilmu yang kami ambil dari beberapa Sumber, dan dalam penulisan makalah
ini kami merasa masih banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis Penulisan
maupun materi, untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi
Penyempurnaan pembuatan makalah ini dan semoga materi ini dapat bermanfaat.
Amiin-Amiin Ya Rabbal Alamiin

Gowa, 8 November 2021

Kelompok 6
Contents
KATA PENGANTAR..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1. Latar Belakang.....................................................................................................4
1.2. Rumusan Masalah...............................................................................................6
1.3. Tujuan...................................................................................................................6
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................................7
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................................10
1.2.1 Bagaimana Komoditas Ubi Jalar Di Kabupaten Gowa...................................10
1.2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar...................................................12
1.2.3. Budidaya Tanaman Ubi Jalar............................................................................13
1.2.4. Varietas Ubi Jalar...............................................................................................16
BAB IV PENUTUP...........................................................................................................18
KESIMPULAN..................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................19
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pembangunan adalah suatu proses dinamis untuk mencapai kesejahteraan
masyarakat pada tingkat yang lebih tinggi dan serba sejahtera. Pendekatan sektoral
diperlukan untuk mendekati pembangunan nasional melalui kegiatan usaha demi
kegiatan usaha yang dikelompokkan menurut jenisnya ke dalam sektor-sektor dan sub-
sub sektor. Adapun dasar berpijaknya adalah “mekanisme pengelolaan” satuan
maupun kelompok kegiatan usaha sehingga dapat membawa dampak pengembangan
yang langsung dapat dirasakan oleh satuan-satuan kegiatan usaha. Tujuan ataupun
sasaran pembangunan yang hendak dicapai dan hasilnya juga terungkap secara
sektoral, yaitu baik yang menyangkut hasil produksi, pendapatan, lapangan kerja,
maupun investasi dan kredit yang digunakan. Kesemuanya diungkapkan menurut
sektor-sektor, yaitu sektor-sektor pertanian, pertambangan, kontruksi (bangunan),
perindustrian, perdagangan, perhubungan, keuangan dan perbankan, dan jasa
(Adisasmitha, 2005).

Pertanian adalah suatu jenis kegiatan produksi yang berlandaskan proses


pertumbuhan dari tumbuh-tumbuhan dan hewan. Pertanian dalam arti sempit
dinamakan pertanian rakyat sedangkan pertanian dalam arti luas meliputi pertanian
dalam arti sempit, kehutanan, peternakan, dan perikanan. Semua itu merupakan hal
yang penting. Secara garis besar, pengertian pertanian dapat diringkas menjadi (1)
proses produksi; (2) petani atau pengusaha; (3) tanah tempat usaha; (4) usaha
pertanian (farm bussines) (Soetriono et al., 2006).

Kontribusi sektor pertanian di suatu Negara terhadap pendapatan devisa adalah


lewat pertumbuhan ekspor dan/atau pengurangan impor Negara tersebut atas komoditi-
komoditi pertanian. Tentu, kontribusi sektor itu terhadap ekspor juga bias bersifat tidak
langsung, misalnya lewat peningkatan ekspor atau pengurangan impor produk-produk
berbasis pertanian, seperti makanan dan minuman, tekstil dan produk-produknya,
barang-barang dari kulit, ban mobil, obat-obatan, dan lain-lain.

Komoditas pertanian, khususnya pangan diusahakan oleh jutaan petani skala


kecil dan merupakan kebutuhan utama bagi sebagian besar masyarakat.
Kebijaksanaan harga pangan bagi negara sedang berkembang juga merupakan
persoalan rumit agar tetap memberikan dorongan peningkatan produksi, namun juga
tetap terjangkau oleh sebagian besar masyarakat luas. Kebijaksanaaan stabilitas harga
pangan masih tetap perlu diperhatikan agar petani terhindar dari dampak gejolak harga
pangan antar komoditas perlu diupayakan agar tetap wajar sehingga terjadi alokasi dan
pemanfaatan sumber daya domestik secara efisien dan mampu menampilkan daya
saing secara memadai (Sudaryanto et al., 2006).

Melihat penduduk Indonesia yang sebagiannya menggantungkan hidup pada


sektor pertanian, maka harus ada upaya dalam memajukan sistem pertanian yang ada.
Sehingga potensi-potensi tersebut bisa termanfaatkan dengan baik. Salah satu
komoditas pertanian yang mengalami peningkatan dan memiliki permintaan pasar
dalam negeri yang cukup tinggi adalah bahan pangan. Dalam pengembangan pertanian
disesuaikan pula dengan potensi wilayah yang ada. Salah satu komoditas bahan
pangan yang berkembang di Indonesia adalah ubi jalar. Tingkat harga ubi jalar yang
rendah dan terjangkau oleh semua lapisan masyarakat salah satu faktor penting untuk
mendorong diversifikasi pangan pokok selain beras (Aliyani, 2013).

Ubi jalar atau ketela rambat atau “sweet potato” diduga berasal dari Benua Amerika.
Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal tanaman ubi jalar adalah
Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov,
seorang ahli botani Soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar
adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-
negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar
ke kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia. Ubi jalar (Ipomoea batatas
(L.) Lamb.) Merupakan sumber karbohidrat yang dapat dipanen pada umur 3 – 8 bulan.
Selain karbohidrat, ubi jalar juga mengandung vitamin A,C dan mineral serta antosianin
yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Disamping itu, ubi jalar tidak hanya digunakan
sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri dan pakan ternak
(Anonim, 2004).

Di Indonesia, ubi jalar umumnya sebagai bahan pangan sampingan. Komoditas ini
ditanam baik pada lahan sawah maupun lahan tegalan. Luas panen ubi jalar
diindonesia sekitar 230.000 ha dengan produktivitas sekitar 10 ton/ha. Padahal dengan
teknologi maju beberapa varietas unggul ubi jalar dapat menghasilkan lebih dari 30 ton
umbi basah/ha (Anonim,2004). Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah
satu komoditi bahan makanan pokok, Seperti di Irian jaya. Ubi jalar merupakan komoditi
pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran
rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang
subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang
tahun.

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana Komoditas Ubi Jalar Di Kabupaten Gowa
1.2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar
1.2.3. Budidaya Tanaman Ubi Jalar
1.2.4. Varietas Ubi Jalar

1.3. Tujuan
1.3.1. Untuk Mengetahui Bagaimana Komoditas Ubi Jalar Di Kabupaten Gowa
1.3.2. Untuk Mengetahui Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar
1.3.3. Untuk Mengetahui Budidaya Tanaman Ubi Jalar
1.3.4. Untuk Mengetahui Varietas Ubi Jalar
BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ubi jalar (lpomomea batatas L) adalah tanaman bahan pangan yang memiliki
nutrisi tinggi dan mudah dibudidayakan, tahan terhadap kekeringan dan air, cepat
menghasilkan, mudah disimpan dan tahan lama dan mempunyai rasio produksi dan
lahan yang cukup tinggi. Menurut seorang ahli Botani Rusia, Nikolai Ivanovich Vavilov,
tanaman ini berasal dari Amerika Tengah yang menyebar ke seluruh dunia terutama
negara–negara yang beriklim tropis pada abad ke XVI sampai ke kawasan Asia
terutama Filipina, Jepang dan Indonesia. Nama lokal tanaman ubi jalar sangat
bervariasi, di Jawa Barat bernama Boled, di Jawa Tengah dan Jawa Timur disebut Tela
Rambat, di Jepang dikenal dengan nama Shoyu dan dalam bahasa Inggris dikenal
dengan sebutan Sweet Potato.

Mazulla (1994) menyatakan bahwa 17% dari waktu tanam ubi jalar untuk masa
pertumbuhan, 26 % untuk persiapan bibit/stek dan penanaman, 13 % untuk
pembajakan dan pengolahan tanah, 28% untuk pembalikan tanah selama masa awal
pertumbuhan, 16% untuk masa panen. Penggunaan tenaga kerja yang paling banyak
adalah saat penanaman dan panen. Untuk menjaga kualitas komoditas ubi jalar, pada
saat panen proses pencangkulan dan pemotongan ubi dari tangkainya adalah proses
yang harus mendapat perhatian ekstra. Pada saat ini, ada dua metode yang bisa
dilakukan untuk proses panen yaitu : (1). Secara konvensial, membongkar tanah
dengan menggunakan tangan, dan memotong umbi dari tangkainya; (2). Secara
mekanis, membongkar tanah dengan menggunakan mesin, pengumpulan dan sortir
dilakukan dengan manual (tangan).

Menurut Mtunda et al. (2001), meskipun ubi jalar secara umum dimanfaatkan
sebagai bahan pangan untuk konsumsi rumah tangga. Namun pemasaran merupakan
masalah penting dan yang menjadi kendala utamanya adalah daya simpan (shelf-life)
ubi jalar segar relatif singkat. Perkiraan tingkat kerusakan ubi jalar ketika tiba di kota
tujuan pemasaran adalah berkisar 43–93%. Beberapa tipe kerusakan diantaranya
pecah, terpotong, terinfeksi cylas spp. (boleng atau lanas) dan berakar. Semua
kerusakan tersebut dapat memperpendek shelf-life ubi jalar, berakar dan kehilangan
berat (weight-less). Menurut Smit (1997), budaya lokal yang membiarkan hasil panen
ubi jalar ditumpuk di tempat panen dan melakukan panen secara bertahap, juga 10
merupakan salah penyebab menurunnya kualitas ubi jalar. Keadaan tersebut dapat
menyebabkab ubi jalar rentan terkena hama boleng (cylas). Kerusakan yang terjadi
terutama diakibatkan karena buruknya cara menangani panen dan pasca panen.
Buruknya kualitas komoditas ubi jalar yang dihasilkan selain akan menyebabkan
memperpendek shelf-life ubi jalar juga akan menurunkan nilai komoditas ubi jalar di
pasaran, bahkan dapat menghilangkan kesempatan mendapatkan keuntungan ekonomi
yang lebih besar.

Menurut Fuglie (2004), permintaan komoditas ubi jalar masih sangat terbuka luas
untuk pasar Asia. Meskipun konsumsi per kapita ubi jalar cenderung mengalami
penurunan, tetapi permintaan ubi jalar dalam bentuk pati dan pakan ternak cenderung
mengalami peningkatan yang cukup besar. Prospek perkembangan komoditas ubi jalar
di pasar international sangat tergantung kepada daya saingnya terhadap produk
sumber karbohidrat lainnya seperti pati jagung (maizena).

Chips ubi jalar dan sawut ubi jalar (grates) merupakan produk turunan dari ubi
jalar yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Chips ubi jalar dapat digunakan sebagai
bahan dasar formulasi pakan ternak (Gerona and Sanchez, 1995; Yen, 1982) atau
dapat diproses lebih lanjut menjadi tepung ubi jalar (CIATT, 1988; Tan and Orias, 1986;
Tan, 1990). Sawut ubi jalar (dried grates) dapat dipakai sebagai bahan dasar
pembuatan makanan tradisional (Truong, 1987) dan juga dapat diproses lebih lanjut
menjadi tepung ubi jalar. Pengolahan ubi jalar segar menjadi dried chips dan grates
diperlukan untuk mempertahankan kualitas produk untuk penyimpanan jangka panjang.

Dalam menunjang keberhasilan suatu sistem agribisnis, maka tersedianya bahan baku
pertanian secara kontinu dalam jumlah yang tertentu sangat diperlukan. Tersedianya
produksi ini akan sangat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya jenis
komoditas, luas lahan, tenaga kerja, modal, manajemen usaha dan faktor sosial
ekonomi (Soekartawi, 1993). Faktor produksi dalam beberapa literatur dikenal dengan
istilah input. Faktor produksi memang sangat menentukan besar kecilnya produksi yang
diperoleh. Dalam berbagai pengalaman menunjukkan bahwa faktor produksi lahan,
modal untuk membeli bibit, pupuk, obat– obatan, tenaga kerja dan aspek 21
manajemen merupakan faktor produksi yang memegang peranan penting di antara
faktor produksi yang lainnya. Namun selain faktor–faktor tersebut, sering ditemukan
kendala dalam proses peningkatan produksi komoditas pertanian.

Menurut Gomez (dalam Soekartawi, 1980), beberapa kendala diklasifikasikan menjadi :

a. Kendala yang mempengaruhi terdiri dari variabel di luar kemampuan manusia,


sehingga sulit dilakukan transfer teknologi yang disebabkan karena perbedaan
agroklimat dan teknologi yang sulit diadopsi.
b. Kendala yang mempengaruhi terdiri dari variabel teknis biologis (bibit, pupuk,
obat–obatan, lahan lainnya) dan variabel sosial– ekonomi (harga, resiko
ketidakpastian, kredit bank, adat budaya dan lainnya).
BAB III PEMBAHASAN

1.2.1 Bagaimana Komoditas Ubi Jalar Di Kabupaten Gowa


Nilai produksi tanaman pangan sangat berperan penting pada suatu daerah di
mana tanaman pangan ini menjadi kekuatan sebagai penyedia sumber makanan bagi
masyarakat, untuk pertumbuhan daerah sebagai penopang pertumbuhan ekonomi
daerah dan bisa menjadi unggulan pada daerah tersebut. Tentunya melihat sangat
pentingnya produksi tanaman pangan pada suatu daerah sehingga peran pemerintah
daerah terhadap tanaman pangan ini perlu ditingkatkan baik dalam perhatian sarana
prasarana dan teknisnya di lapangan.

Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai potensi yang cukup besar di subsektor


tanaman pangan khususnya ubi jalar. Subsektor tanaman pangan di Sulawesi Selatan
tidak terlepas dari kontribusi subsektor tanaman pangan di tiap-tiap kabupaten di
Sulawesi Selatan. Setiap Kabupaten mempunyai potensi subsektor tanaman pangan
yang berbeda berdasarkan sumber daya yang dimiliki dan kondisi wilayahnya. Salah
satu Kabupaten di Sulawesi Selatan adalah Kabupaten Gowa, dimana ubi jalar di
wilayah ini memberikan kontribusi tehadap tanaman pangan khususnya ubi jalar di
Sulawesi Selatan.. Predikat yang diproleh pada produksi kacang hijau dan ubi kayu
tertinggi pertama se-Sulawesi selatan, urutan kedua produksi ubi jalar se-Sulawesi
selatan, urutan ketiga produksi jagung dan urutan kelima produksi padi se-Sulawesi
selatan. Sehingga Kabupaten Gowa memiliki prestasi baik pada pertanian terkhusus
pada sub sektor tanaman pangan.

Kabupaten Gowa secara keseluruhan memiliki luas 1.883,33 km²  dan lahan
pertaniannya seluas 44.688,50 Ha. Lahan pertanian yang digunakan petani adalah
untuk menanam komoditas tanaman pangan, khusus tanaman pangan ubi jalar lahan
yang digunakan seluas 893,50 ha. Produksi ialah salah satu faktor yang sangat
berperan penting sehingga ketika produksi menurun akan menimbulkan masalah
kekurangan ketersediaan pangan. Ubi jalar merupakan tanaman yang menjalar yang
dijadikan makanan ialah umbinya, ubi jalar menjadi salah satu sumber makanan pokok.
Adapun perkembangan produksi ubi jalar di Kabupaten Gowa pada tahun 2009-2018
dapat dilihat pada grafik sebagai berikut:
Ubi Jalar
16000
14913
14018
14000

12000
11224
10735
10000 9834 10113

8000 8164

6000
5400 5072
4000 4052

2000

0
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Column1

Berdasarkan Grafik di atas dapat diketahui bahwa perkembangan jumlah


produksi ubi jalar di Kabupaten Gowa mengalami fluktuasi. Produksi tertinggi terjadi
pada tahun 2011 adalah sebesar 14.913 ton dan produksi ubi jalar terendah terjadi
pada tahun 2016 sebesar 4.053 ton. Diketahui faktor yang mempengaruhi terjadinya
kenaikan dan penurunan produksi disebabkan oleh luas areal panen sebagai berikut:

Luas panen/ha komoditi ubi jalar.

No Tahun Luas Panen/Ha


1. 2009 1.004
2. 2010 654
3. 2011 9.199
4. 2012 651
5. 2013 945
6 2014 471
7. 2015 420
8. 2016 341
9. 2017 401
10. 2018 398
Sumber: Badan Pusat Satistik Kab Gowa, 2019

Komoditi Ubi Jalar memiliki 4 basis di kecamatan yaitu Bontomarannu,


Pattalassanng, Tinggi Moncong, Tombolo Pao. Kondisi curah hujan Kabupaten
Gowa menurut data badan pusat statistik (BPS Kabupaten Gowa 2018) dengan
mengunakan alat mengukur curah hujan Rain Gauge. Curah hujan kabupaten Gowa
sangat cocok dengan kondisi pertanian, terlihat pada hasil komoditi yang dihasilkan
para petani, banyaknya komoditi yang menjadi unggulan khususnya pada sektor
tanaman pangan. Komoditi unggulan ini yang membantu pertumbuhan pendapatan
daerah Kabupaten Gowa.

1.2.2. Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Ubi Jalar


Klasifikasi Tanaman Ubi Jalar

Kingdom : Plantae
Sub kingdom : Viridiplantae
Infra kingdom : Streptophyta
Divisi : Tracheophyta
Sub divisi : Spermatophytina
Kelas : Magnoliopsida
Super ordo : Asteranae
Ordo : Solanales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea L.
Spesies : Ipomoea batatas (L.) Lam
Morfologi Tanaman Ubi Jalar

1. Morfologi Akar Tanaman Ubi Jalar

Bagian yang dapat dimanfaatkan dari tanaman ini adalah akarnya. Akar telah
membentuk seperti umbi, dan kandungan yang terdapat didalamnya sangat
banyak sehingga bagian ini sering dimanfaatkan oleh banyak orang.

Ukurannya bervariatif, ada yang panjang, ada juga yang pendek, memiliki
diameter besar sampai sedang. Warna umbi akan ditentukan sesuai dengan
spesies, ada yang ungu, kuning, orange dan putih.

2. Morfologi Batang Tanaman Ubi Jalar

Cara pembudidayaan ubi ini dengan melalui stolon atau batang rambatnya.
Budidaya seperti ini tidak begitu sulit, tinggal menggali tanah dan tanam batang
kedalam tanah.
Bentuk batangnya silindris, tumbuh secara merambat serta tegak, bercabang dan
biasanya berwarna hijau, coklat, ungu.

Rata-rata panjang batang ubi jalan ini bisa mencapai 1 hingga 2 meter baik jenis
batang yang tegak atau batang yang merambat.

3. Morfologi Daun Tanaman Ubi Jalar

Bentuk daun ubi jalar membulat, bagian tepi rata, ujungnya runcing, mirip seperti
jantung tapi ada beberapa jenis yang memiliki bentuk daun menjari. Daun
bertangkai dan mempunyai panjang 4 – 20 cm, umumnya warna daun adalah
hijau.

4. Morfologi Bunga Tanaman Ubi Jalar

Bentuk bunga tanaman ubi jalan sangat cantik, menyerupai terompet yang
tersusun dari 5 buah helai mahkota, kemudian 5 helai daun bunga, dan hanya ada
satu tangkai putik.

Sering kali bunga ditemui dengan warna putih sampai keungu-unguan, warna
tersebut juga membentuk seperti motif sehingga menambah kesan cantik pada
bagian bunganya.

1.2.3. Budidaya Tanaman Ubi Jalar


Pedoman secara teknis budidaya ubi jalar yang meliputi penyiapan bibit,
pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan perawatan, dan pemanenan.
Penjelasannya adalah sebagai berikut (Wargiono, 1989):

1. Penyiapan bibit ubi jalar

Penyiapan bibit dalam budidaya ubi jalar bisa dilakukan dengan dua cara, yakni
cara generatif dan vegetatif. Pertama adalah perbanyakan melalui umbi. Caranya
pilih umbi berkualitas baik dan sehat, kemudian dibiarkan di tempat lembab dan
teduh hingga keluar tunasnya. Tunas yang keluar dari umbi dipotong dan siap
untuk dibesarkan. Cara generatif jarang dilakukan dalam budidaya ubi jalar skala
luas. Cara ini dipakai untuk memperbanyak bibit unggul dalam skala terbatas.
Atau untuk mengembalikan sifat-sifat unggul sang induk.
Cara kedua adalah perbanyakan vegetatif dengan distek. Calon indukan diambil
dari tanaman yang berumur di atas dua bulan dengan ruas yang pendek- 14
pendek. Caranya, potong batang tanaman kira-kira sepanjang 15-25 cm. Pada
setiap potongan minimal terdapat dua ruas batang. Papas sebagian daun-
daunnya untuk mengurangi penguapan. Ikat batang yang telah distek tersebut dan
biarkan selama satu minggu di tempat yang teduh. Perbanyakan dengan cara stek
batang secara terus menerus akan menurunkan kualitas tanaman. Oleh karena
itu, perbanyakan dengan stek hanya dianjurkan untuk 3-5 generasi penanaman.

2. Pengolahan tanah untuk budidaya ubi jalar

Kondisi tanah yang cocok untuk budidaya ubi jalar adalah tanah lempung
berpasir, gembur, banyak mengandung hara dan memiliki drainase yang baik.
Budidaya ubi jalar pada tanah kering dan retak-retak, akan menurunkan imunitas
tanaman. Tanaman mudah terserang hama dan penyakit. Sebaliknya bila ditanam
ditempat becek atau basah, umbinya akan kerdil, kadar serat tinggi, umbi mudah
busuk dan bentuknya benjol. Derajat keasaman tanah yang ideal untuk budidaya
ubi jalar sekitar 5,5-7,5 pH. Tanaman ini tumbuh baik pada lahan tegalan atau
bekas sawah. Pada lahan tegalan, budidaya ubi jalar cocok dilakukan diakhir
musim hujan. Sedangkan untuk lahan sawah lebih cocok pada musim kemarau.

Budidaya ubi jalar relatif tidak membutuhkan pupuk yang banyak. Apalagi bila
ditanam di lahan bekas sawah. Sebelum menanam ubi jalar, hendaknya tanah
dibajak atau dicangkul supaya gembur. Kemudian bentuk bedengan setinggi 30-
40 cm. Buat lebar bedangan 60-100 cm dengan jarak antar bedengan 40-60 cm.
Panjang bedengan mengikuti bentuk lahan. Untuk budidaya ubi jalar secara
organik, berikan pupuk dasar berupa pupuk kandang atau kompos. Pupuk
kandang yang bagus adalah campuran kotoran ayam dan sapi atau kambing yang
telah matang. Campurkan pupuk pada saat pembuatan bedengan dengan dosis
20 ton per hektar.

3. Penanaman ubi jalar

Ubi jalar ditanam dengan cara membenamkan 2/3 stek batang kedalam tanah.
Dalam satu bedengan terdapat dua baris tanaman. Jarak antar tanaman dalam
satu baris 30 cm dan jarak antar baris 40 cm. Dibutuhkan sekitar 36 ribu batang
untuk lahan seluas satu hektar. Di awal pertumbuhan usahakan jaga kelembaban
tanah. Lakukan penyiraman setiap pagi dan sore hari pada stek yang baru
ditanam. Penyiraman bisa dihentikan setelah tanaman terlihat tumbuh, yang
dicirikan dengan keluarnya daun baru.

4. Pemeliharaan dan perawatan

Tanaman ubi adalah tanaman yang tahan kekeringan. Intensitas hujan dua
minggu sekali sudah cukup memberikan asupan air. Sehingga relatif tidak
memerlukan penyiraman secara terus menerus. Setelah 2-3 minggu penanaman,
periksa keseluruhan tanaman. Apabila terdapat tanaman yang gagal tumbuh
segera sulam dengan tanaman baru. Penyulaman dilakukan dengan cara
mencabut tanaman yang mati dan menggantinya dengan stek batang yang baru.

Pada umur 4 minggu setelah tanam, lakukan pembongkaran tanah di kiri dan
kanan tanaman, radius10 dari tanaman. Hal ini dimaksudkan supaya akar
tanaman tidak menjalar kemana-mana sehingga umbi terkonsentrasi pada jalur
penanaman. Aktivitas ini dilakukan sekaligus dengan menyiangi gulma.

Pada umur 6-8 minggu setelah tanam, tanah yang dibongkar tadi kemudian
ditutup kembali sambil merapikan akar-akar yang menjalar keluar dari jalur
penanaman. Kegiatan perapihan akar ini penting karena jika menjalar
kemanamana, umbi yang dihasilkan tidak akan terlalu besar. Jika akar tidak
ditertibkan, bisa jadi umbinya banyak namun ukurannya kecil-kecil.

5. Pemanenan budidaya ubi jalar

Pemanenan ubi jalar bisa dilakukan pada umur 3,5-4 bulan. Perhatikan cuaca
saat menjelang panen, atau umur tanaman di atas 3 bulan. Umbi siap panen yang
tibatiba tertimpa hujan deras biasanya akan membusuk. Hal ini terjadi pada
budidaya ubi jalar yang dilakukan di musim kemarau. Apabila terjadi hal tersebut
segera lakukan pemanenan, maksimal 7 hari setelah hujan. Ubi jalar adalah salah
satu komoditas tanaman pangan yang memberikan kontribusi sektor tanaman
pangan di Kabupaten Gowa.
1.2.4. Varietas Ubi Jalar
Dikenal dengan nama ketela rambat, huwi boled (Sunda), tela rambat (Jawa),
sweet potato (Inggris), dan shoyo (Jepang) merupakan sumber karbohidrat yang cukup
penting dalam sistem ketahanan pangan kita. Selain karbohidrat sebagai kandungan
utamanya, ubi jalar juga mengandung vitamin, mineral, fitokimia (antioksidan) dan serat
(pektin, selulosa, hemiselulosa).

Ada beberapa varietas ubi jalar yang ada di Indonesia yaitu Daya, Borobudur,
Prambanan, Mendut, Kawasan, Muara Takus, Cangkuang, Sewu. Sedangkan varietas-
varietas yang baru dilepas tahun 2001 antara lain: Cilembu yang berasal dari
Sumedang. Masing-masing varietas memiliki rasa khas yang berbeda-beda.

Ubi Cilembu merupakan salah satu produk pertanian unggulan bagi Pemerintah
Kabupaten Sumedang. Daerah penghasil ubi cilembu adalah Cilembu, Cadas,
Pangeran, Sumedang. Ubi cilembu berkulit gading, berurat, dan panjang, sedangkan
getahnya akan meleleh seperti madu ketika dipanggang. Ubi ini sangat manis dan
pulen, berbeda dengan ubi kebanyakan. Rasa manis dari ubi Cilembu akan lebih terasa
apabila ubi dibakar dalam open, terutama apabila ubi mentah telah disimpan lebih dari
satu minggu.

Varietas Ubi Jalar

1. Ubi jalar Cilembu

Ciri khas ubi jalar Cilembu memiliki warna daging krem dan berurat. Ubi ini sangat
manis dan pulen, lebih cocok dibakar dan direbus daripada digoreng. Ubi jalar Cilembu
juga kaya serat, antioksidan, mineral dan kandungan karbohidratnya baik untuk
program diet.

2. Ubi jalar ungu

Sesuai dengan namanya, ubi jalar ini berwarna ungu dari kulit luar hingga bagian isinya.
Selain sumber karbohidrat dan protein tinggi, ubi jalar ungu juga mengandung vitamin
A, C, B1, dan riboflavin. Ditambah zat besi, fosfor dan kalsium sehingga sangat baik
dikonsumsi untuk kesehatan tubuh. Zat antosianin yang tersimpan dalam ubi jalar ungu
ini ternyata mampu mencegah gangguan pada fungsi hati, antihipertensi dan
menurunkan kadar gula dalam darah.
3. Ubi jalar orange

Warna orange pada ubi jalar disebabkan oleh adanya senyawa betakaroten yang
berfungsi sebagai provitamin A. Kandungan betakaroten ini dapat mencegah kanker,
penuaan dini, penyakit jantung, stroke, katarak, sengatan cahaya matahari dan
gangguan otot.

4. Ubi jalar putih

Ubi jalar putih memiliki testur agak rapuh dan kaya nutrisi seperti protein, serat berupa
pektin, hemiselulosa, selulosa, antioksidan, kalsium, kalium, magnesium dan berbagai
vitamin. Maka tidak heran jika rajin mengkonsumsi ubi jalar putih dapat melancarkan
pencernaan, mencegah diabetes, meningkatkan kekebalan tubuh, kesehatan mata
hingga cocok untuk program diet sehat.

5. Ubi jalar kuning

Kandungan zat gizi yang cukup tinggi pada ubi jalar kuning adalah vitamin A.
Sedangkan nutrisi vitamin C memenuhi 37 persen kebutuhan harian tubuh. Jika ubi
jalar kuning dikonsumsi dengan cara dibakar sangat baik untuk menurunkan berat
badan karena hanya mengandung 105 kalori saja. Tidak hanya itu, ubi jalar kuning juga
memiliki zat kolin yang membantu penyerapan lemak, menyehatkan sel saraf otak
sehingga mampu menambah daya ingat.
BAB IV PENUTUP

KESIMPULAN
Komoditi ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan
penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. faktor yang
mempengaruhi terjadinya kenaikan dan penurunan produksi disebabkan oleh luas areal
panen yang mana tiap tahun mengalami fluktuasi. ubi jalar umumnya sebagai bahan
pangan sampingan masyarakat selain itu di Iian Jaya Ubi alar dijadikan makanan
pokok. Ubi jalar mempunyai varietas yang banyak, dengan karakterisik yang berbeda-
beda.
DAFTAR PUSTAKA

https://agrotek.id/klasifikasi-dan-morfologi-ubi-jalar/
https://digilibadmin.unismuh.ac.id/upload/13370-Full_Text.pdf
https://journal.unhas.ac.id/index.php/ecosolum/article/download/6852/3740/18044#:~:text=Wilay
ah%20Kabupaten%20Gowa%20terbagi%20atas,dari%20seluruh%20jenis%20penggunaan
%20lahan.

Anda mungkin juga menyukai