Anda di halaman 1dari 8

PRAKTIKUM MEKANIKA FLUIDA I

MODUL 5

PERIODE I (2020/2021)

Kelompok 4

Nama Mahasiswa : Aditya

NIM : 104119078

Kelas : CV3

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS PERENCANAAN INFRASTRUKTUR

UNIVERSITAS PERTAMINA

2020
PENENTUAN TIPE ALIRAN DALAM PIPA

Agriva Suryani Gultom4, Fabien4, Salsabilla Octaviani4, Aditya4, Athaya


Salsabela Safabrilia4
Program Studi Teknik Sipil, Fakultas Perencanaan Infrastruktur, Universitas
Pertamina
*Corresponding author : dity.org@gmail.com

Abstrak: Fluida yang mengalir pada pipa memiliki tipe aliran yang berbeda-beda. Tujuan dari
praktikum ini yaitu menghitung debit aliran fluida pada pipa, menghitung nilai bilangan Reynold,
dan menentukan tipe aliran berdasarkan bilangan Reynold. Praktikum ini menggunakan alat
Osborne Reynolds Apparatus dan Hydraulic Bench dengan bantuan tinta hitam. Praktikum ini
dilakukan dengan empat kali perlakuan. Debit yang didapat di salah satu perlakuan yaitu sebesar
9,18 x 10-6 m3/s. Bilangan Reynold yang didapat pada salah satu perlakuan yaitu sebesar 1455,224
dan tipe alirannya yaitu laminer.

Kata Kunci : Pipa, Tipe, Aliran, Debit, Reynold

Abstract : Fluid flowing in pipes has different types of flow. The purpose of this practicum is to
calculate the fluid flow flow rate in the pipe, calculate the Reynold number, and determine the
type of flow based on the Reynold number. This practicum uses the Osborne Reynolds Apparatus
and Hydraulic Bench with the help of black ink. This practicum was carried out with four
treatments. The discharge obtained in one treatment is 9.18 x 10 -6 m3 / s. The Reynold number
obtained in one of the treatments is 1455,224 and the flow type is laminar.

Keywords: Pipe, Type, Flow, Discharge, Reynold


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Fluida perlu dialirkan dari tempat tinggi ke tempat rendah maupun


sebaliknya. Untuk mengalirkan sebuah fluida tentunya diperlukan sabuah alat.
Alat yang umum dalam mengalirkan sebuah fluida yaitu pipa. Namun, pada
pengaliran fluida, terdapat banyak macam-macam aliran. Oleh karena itu,
praktikum kali ini akan membahas tentang macam-macam aliran pada pipa dan
perbedaannya.
Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut.


1. Bagaimana menghitung nilai debit aliran pada pipa?
2. Bagaimana menghitung nilai bilangan Reynold dari aliran pipa?
3. Bagaimana menentukan jenis aliran dari hasil perhitungan bilangan
Reynold ?

Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menghitung nilai debit aliran pada
pipa. Selain itu, kita juga akan menghitung nilai bilangan Reynold dari aliran
pipa. Tujuan terakhir dari praktikum ini adalah menentukan jenis aliran dari hasil
perhitungan bilangan Reynold.

Dasar Teori
Fluida memiliki tipe alirannya jika mengalir di dalam pipa. Tipe aliran
tersebut yaitu laminar, transisi, dan turbulen. Tipe aliran laminer merupakan aliran
fluida yang berkecepatan rendah. Bilangan Reynold yang ditunjukkan untuk tipe
aliran ini yaitu kurang dari 2000. Pada keadaan tipe aliran laminer ini, berlaku
hubungan head loss berbanding lurus dengan kecepatan linier fluida. (Subrito,
2017)

Gambar 5.1 Tipe Aliran Laminer


(Sumber : Academia.edu)
Tipe aliran kedua yaitu transisi. Tipe aliran ini merupakan aliran yang
berada di tengah-tengah tipe aliran laminar dan turbulen. Bilangan Reynold untuk
tipe aliran ini adalah diantara 2000 sampai 4000. Tipe aliran ini sangat
berpengaruh terhadap jenis pipa dan perlengkapannya. (Subrito, 2017)

Gambar 5.2 Tipe Aliran Transisi


(Sumber : Academia.edu)
Tipe aliran ketiga yaitu tipe aliran turbulen. Aliran ini merupakan aliran
yang berkecepatan tinggi. Partikel yang ada pada pipa mengalir secara tidak
teratur. Bilangan Reynold untuk tipe aliran ini yaitu lebih dari 4000. Hubungan
head loss dengan kecepatan linear fluida juga berbanding lurus.(

Gambar 5.3 Tipe Aliran Turbulen


(Sumber : Academia.edu)
Bilangan Reynolds merupakan suatu parameter similaritas aliran yang
menjelaskan gaya-gaya yang bekerja pada sebuah benda bergerak relative
terhadap fluida yang melingkupinya. Bilangan ini berbanding lurus dengan ukuran
benda maupun kerapatan dan kecepatan relative fluida tersebut, dan berbanding
terbalik dengan viskositas fluida (Wright, 2006).

METODE PENELITIAN

Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah yang
pertama kita menggunakan hydraulic bench yang merupakan alat pemompa air.
Selanjutnya kita menggunakan satu buah stopwatch. Alat selanjutnya yaitu tinta
dan gelas ukur berukuran 1000 mL. Alat terakhir yaitu osborne reynolds
apparatus.
Gambar 5.4 Hydraulic Bench
(Sumber : Modul Praktikum Mekanika Fluida)

Gambar 5.5 Osborne Reynolds Apparatus


(Sumber : Modul Praktikum Mekanika Fluida)

Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum ini yang pertama yaitu alat dan bahan
disiapkan. Lalu pompa pada hydraulic bench dipancing hingga aliran konstan.
Setelah aliran konstan, hydraulic bench dimatikan selang pancing diganti dengan
selang apparatus. Hydraulic bench dinyalakan dan bukaan katup disesuaikan
untuk menghasilkan aliran lambat melalui pipa. Air dialirkan hingga memenuhi
wadah apparatus lalu hydraulic bench dimatikan. Kran pewarna dibuka hingga
pewarna keluar. Profil kesepatan diamati dengan membuka kran output sesuai
perlakuan. Laju air volume, waktu, dan suhu aliran keluaran diukur. Kran output
ditutup. Hasil pengamatan pada masing-masing perlakuan yang berbeda dicatat.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Tabel 5.1 Data Hasil Pengamatan

Viskositas
Diameter Bilangan
Perlakua Volume Waktu Suhu Debit Kinematik Tipe
Pipa Reynold
n (m3) (s) (°C) (m3/s) Fluida Aliran
(m) (-)
(10-6x m2/s)

4 2 ×10−4
21,78 30 0,01 9,18 ×10−60,804 × 10−6 1455,224 Laminer

7 2 ×10−4 9,56 30 0,01 2,09 ×10−50,804 × 10−6 3308,458 Transisi

8 2 ×10−4 7,51 30 0,01 2,66 ×10−50,804 × 10−6 4216,418 Turbulen

11 2 ×10−4 6,2 30 0,01 3,23 ×10−50,804 × 10−6 5111,94 Turbulen

 Perlakuan 4
Vol 2× 10−4
 Q= = = 9,18 x 10-6 m3/s
t 21,78
1 1
 A = π D2 = x3,14x(0,01)2 = 7,85 x 10-5 m2
4 4
Q 9,18 x 10−6
 v= = = 0,117 m/s
A 7,85 x 10−5
v D ρ 0,117 x 0,01 x 1000
 Re = = = 1455,224
μ 0,804 × 10−6
 Perlakuan 7
Vol 2× 10−4
 Q= = = 2,09 x 10-5 m3/s
t 9,56
1 1
 A = π D2 = x3,14x(0,01)2 = 7,85 x 10-5 m2
4 4
Q 2,09 x 10−5
 v= = = 0,266 m/s
A 7,85 x 10−5
v D ρ 0,266 x 0,01 x 1000
 Re = = = 3308,458
μ 0,804 ×10−6
 Perlakuan 8

Vol 2× 10−4
 Q= = = 2,66 x 10-5 m3/s
t 7,51
1 1
 A = π D2 = x3,14x(0,01)2 = 7,85 x 10-5 m2
4 4
Q 2,66 x 10−5
 v= = = 0,339 m/s
A 7,85 x 10−5
v D ρ 0,339 x 0,01 x 1000
 Re = = = 4216,418
μ 0,804 ×10−6
 Perlakuan 11
Vol 2× 10−4
 Q= = = 3,23 x 10-5 m3/s
t 6,2
1 1
 A = π D2 = x3,14x(0,01)2 = 7,85 x 10-5 m2
4 4
Q 3,23 x 10−5
 v= = = 0,411 m/s
A 7,85 x 10−5
v D ρ 0,411 x 0,01 x 1000
 Re = = = 5111,94
μ 0,804 ×10−6
Pembahasan
Pada praktikum kali ini, praktikan menghitung debit aliran yang mengalir
pada pipa. Debit merupakan ukuran dari banyaknya volume air yang mampu
melewati suatu tempat per satuan waktu. Dari pengertian tersebut kita telah
mengetahui rumus untuk menghitung debit yaitu dengan membagi volume air
dengan waktu yang ditempuh air untuk mengalir. Waktu didapatkan
menggunakan alat stopwatch pada saat praktikum dilaksanakan.
Setelah debit, praktikan juga menghitung bilangan Reynold. Bilangan
Reynold dibutuhkan untuk mengetahui jenis aliran yang mengalir pada pipa.
Untuk menghitung bilangan Reynold, dibutuhkan data berupa kecepatan rata-rata
fluida yang mengalir, diameter dalam pipa, massa jenis fluida, dan viskositas
dinamik fluida. Kecepatan rata-rata fluida didapatkan dengan membagi debit
dengan luas penampang pipa. Setelah didapat kecepatan rata-rata fluida, nilai
bilangan Reynold dapat dicari dengan mengali kecepatan rata-rata, diameter, dan
massa jenis lalu membagi mereka dengan viskositas dinamik fluida.
Setelah mendapatkan nilai bilangan Reynold, kita bisa menentukan tipe
aliran fluida yang mengalir pada suatu pipa. Seperti yang kita ketahui, tipe aliran
fluida ada tiga jenis yaitu laminer, transisi, dan turbulen. Jika nilai bilangan
Reynold kurang dari 2000, maka tipe aliran fluida yang mengalir pada pipa yaitu
tipe laminer. Jika nilai bilangan Reynold diantara 2000 hingga 4000, maka tipe
aliran fluida yang mengalir pada pipa yaitu tipe transisi. Jika nilai bilangan
Reynold lebih dari 4000, maka tipe aliran fluida yang mengalir pada pipa yaitu
tipe turbulen.

KESIMPULAN
Debit didapatkan dengan membagi volume air dengan waktu yang
ditempuh air untuk mengalir. Pada perlakuan 4, 7, 8, dan 11, debit aliran yang
mengalir berturut-turut yaitu 9.18 x 10-6 m3/s, 2.09 x 10-5 m3/s, 2.66 x 10-5 m3/s,
dan 3.23 x 10-5 m3/s. Nilai bilangan Reynold yang didapat pada perlakuan 4, 7, 8,
dan 11 berturut-turut yaitu 1455.224, 3308.458, 4216.418, dan 5111.94. Dari nilai
bilangan Reynold tersebut, dapat diketahui tipe alirannya. Perlakuan 4 merupakan
tipe aliran laminer, perlakuan 7 merupakan tipe aliran transisi, dan perlakuan 8
dan 11 merupakan tipe aliran turbulen.

REFERENSI
1. Subrito, Pangeran Apriyono. 2017. Gesekan Aliran Melalui Pipa.
Mataram:
Universitas Muhammadiyah Mataram. (Diakses pada 09 November 2020
https://www.academia.edu/34110294/LAPORAN_MEKANIKA_FLUIDA
_GESEKAN_ALIRAN_MELALUI_PIPA_docx)
2. Hardinata, Crisvan, dkk. 2014. Aliran Fluida dalam Suatu Perpipaan.
Riau: Universitas Riau. (Diakses pada 09 November 2020
https://www.academia.edu/9717927/aliran_fluida_dalam_sistem_perpipaa
n)
3. Wright, Paul H. 2006. Pengantar Engineering Edisi Ketiga. Jakarta:
Erlangga

Anda mungkin juga menyukai