Anda di halaman 1dari 16

Indonesia Masa Revolusi Fisik 1945-1950

Pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia

1. Bidang Politik
Pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia Persiapan Kermerdekaan
Indonesia (PPKI) mengadakan sidang yang pertama. Hasil sidang
pertama PPKI adalah sebagai berikut.
a. Mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945 hasil rumusan
BPUPKI.
b. Menetapkan Ir. Sukarno dan Drs. Mohammad Hatta masing-
masing menjadi presiden dan wakil presiden.
c. Membentuk sebuah Komite Nasional untuk membantu tugas-tugas
presiden selama MPR dan DPR belum terbentuk.

Pada tanggal 19 Agustus 1945, presiden memanggil anggota PPKI dan


para pemuda untuk mengadakan sidang kedua.

Sidang memutuskan hal-hal berikut.


a. Membentuk Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP).
b. Membentuk 12 departeman dan menteri-menterinya.
c. Menetapkan pembagian wilayah Republik Indonesia atas 8 provinsi
beserta gubemur-gubernumya, yaitu
1. Sumatera;
2. Jawa Barat;
3. Jawa Tengah;
4. Jawa Timur;
5. Sunda Kecil;
6. Kalimantan;
7. Sulawesi, dan
8. Maluku.
Pada tanggal 22 Agustus 1945, presiden mengumumkan pembentukan
tiga badan baru sebagai berikut.
a. Pembentukan Komite Nasional Indonesia (KNI) dari tingkat
pusat sampai tingkat daerah.
b. Pembentukan Partai Nasional Indonesia (PNI).
c. Pembentukan Badan Keamanan Rakyat (BKR).

1
untuk mewujudkan hasil sidang PPKI, pemerintah membentuk badan-
badan kelengkapannegara sebagai berikut:

a. Pembentukan Badan KNIP

KNIP yang diketuai oleh Kasman Singodimejo bersidang pertama kali


pada tanggal 29 April 1945. Pada bulan Oktober 1945, Sutan Syahrir
mengusulkan dibentuknya suatu Badan Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat (BP-KNIP).

Berdasarkan Maklumat Wakil Presiden No. X tanggal 16 Oktober 1945,


KNIP diserahi tugas legislatif dan ikut menetapkan Garis-Garis Besar
Haluan Negara (GBHN). Selain itu, pemerintah juga menyetujui
pembentukan Badan Pekerja yang bertanggungjawab kepada Komite
Nasional.

b. Pembentukan Partai-Partai Politik

Pada tanggal 3 November 1945, pemerintah mengeluarkan Maklumat


Pemerintah yang ditandatangani oleh wakil presiden. Keluamya
Maklumat Pemerintah 3 November merupakan usulan dari ketua BP-
KNIP, Sutan Syahrir. Isi maklumat tersebut adalah sebagai berikut.
1) Pemerintah menghendaki adanya partai-partai politik yang
bertujuan untuk menampung segala aliran atau paham yang ada
dalam masyarakat.
2) Pemerintah berharap supaya partai-partai itu telah terbentuk
sebelum dilaksanakan pemilihan anggota Badan Perwakilan
Rakyat pada bulan Januari 1946.

Maklumat ini dimaksudkan untuk meyakinkan pihak Sekutu (Barat)


bahwa bangsa Indonesia adalah satu negara yang menganut sistem
demokrasi, bukan ne-gara boneka buatan fasis Jepang. Setelah keluar
maklumat ini, muncul berbagai partai politik di Indonesia. Misalnya,
1. Majelis Syuro Muslimin Indonesia (Ma-syumi),
2. Partai Nasional Indonesia (PNI),
3. Partai Komunis Indonesia (PKI),
4. Partai Kristen Indonesia (Parkindo), dan
5. Partai Katolik Republik Indonesia (PKRI).

2
c. Pembentukan Kabinet

Pada tanggal 2 September 1945, Presiden Sukarno membentuk kabinet


untuk mengisi departemen atau kementerian yang ada. Kabinet yang
pertama terbentuk ini adalah kabinet presidensial. Akan tetapi, kabinet
presidensial hanya berlang-sung hingga tanggal 14 November 1945.
Setelah keluamya Maklumat Pemerintah 14 November 1945, sistem
kabinet berubah menjadi kabinet parlementer.

Setelah menggunakan sistem kabinet parlementer, di Indonesia muncul


beberapa kabinet hingga tahun 1950.

Kabinet pertama pada masa sistem kabinet parlementer adalah Kabinet


Syahrir (I-III). Kabinet Syahrir jatuh setelah ditandatanganinya
Perundingan Linggajati. Selanjutnya, pemerintahan dilanjutkan oleh
Kabinet Amir Syarifuddin (I-II). Kabinet ini juga tidak dapat bertahan
lama. Kabinet Amir Syarifuddin jatuh setelah ditandatanganinya
Perundingan Renville.

Untuk mengisi kekosongan pemerintahan, dibentuklah Kabinet Hatta.


Program Kabinet Hatta adalah melakukan rasionalisasi terhadap:
1. administrasi negara,
2. angkatan perang, dan
3. aparat ekonomi
Rasionalisasi ini bertujuan untuk memangkas pengeluaran negara.
Kabinet Hatta tidak mengikut sertakan golongan sosialis Komunis
dalam keanggotaan kabinet. Oleh karena itu, Kabinet Hatta juga
dinamakan Kabinet Pisau Cukur.

2. Bidang Ekonomi
Pada awal kemerdekaan, kondisi perekonomian Indonesia sangat
memprihatinkan. Inflasi yang menimpa bangsa Indonesia sangat
menyengsarakan rakyat. Kondisi tersebut makin diperburuk oleh
tindakan Belanda yang melakukan blokade laut. Tujuan blokade laut ini
adalah untuk menjatuhkan Republik Indonesia.

Untuk menembus blokade tersebut, pemerintah mengambil langkah-


langkah sebagai berikut.

3
a. Atas persetujuan BP-KNIP, Menteri Keuangan Ir. Surachman
melakukan pinjaman nasional. Jumlah pinjaman tersebut
sebesar Rp 1.000.000.000,00 dan akan dibayar kembali dalam
waktu 40 tahun.
b. Pada bulan Oktober 1946, pemerintah RI secara resmi
mengeluarkan uang kertas baru, yaitu Oeang Repoeblik
Indonesia (ORI). Tujuan pengeluaran ORI adalah untuk
menggantikan mata uang Jepang yang telah merosot nilainya.
c. Pada tanggal 5 Juli 1946, pemerintah membentuk Bank Negara
Indonesia (BNI 1946). Untuk selanjutnya, setiap tanggal 5 Juli
diperingati sebagai Hari Bank. Tugas BNI 1946 adalah
membiayai dan membayar hutang negara serta menarik mata
uang Jepang dan menggantikannya dengan ORI.
Selain membentuk BNI 1946, pemerintah juga membentuk
Bank Rakyat Indonesia (BRI).
d. Mengadakan hubungan dagang dengan pihak luar negeri.
Hubungan dagang ini dirintis oleh badan semipemerintah
bernama Banking and Trading Corporation (BTC) di bawah
pimpinan Dr. Sumitro Joyohadikusumo. BTC berhasil
mengadakan transaksi dan mendatangkan Kapal Martin
Behram dari Amerika Serikat ke Pelabuhan Cirebon.
e. Membuka perwakilan dagang resmi di Singapura sejak tahun
1947. Perwakilan dagang ini bemama Indonesian Office
(Indoff).

Usaha-usaha yang ditempuh pemerintah tersebut cukup efektif untuk


memulihkan perekonomian Indonesia selama berlangsungnya blokade
Belanda. Bahkan, pemerintah Indonesia mampu memberikan bantuan
beras sebesar 500.000 ton kepada India yang sedang dilanda kelaparan.
Sebagai gantinya, India menjanjikan mengirimkan bahan pakaian
kepada bangsa Indonesia.

Pada tahap selanjutnya, pemerintah berusaha untuk merancang


pemecahan masalah-masalah ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia.
Wujud usaha pemerintah untuk memecahkan masalah-masalah ekonomi
adalah sebagai berikut.
a. Mengadakan Konferensi Ekonomi
Diadakannya Konferensi Ekonomi bertujuan untuk
memecahkan masalah-masalah ekonomi yang sedang dihadapi

4
bangsa Indonesia. Masalah-masalah ekonomi yang hendak
dipecahkan adalah masalah sandang, produksi dan distribusi bahan
b. Membentuk Badan Perancang Ekonomi
Terbentuknya Badan Perancang Ekonomi adalah atas inisiatif
Menteri Ke-makmuran, Dr. A.K. Gani. Badan ini bertugas
membuat rencana pembangunan ekonomi. Selanjutnya, Dr. A.K.
Gani mengemukakan pemikirannya tentang Rencana
Pembangunan Sepuluh Tahun.
c. Melakukan Rasionalisasi
Program rasionalisasi dijalankan pada masa Kabinet Hatta.
Tujuan program ini adalah menekan jumlah pengeluaran negara
melalui rasionalisasi terhadap ad-ministrasi negara, angkatan
perang, dan aparat ekonomi.

d. Meningkatkan Produksi Pangan Melalui Plan Kasimo


Plan Kasimo dikemukakan oleh Menteri Persediaan Makanan
Rakyat, I.J. Kasimo. Pada waktu itu, I.J. Kasimo mengeluarkan
rencana produksi lima tahun yang berisi anjuran untuk
memperbanyak kebun bibit dan padi unggul. Selain itu, ia juga
menganjurkan untuk
1) mencegah penyembelihan hewan pertanian, seperti sapi dan
kerbau;
2) menanami kembali tanah-tanah kosong,tenitama di Sumatera
Timur;
3) mengadakan transmigrasi penduduk Jawa ke Sumatera.

3. Bidang Militer
Selain bidang politik dan ekonomi, pembenahan-pembenahan juga
dilakukan di bidang militer. Pembenahan-pembenahan tersebut, antara
lain sebagai berikut.
a. Pembentukan Tentara Nasional Indonesia
Pada tanggal 22 Agustus 1945, pemerintah mengumumkan
dibentuknya Badan Keamanan Rakyat (BKR).
BKR bukan merupakan badan militer, tetapi semimiliter BKR
dibentuk karena pemerintah sengaja tidak mau segera membentuk
tentara nasional dengan pertimbangan politik. Pemerintah
berpendapat bahwa pembentukan tentara nasional pada saat itu akan
mengundang serangan gabungan tentara Sekutu dan Jepang.

5
Diperkirakan bahwa kekuatan nasional belum mampu menghadapi
pukulan tersebut.

Pada tahap selanjutnya, BKR baru diubah menjadi Tentara


Keamanan Rakyat (TKR) pada tanggal 5 Oktober 1945. Kemudian,
pemerintah menetapkan pejabat-pejabat pemimpin dalam lingkungari
Kementerian Keamanan Rakyat sebagai berikut.
1) Menteri Keamanan Rakyat Ad Interm:Muhamad Suryoadikusumo
(sementara)
2) Pemimpin Tertinggi TKR : Supriyadi
:
3) KepalaStafUmumTKR Urip Sumoharjo
Susunan kepemimpian ini tidak beriangsung lama. Supriyadi yang
sebelumnya ditunjuk sebagai Menteri Keamanan Rakyat tetap tidak
diketahui kabr beritanya. Hal ini menyebabkan posisi Pemimpin
Tertinggi TKR kosong.

Untuk itu, pemerintah menunjuk pejabat Pemimpin Tertinggi TKR yang


baru. Sesuai hasil Konferensi TKR, pemerintah melantik Jenderal
Sudirman sebagai Pemimpin Tertinggi TKR menggantikan Supriyadi.

Pada bulan Januari 1946, TKR diubah menjadi Tentara Keselamatan


Rakyat (TKR) dan kemudian menjadi Tentara Republik Indonesia
(TRI). TRI terus berkembang hingga mempunyai bagian Angkatan Laut
dan Angkatan Udara.

Pada tanggal 5 Met 1947, pemerintah memutuskan untuk


mempersatukan TRI dengan laskar-laskar dalam satu wadah. Akhimya,
pada tanggal 3 Juli 1947, TRI secara resmi diubah menjadi Tentara
Nasional Indonesia (TNI). Dengan demikian, TNI menjadi wadah
tunggal bagi para pejuang bersenjata.

Sementara itu, Kepolisian Negara juga mendapat perhatian pemerintah.


Pada tanggal 2 September 1945, R. Sukanto Cokrodiatmojo diangkat
menjadi Kepala Kepolisian Negara yang pertama. Melalui Penetapan
Pemerintah No. 11/SD Tanggal 25 Juni 1946, kepolisian dikeluarkan
dari Departemen Dalam Negeri dan ditempatkan langsung di bawah
perdana menteri sebagai jawatan tersendiri. Penetapan ini berlaku mulai
tanggal 1 Juli 1946. Untuk selanjutnya, setiap tanggal 1 Juli diperingati
sebagai Hari Bhayangkari.

6
Hal yang sama juga terjadi pada Angkatan Udara. Melalui Penetapan
Pemerintah No. 6/SD Tanggal 9 April 1946, TRI-AU secara resmi
terbentuk. Untuk selanjutnya, setiap tanggal 9 April diperingati sebagai
Hari Penerbangan Nasional. Untuk mengisi kepemimpinan TRI-AU,
Suryadi Suryadarma diangkat menjadi Kepala Staf TRI-AU yang
pertama dan R. Sukarmaen Martokusumo sebagai Wakil Kepala Staf
TRI-AU yang pertama.

b. Pembentukan Badan-Badan Perjuangan

Pembentukan badan-badan perjuangan adalah wujud dari ketidakpuasan


para pemuda terhadap kebijaksanaan pemerintah. Para pemuda tidak
puas dengan pembentukan BKR yang bersifat semimiliter. Oleh karena
itu, para pemuda yang tidak puas tersebut kemudian membentuk badan-
badan perjuangan atau laskar-laskar bersenjata.

Badan perjuangan pertama yang terbentuk adakah Komite van Aksi.


Badan perjuangan ini merupakan induk dari badan-badan perjuangan
lainnya. Badan-badan perjuangan yang bernaung di bawah Komite van
Aksi, antara lain sebagai berikut.
1) Angkatan Pemuda Indonesia (API) pimpinan Wikana dan
wakilnya Khairul Saleh.
2) Barisan Rakyat Indonesia (BARA) pimpinan Maruto Nitimiharjo.
3) Barisan Buruh Indonesia (BBI) pimpinan Kusnaeni dan wakilnya
Pandu Wiguna. ^

B. Perjuangan Diplomasi dan Militer untuk mempertahankan Kemerdekaan

1. Dukungan Awal Rakyat terhadap Kemerdekaan Indonesia

Setelah proklamasi dikumandangkan, rakyat Indonesia menyambutnya


dengan antusias. Berita proklamasi pertama kali dimuat dalam surat
kabar Soeara Asia di Surabaya, sedangkan UUD 1945 dimuat dalam
surat kabar Tjahaja di Bandung.

Wujud dukungan rakyat Indonesia terhadap kemerdekaan dan


pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebagai
berikut.

7
a. Rapat Raksasa di Lapangan Ikada

Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, Jakarta dilaksanakan pada tanggal 19


September 1945 atas inisiatif Komite van Aksi. Dalam rapat tersebut,
Presiden Sukarno mengemukakan pidato singkatnya. Meskipun hanya
berlangsung singkat, Rapat Raksasa di Lapangan Ikada memiliki arti
penting bagi perjuangan bangsa Indonesia. Rapat ini menunjukkan
dukungan penuh dari rakyat terhadap kemerdekaan Indonesia. Hal ini
penting bagi bangsa Indonesia dalam usahanya mempertahankan
kemerdekaan.

b. Pernyataan Sikap Sultan Hamengku Buwana IX terhadap NKRI

Pada tanggal 20 Agustus 1945, Sultan Hamengku Buwana IX


mengirimkan telegram kepada pemerintah Indonesia. Inti isi telegram
tersebut adalah pernyataan kesanggupan Sultan Hamengku Buwana IX
dan rakyat Yogyakarta berdiri di belakang pemerintah Sukarno-Hatta.
Pada tanggal 5 September 1945, pernyataan sikap tersebut dipertegas
dengan pengiriman surat pernyataan kepada pemerintah pusat.
Pernyataan sikap Sultan Hamengku Buwana IX ini memiliki arti penting
bagi perjuangan bangsa Indonesia selanjutnya, terutama dalam
mempertahankan kemerdekaan.

2. Peristiwa Heroik di Berbagai Daerah

Pada tanggal 29 September 1945, pasukan Sekutu yang tergabung dalam


AFNEI mulai masuk Indonesia. Pasukan Sekutu yang dipimpin oleh
Letjen Sir Philip Christison tersebut diboncengi NICA (Belanda). Hal
ini menimbulkan rasa curiga di kalangan rakyat Indonesia. Akibatnya,
konflik terbuka antara Indonesia, Sekutu, Belanda, dan Jepang tidak
dapat dihindari. Peristiwa heroik di berbagai daerah antara lain sebagai
berikut.

a. Insiden Bendera di Surabaya

Insiden Bendera terjadi pada tanggal 19 September 1945 di Hotel


Yamato, Surabaya. Peristiwa ini dipicu oleh penurunan bendera Merah
Putih oleh Belanda di puncak hotel Yamato dan diganti dengan bendera
Belanda. Tindakan Belanda tersebut menimbulkan kemarahan rakyat
Surabaya. Selanjutnya, para pemuda menurunkan bendera tersebut dan

8
merobek wama birunya. Kemudian, mengbarkannya sebagai bendera
Merah Putih.

b. Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran Lima Hari terjadi pada tanggal 15-20 Oktober 1945 di


sekitar Tugu Muda, Semarang. Pertempuran ini didahului oleh
pemindahan tawanan tentara Jepang dari Jakarta ke Semarang. Para
tawanan tersebut berontak kepada polisi yang menjaga pemindahan.
Para tawanan Jepang ini selanjutnya menyebarkan isu peracunan sumber
air di Candi. Situasi semakin memanas setelah dr. Karyadi (Kepala
Laboratorium Pusat Rumah Sakit Rakyat Semarang) tertembak pada sat
mengecek sumber air di Candi. Akibatnya, pertempuran antara pemuda
Semarang dengan tentara Jepang tidak terelakkan lagi.

c. Pertempuran 10 November di Surabaya

Pertempuran Surabaya terjadi pada tanggal 10 November 1945.


Pertempuran ini dipicu oleh tewasnya pemimpin tentara Sekutu di
Surabaya, yaitu Brigjend A.W.S. Mallaby. Akibat peristiwa tersebut,
Sekutu mengeluarkan ultimatum pada rakyat Surabaya untuk
menyerahkan semua senjatanya. Akan tetapi, rak Surabaya menolak
menyerahkan senjatanya. Akibatnya, terjadi pertempuran yg hebat
antara rakyat Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo melawan
Sekutu. Untuk mengenang semangat kepahlawanan rakyat Surabaya,
setiap tanggal 10 November diperingati sebagai Hari Pahlawan.

d. Palagan Ambarawa

Palagan Ambarawa terjadi pada tanggal 20 Desember 1945.


Pertempuran merupakan pertempuran antara TKR melawan pasukan
Inggris di bawah pimpinan Brigjen Bethel. Latar belakang pertempuran
ini adalah insiden yang terjadi di Magelang, yaitu pembebasan orang-
orang Belanda yang ditahan Jepang oleh tentara Sekutu yang diboncengi
NICA. Setelah bebas, para tahanan itu kemudian dipersenjatai. Pada
pertempuran ini, Letkol Isdisman sebagai Pimpinan Pasukan
Purwokerto gugur pada tanggal 26 November 1945. Selanjutnya,
Panglima Divisi Banyumas, Kolonel Sudirman ditunjuk sebagai
pemimpin pertempuran di Ambarawa.

9
e. Peristiwa Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api berawal dari keluarnya ultimatum


pimpinan sekutu di Bandung pada tanggal 23 November 1945. Sekutu
mendesak agar Bandung Utara dikosongkan dari pemuda bersenjata.
Akan tetapi, ultimatun Sekutu tersebut tidak dihiraukan oleh para
pemuda Bandung sehingga terjadi pertempuran. Ketika posisinya
terdesak, Sekutu meminta bantuan kepada pemerintah RI untuk meng
hentikan pertempuran. Pemerintah RI menyetujui permintaan tentara
Sekutu tersebut. Para pemuda diminta mengentikan pertempuran dan
hams mengosongkan Kota Bandung. Pada saat bergerak mundur, para
pemuda membakar bangunan-bangunan.

f. Pertempuran Medan Area

Pada tanggal 9 Oktober 1945, tentara Sekutu mendarat di Medan di


bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly. Tentara Sekutu masuk ke Medan
dengan diboncengi NICA. Rakyat dan tentara di Medan sudah siap
menghadapi segala kemung-kinan. Pertempuran pertama terjadi pada
tanggal 13 Oktober 1945.

Pada tanggal 18 Oktober 1945, Sekutu mengeluarkan sebuah perintah


kepada rakyat Medan untuk menghentikan pertempuran dan diminta
untuk menyerahkan senjatanya. Pada tanggal 10 Desember 1945, Sekutu
mengerahkan pasukannya secara besar-besaran untuk menggempur
rakyat Medan. Rakyat Medan tetap bertahan sampai titik darah
penghabisan. Pertempuran ini dikenal dengan sebutan Pertempuran
Medan Area.

g. Pertempuran Margarana di Bali

Pada tanggal 2-3 Maret 1946, Belanda mendaratkan pasukan di Pulau


Bali. Kedatangan Belanda tersebut disambut oleh tokoh-tokoh Bali yang
memihak Belanda. Kedatangan Belanda tersebut bertujuan untuk
menguasai Bali. Hal itu sesuai dengan kesepakatan Perundingan
Linggarjati. Wilayah Indonesia hanya meliputi Sumatera, Jawa, dan
Madura. Jadi, wilayah Bali tidak menjadi bagian dari wilayah Indonesia.

Belanda berusaha keras mengusahakan berdirinya negara boneka di


wilayah Indonesia bagian timur. Negara boneka adalah negara buatan

10
Belanda. Akan tetapi, rakyat Bali menolak kehendak Belanda tersebut.
Rakyat Bali mengangkat senjata melawan Belanda di bawah pimpinan
Letkol I Gusti Ngurah Rai.

Pada tanggal 18 November 1946, pasukan I Gusti Ngurah Rai mulai


melancarkan serangan. Serangan tersebut diarahkan ke markas Belanda
di Tabanan. Wilayah Bali yang dikuasai Belanda berhasil direbut oleh
pasukan I Gusti Ngurah Rai. Belanda segera melakukan serangan
balasan. Seluruh kekuatan tentara Belanda menyerang pasukan I Gusti
Ngurah Rai. Oleh karena kekuatan yang tidak seimbang, pasukan I
Gusti Ngurah Rai berhasil dikalahkan. Pertempuran pasukan I Gusti
Ngurah Rai disebut Perang Puputan Margarana.

Selain pertempuran-pertempuran di atas, tindakan heroik untuk


mempertahankan kemerdekaan juga berlangsung di daerah-daerah yang
lain. Tindakan tindakan heroik tersebut, antara lain Peristiwa Merah
Putih di Manado dan Peristiwa Merah Putih di Biak.

Perundingan-Perundingan Awal
Perundingan-perundingan awal antara Indonesia dan Belanda, antara
lain sebagai berikut.

a. Pertemuan Jakarta pada tanggal 27 November 1945. Pihak Indonesia diwakili


oleh Sutan Syahrir, pihak Belanda diwakili oleh H.J. van Mook, dan pihak
Sekutu diwakili oleh Sir Philip Christison.
b. Pertemuan tanggal 10 Februari 1946. Dalam pertemuan ini,
pemerintah Ingg] mengirimkan Sir Archibald dark Kerr dan Lord
Killearn sebagai penengah p rundingan. Pihak Indonesia diwakili
oleh Sutan Syahrir dan pihak Belanda c wakili oleh H.J. van Mook.
c. Perundingan Hoonge Veluwe di Belanda pada tanggal 14-25 April
1946. Pihak I donesia diwakili oleh Suwandi, dr. Sudarsono, dan
A.K. Pringgodigdo, sedangkan pihak Belanda diwakili oleh H.J van
Mook, Prof. Logemann, Dr. Idenburgh, E J.H. van Roijen, Prof. van
Asbeck, Sultan Hamid II, dan Santosa.
d. Perundingan genjatan senjata yang dilaksanakan di Jakarta pada
tanggal 20-^ September 1946. Perundingan ini diprakarsai oleh
Lord Killearn dari Inggris.

11
4. Perundingan Linggajati
Situasi keamanan di Indonesia semakin genting setelah pasukan Inggris
ditarik mulai tanggal 24 Oktober 1946 hingga akhir November 1946
untuk digantikan pasukan Belanda. Atas inisiatif Lord Killearn,
pemerintah Indonesia dan Belanda dipertemukan dalam sebuah
perundingan. Pada tanggal 10-15 November 1946, keduanya bertemu di
meja perundingan di daerah Linggajati.

Perundingan Linggajati berlangsung pada masa Kabinet Syahrir III.


Delegasi Indonesia dipimpin oleh Sutan Syahrir dan delegasi Belanda
dipimpin oleh Prof. Schermerhom. Perundingan Linggajati
ditandatangani pada tanggal 25 Maret 1947 yang berisi sebagai berikut.

a. Belanda mengakui secara de facto wilayah RI atas Jawa, Madura,


dan Sumatera. Belanda harus sudah meninggalkan wilayah de
facto Republik Indonesia selambat-lambatnya tanggal 1 Januari
1949.
b. Republik Indonesia akan bekerja sama dengan Belanda dalam
membentuk Indonesia Serikat dengan salah satu negara bagiannya
adalah Republik Indonesia.
c. Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Uni
Indonesia-B elanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

5. Agresi Militer Belanda I


Agresi Militer Belanda I adalah wujud penyimpangan terhadap
Perundingan Linggajati yang dilakukan oleh pihak Belanda. Aksi militer
yang terjadi pada tanggal 21 Juli 1947 ini mengakibatkan wilayah
Indonesia di wilayah Sumatera dan Jawa jatuh ke pihak Belanda. Agresi
Militer Belanda I terhadap wilayah Indonesia ini mendapat reaksi keras
dari dunia internasional. Dalam hal ini, Dewan Keamanan PBB
membentuk Komite Jasa-Jasa Baik untuk memperteimukan kembali
pihak Indonesia dan Belanda di meja perundingan. Komite yang
beranggotakan Belgia, Australia, danAmerika Serikal ini disebut Komisi
Tiga Negara (KTN).

12
6. Perundingan Renville
Perundingan Renvile dilaksanakan dia atas kapal USS Renville
pada tangggal 8 Desember 1947. Perundingan ini
diselenggarakan atas prakarsa komisi jasa baik bentukan Dewan
Keamanan PBB, yaitu KTN. Dalam perundingan ini, delegasi
Indonesia dipimpin oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan
delegasi Belanda dipimpin oleh Abdulkadir Wijoyoatmojo. Hasil
Perundingan Renville sangat merugikan pihak Indonesia. Wilayah
Indonesia semakin sempit dan terkurung oleh daerah-daerah
Belanda yang dibatasi oleh Garis van Mook (daerah kantong).

7. Agresi Militer Belanda II

Agresi Militer Belanda II merupakan pelanggaran terhadap hasil


Perundingan Renville. Peristiwa yang terjadi pada tanggal 19 Desember
1948 ini menyebabkan ibu kota negara Indonesia (Kota Yogyakarta)
jatuh ke tangan Belanda. Selain itu, presiden dan wakil presiden beserta
para pejabat negara juga ditawan dan diasingkan oleh Belanda.

8. Pemerintahan Darurat Republik Indonesia


Melalui Agresi Militer Belanda II, Belanda berhasil merebut Kota
Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu kota negara Indonesia. Belanda
juga berhasil menawan sebagian besar pimpinan pemerintahan Republik
Indonesia, seperti Presiden Sukamo, Wakil Presiden Mohammad Hatta,
dan Agus Salim.

Sebelum ditawan Belanda, Presiden Sukarno memberikan mandat


kepada Mr. Syafruddin Prawiranegara (Menteri Kemakmuran) agar
secepatnya membentuk pemerintah darurat di Sumatera. Untuk menjaga
kemungkinan gagalnya pembentukan pemerintah darurat di Sumatera,
Presiden Sukarno mengirimkan mandat kepada dr. Sudarsono (Duta
Besar RI untuk India), L.N. Palar (staf Kedutaan RI), dan Mr. A.A.
Maramis (Menteri Keuangan) yang sedang berada di New Delhi agar
membentuk pemerintah pengasingan (Exile Government of the Republic
of Indonesia) di New Delhi, India.

13
Pada tanggal 22 Desember 1948, Mr. Syafruddin Prawiranegara
mengumumkan berdirinya Pemerintah Darurat Republik Indonesia
(PDRI) yang berkedudukan di Bukittinggi, Sumatera Barat. Dalam
situasi ini, Mr. Syafruddin Prawiranegara adalah Kepala Pemerintahan
Republik Indonesia secara de facto. Keberadaan PDRI kemudian
diumumkan melalui radio ke seluruh dunia. Dunia intemasional sangat
mengecam tindakan Belanda di Indonesia. Dengan terbentuknya PDRI,
berarti kelangsungan hidup pemerintah Republik Indonesia dapat
dipelihara dan dijalankan.

9. Serangan Umum 1 Maret 1949


Serangan Umum 1 Maret 1949 terhadap Kota Yogyakarta yang telah
diduduki oleh tentara Belanda diprakarsai oleh Sri Sultan Hamengku
Buwana IX. Operasi penyerangan dipimpin oleh Komandan Brigade 10
daerah Wehrkreise III, Letkol Suharto. Tujuan utama serangan ini
adalah untuk mematahkan moral tentara Belanda dan membuktikan
pada dunia intemasional bahwa TNI masih mempunyai kekuatan untuk
mengadakan perlawanan.

Serangan Umum dilancarkan tepat pada pukul 06.00. Dalam


penyerangan ini, Letkol Suharto langsung memimpin pasukan dari
sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sektor barat dipimpin Letkol
Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpin Mayor Sarjono, sektor
utara dipimpin Mayor Kusno serta sektor kota dipimpin Letnan Amir
Murtono dan Letnan Masduki. TNI berhasil menduduki Kota
Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00, sebagaimana yang telah
ditentukan semula, pasukan mengundurkan diri dari kota.

10. Perundingan Roem-Roijen


Agresi Militer Belanda II terhadap wilayah Indonesia mendapat reaksi
keras dunia intemasional. Dewan Keamanan PBB kembali menyerukan
kepada kedua belah pihak untuk mengadakan perundingan. Untuk itu,
PBB membentuk United Comissions for Indonesia (UNCI) untuk
mengawasi proses perundingan.
Pada tanggal 7 Mei 1949, Perundingan Roem-Roijen disepakati oleh
kedua belah pihak. Dalam perundingan ini, delegasi Indonesia diketuai
oleh Mr. Moh. Roem, pihak Belanda diketuai oleh Dr. J.H. van Roijen,

14
dan pihak UNCI diwakili oleh Merle Cochran dari Amerika Serikat.
Perundingan ini menyepakati diadakannya Konfensi Meja Bundar di
Den Haag secepatnya.

11.Konferensi Inter-lndonesia
Konferensi Inter-lndonesia adalah konferensi yang berlangsung antara
pemerin Republik Indonesia dengan negara-negara Bijeenkomst voor
Federal Overleg (BFO). BFO adalah negara-negara boneka bentukan
Belanda. Konferensi Inter-lndonesia berlangsung dalam dua tahap.
Tahap pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 19-22 Juli
1949, sedangkan tahap kedua berlangsung di Jakarta pada tanggal 30
Juli 1949. Melalui konferensi ini, kedua belah pihak setuju untuk
membentuk Panitia Persiapan Nasional. Pembentukan panitia ini
bertujuan untuk mempersiapkan segala sesuatu selama berlangsungnya
Konferensi Meja Bundar.

12. Konferensi Meja Bundar (KMB) dan Pengakuan


Kedaulatan
Konferensi Meja Bundar (KMB) diselenggarakan di Den Haag, Belanda
pada tanggal 23 Agustus - 2 November 1949. Delegasi Indonesia dalam
konferensi ini, antara lain Drs. Moh. Hatta, Mr. Moh. Roem, Dr.
Supomo, Ir. Juanda, A.K. Pringgodigdo, dr. Sumitro Joyohadikusumo,
dan Sultan Hamid II dari BFO.

Isi kesepakatan KMB adalah sebagai berikut.

a. Belanda mengakui Republik Indonesia Serikat (RIS) sebagai


negara merdeka dan berdaulat.
b. Penyelesaian masalah Irian Barat dibicarakan satu tahun
berikutnya.
c. RIS sebagai negara yang berdaulat penuh bekerja sama dengan
Belanda dalam suatu perserikatan yang dikepalai oleh Ratu
Belanda (Juliana) atas dasar sukarela dengan kedudukan dan hak
yang sama.
d. RIS mengembalikan hak milik, hak konsesi, dan izin baru bagi
perusahaan-perusahaan Belanda.
e. Semua hutang bekas Hindia Belanda harus dibayar oleh RIS.

15
Pada tanggal 27 Desember 1949, pihak Indonesia yang diwakili oleh
Moh. Hatta menerima pengakuan kedaulatan dari Ratu Juliana dan
Perdana Menteri Willem Dress di Istana Kerajaan Belanda. Pada saat
yang sama, di Istana Merdeka Jakarta juga dilaksanakan proses serah
terima pemerintahan Hindia Belanda kepada Indonesia. Pihak Indonesia
diwakili oleh Sri Sultan Hamengku Buwana IX, sedangkan pihak
Belanda diwakili oleh A.H.J. Lovink. Dengan demikian, sejak tanggal
27 Desember 1949 pemerintah Belanda secara resmi mengakui
kedaulatan bangsa Indonesia.

Hal tersebut juga menandakan bahwa Belanda tidak mengakui


kemerdekaan Indonesia sejak tanggal 17 Agustus 1945. Belanda baru
mengakui kemerdekaan Indonesia selang empat tahun setelah
proklamasi kemerdekaan, yaitu tanggal 27 Desember 1949. Mundurnya
pengakuan kemerdekaan tersebut karena Belanda khawatir dianggap
sebagai penjahat perang karena aksinya yang ingin menguasai Indonesia
pada tahun 1945-1949.

Apabila mengakui Indonesia merdeka pada tahun 1945 sama saja


mengakui tindakan politionele acties (aksi polisionil) pada 1945-1949
adalah tindakan ilegal atau tidak sah.

13. Kembali ke Negara Kesatuan Republik


Indonesia (NKRI).
Setelah kedaulatan Indonesia diakui sebagai sebuah negara federal,
muncul berbagai tuntutan dari daerah untuk kembali ke bentuk negara
kesatuan. Daerah-daerah tersebut menuntut pembubaran RIS untuk
menuju pembentukan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Tuntutan dari daerah ini disikapi serius oleh pemerintah RIS. Pada
tanggal 19 Mei 1950, RIS bersama Republik Indonesia merundingkan
proses pembentukan NKRI. Pada tanggal 20 Juli 1950, konstitusi NKRI
yang dirumuskan RIS dan RI terbentuk. Selanjutnya, Presiden Sukarno
meresmikan konstitusi tersebut pada tanggal 15 Agustus 1950.
Akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS secara resmi dibubarkan
dan NKRI terbentuk. Dengan demikian, Indonesia kembali ke bentuk
negara kesatuan.

16

Anda mungkin juga menyukai