Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA ( KDM )

AMAN NYAMAN (NYERI)

Disusun Untuk Mengetahui Tugas Stase

Keperawatan Dasar Profesi

Disusun oleh :

Nur Hidayah

202102040087

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PEKAJANGAN PEKALONGAN
2021-2022
LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR AMAN NYAMAN ( NYERI )

A. Pengertian
Keselamatan adalah suatu keadaan seseorang atau lebih yang
terhindar dari ancaman bahaya atau kecelakaan. Kecelakaan merupakan
kejadian yang tidak dapat diduga dan tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan kerugian, sedangkan keamanan adalah keadaan aman dan
tentram (Tarwoto, wartonah, 2010).
Nyeri merupakan mekanisme fisiologis bertujuan untuk
melindungi diri dan disebabkan oleh stimulus tertentu (Saryono, 2010).

B. Tinjauan Anatomi dan Fisiologi


Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima
rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah
ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus
kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosiseptor.
Berdasarkan letaknya, nosiseptor dapat dikelompokan dalam
beberapa bagian tubuh yaitu pada kulit (kutaneus), somatic dalam dan
daerah visceral. Nosiseptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan. Nyeri
yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
difenisikan. Struktur reseptor nyeri somatic dalam meliputi reseptor nyeri
yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot, dan jaringan
penyangga lainnya. Karena strukturnya kompleks, nyeri yang timbul
merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi. Reseptor visceral
meliputi oragan-organ visceral seperti jantung, hati, usus, ginjal,dan
sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini biasanya tidak sensitive
terhadap pemotongan organ, tetapi sangat sensitive terhadap penekanan,
iskemia dan inflamasi.
C. Tinjauan Medis
Stimulus penghasil nyeri mengirimkan impuls melalui serabut
saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla spinalis dan menjalani salah
satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai didalam massa berwarna
abu-abu di medulla spinalis tesan nyeri dapat berinteraksi dengan
inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai otak, atau
ditransmisitanpahambatan ke korteks cerebral. Sekali stimulus nyeri
mencapai korteks cebral, maka otak menginterpretasikan kualitas nyeri
dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu
serta asosiasi kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri. Semua
kerusakan seluler disebabkan oleh stimulus termal, mekanik, kimiawi atau
stimulus listrik menyebabkan pelepasan substansi yang menghasilkan
nyeri.

D. Faktor Yang Mempengaruhi


Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu
penyebab yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.
1. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal,
kimiawi, maupun elektrik)
a. Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung
saraf bebas mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan,
ataupun luka.
b. Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf
reseptor mendapat rangsangan akibat pana satau dingin
c. Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa
yang kuat
d. Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh
aliran listrik yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
2. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau
kerusakan jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan,
jepitan atau metaphase.
a. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya
kerusakan ujung-ujung saraf reseptor akibat pembengkakan.
b. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya
pada pasien infark miokard dengan tanda nyeri pada dada yang
khas.

E. Mekanisme/Proses Kerja/ Patofisiologi


Ada empat proses yang terjadi pada perjalanan nyeri, yaitu
transduksi, transmisi, modulasi dan persepsi.
1. Transduksi
Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan
mediator biokimia (misalnya histamin, bradikinin, prostaglandin).
Mediator ini kemudian mensensitisasi nosiseptor.
2. Transmisi
Proses penyaluran impuls listrik yang dihasilkan oleh proses
transduksi sepanjang jalur nyeri, dimana molekul-molekul dicelah
sinaptik mentrasmisi informasi dari satu neuron ke neuron berikutnya.
3. Persepsi
Individu mulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi
nyeri tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan
timbulnya berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi
komponen sensorik dan afektif nyeri.
4. Modulasi atau sistem desenden
Neuron dibatang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke
tanduk dorsal medula spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor
impuls supresif.

F. Manifestasi klinis
1. Vakolasi :
a. Mengaduh
b. Menangis
c. Sesak nafas
d. Mendengkur
2. Ekspresi Wajah :
a. Meringis
b. Mengeletuk gigi
c. Mengernyit dahi
d. Menutup mata, mulut dengan rapat
e. Menggigit bibir
3. Gerakan Tubuh
a. Gelisah
b. Imobilisasi
c. Ketegangan otot
d. Peningkatan gerakan jari dan tangan
e. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok
f. Gerakan melindungi bagian tubuh
4. Interaksi Sosial
a. Menghindari percakapan
b. Fokus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri
c. Menghindar kontak sosial
d. Penurunan rentang perhatian

G. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat
mengetahui apakah ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh
pasien yang dapat menyebabkan timbulnya rasa aman dan nyaman seperti:
1. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
2. Menggunakan skala nyeri
a. Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih
dapat berkomunikasi dengan baik
b. Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat
menunjukkan lokasi nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti
instruksi yang diberikan
c. Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa
merespon, namun terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang
diberikan.
d. Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

H. Penatalaksanaan
1. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan
dan stress. Teknik relaksasi memberikan individu control diri ketika
terjadi rasa tidak nyaman ataun yeri stress fisik dan emosi pada nyeri.
Dalam imajinasi terbimbing klien menciptakan kesan dalam pikiran,
berkonsentrasi pada kesan tersebut sehingga secara bertahap klien
dapat mengurangi rasa nyerinya.
2. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan
memberikan individu informasi tentang respon fisiologis misalnya
tekanan darah. Hipnosis diri dapat membantu mengubah persepsi nyeri
melalui pengaruh sugesti positif dan dapat mengurangi ditraksi.
Mengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana untuk
meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah
stimulus nyeri.
3. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap
nyeri ke stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi
visual (melihat pertandingan, menonton televise, dll), distraksi
pendengaran (mendengarkan music, suara gemericik air), distraksi
pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi intelektual (bermain kartu).
4. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen
nyeri seperti pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen)
yang bekerja pada saraf perifer di daerah luka dan menurunkan
tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid (morfin, kodein) yang dapat
meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi lebih nyaman
walaupun terdapat nyeri.
5. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat
kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah
terjadinya penyakit baru seperti dekubitus.

I. Pathways
J. Pengkajian Keperawatan
1. Nyeri akut
a. Mengkaji perasaan klien
b.   Menetapkan respon fisiologi sklien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
c. Mengkaji keparahan dan kualitas nyeri
2. Nyeri kronis
Pengkajian difokuskan pada dimensi perilaku afektif dan kognitif.
Selain itu terdapat komponen yang harus di perhatikan dalam memulai
mngkaji respon nyeri yang di alami pasien :
a. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian nyeri ,perawat harus percaya ketika
pasien melaporkan adanya nyeri, meskipun dalam observasi
perawat tidak menemukan adanya cidera atau luka.
b. Pengkajian status nyeri dilakukan dengan pendekatan P,Q,R,S,T
yaitu:
P (Provocative): Faktor paliatif meliputi factor pencetus nyeri
Q (Quality): Kualitas nyeri meliputi nyeri seperti di tusuk-tusuk,
dipukul-pukul dan lain-lain.
R (Region) :Lokasi nyeri, meliputi nyeri abdomen kuadran bawah,
luka post operasi, dan lain-lain.
S (Skala) : Skala nyeriringan, sedang,berat atau sangat nyeri.
T (Time) : Waktu nyeri meliputi : kapan dirasakan, berapa lama,
dan berakhir.
c. Respon fisiologis
1) Respon simpatik
a) Peningkatan frekuensi pernafasan
b) Dilatasi saluran bronkiolus
c) Peningkatan frekuensi denyut jantung
d) Dilatasi pupil
e) Penurunan mobilitas saluran cerna
2) Respon parasimpatik
a) Pucat
b) Ketegangan otot
c) Penurunan denyut jantung
d) Mual dan munta
e) Kelemahan dan kelelahan
3) Respon perilaku
Respon perilaku yang sering di tunjukan oleh pasien
antara lain perubahan postur tubuh, mengusap, menopong
wajah bagian nyeri yang sakit mengertakan gigi, ekspresi
wajah meringis, mengerutkan alis.
4) Respon afektif
Respon afektif juga perlu di perhatikan oleh seorang
perawat. Dalam melakukan pengkajian terhadap pasien dengan
gangguan nyeri.

K. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut berhubungan dengan agens cedera fisik
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor medik
c. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan

1. Intervensi keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, diharapkan Nyeri Akut berhubungan dengan agen cedera fisik
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
a. Ekspresi wajah pasien rileks
b. Skala nyeri berkurang dari 6 ke 4
Intervensi :
1) Lakukan pengkajian nyeri
Rasional : untuk mengetahui daerah nyeri, kualitas, kapan
nyeri dirasakan, faktor pencetus, berat ringannya nyeri yang
dirasakan.
2) Monitor skala nyeri
Rasional : untuk mengetahui skala nyeri
3) Ajarkan teknik relaksasi kepada pasien
Rasional : untuk mengajarkan kepada pasien apabila nyeri
timbul
4) Kolaborasi pemberian analgetik
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanik
Tujuan : Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan faktor
mekanik dapat teratasi dengan kriteria hasil :
a. Ukuran luka berkurang
b. Bau busuk pada luka berkurang
Intervensi :
1) Observasi daerah sekitar luka
Rasional : untuk mengetahui ada tidaknya pelebaran
luka,warna sekitar kulit kemerahan tidak.
2) Lakukan perawatan luka
Rasional : untuk membersihkan area luka.
3) Ajarkan kepada pasien dan keluarga mengenai luka dan
perawatannya.
Rasional : untuk mengajarkan kepada pasien dan
keluarga mengenai perawatan luka jika sudah dirumah.
3. Ansietas berhubungan dengan status kesehatan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam,
diharapkan masalah ansietas berhubungan dengan kesehatan dapat
teratasi dengan kriteria hasil :
a. Cemas berkurang
b. Pasien nampak tenang tidak gelisah
1) Observasi tanda varbel dan non verbal dari klien.
Rasional : mengobservasi tanda varbel dan non verbal
dari klien kecemasan untuk dapat mengetahui tingkat
kecemasan yang klien alami.
2) Mengurangi atau menghilangkan penyebab kecemasan
pada klien.
Rasional : untuk mengingatkan ketenangan pasa klien
dan mengurangi tingkat kecemasan.
3) Anjurkan kepada keluarga untuk tetap mendampingi
klien.
Rasional : dukungan keluarga dapat memperkuat
mekanisme koping klien sehingga ansietasnya
berkurang.
DAFTAR PUSTAKA

Tarwoto dan Wartonah. 2010. Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses


Keperawatan Edisi 4. Jakarta : Salemba Medika

Potter, Patricia A dan Perry, anne G. 2010. Fundamental Of Nursing


Fundamental Keperawatan Buku 2 Edisi 7. Trans.nggie, Adrina F Dan
Alba, Arina.Indonesia : Elsefier

Saryono dan Widiyanti. 2010. Kebutuhan dasar Manusia. Yogyakarta : Nuna


Medik.

Anda mungkin juga menyukai