Anda di halaman 1dari 8

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/326821924

PERGESERAN PARADIGMA PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN TINGGI

Article  in  JURNAL PETIK · May 2018


DOI: 10.31980/jpetik.v2i1.60

CITATION READS
1 5,927

1 author:

Dian Rahadian
Institut Pendidikan Indonesia, Indonesia, Garut
12 PUBLICATIONS   24 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Dian Rahadian on 22 October 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PERGESERAN PARADIGMA
PEMBELAJARAN PADA PENDIDIKAN
TINGGI
Dian Rahadian
Pend. Teknologi Informasi STKIP GARUT
dian.rahadian@yahoo.com

ABSTRAK. --- Terdapat tiga fungsi pendidikan tinggi menurut cara mengajar yang berlaku bagi seluruh mahasiswanya dengan
Undang-undang no.12 pasal 4 tahun 2012 tentang pendidikan perkuliahan satu arah serta mengharapkan para mahasiswa
tinggi, yaitu (1) Mengembangkan kemampuan dan membentuk untuk memahami materi dan mampu mengerjakan tugas sendiri.
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka Penyelenggaraan pendidikan dimaksudkan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa; (2) Mengembangkan Sivitas
membantu manusia menjadikan dirinya sebagaimana mestinya
Akademika yang inovatif, responsif, kreatif, terampil, berdaya
saing, dan kooperatif melalui pelaksanaan Tridharma; dan (3) sesuai dengan yang mereka mampu, dan para pendidik harus
Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan mampu memahami mereka dalam aktualitas, kemungkinan-
memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora. Untuk kemungkinan dan idealitasnya serta para pendidik harus tahu
menjalankan ketiga fungsi tersebut di atas, perguruan tinggi harus bagaimana menumbuhkan perubahan-perubahan yang
mampu menyelenggarakan pembelajaran yang sangat diinginkan oleh mereka (Phenix, 1986:17). Ki Hajar Dewantara
mendukung terhadap pengembangan potensi setiap peserta didik (dalam Majelis Luhur Persatuan Taman Siswa, 2004:14)
dan pengajaran yang efektif. Perubahan paradigma pembelajaran memandang pendidikan sebagai daya upaya untuk memajukan
terjadi dari paradigma berfokus pada guru/dosen menjadi bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
pembelajaran berfokus pada peserta didik atau mahasiswa. Pada
(intellect) dan tubuh anak. Dan, tujuan pendidikan nasional
pendidikan tinggi dikenal Student-Centered Learning sebagai
pembelajaran yang berfokus pada mahasiswa. Keterpaduan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang nomor 20
lembaga pendidikan dalam menghasilkan pembelajaran yang tahun 2003 adalah berkembangnya potensi peserta didik agar
berkualitas yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa menjadi menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
bentuk yang utuh dalam pendekatan ini. Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
Kata Kunci: Paradigma Pembelajaran, Pendidikan Tinggi. bertanggung jawab.
Terdapat tiga fungsi pendidikan tinggi menurut
A. RASIONAL Undang-undang no.12 pasal 4 tahun 2012 tentang pendidikan
Memaknai pembelajaran merupakan upaya yang tinggi, yaitu:
dilakukan oleh setiap orang sejak ribuan tahun yang lalu. 1. Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
Banyak orang yang menganggap belajar adalah membaca dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
menghapal. Hammond, Austin, Orcutt, dan Rosso (2001:3) mencerdaskan kehidupan bangsa;
mengatakan bahwa “Many classrooms today continue a 2. Mengembangkan Sivitas Akademika yang inovatif,
transmission-based conception of learning as the passing on of responsif, kreatif, terampil, berdaya saing, dan kooperatif
information from the teacher to the student, with little interest melalui pelaksanaan Tridharma; dan
in transforming it or using it for novel purposes”. Kenyataannya 3. Mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
bahwa pada saat ini banyak pembelajaran yang dilakukan di dengan memperhatikan dan menerapkan nilai Humaniora.
ruang kelas dengan hanya melanjutkan konsep pembelajaran Untuk menjalankan ketiga fungsi tersebut di atas, perguruan
berbasis tranmisi. Artinya, pembelajaran dilaksanakan hanya tinggi harus mampu menyelenggarakan pembelajaran yang
untuk menyampaikan informasi dari guru kepada siswanya dan sangat mendukung terhadap pengembangan potensi setiap
hanya sedikit pula upaya yang dilakukan untuk menggunakan peserta didik dan pengajaran yang efektif. Bahkan, dalam
informasi tersebut untuk tujuan yang baru. Tapscott (2009:122) tantangan globalisasi, Jarvis (Report on the Preparatory
mengkritisinya dengan mengatakan “…the education system in Meeting for the World Conference on Higher Education,
many places is lagging at least 100 years behind. The model of 1998:32) menegaskan bahwa “…universities need to adapt
education that still prevails today was designed for the rapidly to the new demands being placed upon them by the new
Industrial Age. It revolves around the teacher who delivers a groups of mature students emerging as a result of these trends
one-size-fits-all, one-way lecture. The student, working alone, is in order to retain their position of the major providers of high
expected to absorb the content delivered by the teacher”. level learning opportunities”. Adaptabilitas perguruan tinggi
Kritikan tersebut menegaskan bahwa pembelajaran yang dengan tuntutan-tuntutan yang dihadapi oleh para peserta didik
dilakukan dalam upaya pendidikan harus sesuai dengan dalam meningkatkan kapabilitasnya adalah suatu keharusan.
perkembangan jaman. Seorang dosen tidak bisa melakukan satu Kecenderungan-kecenderungan dalam pembelajaran orang

1
dewasa (pendidikan tinggi), Jarvis (2001) memandang bahwa dan perlawanan. Kondisi tersebut di atas melatar belakangi
“the relationship between work and education is part of the perilaku mahasiswa. Menurut Knowles (hal.45), “They have
dominant discourse at the present time”. largely resolved their identity-formation issues; they are
Kegiatan pembelajaran sebagai implementasi dari identified with an adult role. Any experience that they perceive
tujuan tersebut harus mampu menciptakan kesempatan dan as putting them in the position of being treated as children is
peluang bagi para peserta didik untuk mengembangkan bound to interfere with their learning”.
kompetensi global. Dimana, elemen utama kompetensi global Asumsi yang kedua menyatakan bahwa sebagai
antara lain “…habits of the mind that embrace tolerance, a pribadi yang dewasa, “…he accumulates an expanding
commitment to cooperation, an appreciation of our common reservoir of experience that causes him to become an
humanity, and a sense of responsibility” (NEA,2010). Urgensi increasingly rich resource for learning, and at the same time
kualitas pengajaran dan pembelajaran pada pendidikan tinggi provides him with a broadening base to which to relate new
menjadi sangat penting untuk menghasilkan para lulusan yang learnings” (hal.45). mengacu pada hal tersebut, maka peran
mampu beradaptasi, kreatif dan berfikir kritis untuk guru dalam mengajar antara lain adalah pengemasan presentasi
membangun masa depannya. audio-visual, dan memberikan referensi bacaan untuk
Dalam pembaharuan sistem pendidikan nasional telah mendukung diskusi, praktek di laboratorium, simulasi,
ditetapkan visi, misi, dan strategi pembangunan pendidikan pengalaman lapangan, team project, serta teknik-teknik
nasional. Visi pendidikan nasional adalah terwujutnya sistem tindakan pembelajaran lainnya. Optimalisasi pengalaman
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa mahasiswa dalam belajar merupakan suatu keharusan karena
untuk memberdayakan semua Warga Negara Indonesia, apabila mengabaikan pengalamannya akan diartikan pula
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga pengabaian dirinya sebagai pribadi.
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu Asumsi yang ketiga menyatakan bahwa seorang yang
berubah. Terkait dengan visi tersebut, telah ditetapkan dewasa, kesiapan belajarnya akan menurunkan produk
serangkaian prinsip yang dijadikan landasan dalam pelaksanaan perkembangan biologisnya dan tekanan akademis serta
reformasi pendidikan. meningkatkan produk tugas-tugas perkembangannya yang
Salah satu prinsip tersebut adalah bahwa pendidikan diminta bagi kinerja pengembangan peran sosialnya. Artinya,
diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan “learners are ready to learn those things they "need" to because
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. of the developmental phases they are approaching in their roles
Dalam proses tersebut harus ada pendidik yang memberikan as workers, spouses, parents, organizational members and
keteladanan dan mampu membangun kemauan, serta leaders, leisure time users, and the like..”(hal.47). Implikasinya
mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Prinsip adalah pentingnya pemilihan waktu untuk menyesuaikan
tersebut menyebabkan adanya pergeseran paradigma proses (bertepatan) pelaksanaan pengalaman pembelajaran dengan
pendidikan, dari paradigma pengajaran ke paradigma tugas-tugas perkembangan para mahasiswa. Dalam
pembelajaran. Kampus tidak lagi berperan sebagai penyedia pengamatannya, “…a good deal of professional education is
pengajaran melainkan sebagai penghasil pembelajaran. totally out of phase with the students' readiness to learn”.
Asumsi yang keempat mengatakan bahwa anak-anak
B. PEMBELAJARAN ORANG DEWASA telah dikondisikan untuk mencapai tujuan mata pelajaran dalam
Pelaksanaan pembelajaran di Perguruan Tinggi setiap pembelajaran, sedangkan orang dewasa cenderung untuk
tentunya harus berbeda dengan pendidikan menengah dan dasar. mampu memecahkan masalah dalam setiap pembelajarannya.
Peserta didik pada perguruan tinggi adalah orang dewasa Perbedaan inilah yang menjadi dasar adanya perbedaan hasil
dengan kompleksitasnya sebagai manusia. Terdapat empat dalam perspektif waktu. Dalam perspektif waktu pembelajaran
asumsi yang melandasi teori pendidikan bagi orang dewasa, anak-anak, bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah
menurut Knowles dalam Andragogical Theory (1973:45), dasar adalah memiliki pengaruh fungsi yang sedikit bagi
antara lain adalah “(1) Changes in self-concept, (2) the role of persiapan yang lebih baik menjelang dewasa, tetapi sebagai
experience, (3) readiness to learn, and (4) orientation to persiapan untuk belajar lebih baik di tingkat lanjutnya serta
learning”. Asumsi changes in self-concept diartikan sebagai “a berlangsung hingga sekolah menengah atas. Sementara, orang
person grows and matures his self-concept moves from one of dewasa belajar hari ini agar bisa diterapkan pada hari esok.
total dependency (as is the reality of the infant) to one of Asumsi ini memiliki dampak yang sangat besar terhadap
increasing self directedness”. organisasi kurikulum dan pengalaman pembelajarannya.
Asumsi perubahan pada konsep diri (Changes in Self- Dalam pendidikan orang dewasa, terdapat dua puluh
Concept) adalah bahwa sebagai pribadi yang tumbuh dan prinsip yang dapat digunakan yang berasal dari tiga rumpun
dewasa konsep dirinya bergerak dari seseorang yang penuh teori belajar yaitu Stimulus-Response Theory, Cognitive Theory,
ketergantungan menjadi seseorang yang meningkatkan otoritas dan Motivation and Personality Theory. Berikut dalam tabel di
dirinya dan secara psikologi ia menjadi dewasa. Pada kondisi bawah ini prinsip-prinsip pengajaran yang dapat digunakan bagi
ini, muncul kebutuhan psikologisnya untuk dianggap oleh orang pendidikan orang dewasa:
lain sebagai orang yang memiliki kewenangan atas dirinya dan,
apabila berada pada situasi yang tidak sesuai dengan konsep
dirinya, maka akan muncul reaksi yang buruk yaitu kebencian

2
STIMULUS- COGNITIVE MOTIVATION bertentangan harus mahasiswa
RESPONSE THEORY AND dengan memberikan bisa
THEORY PERSONALIT kebebasan pengaruh menentukan
Y THEORY pendekatan S- terhadap dampak
1. Para mahasiswa 1. Masalah 1. Kemampuan R. pembelajaran kebermanfaa
harus lebih aktif pembelajaran mahasiswa 6. Penggerakan/d . tan dan
dari pada seharusnya adalah orongan 4. Umpan balik kerugian
menjadi lebih penting dan penting kognitif berbagai hal
sebagai terstruktur ketentuan dilakukan mengkonfirm yang
pemerhati dan dan harus dibuat dalam asikan mendorong
pendengar yang disampaikan untuk pembelajaran. pengetahuan pembelajara
pasif. bahwa fitur- mahasiswa 7. Konflik dan yang benar n.
2. Pentingnya fitur yang yang lambat prustasi pasti dan 5. Situasi
pengulangan esensial dan lebih akan terjadi pembelajaran tujuan yang
dalam terbuka untuk cepat sesuai dalam proses yang salah. sama
memperoleh diperiksa/diti dengan pembelajaran 5. Penetapan memunculka
keterampilan njau oleh kemampuan yang sulit dan tujuan oleh n motivasi
dan para khususnya. diskriminan mahasiswa yang tepat
meningkatkan mahasiswa. 2. Perkembang serta dalam sama bagi seorang
daya ingat 2. Pengelolaan an pasca kondisi sosial pentingnya mahasiswa
setelah belajar. pengetahuan kelahiran dimana dengan namun tidak
3. Penting untuk seharusnya mungkin kehendak yang motivasi bagi yang
dilakukan menjadi sama tidak sesuai pembelajaran lainnya.
penguatan; pokok yang pentingnya muncul. Harus dan Sebagai
harus diberikan esensial bagi dengan dipersiapkan kesuksesan contoh, ada
penghargaan para guru dan kemampuan alternatif serta yang
apabila pada perencana dan penyelesaianny kegagalanny termotivasi
saat pendidikan ketertarikan a. a menetapkan oleh afiliasi
pengulangan sehingga bawaan dan bagaimana (hubungan),
mampu arahan dari turunan, dia ada juga
memberikan sederhana ke karenanya menyusun yang
jawaban yang kompleks mahasiswa tujuan-tujuan termotivasi
sesuai dan bukan dari harus masa oleh
benar. kesewenanga memahami depannya. prestasi.
4. Generalisasi n, bagian pengaruh- 6. Pemikiran 6. Pengelolaan
dan yang tidak pengaruh yang berbeda motivasi dan
diskriminasi penting yang dapat yang nilai dalam
menyarankan menjadi membentuk menuntun individu
pentingnya sesuatu yang perkembang pada adalah
praktek dalam bermakna, annya. pemecahan relevan.
konteks yang tetapi sebagai 3. Pembelajara masalah yang 7. Atmosfir
beragam gantinya dari n secara inventif atau kelompok
sehingga sesuatu yang budaya menciptakan pembelajara
pembelajaran sederhana relatif, baik yang tidak n akan
akan menjadi menjadi budaya diketahui mempengar
lebih sesuai sesuatu yang mayoritas (baru) dan uhi
dengan luasnya lebih maupun produk kepuasan
stimulan. kompleks minoritas bernilai, dalam
5. Pembaharuan lagi. harus harus pembelajara
dalam perilaku 3. Pembelajaran memberikan dipelihara n sebaik
dapat secara pengaruh bersama produk
ditingkatkan budaya terhadap pemikiran pembelajara
melalui relatif, baik pembelajara yang n.
pemodelan, budaya n. konvergen
penandaan, mayoritas 4. Tingkat yang akan
pembentukan, maupun kegelisahan mengarahkan
dan tidak minoritas pribadi pada jawaban

3
yang benar a valued goal”, dimana, menurutnya terdapat empat kunci
secara logika. kualitas kreatifitas yaitu:
1. the ability to identify new problems, rather than depending
Dalam pandangan konstruktivisme, para mahasiswa on others to define them;
memainkan peranan yang aktif dalam ‘membangun’ 2. the ability to transfer knowledge gained in one context to
pemahaman mereka sendiri. Pengetahuan tidak dapat dipandang another in order to solve a problem;
sebagai sesuatu yang tetap dan berada bebas di luar para 3. a belief in learning as an incremental process, in which
mahasiswa. Peters, Cornu, dan Collins (2003) mengatakan repeated attempts will eventually lead to success; and
bahwa pemebelajaran merupakan suatu proses akomodasi atau 4. the capacity to focus attention in the pursuit of a goal or
adaptasi berdasarkan pada pengalaman baru atau ide-ide. set of goals
Pendekatan konstruktivist menuntut para mahasiswa untuk Berkaitan dengan kebijakan tersebut di atas,
menjadi aktif dan percaya terhadap diri dan kemampuan sendiri. Hargreaves, Lieberman, Fullan, dan Hopkins (2010) mencatat
Dukungan dosen dalam pembelajaran menjadi sangat penting beberapa tema dalam fokus kebijakan pendidikan nasional di
untuk membantu para mahasiswa mengkonstruk pengetahuan beberapa negara, antara lain:
yang dikembangkannya. Bruner (1996) mengatakan bahwa 1. standards-based measures to improve attainment in
“The teacher’s skill in establishing learning conversations with essential outcomes, especially numeracy and literacy;
and amongst students is also fundamental to the construction of 2. reporting, assessment and accountability based on key
knowledge”. Pernyataan tersebut ditegaskan pula oleh Peters, performance indicators;
Cornu, dan Collins (2003) bahwa “learning conversations allow 3. increasing post-compulsory participation by expanding
students and teachers to identify prior learning and exploit the higher education and creating new schoolwork pathways
difference between what is already known and what might be and higher vocational qualifications;
constructed as new knowledge”. Dengan demikian tugas-tugas 4. reshaping the educational workforce to emphasise
pembelajaran seharusnya menjadi student-centered atau flexibility, professional development, specialisation of
setidaknya memberikan peluang bagi para mahasiswa professional and praprofessional roles and performance
menentukan pilihan. management;
Dari berbagai tema fokus kebijakan pendidikan tersebut di atas,
C. TANTANGAN PEMBELAJARAN dapat dimaknai bahwa berbagai negara telah menyiapkan
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi bangsanya untuk siap bersaing secara terbuka di era ekonomi
(ICT) telah meningkatkan level kompetensi untuk mencapai berbasis pengetahuan ini.
kesuksesan di era ekonomi berbasis pengetahuan seperti saat ini.
Perubahan yang global dengan liberalisasi pendidikan telah D. PARADIGMA DALAM PENDIDIKAN: PARADIGMA
menuntut lembaga pendidikan untuk mampu menghasilkan PENGAJARAN DAN PEMBELAJARAN
kualitas peserta didik yang dapat bersaing secara kompetitif Sebagai implikasi dari globalisasi dan reformasi
agar dapat diterima pasar. Tuntutan untuk memenuhi kebutuhan tersebut, terjadi perubahan pada paradigma pendidikan.
pasar ini pada akhirnya akan mendorong lembaga pendidikan Perubahan tersebut menyangkut empat hal (BSNP, 2010).
kita menjadi lebih bercirikan knowledge based economy Pertama, paradigma proses pendidikan yang berorientasi pada
institution. Punie, Zinnbauer and Cabrera (2006) mengatakan, pengajaran dimana guru lebih menjadi pusat informasi, bergeser
“There is evidence that educational achievements are positively pada proses pendidikan yang berorientasi pada pembelajaran
influenced by ICT”. Dan, terdapat bukti bahwa prestasi dimana peserta didik menjadi sumber (student center). Dengan
pendidikan dipengaruhi secara positif oleh ICT (TIK). Namun, banyaknya sumber belajar alternatif yang bisa menggantikan
temuan tersebut menyatakan bukan hanya TIK yang ada di fungsi dan peran guru, peran guru berubah menjadi fasilitator.
sekolah tetapi termasuk juga TIK yang didapatkan para peserta Kedua, paradigma proses pendidikan tradisional yang
didik yang ada di luar sekolah. berorientasi pada pendekatan klasikal dan format di dalam
Implikasi dari era ekonomi berbasis pengetahuan kelas, bergeser ke model pembelajaran yang lebih fleksibel,
adalah adanya kecenderungan peningkatan layanan untuk seperti pendidikan dengan sistem jarak jauh. Ketiga, mutu
produk-produk jasa dan informasi, industri inovatif, pekerja pendidikan menjadi prioritas (berarti kualitas menjadi
yang terdidik yang memiliki kemampuan untuk menanggapi internasional). Keempat, semakin populernya pendidikan
permasalahan kompleks secara fleksibel, berkomunikasi secara seumur hidup dan makin mencairnya batas antara pendidikan di
efektif, kemampuan mengelola informasi, mampu bekerja sekolah dan di luar sekolah.
dalam tim, menghasilkan pengetahuan yang baru serta tuntutan- Mengacu pada paradigma pengajaran dan
tuntutan terhadap penguasaan kompetensi yang pembelajaran sebagaimana tersebut di atas, paradigma
berketerampilan tinggi (advanced skills). Implikasi ini pengajaran lebih memfokuskan pada peningkatan kuantitas
membutuhkan kebijakan kreatif dalam penyelenggaran informasi, sedangkan paradigma pembelajaran fokus pada
pendidikan dan pengembangan proses pembelajarannya agar efisiensi dan efektifitas proses pembelajaran mengenai apa yang
menghasilkan capaian pembelajaran sebagaimana yang diketahui oleh peserta didik dan apa yang mampu mereka
diharapkan. Pope (2005) mendefinisikan kreativitas sebagai lakukan terhadap informasi baru (Arendale). Pergeseran ini
“the application of knowledge and skills in new ways to achieve menuntut para pengajar untuk belajar dan menemukan kembali

4
sebagai sumber daya serta lingkungan pembelajaran yang be collaborative (pendidikan yang kolaboratif); learning should
terbarukan yang diharapkan dan dibutuhkan oleh dunia kampus have context (pembelajaran yang kontekstual); dan schools
beserta para mahasiswanya. Tuntutan ini mengarahkan para should be integrated with society (integrasi sosial).
pengajar untuk mengintegrasikan diri dengan komunitas Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan
akademis dan mahasiswa sebagai sumber pembelajaran. pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Berkaitan dengan kondisi tersebut di atas, Barr dan Peserta didik ditempatkan sebagai subyek pembelajaran yang
Tagg (1995) mengatakan bahwa pergeseran paradigma ini secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang
menjadikan kampus sebagai lembaga yang hadir untuk dimilikinya. Mereka tidak lagi dituntut untuk mendengarkan
menghasilkan pembelajaran. Pergeseran ini membebaskan dan menghafal materi, tetapi berupaya mengkonstruksi
lembaga dari berbagai rangkaian kesulitan yang berkaitan pengetahuan dan keterampilannya, sesuai dengan kapasitas dan
dengan penyelenggaraan pengajaran karena misi lembaga tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak berkontribusi
adalah menghasilkan pembelajaran yang diikuti oleh seluruh untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang terjadi di
mahasiswa melalui upaya-upaya terbaik dari mereka. masyarakat. Pembelajaran berpusat pada peserta didik bukan
Paradigma pembelajaran memberikan kesempatan pada para berarti menyerahkan kendali belajar spenuhnya kepada peserta
mahasiswa untuk menetapkan batas-batas pembelajaran dan didik. Intervensi masih diperlukan dan pendidik berperan
keberhasilannya, sedangkan paradigma pengajaran berupaya sebagai fasilitator yang berupaya membantu mengaitkan
mencapai keberhasilan atas apa yang telah ditetapkan lembaga pengetahuan awal (prior knowledge) yang telah dimiliki peserta
dengan mengembangkan metode pengajaran tertentu. didik dengan informasi baru yang akan dipelajarinya. Memberi
Miller (2006) menegaskan bahwa “Learning was kesempatan pada peserta didik untuk belajar sesuai dengan cara
clearly the responsibility of the student, and its measurement dan gaya belajarnya masing-masing dan mendorong mereka
was not a high priority”. Pendapat tersebut dapat dimaknai untuk bertanggung jawab atas proses belajar yang
bahwa pembelajaran menjadi lebih bersifat pribadi atau dikenal dilakukannya. Selain itu, pendidik juga berperan sebagai
dengan istilah “Personalized Learning” (Johnson, Becker, pembimbing, yang berupaya membantu peserta didik ketika
Estrada and Freeman, 2015:26). Menurutnya, “Personalized menemukan kesulitan dalam proses mengkonstruksi
learning refers to the range of educational programs, learning pengetahuan dan keterampilannya.
experiences, instructional approaches, and academic-support Peserta didik harus dibelajarkan untuk bisa
strategies intended to address the specific learning needs, berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-
interests, aspirations, or cultural backgrounds of individual orang yang berbeda dalam latar budaya dan nilai-nilai yang
students”. Kondisi ini merupakan tantangan yang sangat sulit dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun makna,
karena “the goal of personalized learning is to enable students peserta didik perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan
to determine the strategy and pace at which they learn”. Para teman-teman di kelasnya. Dalam mengerjakan suatu proyek,
peneliti pendidikan telah menekankan tentang perlunya peserta didik perlu dibelajarkan bagaimana menghargai
pengaturan bagi landasan pembelajaran pribadi yang adaptif dan kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil
fleksibel. Kebutuhan dan dukungan belajar para peserta didik peran dan menyesuaikan diri secara tepat dengan mereka.
harus mampu difahami secara tepat sebelum merancang, Begitu juga, kampus (termasuk di dalamnya pendidik)
mengembangakan dan mengimplementasikan pembelajaran. seyogyanya dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan
lainnya di berbagai belahan dunia untuk saling berbagi
E. PERGESERAN PARADIGMA PEMBELAJARAN informasi dan penglaman tentang praktik dan metode
Dalam BSNP (2010), terdapat beberapa hal yang pembelajaran yang telah dikembangkannya. Kemudian, mereka
mencirikan adanya pergeseran paradigma pembelajaran, antara bersedia melakukan perubahan metode pembelajarannya agar
lain pandangan pembelajaran dari berpusat pada guru menuju menjadi lebih baik.
berpusat pada siswa, dari satu arah menuju interaktif, dari isolasi Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak
menuju lingkungan jejaring, dari pasif menuju aktif- memberi dampak terhadap kehidupan peserta didik di luar
menyelidiki, dari abstrak menuju konteks dunia nyata, dari kampus. Oleh karena itu, materi kajian perlu dikaitkan dengan
pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, dari luas menuju kehidupan sehari-hari peserta didik. Pendidik mengembangkan
perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, dari metode pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, dari terhubung dengan dunia nyata (real word). pengajar membantu
monomedia menuju multimedia, dari hubungan satu arah peserta didik agar dapat menemukan nilai, makna dan
bergeser menuju kooperatif, dari produksi massa menuju keyakinan atas apa yang sedang dipelajarinya serta dapat
kebutuhan pelanggan, dari usaha sadar tunggal menuju jamak, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-harinya. Pendidik
dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan melakukan penilaian kinerja peserta didik yang dikaitkan
disiplin jamak, dari kontrol terpusat menuju otonomi dan dengan dunia nyata.
kepercayaan, dari pemikiran faktual menuju kritis, serta dari Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menjadi
penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. warga negara yang bertanggung jawab, kampus seyogyanya
Nichols (2013) menjelaskan tentang empat prinsip dapat memfasilitasi peserta didik untuk terlibat dalam
pembelajaran abad ke-21. Yaitu, instruction should be student- lingkungan sosialnya. Antara lain, adanya kegiatan pengabdian
centered (pembelajaran berpusat pada siswa); education should masyarakat. Peserta didik dapat dilibatkan dalam berbagai

5
pengembangan program yang ada di masyarakat, seperti: melihat suatu proses perubahan kualitatif pada pembelajar
program kesehatan, pendidikan, lingkungan hidup, dan sebagai suatu proses transformasi yang berjalan dengan fokus
sebagainya. Dengan kekuatan teknologi dan internet, peserta meningkatkan dan memberdayakan peserta didik/mahasiswa
didik saat ini bisa berbuat lebih banyak lagi. Ruang gerak sosial serta membangun kemampuan kritisnya.
siswa tidak lagi hanya di sekitar kampus atau tempat tinggalnya, Dalam berbagai sumber, terdapat beberapa elemen
tapi dapat menjangkau lapisan masyarakat yang ada di berbagai dalam konsep SCL, antara lain ketergantungan pada
belahan dunia. Pendidikan perlu membantu peserta didik pembelajaran aktif dibandingkan dengan pembelajaran pasif,
menjadi warga digital yang bertanggung jawab. menekankan pada pembelajaran yang mendalam dan
pemahaman, responsibilitas dan akuntabilitas mahasiswa harus
F. PEMBELAJARAN YANG BERPUSAT PADA PESERTA lebih ditingkatkan, ditingkatkan pula sense of autonomy pada
DIDIK mahasiswa, adanya saling ketergantungan antara dosen dan
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mahasiswa, saling menghormati dalam hubungan dosen dengan
merupakan suatu cara pandang dalam upaya meningkatkan mahasiswa, serta pendekatan reflektif bagi proses pengajaran
fokus tujuan penyelenggaraan kegiatan pengajaran dan dan pembelajaran, baik bagi dosen maupun mahasiswa.
pembelajaran. Terdapat dua istilah yang berbeda digunakan Menurut Napoli (2004), “…as teachers, we should avoid seeing
untuk menyampaikan pandangan dalam pembelajaran yang ‘student-centred learning’ as a ‘quality’ imposition on the part
berpusat pada peserta didik, namun memiliki tujuan yang sama, of governments and institutions, as it should really be at the
yaitu Student Centered Teaching dan Student Centered centre of our preoccupations as educators”. Bagi para dosen,
Learning. Kecenderungan perbedaan penggunaan istilah untuk jika dilakukan dengan benar dan dengan upaya kolektif antara
paradigma ini adalah Student Centered Teaching tergambarkan kelompok, pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat
pada pendidikan sekolah menengah dan dasar, sedang Student menjadi salah satu cara untuk mempersiapkan kembali
Centered Learning dilakukan di pendidikan tinggi. profesionalisme kita sendiri dalam menghadapi kecepatan
Wohlfarth (2008) mengatakan bahwa “The learner- perubahan yang terjadi.
centered paradigm departs from traditional teaching models by
focusing on students more than teachers and learning more than G. PENUTUP
teaching”. Menurutnya, Student Centered Teaching merupakan Sebagai upaya pemberdayaan sumber daya manusia
suatu perubahan paradigma model pengajaran tradisional dan peningkatan produktifitas yang dilakukan, khususnya
melalui peningkatan fokus pada pseserta didik dari pada para pendidikan tinggi, dibutuhkan cara pandang baru untuk
guru dan pembelajaran dari pada pengajaran. Dan, dengan melakukan perubahan kegiatan pembelarajan untuk dapat
paradigma tersebut kelas akan menjadi lebih egaliter, para mencapai tujuan pendidikan secara efektif. Pendiidkan tinggi
peserta didik lebih menekankan pada pemikiran kritis, harus mampu menyediakan dan menghasilkan pembelajaran-
pembelajaran aktif, serta tugas-tugas lebih mengacu pada pembelajaran yang baru dan lebih produktif serta berdaya saing.
realitas kehidupan. Dalam implementasinya, pembelajaran pada
Student Centered Teaching menuntut hubungan antara pendidikan tinggi dapat menggunakan berbagai teori-teori
pengetahuan dengan peserta didik harus pada saat yang pembelajaran yang mendukun, antara lain Stimulus-Response
bersamaan. Weimer (2002) menyebutkan perubahan-perubahan Theory, Cognitive Theory, Motivation and Personality Theory,
yang terjadi ketika pembelajaran berpusat pada peserta didik, dan Constructive Theory. Prinsip-prinsip dari teori tersebut
yaitu the balance of power, the function of content, the role of dapat memberikan panduan pelaksanaan pembelajaran, dimana
teacher, the responsibility of learning, the purpose and orang dewasa sebagai objeknya. Melalui teori-teori tersebut
processes of evaluation. Dan, terdapat tiga hal yang dilakukan juga pembelajaran yang efektif dan efisien dapat dicapai dalam
dalam mengimplementasikan pendekatan ini, yaitu responding upaya mewujudkan tujuan pendidikan.
to resistance, taking a developmental approach, dan making Persaingan dalam globalisasi memunculkan suatu era
learner centered teaching work. baru yaitu era ekonomi berbasis pengetahuan yang
EI dan ESU (2010) menganggap bahwa konsep mensyaratkan kreativitas, inovasi, kompetensi dan daya saing.
Student Centered Learning (SCL) telah dikembangkan oleh Hal ini menjadi tantangan bagi dunia pendidikan dalam
Hayward (1950), dalam karya John Dewey (1956), Carl Rogers mengahsilkan lulusannya. Keterbukaan dan kecepatan akses
dengan Theory of Education (1980), karya Piaget informasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam
(Developmental Learning), dan karya Malcolm Knowles (self- lingkungan pendidikan. Semua tantangan tersebut harus
directed Learning). Secara umum SCL berlandaskan pada aliran terintegrasi pada satu sosok manusia modern yang dapat
konstruktivisme sebagai suatu teori pembelajaran yang dihasilkan oleh perguruan tinggi sebagai lembaga pendidikan
dibangun dengan ide bahwa pembelajar (peserta formal pada level akhir. Tantangan ini perlu disikapi dengan
didik/mahasiswa) harus mengkonstruksi dan mengkonstruksi langkah awal melakukan perubahan paradigma dalam
kembali pengetahuan agar dapat belajar secara efektif, dengan pembelajaran.
pembelajaran yang lebih efektif pada saat mahasiswa sebagai Perubahan paradigma pembelajaran terjadi dari
bagian dari kegiatan pembelajaran melalui pengalamannya paradigma berfokus pada guru/dosen menjadi pembelajaran
dapat mengkonstruksi suatu produk yang sangat bermakna. SCL berfokus pada peserta didik atau mahasiswa. Pada pendidikan
juga dianggap sama dengan pembelajaran transformatif yang tinggi dikenal Student-Centered Learning sebagai pembelajaran

6
yang berfokus pada mahasiswa. Keterpaduan lembaga Barr R. B and Tagg J, 1995. FROM LEARNING TO TEACHING – A
pendidikan dalam menghasilkan pembelajaran yang berkualitas New Paradigm for Undergraduate Education. Magazine of
yang dilakukan oleh dosen dan mahasiswa menjadi bentuk yang Higher Learning. Volume 27, Issue 6, 1995
utuh dalam pendekatan ini. Lembaga pendidikan dengan visi, Bruner, J. (1996) The Culture of Education, London, Harvard
University Press.
misi dan tujuannya bersinerji dalam kurikulum yang EI, ESU. (2010). Student-Centred Learning. An Insight into Theory
dikembangkan dengan dosen dan mahasiswanya. Student- and Practice. (Brussels, Education International, European
Centered Learning, dalam berbagai kajian yang telah dilakukan, Students’ Union).
dipandang dapat meningkatkan efektivitas pencapaian tujuan Miller Herman. 2006. PARADIGM SHIFT – How Higher Education
pendidikan. is Improving Learning.
https://www.hermanmiller.com/content/dam/hermanmiller/
documents/research_summaries/wp_LearningParadigm.pdf
REFERENSI Gordon, Gordon, Aber and Berliner. _____. CHANGING
PARADIGMS FOR EDUCATION. The Gordon Commission
Altbach, Philip G. 2001. Academic freedom: International realities and on the Future of Assessment in Education —
http://www.gordoncommission.org
challenges. Kluwer Academic Publishers. Printed in the
Arendale, David. ________. Leading the Paradigm Shift from
Netherlands. Center for International Higher Education,
Teaching to Learning.
Campion Hall, Boston College, Chestnut Hill, MA 02467,
a.web.umkc.edu/arendaled/paradigm98.pdf
U.S.A. (E-mail: altbach@bc.edu)).
Phenix, Philip H. 1986. Realms of Meaning. A Philosophy of The
__________. 2010. Global Competence Is a 21st Century Imperative.
NEA Education Policy and Practice Department. Center for Curriculum for General Education. A Perspective Through
a Retrospevtive Volume 8. Ventura County Superintendent
Great Public Schools 1201 16th St., NW, Washington, D.C.
of Schools Office. Ventura, California. Printcraft Inc.
20036.
________. 2004. Karya KI HADJAR DEWANTARA. Bagian Pertama:
www.nea.org/assets/docs/HE/PB28A_Global_Competence1
Pendidikan. Cetakan ketiga. Diterbitkan oleh Majelis luhur
1.pdf
Mansilla, Veronica Boix & Jackson, Anthony. 2011. Educating for Persatuan Taman Siswa Yogyakarta – 55151
________ 1998. Lifelong Learning and Institutions of Higher
Global Competence: Preparing Our Youth to Engage The
Education in The 21st Century. Report on the Preparatory
World. Council of Chief State School Officers’ EdSteps
Meeting for the World Conference on Higher Education.
Initiative & Asia Society Partnership for Global Learning.
Published by Department of Adult and Continuing Education
Asia Society 725 Park Avenue New York, NY 10021 voice:
and Extention, University of Mumbai, Mumbai, India And
212-288-6400 · fax: 212-517-8315
UNESCO Institute for education Hamburg, Germany.
www.asiasociety.org/education
Jarvis, Peter. 2001. Universities as Institutions of Lifelong Learning:
__________. 2013. High Level Group on the Modernisation of Higher
Epistemological Dilemmas. Journal of Higher Education
Education. Report to the European Commission on
Outreach and Engagement, Volume 6, Number 3, p. 23.
Improving the quality of teaching and learning in Europe’s
Johnson, L., Adams Becker, S., Estrada, V., and Freeman, A. (2015).
higher education institutions.
NMC Horizon Report: 2015 Higher Education Edition.
ec.europa.eu/education/library/reports/modernisation_en.pd
f Austin, Texas: The New Media Consortium.
Knowles, Malcolm. (1973). The Adult Learner: A Neglected Species.
Punie, Yves., Zinnbauer, Dieter., and Cabrera, Marcelino. (2006). A
American Society for Training and Development,
Review of the Impact of ICT on Learning. Working Paper
Madison, Wis. Gulf Publishing Company, P.O. Box 2608,
prepared for DG EAC, October 2006. JRC Technical Notes.
Houston, TX 77001.
JRC European Commission and Institute for Prospective
Technological Studies (IPTS). Tapscott, Don. (2009). Grown Up Digital: How the Net Generation is
Changing Your World. McGraw-Hill eBooks. ISBN: 978-
Peters, Judi., Cornu, Rosie Le., Collins, Janet. (2003). Towards
0-07-164155-5. MHID: 0-07-164155-6
Constructivist Teaching and Learning: A Report on
Nichols, Jennifer R. (2013). 4 Essential of 21st Century Learning.
Research Conducted in Conjunction with the Learning to
http://www.teachthought.com/learning/4-essential-rules-of-
Learn Project, November 2003.
21st-century-learning/
www.learningtolearn.sa.edu.au/tfel/files/.../learning_to_lear
Wohlfarth, DeDe & asc. 2008. Student Perceptions of Learner-
n_report.doc
Centered Teaching. Insight: A Journal of Scholarly
__________. 2008. 21st century skills, education and competitiveness.
Teaching. Volume 3 – 2008.
A Resource and Policy Guide. Partnership for 21st Skills.
Weimer, Maryellen. 2002. Learner-Centered Teaching. Five Keys
www.21stcenturyskills.org
Changes to Practice. Jossey-Bass. A Wiley Company. San
Pope, Rob. 2005. Creativity – Theory, History, Practice. by Routledge.
2 Park Square, Milton Park, Abingdon, Oxon, OX14 4RN Francisco.
Andy Hargreaves, Ann Lieberman, Michael Fullan, David Hopkins. Napoli, Roberto Di. 2004. What is Student Centered Learning?
Educational initiative Centre. Elearning@bath.
2010. Second International Handbook of Educational
http://www.bath.ac.uk/e-learning/student_centredness.htm
Change, Part I. Springer International Handbooks of
Education. Volume 32. ISBN 978-90-481-2659-0. DOI
10.1007/978-90-481-2660-6. Springer Dordrecht Heidelberg
London New York. Library of Congress Control Number:
2010927490. http://www.springer.com/series/6189

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai