Anda di halaman 1dari 23

Paradigma Penelitian dan

Pengukuran Variabel
Prof. Erlina, SE, MSi, PhD, Ak, CA, CMA , CPA, CSRS, CSRA
Paradigma Penelitian
Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang menjelaskan
bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan
perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori.

Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami


suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk
menjawab masalah penelitian.

Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok


yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif
Penelitian Kuantitatif
Paradigma kuantitatif menekankan pada pengujian teori melalui
pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis
data dengan prosedur statistik.

Penelitian yang menggunakan pendekatan deduktif yang bertujuan


untuk menguji hipotesis merupakan penelitian yang menggunakan
paradigma kuantitatif.

Paradigma ini disebut juga dengan paradigma tradisional (traditional),


positivis (positivist), eksperimental (experimental), atau empiris
(empiricist).
Klasifikasi Penelitian Kuantitatif
Klasifikasi
Penelitian Kuantitatif

Tujuan Karakteristik
Penelitian Masalah

Penelitian Penelitian 1. Historis


Dasar Terapan 2. Diskriptif
3. Studi Kasus &
Lapangan
4. Korelasional
5. Kausal Komparatif
1. Induktif 1. Evaluasi
6. Eksperimen
2. Deduktif 2. Pengembangan
3. Tindakan
Perbedaan Penelitian Dasar dan Terapan
Keterangan Penelitian Dasar Penelitian Terapan
Lingkungan Penelitian Akademik Pemerintahan atau Bisnis
Insisiatif Penelitian Peneliti Klien atau sponsor
Biaya Penelitian Peneliti atau bantuan Klien melalui kontrak
Jenis Penelitian Mandiri Kelompok

Disiplin Ilmu Satu atau dua Multidisiplin


Setting Penelitian Laborataorium/ Lapangan Lapangan
Keluwesan Lebih fleksibel Kurang fleksibel
Sensitivitas Biaya Sensitivitas biaya lebih rendah Sensitivitas biaya lebih tinggi
Jadwal Penelitian Jadwal longgar Jadwal longgar
Manfaat Penelitian Pengembangan ilmu Pemecahan masalah
Sifat Penelitian Menjawab sedikit pertanyaan Menjawab beberapa pertanyaan
Jenis Pengujian Menguji signifikansi secara statistik Menguji signifikansi secara praktik
Penelitian Kualitatif
Paradigma kualitatif ini merupakan paradigma penelitian yang menekankan
pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial
berdasarkan kondisi realitas atau natural setting yang holistis, kompleks, dan
rinci.

Penelitian yang menggunakan pendekatan induksi yang mempunyai tujuan


penyusunan konstruksi teori atau hipotesis melalui pengungkapan fakta
merupakan penelitian yang menggunakan paradigma kualitatif.

Paradigma ini disebut juga dengan pendekatan konstruktifis, naturalistik atau


interpretatif (constructivist, naturalistic or interpretative approach), atau
perspektif post-modern.
Klasifikasi Penelitian Kuatitatif
Klasifikasi
Penelitian Kualitatif

Disain Pendekatan
Penelitian & Perspektif

• Human Ethology
1.Pendekatan Interpretif
2.Pendekatan Artistik
• Ecological Psychology 3.Pendekatan Sistematis

• Holistic Etnography
4.Perspektif Antropologis


5.Persepktif Sosiologis
Cognitive Antropology 6.Persepktif Biologis
• Etnography of Communication 7.Studi Kasus


8.Studi Kognitif
Symbolic Interactionism 9.Penelitian historis
Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
Paradigma Kuantitatif Paradigma Kualitatif
Realita bersifat obyektif dan ber-dimensi tunggal. Realita bersifat subyektif dan ber-dimensi banyak.
Menilai data lebih obyektif karena tidak boleh Menilai data lebih subyektif karena hasil observasi
terpengaruh oleh nilai atau kepercayaan peneliti langsung dilakukan peneliti, dan peneliti sendiri yang
atau orang lain (value free). menyim-pulkannya.
Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti. Peneliti berinteraksi terhadap fakta yang diteliti.
Menggunakan struktur teori. Tidak menggunakan struktur teori karena lebih
bertujuan menemukan teori bukan memverifikasi teori,
kecuali jika tujuan penelitiannya ingin membuktikan
atau menemukan keterbatasan dari suatu teori.
Struktur teori digunakan untuk membangun satu Tidak ada hipotesis, jika ada hipotesis tersebut
atau lebih hipotesis. bersifat implisit tidak eksplisit.
Paradigma ini menolak bahwa teori membumi Paradigma ini sejalan dengan konsep grounded theory
(grounded theory) di datanya dan berargumentasi yang dikembangkan oleh Glaser dan Straus (1969)
bahwa “fact do not speak for themselves” yang percaya bahwa cara terbaik untuk menjelaskan
(Blalock, 1969). dan membangun teori adalah dengan menemukannya
dari data. Paradigma ini menganggap bahwa teori
grounded di datanya.
Sambungan Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
Paradigma Kuantitatif Paradigma Kualitatif
Pengujian teori dengan analisis kuantitatif dan Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.
statistik.
Paradigma ini menggunakan pendekatan Paradigma ini menggunakan pendekatan induksi, yaitu
deduktif, yaitu proses pengambilan kesimpulan suatu pendekatan yang mengumpulkan data terlebih
dengan menggunakan fakta atau data empiris dahulu baru hipotesis dibuat jika diinginkan dan
untuk menguji hipotesis yang telah dibangun konklusi langsung diambil jika hipotesis tidak digunakan.
dengan menggunakan struktur teori. Dengan kata Dengan kata lain, pendekatan induksi adalah sebagai
lain, deduksi adalah proses pengambilan suatu proses mengambil kesimpulan (atau pembentu-
kesimpulan berdasarkan hasil analisis data. kan hipotesis) yang didasarkan pada satu atau lebih
fakta atau bukti-bukti.
Pendekatan ini dapat melakukan setting artifisial Paradigma kualitatif menolak bentuk terstruktur dari
dengan metode eksperimen yaitu memanipulasi penelitian. Pendekatan kualitatif juga menolak
beberapa variabel. Jika setting artifisial pengaturan-pengaturan penelitian secara artifisial.
digunakan dalam paradigma ini, maka dapat Penelitian dengan pendekatan kualitatif lebih
mengurangi validitas penelitian. menggunakan dan menjaga setting alamiah (natural)
di mana fenomena atau perilaku yang akan diamati
terjadi.
Sambungan Perbedaan Paradigma Kuantitatif dan Kualitatif
Paradigma Kuantitatif Paradigma Kualitatif
Penelitian ini kurang terfokus tetapi lebih luas, Pendekatan ini merupakan penelitian yang lebih
sehingga kurang mendalam. terfokus dan mendalam.
Penelitian ini biasanya menjelaskan dan Penelitian lebih mendetail ke hal-hal di bawah
memprediksi fenomena yang tampak, sehingga permukaan yang belum tampak, seperti misalnya
lebih mengarah ke verifikasi teori. penelitian tentang kultur. Lebih untuk menemukan
teori baru.
Dapat menggunakan data sekunder, sehingga hal Data primer harus dikumpulkan sendiri oleh peneliti
ini mempermudah peneliti dalam memperoleh yang biasanya melibatkan waktu yang cukup lama
data. (bulanan sampai dengan tahunan), peneliti harus
terlibat langsung sebagai pengobservasi di tempat
kejadian untuk memperoleh data yang mereka
perlukan.
Eksternal validiti lebih tinggi karena dapat Eksternal validiti rendah karena hanya melibatkan satu
melibatkan permasalahan yang lebih luas, permasalahaan di suatu organisasi saja. Karena data
menggunakan waktu yang lebih panjang dan primer harus diobservasi sendiri dan membutuhkan
perusahaan yang lebih banyak sebagai obyek banyak waktu untuk melibatkan banyak perusahaan.
penelitian karena tersedia di data sekunder.
Definisi Operasional
Pengoperasionalan konsep (operationalizing the concept) atau biasa juga disebut
dengan mendefinisikan konsep secara operasional adalah menjelaskan karakteristik
dari obyek ke dalam elemen-elemen yang dapat diobservasi yang menyebabkan
konsep dapat diukur dan dioperasionalkan ke dalam penelitian.

Setiap konsep variabel yang digunakan dalam penelitian harus memiliki definisi yang
jelas. Dengan definisi operasional, peneliti dapat mengumpulkan, mengukur, atau
menghitung informasi melalui logika empiris. Istilah-istilah dalam definisi operasional
harus dapat diuji dan mempunyai rujukan empiris.

Ada beberapa peneliti menganggap bahwa konsep sama dengan definisi operasional,
jika ini terjadi maka akan menimbulkan permasalahan. Definisi operasional berbeda
dengan konsep, sehingga definisi operasional antara satu penelitian dengan
penelitian lainnya akan berbeda, meskipun topiknya sama.
Tahapan Pengukuran
Pengukuran variabel yang bersifat kualitatif tidak bisa secara langsung
dilakukan. Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan untuk
melakukan pengukuran, antara lain:
a) Tentukan simbol yang akan digunakan untuk mengukur variabel
atau karakteristik yang diteliti.
b) Tentukan dimensi atau indikator yang tepat sebagai alat pengukur.
c) Tentukan skala yang digunakan, baik untuk variabel yang diukur
maupun alat ukur.
d) Tentukan kriteria yang digunakan untuk masing-masing skala
penilaian.
e) Jabarkan dimensi atau indikator ke dalam item-item observasi.
f) Untuk melihat kecocokan alat ukur, lakukan uji validitas dan
reliabilitas.
Jenis- Jenis Validitas
Validitas Keterangan
Content Validity Ukuran telah cukup mengukur sebuah konsep?
Face Validity Apakah “ahli” mengesahkan bahwa instrumen telah
mengukur apa yang seharusnya diukur?
Criterion Related Apakah ukuran dibedakan sehingga dapat membantu dalam
Validity memprediksi variabel kriteria?
Concurrent Validity Apakah ukuran dibedakan sehingga dapat membantu dalam
memprediksi variabel kriteria saat ini?
Predictive Validity Apakah ukuran dibedakan sehingga dapat membantu dalam
memprediksi variabel kriteria masa depan?
Construct Validity Apakah instrumen yang ada sesuai dengan konsep teori?
Convergent Validity Apakah kedua instrumen dalam mengukur konsep berkorelasi
tinggi?
Descriminant Validity Apakah ukuran memiliki korelasi yang rendah dengan variabel
yang seharusnya tidak berhubungan dengan variabel?
Penyusunan Daftar Pertanyaan
Peneliti harus memperhatikan beberapa faktor diantaranya:

a. Manfaat pertanyaan itu.


Pertanyan penelitian harus berkaitan dengan perumusan masalah. Usahakan
untuk memberi pertanyaan yang bisa digunakan untuk menjawab masalah
penelitian. Sedangkan pertanyaan yang tidak berkaitan dengan perumusan
masalah kurang bermanfaat untuk tujuan penelitian.
b. Cara mengajukan pertanyaan
Pertanyaan harus disusun secara cermat sehingga tidak memberi multi persepsi.
Responden dengan tingkat pengalaman dan pengetahuan yang berbeda
kemungkinan akan memberi persepsi yang berbeda atas suatu pertanyaan yang
diajukan.
Item pertanyaan diujicobakan kepada beberapa orang dengan latar belakang
yang berbeda untuk menghindari persepsi yang berbeda terhadap item
pertanyaan yang diajukan.
Sambungan Penyusunan Daftar Pertanyaan
c. Bentuk Pertanyaan
Bentuk pertanyaan yang dapat digunakan oleh peneliti adalah bentuk terbuka
(open-ended questions) atau pertanyaan tertutup (closed ended questions).
Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang memberi kebebasan kepada
responden untuk menjawab pertanyaan sesuai dengan jalan pikiran responden.
d. Rumusan pertanyaan
Pertanyaan sebaiknya dirumuskan dengan teliti agar tidak membingungkan
responden. Hindari pertanyaan yang mempunyai makna ganda yang akan
memberikan dua atau lebih jawaban yang berbeda. Contoh pertanyaan
bermakna ganda adalah: “bagaimana tanggapan anda terhadap uang kuliah di
Perguruan Tinggi A dan bagaimana kualitas para dosennya?”.
e. Format jawaban
Format jawaban diusahakan dapat mengantisipasi jawaban ‘tidak tau’, ‘tidak ada
jawaban’ dan jawaban netral.
f. Teknik skala yang digunakan
Pedoman dalam Menyusun Disain Instrumen dan Skala

1) Pahami masalah penelitian sebelum menyusun skala pengukuran


2) Pertanyaan penelitian disusun sebaik mungkin agar mudah dipahami
responden
3) Kaitkan jenis pertanyaan dengan tingkat pemahaman responden.
Gunakan pertanyaan terbuka jika pendapat kurang jelas dan sebaliknya.
4) Pertimbangkan semua asumsi secara implicit
5) Pilihlah pertanyaan yang berguna untk menjawab pertanyaan penelitian
6) Untuk pertanyaan yang sifatnya dikotomi dan pilihan berganda, usahakan
agar jawaban tidak berkaitan satu dengan lainnya.
7) Hindari jawaban ‘tidak tau’ dan netral dalam skala pengukuran.
8) Hindari pertanyaan yang bermakna ganda dimana responden diminta
menjawab dua atau lebih permasalahan dalam satu pertanyaan.
Sambungan Pedoman dalam Menyusun Disain Instrumen dan Skala

9) Susun instruksi mudah dibaca dan dapat dimengerti, gunakan layout yang
menarik dan tidak membosankan
10) Jangan memandang rendah responden
11) Gunakan tata bahasa yang baik tetapi jangan sifatnya terlalu formal dan
gunakan pertanyaan yang sederhana jangan terlalu panjang dan
kompleks
12) Hindari istilah yang tidak umum
13) Hindari pertanyaan dan jawaban yang berulang dan tidak perlu
14) Perhatikan waktu dan privacy responden
15) Pertanyaan yang sulit dan sifatnya sensitive diletakan pada akhir bagian
pertanyaan
16) Lakukan pratest sebelum melakukan pengumpulan data yag sebenarnya
17) Jangan lupa mengucapkan terima kasih pada akhir pertanyaan.
Langkah-langkah dalam Menyusun Daftar Pertanyaan

1. Menetapkan defenisi operasional yaitu membuat batasan


mengenai variable yang akan diukur. Jika ingin meneliti tentang
kepuasan kerja, maka perlu dipertegas apa yang dimaksud dengan
kepuasan kerja tersebut.
2. Menetapkan factor-faktor yaitu menetapkan unsur-unsur yang ada
dalam sebuah variabel. Misalnya untuk mengukur kepuasan kerja
maka faktor dari variable yang sesuai dengan defenisi operasional
adalah (1) kepuasan terhadap gaji, (2) kepuasan terhadap promosi,
(3) kepuasan dengan rekan sekerja, (4) kepuasan dengan penyelia,
dan (5) kepuasan terhadap pekerjaan itu sendiri (Celluci & DeVries;
1978).
Sambungan Langkah-langkah dalam Menyusun
Daftar Pertanyaan
3. Menyusun butir-butir pertanyaan. Berdasarkan factor yang telah
dkembangkan, maka langkah selanjutnya adalah menjabarkan setiap
factor dalam berbagai pertanyaan yang langsung berinteraksi dengan
responden. Misalnya: Kuesioner kepuasan kerja yang dikembangkan oleh
Celluci, Anthony J dan David L. DeVries (1978). Kuesioner ini menggunakan
skala 7 poin yaitu:

Kepuasan dengan gaji


1) Organisasi memberikan gaji lebih baik daripada pesaing
2) Gaji saya cukup sesuai dengan tanggungjawab yang saya pikul
3) Saya diberi gaji lebih rendah untuk apa yang saya berikan
4) Tunjangan yang saya terima cukup banyak
Sambungan Langkah-langkah dalam Menyusun
Daftar Pertanyaan
Kepuasan dengan promosi
1) Saya tidak suka dengan dasar yang digunakan untuk promosi dalam organisasi
saya
2) Promosi jarang terjadi di perusahaan saya
3) Jika saya melaksanakan pekerjaan dengan baik saya akan dipromosikan
4) Saya puas dengan tingkat kemajuan saya

Kepuasan dengan rekan sekerja


1) Orang yang bekerja dengan saya tidak memberikan dukungan yang cukup
kepada saya
2) Ketika saya meminta teman melakukan pekerjaan tertentu, pekerjaan tersebut
selesai
3) Saya menikmati bekerja dengan teman-teman di sisni
4) Saya bekerja dengan orang yang bertanggungjawab
Sambungan Langkah-langkah dalam Menyusun
Daftar Pertanyaan
Kepuasan dengan penyelia
1) Para supervisor saya memberi dukungan kepada saya
2) Para supervisor saya mempunyai motivasi kerja yang tinggi
3) Para supervisor saya tidak mau mndengarkan pendapat saya
4) Para supervisor saya tidak berlaku jujur terhadap saya

Kepuasan dengan pekerjaan itu sendiri


1) Pekerjaan saya sangat menarik
2) Saya merasa senang dengan tingkat tanggungjawab dalam pekrjaan saya
3) Saya lebih suka melakukan pekerjaan lain
4) Saya merasa sedikit mencapai keberhaslan dalam pekerjaan saya.
Sambungan Langkah-langkah dalam Menyusun
Daftar Pertanyaan
Dari uraian sebelumnya dapat diambil kesimpulan bahwa variable bisa
terdiri dari beberapa factor dan masing-masing factor terdiri dari
beberapa butir pertanyaan.

Jumlah butir pertanyaan dari masing-masing factor tidak harus dalam


jumlah yang sama.

Dalam contoh di atas, kebetulan setiap factor terdiri dari 4 butir


pertanyaan, hal ini bukan berarti bahwa setiap factor harus mempunyai
jumlah butir pertanyaan yang sama.
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai