GCG Terhadap Profitabilitas Saham Manufaktur
GCG Terhadap Profitabilitas Saham Manufaktur
DOI: https://doi.org/10.29303/jseh.v6i1.81
Abstrak
Kata kunci: komisaris Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Good Corporate Governance
independen; kepemilikan terhadap profitabilitas. Good Corporate Governance (GCG) terdiri dari tiga variabel,
manajerial; kepemilikan yaitu komisaris independen, kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional.
institusional; profitabilitas Sedangkan profitabilitas diukur dengan Return on Equity (ROE). Populasi penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Terdapat 43
perusahaan sebagai sampel dalam penelitian ini yang diperoleh dengan metode purposive
sampling. Data dihimpun dengan menggabungkan data cross-section dan time-series.
Selanjutnya data panel dianalisis dengan analisis regresi linier berganda menggunakan
software E-Views. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komisaris independen,
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan
terhadap profitabilitas.
Abstract
Keywords: independent This study is aimed to determine the effect of Good Corporate Governance on
commissioner; managerial profitability. Good Corporate Governance consist of three variables, which are
ownership; institutional independent commissioner, managerial ownership and institutional ownership. While
ownership; profitability profitability is measured by Return on Equity (ROE). The population of this research is
manufacturing companies that listed on the Indonesia Stock Exchange. There are 43
companies as samples in this study which were obtained by purposive sampling method.
Data collected by combining cross-section and time-series data. Furthermore, panel data
analyze by multiple linear regression analysis by using EViews software. The findings
show that independent commissioners, managerial ownership and institutional ownership
has no significant effect on profitability.
87
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 6 Nomor 1, Juni 2020 (PP. 87-94) e-ISSN: 2461-0720
Asia Development Bank (ADB), dan Komite Nasional
PENDAHULUAN
Good Corporate Governance) terlihat bahwa
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dan
Indonesia menempati peringkat terendah dari lima
Asia Tenggara pada tahun 1997 silam, menyebabkan
negara Asia yang diteliti dalam pelaksanaan GCG
banyak usaha yang berujung pada kebangkrutan.
(Sukamulja, 2004).
Kajian yang dilakukan oleh Asian Development Bank
Menurut Wibowo (2010) terdapat beberapa
(ADB) menunjukkan beberapa faktor yang memberi
kendala yang menyebabkan belum optimalnya
kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama,
pelaksanaan GCG pada perusahaan-perusahaan di
konsentrasi kepemilikan perusahaan yang tinggi;
Indonesia. Kendala tersebut dibedakan menjadi tiga,
kedua, tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan
yaitu: kendala internal, kendala eksternal dan kendala
komisaris, ketiga; inefisiensi dan rendahnya
yang berasal dari struktur kepemilikan. Kendala
transparansi mengenai prosedur pengendalian merger
internal terkait dengan komitmen dari sumber daya
dan akuisisi perusahaan; keempat, ketidak
manusia dalam perusahaan. Kendala eksternal terkait
memadainya pengawasan oleh para kreditor; dan
dengan perangkat hukum, aturan dan penegakan
kelima, terlalu tingginya ketergantungan pada
hukum. Sedangkan kendala struktur pemilik timbul
pendanaan eksternal. Sebagian besar dari kelima
dari kepemilikan yang terkonsentrasi yang terjadi
faktor yang disebutkan berhubungan dengan
pada saat suatu perusahaan dimiliki secara dominan
buruknya penerapan Good Corporate Governance
oleh seseorang atau sekelompok orang saja, sehingga
(GCG). Hal ini didukung oleh hasil penilaian yang
sulit untuk mewujudkan keadilan bagi pemegang
dilakukan oleh beberapa Lembaga internasional
saham minoritas.
seperti Standard & Poor, Pricewaterhouse Coopers,
Penerapan GCG oleh perusahaan terbuka (go
CLSA serta Moody`s Morgan yang menempatkan
public) diatur dalam Pedoman Tata Kelola
Indonesia pada urutan terbawah dalam rating
Perusahaan yang dikeluarkan oleh PT Bursa Efek
implementasi GCG (Kaihatu, 2006).
Indonesia (BEI). Hal ini tentu berkaitan dengan
Menurut penelitian yang dilakukan oleh
kepercayaan investor terhadap perusahaan terbuka
McKinsey pada Juni 2000 bahwa lebih dari 80 persen
yang sahamnya diperdagangkan di BEI. Berdasarkan
investor bersedia membayar lebih untuk saham
IDX Fact Book 2017, volume perdagangan saham
dengan perusahaan yang menerapkan GCG secara
cenderung meningkat dari tahun 2012 – 2016. Dalam
benar. Premium yang mau dibayarkan berkisar antara
periode yang sama total nilai perdagangan saham
18% sampai 27% di atas harga normal yang berlaku.
mengalami fluktuasi, namun total nilai perdagangan
Riset berikutnya dilakukan pada bulan Mei 2001 pada
saham pada tahun 2016 mengalami peningkatan yang
pasar modal berkembang dan ternyata 51 persen
berarti dibandingkan tahun sebelum, yaitu sebesar
investor menuntut adanya transparansi sebagai acuan
438 triliun rupiah. Total nilai perdagangan saham
dalam melakukan pembelian oleh investor institusi
dalam sektor-sektor industri manufaktur mencapai
dalam ( Standard & Poor, 2002 dalam Sukamulja,
370,53 triliun rupiah. Kapitalisasi pasar di perusahaan
2004).
manufaktur mencapai 2.078 triliun rupiah (36 persen
Forum for Corporate Governance in Indonesia
dari total kapitalisasi pasar) pada tahun 2016.
(FCGI) menyebutkan bahwa selain dapat
Tingginya nilai kapitalisasi pasar ini menunjukkan
memberikan proteksi bagi pemegang saham dan
banyaknya investasi yang ditanamkan dalam saham-
pemilik dana lainnya, penerapan GCG juga dapat
saham perusahaan manufaktur.
meningkatkan kinerja bisnis (www.fcgi.or.id).
Penelitian tentang pengaruh corporate
Adanya tingkat pertumbuhan yang tinggi dalam
governance terhadap profitabilitas dilakukan oleh Joh
investasi oleh institusi, meningkatnya kompetisi
(2003) serta Tjondro dan Wilopo (2011) yang
sehingga kinerja perusahaan menjadi taruhan menarik
menemukan bahwa corporate governance
atau tidaknya perusahaan tersebut, pembagian
berpengaruh positif terhadap profitabilitas
kepemilikan, munculnya skandal, korupsi dan
perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Muntiah
kekacauan dalam perusahaan, dan penurunan
(2014); Heriyanto dan Mas’ud (Heriyanto & Mas’ud,
pembiayaan oleh publik melalui perubahan wujud
2016) serta Putra dan Nuzula (2017) menunjukkan
bantuan menjadi investasi, menyebabkan pentingnya
bahwa variabel-variabel dari GCG berpengaruh
penerapan GCG (Sukamulja, 2004).
terhadap profitabilitas perusahaan. Hasil penelitian
Pelaksanaan corporate governance di
Muntiah (2014) menunjukkan bahwa ukuran dewan
Indonesia memang tertinggal dibandingkan dengan
komisaris, proporsi komisaris independen, komite
negara-negara lain, baik di dunia, maupun kawasan
audit, kepemilikan institusional dan managerial
Asia Tenggara. Dari penelitian McKinsey &
berpengaruh terhadap profitabilitas. Heriyanto dan
Company, yang dikemukakan dalam Corporate
Mas’ud (2016) menemukan bahwa dewan komisaris
Governance Investor Forum di Jakarta pada tanggal
dan dewan direksi berpengaruh terhadap profitabilitas
19 Juni 2000 (merupakan kerjasama Bank Dunia,
88
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 6 Nomor 1, Juni 2020 (PP. 87-94) e-ISSN: 2461-0720
sedangkan Putra dan Nuzula (2017) menemukan merupakan bentuk pengelolaan perusahaan yang
bahwa kepemilikan institusional berpengaruh baik, mencakup suatu bentuk perlindungan terhadap
terhadap profitabilitas. kepentingan pemegang saham (publik) sebagai
Didukung dengan penelitian-penelitian pemilik perusahaan dan kreditur sebagai penyandang
terdahulu, penelitian ini membagi GCG menjadi tiga dana ekstern. GCG akan memberikan perlindungan
variabel, yaitu: komisaris independen, kepemilikan efektif bagi pemegang saham dan kreditor sehingga
manajerial dan kepemilikan institusional. Dewan mereka yakin akan memperoleh return atas
komisaris, dewan direksi dan RUPS merupakan organ investasinya dengan benar. Corporate governance
utama dalam penerapan GCG pada perusahaan juga membantu menciptakan lingkungan kondusif
perseroan. Dimana dewan komisaris diwakili dengan demi terciptanya pertumbuhan yang efisien dan
variabel komisaris independen dan dewan direksi sustainable di sektor korporasi. Sesuai dengan
diwakili dengan variabel kepemilikan manajerial definisi dari Cadbury Committee, GCG didefinisikan
sedangkan kepemilikan institusional sebagai seperangkat peraturan yang mengatur
menggambarkan pemegang saham institusional yang hubungan antara pemegang saham, manajer, pihak
tergabung dalam RUPS. kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan kepentingan intern dan ekstern lainnya yang
fenomena yang terjadi maka menarik untuk dilakukan berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka,
penelitian tentang pengaruh Good Corporate atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan
Governance (yang terdiri dari komisaris independen, mengendalikan perusahaan (www.fcgi.or.id).
kepemilikan manajerial dan kepemilikan Corporate governance merupakan suatu subjek
institusional) terhadap profitabilitas pada perusahaan yang memiliki banyak aspek. Berdasarkan Pedoman
manufaktur yang tercatat di BEI pada periode 2014 - Tata Kelola Perusahaan (BEI, 2011) dan Komite
2016. Nasional Kebijakan Governance (KNKP, 2012)
terdapat lima prinsip dasar GCG, yaitu: transparansi
TINJAUAN PUSTAKA (transparency), akuntabilitas (accountability),
Good Corporate Governance pertanggungjawaban (responsibility), independensi
Dua teori utama yang terkait dengan corporate (independency), serta kewajaran dan kesetaraan
governance adalah stewardship theory dan agency (fairness).
theory. Ide dasar pengelolaan perusahaan bersumber Sesuai dengan Pedoman Tata Kelola
pada teori-teori ekonomi bersifat normatif, dimana Perusahaan berikut ini adalah variabel-variabel GCG
pengelolaan perusahaan dilakukan oleh manajemen dalam penelitian ini adalah:
yang diberi delegasi tanggung jawab dan wewenang a) Komisaris Independen
oleh pemilik perusahaan. Selanjutnya manajemen Dalam kerangka kerja implementasi GCG, dewan
melaporkan tanggung jawabnya pada para pemegang komisaris merupakan salah satu dari organ utama
saham dalam Rapat Umum Para Pemegang Saham dalam kerangka GCG perusahaan perseroan (BEI,
(RUPS). Stewardship theory dibangun di atas asumsi 2011). Dewan komisaris bertanggung jawab untuk
filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa mengawasi serta memberi masukan kepada
manusia pada hakekatnya dapat dipercaya, mampu direksi demi kelancaran kinerja perusahaan.
bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki Selain itu dewan komisaris bertugas memastikan
integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Inilah bahwa perusahaan melaksanakan prinsip-prinsip
yang tersirat dalam hubungan fidusia yang GCG. Mengingat tanggung jawab yang begitu
dikehendaki para pemegang saham. Dengan kata lain, besar, maka dibutuhkan adanya independensi
stewardship theory berpandangan bahwa manajemen dewan komisaris. Independensi dewan komisaris
dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik- dalam hal ini diindikasikan dengan adanya
baiknya bagi seluruh pemegang kepentingan komisaris independen dalam dewan (Pratiwi &
(Kaihatu, 2006; Sukamulja, 2004). Ghozali, 2012).
Dalam perkembangan selanjutnya, agency Dewan komisaris independen tidak boleh
theory mendapat respon lebih luas karena dipandang mempunyai hubungan dengan Direksi maupun
lebih mencerminkan kenyataan yang ada. Teori ini para Pemegang Saham dan salah satu dari
memberikan cara pandang yang baru mengenai komisaris independen harus mempunyai latar
corporate governance. Adanya vested interest belakang akuntansi atau keuangan. Jumlah
manajemen mengakibatkan perlunya proses komisaris independen harus dapat menjamin agar
keseimbangan (check and balance) untuk mekanisme pengawasan berjalan secara efektif
mengurangi kemungkinan penyalahgunaan dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
kekuasaan oleh manajemen (Sukamulja, 2004). (Putra & Nuzula, 2017; Wibowo, 2010). Dalam
Good Corporate Governance (GCG) penelitian ini komisaris independen diukur dengan
89
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 6 Nomor 1, Juni 2020 (PP. 87-94) e-ISSN: 2461-0720
menghitung proporsi dari jumlah komisaris modalnya dalam suatu perseroan tentunya
independen dari keseluruhan dewan komisaris. menginginkan pengembalian atas investasi mereka.
b) Kepemilikan Manajerial Sehingga bisa dikatakan bahwa ROE menunjukkan
Struktur kepemilikan dapat digunakan untuk seberapa efektif perusahaan menghasilkan return
mengurangi agency cost yang bersumber dari bagi para investor.
agency problem. Menurut Jensen & Meckling
(1976) struktur kepemilikan yang terdiri dari
kepemilikan institusional dan kepemilikan Earning after taxes
manajerial (Putra & Nuzula, 2017). Menurut ROE =
Jensen dan Meckling (1976) dan Fahlenbrach Shareholder’s Equity
(2007) mendefinisikan kepemilikan manajerial
adalah situasi dimana manajer memiliki saham
perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut
sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan Pengaruh Komisaris Independen Terhadap
(Pratiwi & Ghozali, 2012). Perusahaan dengan Profitabilitas
kepemilikan saham oleh manajer dipandang akan Dewan Komisaris memegang peranan penting
menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan dalam implementasi Good Corporate Governance
antara pemegang saham diluar manajemen, (GCG), karena dewan komisaris merupakan inti dari
sehingga permasalahan keagenan diasumsikan corporate governance yang bertugas untuk menjamin
akan hilang apabila terdapat manajer yang pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi
berperan juga sebagai pemilik. Dalam penelitian manajemen dalam mengelola perusahaan, serta
ini kepemilikan manajerial diukur dengan mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Untuk
menghitung persentase kepemilikan saham yang menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance
dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan. (GCG) diperlukan anggota dewan komisaris yang
c) Kepemilikan Institusional memiliki integritas, kemampuan, tidak cacat hukum
Menurut Jensen & Meckling (1976) Keberadaan dan independen; serta yang tidak memiliki hubungan
investor institusional dianggap mampu menjadi bisnis (kontraktual) ataupun hubungan lainnya
mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap dengan pemegang saham mayoritas (pemegang
keputusan yang diambil oleh manajer. Investor saham pengendali) dan dewan direksi (manajemen)
institusional memiliki kemampuan untuk baik secara langsung maupun tidak langsung.
memonitor tindakan manajemen dengan lebih Para ahli keuangan secara umum menyarankan
baik dibandingkan investor individual. Hal ini adanya komisaris independen dalam dewan untuk
disebabkan bahwa investor institusional dengan meningkatkan efektifitas dewan komisaris dalam
jumlah kepemilikan yang cukup signifikan dapat melakukan pengawasan terhadap manajemen
mengawasi manajemen untuk melakukan hal yang perusahaan dan melakukan pengendalian mewakili
tidak berpihak pada investor (Pratiwi & Ghozali, para pemegang saham (Fama&Jensen, 1983;
2012; Putra & Nuzula, 2017). Dalam penelitian ini Weisbach, 1988 dalam Setia-Atmaja (2009)).
kepemilikan institusional diukur dengan Beberapa penelitian lainnya juga menunjukkan
menghitung persentase kepemilikan saham oleh bahwa keberadaan komisaris independen
institusi lain. berpengaruh terhadap profitabilitas (Muntiah, 2014;
Rini & Ghozali, 2012). Penelitian yang dilakukan
Profitabilitas oleh Muntiah (2014) menggunakan return on equity
Profitabilitas mengukur kemampuan (ROE) sebagai pengukuran profitabilitas sehingga
perusahaan dalam memperoleh laba relatif terhadap digunakan sebagai salah satu referensi dalam
penjualan yang dimiliki, total aktiva maupun modal pembentukan model penelitian ini.
sendiri (Sartono, 2001). Profitabilitas penting dalam
usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya H1: Komisaris independen berpengaruh terhadap
dalam jangka panjang, karena profitabilitas profitabilitas pada perusahaan manufaktur di BEI.
menunjukkan apakah badan usaha tersebut
mempunyai prospek yang baik di masa yang akan Pengaruh Kepemilikan Manajerial Terhadap
datang. Rasio profitabilitas dalam penelitian ini Profitabilitas
diukur dengan Return on Equity (ROE). ROE Keputusan dan aktivitas di perusahaan dengan
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan kepemilikan manajerial tentu akan berbeda dengan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih untuk perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
pengembalian modal yang ditanamkan oleh Perusahaan dengan kepemilikan saham oleh manajer
pemegang saham. Investor yang menanamkan dipandang akan menyelaraskan potensi perbedaan
90
JSEH (Jurnal Sosial Ekonomi dan Humaniora) p-ISSN: 2461-0666
Volume 6 Nomor 1, Juni 2020 (PP. 87-94) e-ISSN: 2461-0720
kepentingan antara pemegang saham diluar H3: Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap
manajemen, sehingga permasalahan keagenan profitabilitas pada perusahaan manufaktur di
diasumsikan akan hilang apabila terdapat manajer BEI.
yang berperan juga sebagai pemilik. Sementara dalam
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, manajer
yang bukan pemegang saham kemungkinan hanya
mementingkan kepentingannya sendiri (Pratiwi & GCG
Ghozali, 2012; Putra & Nuzula, 2017). Dalam situasi
dimana manajer juga merupakan pemilik perusahaan,
maka manajer akan bekerja dengan lebih baik untuk Komisaris independen
menghasilkan keuntungan yang mengarah pada (X1)
peningkatan kemampulabaan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Hossain (2016)
pada perusahaan di Bangladesh menunjukkan bahwa Kepemilikan Profitabilitas:
kepemilikan manajerial berpengaruh positif terhadap manajerial ROE (Y)
(X2)
profitabilitas, sesuai dengan agency cost theory yang
dikemukakan oleh Jensen and Meckling. Hasil
sebaliknya ditunjukkan oleh Muntiah (Muntiah, Kepemilikan
2014) yang menemukan bahwa kepemilikan institusional
manjerial berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. (X3)