Anda di halaman 1dari 8

Prima Wiyata Health

Volume I Nomor 1 Januari 2020

ASUHAN KEBIDANAN PADA By. Ny. “N” RIWAYAT PREMATUR BBLR


UMUR 31 HARI DENGAN PNEUMONIA DI PAVILIUN ANGGREK RSUD
JOMBANG

1. Fifi Andini, Program Studi Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Jombang
2. Zeny Fatmawati, Program Studi Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Jombang
3. Siti Mudrikatin, Program Studi Kebidanan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada
Jombang
Korespondensi : andinififi50@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang : Berdasarkan data UNICEF Kelahiran prematur dengan Berat Badan
Lahir Rendah menjadi penyebab utama (60-80%) angka kesakitan dan kematian
neonatal diseluruh dunia yang salahsatunya menyebabkan angka neonatus yang terkena
Pneumonia meningkat karena tidak maturnya organ dalam saat bayi dilahirkan,
terutama pada organ Paru. Tujuan : Melakukan asuhan kebidanan pada By. Ny. “N”
Riwayat Prematur BBLR Umur 31 Hari dengan Pneumonia di Paviliun Anggrek RSUD
Jombang. Metode penelitian : Cara pengambilan data melalui studi kepustakaan, studi
dokumentasi, wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Analisa data menggunakan
metode Tri Angulasi data dan disajikan dalam bentuk Observasional Deskriptif
menggunakan manajemen SOAP. Hasil : Bayi Ny.“N” di kaji mulai tanggal 01-04
April 2019, dengan penatalaksanaan yaitu, memberikan konseling kepada keluarga,
mencuci tangan, melakukan observasi TTV dan observasi keadaan bayi secara ketat,
melanjutkan tindakan medis sesuai aturan.Pada hari keempat observasi kesadaran bayi
menurun, monitor O2 NCPAP FiO2 menunjukkan angka 30%, dan bayi dinyatakan
meninggal akibat distress nafas. Kesimpulan: Perlu peningkatan pelayanan asuhan
kebidanan yang kompherensif dan intensif pada bayi riwayat prematur BBLR dengan
Pneumonia di instansi pelayanan kesehatan yang memiliki fasilitas NICU, peningkatan
pelayanan ANC terpada ibu hamil, pemberian ASI Eksklusif, kebersihan lingkungan,
imunisasi lengkap, dan pengadaan vaksin pneumokokus.

Kata kunci : Asuhan Kebidanan, BBLR, Prematur, Pneumonia

Halaman | 9
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

PENDAHULUAN
Kelahiran prematur dengan Berat Badan Lahir Rendah menjadi penyebab utama
(60-80%) angka kesakitan dan kematian neonatal di seluruh dunia yang dapat
menyebabkan tingginya angka neonatus yang terkena Pneumonia akibat tidak maturnya
organ dalam saat dilahirkan, terutama pada organ Paru (Ariana DN, 2011). Penyakit
saluran pernapasan sebagai penyebab kesakitan dan kematian terbesar pada balita, salah
satunya yaitu pneumonia. Pneumonia terjadi karena rongga alveoli paru-paru yang
disebabkan oleh mikroorganisme seperti Streptococcus pneumonia, Streptococcus
aures, Haemophyllus influenza, Escherichia coli dan Pneumocystis jirovenci (Widagdo,
2012).
Menurut WHO, bayi yang dilahirkan sebelum mencapai 37 minggu dari hari
pertama menstruasi terakhir disebut prematur. Prematur juga sering digunakan untuk
menunjukkan immaturitas. Umumnya kehamilan disebut cukup bulan bila berlangsung
antara 37-41 minggu dihitung dari hari pertama siklus haid terakhir pada siklus 28 hari.
Sedangkan persalinan yang terjadi sebelum usia kandungan mencapai 37 minggu
disebut dengan persalinan prematur, (Sulistiarini & Berliana, 2013).
BBLR didefinisikan sebagai bayi dengan berat lahir kurang dari 2500 gram tanpa
memandang umur kehamilan. BBLR dapat disebabkan kelahiran prematur atau
gangguan dalam rahim atau kombinasi patologis dari keduanya. Bayi kurang bulan
(prematur) sering mengalami penyulit yang berhubungan dengan kekurangmatangan
organ terutama pada organ paru. Prematuritas dapat mengakibatkan kualitas bayi yang
dilahirkan kurang baik, pertumbuhan fisik dan perkembangan mental tidak optimal, hal
ini terjadi selain karena faktor prematuritas itu sendiri juga disebabkan oleh komplikasi
yangmengikuti kelahiran prematur seperti BBLR dan asfiksia neonatorum (Myles,
Fraser M. D. 2013).
Kelahiran prematur disebabkan oleh faktor ibu yaitu gangguan autoimun dan
infeksi yang meningkatkan resiko persalinan prematur. Faktor sosial ekonomi terkait
dengan nutrisi ibu selama kehamilan dari hasil penelitian bahwa cukup pasokan nutrisi
adalah faktor lingkungan yang paling penting yang mempengaruhi hasil kehamilan.
Kekurangan gizi pada ibu dapat berkontribusi pada peningkatan insidensi kelahiran
prematur dan pertumbuhan retardasi janin serta peningkatan resiko kematian ibu dan
morbiditas. Faktor gaya hidup yaitu, ibu hamil perokok memiliki peluang mengalami
kelahiran prematur lebih besar. Menunjukkan ibu-ibu yang terpapar rokok baik itu ibu
sendiri yang merokok maupun terpapar oranglain selama hamil memiliki kemungkinan
2.313 kali lebih besar mengalami persalinan prematur dibandingkan dengan ibu yang
pada saat hamil tidak terpapar rokok. Bayi prematur dilahirkan dengan kondisi organ
luar dan organ dalam tubuh yang belum matur, terutama pada bagian organ paru yang
dapat menyebabkan komplikasi pada bayi baru lahir. Ibu hamil yang terpapar rokok
berpeluang melahirkan bayi prematur 43,6%. Persalinan prematur ada kemungkinan
dapat timbul karena berbagai faktor yang bekerja sama dalam satu proses persalinan
prematur seperti penyakit penyerta yang diderita oleh ibu yaitu hipertensi, diabetes, atau
faktor seperti merokok, mengkonsumsi obat-obatan dan alkohol, serta faktor nutrisi
(Kurniawati, 2015).
Penatalaksanaan bayi premature adalah empertahankan suhu tubuh dengan ketat,
mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi, penimbangan ketat, kain yang
basah secepatnya diganti dengan kain yang kering dan bersih serta pertahankan suhu
tetap hangat, kepala bayi ditutup topi dan beri oksigen bila perlu, tali pusat dalam
keadaan bersih, Beri minum dengan sonde/tetes dengan pemberian ASI.
Penatalaksanaan bayi BBLR adalah pemberian posisi pada bayi BBLR sangat
mempengaruhi pada kesehatan dan perkembangan bayi, Minimal handling (dukungan

Halaman | 10
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

respirasi, termoregulasi, perlindungan terhadap infeksi, hidrasi, nutrsi), dan perawatan


metode kangguru.
Penatalaksanaan bayi Pneumonia sangat berat adalah rawat inap di Rumah sakit,
berikan oksigen, terapi antibiotik (dengan cara memberikan kloramfenikol
secaraintramuskular setiap 6 jam. Apabila pada anak terjadi perbaikan (biasanya setelah
3-5 hari), pemberiannya diubah menjadi kloramfenikol oral), obati demam dengan cara
efektif dengan memberikan parasetamol, Obati dengan memberikan bronkodilator kerja
singkat (seperti salbutamol yang diuapkan) kemudian nilai responnya setelah 15 menit
jika diperlukan, pemberiannya dapat diulang. Perawatan suportif melalui makanan,
cairan, sekresi, suhu lingkungan. Hati-hati dengan pemberian terapi cairan, Nilai ulang
setiap 2 jam oleh perawat dan setiap 2 kali sehari oleh dokter.
Penatalaksanaan Pnemumonia Berat adalah Rawat inap di RS, Apabila perawatan
untuk semua anak dengan penarikan dinding dada tidak memungkinkan dapat
dipertimbangkan untuk memberikan terapi antibiotika di rumah dengan pengawasan
yang ketat pada anak yang tidak mengalami penarikan dinding dada yang hebat,
sianosis, atau tanda penyakit yang sangat berat. Berikan oksigen jika frekuensi
pernafasan > 70 x/menit, terdapat penarikan dinding dada yang hebat atau gelisah.
Pencegahan penyakit Pneumonia dapat dilakukan dengan cara meningkatkan
tahap menjaga kesehatan, seperti : pemberian ASI eksklusif, menjauhi tempat yang
sesak dan berdebu, mengutamakan tempat tinggal yang bersih, pengadaan rumah
dengan ventilasi yang memadai, perbaikan lingkungan serta perilaku hidup bersih dan
sehat. Peningkatan gizi balita dengan pemberian nutrisi yang baik, istirahat yang cukup,
dan menghindari kontak dengan penderita, menghindari pajanan asap rokok, asap dapur
dan asap kendaraan bermotor, menutup hidung dan mulut dengan sapu tangan ketika
batuk dan bersin, pemberian imunsasi DPT dan campak sesuai jadwal, dan penderita
yang sakit harus berobat dan menghindari kontak dengan orang sehat.
Pemeriksaan Penunjang untuk Pneumonia adalah pemeriksaan laboratorium
(Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3, Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri, LED (Laju
Endap Darah) meningkat), X-foto dada terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar
(bronco peumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule
Tingkat kematian bayi secara global telah menurun dari tingkat perkiraan 64,8 per
1.000 KH pada tahun 1990 menjadi 26,5 per 1.000 KH pada 2018. Kematian bayi
tahunan telah menurun dari 8,8 juta pada tahun 1990 menjadi 3,2 juta pada tahun 2018,
(WHO, 2018). AKB sebesar 22,23 per 1.000 KH, yang artinya sudah mencapai target
MDGs 2017 sebesar 12 per 1.000 KH, meskipun sudah mencapai target, upaya
pemeliharaan kesehatan bayi ditujukan untuk mempersiapkan generasi akan datang
yang sehat, cerdas, dan berkualitas, serta untuk menekan angka kematian bayi lebih
kecil lagi (SUPAS 2017). AKB pada tahun 2015 sebesar 23,6 per 1.000 KH (angka dari
BPS Provinsi). AKB Jatim sampai dengan tahun 2016 masih diatas target Nasional
(Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2017). Angka Kematian Bayi (AKB)
berdasarkan data yang didapat di Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang pada tahun
2018, sebanyak 205 bayi dari 19.477 KH, atau dengan kata lain AKB Kabupaten
Jombang tahun 2018 sebesar 10,53 per 1.000 KH. AKB Kabupaten Jombang
mengalami peningkatan dari 10,35 per 1.000 KH pada tahun 2015, menjadi 10,53 per
1.000 KH pada tahun 2016. (Profil Kesehatan Kabupaten Jombang, 2018).
Angka Kematian Bayi (AKB) berdasarkan hasil study pendahuluan yang
dilakukan di Paviliun Anggrek RSUD Jombang periode Januari-Maret 2018 didapatkan
818 kasus bayi dengan bayi fisiologis sebanyak 320 kasus, dan bayi patologis 498
kasus, yang terdiri dari : Prematur dan BBLR sebanyak 125 kasus (25,1%), Asfiksia
sebanyak 105 kasus (21,08%), BKB sebanyak 97 kasus (19,08%), bayi dengan MAS

Halaman | 11
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

sebanyak 45 kasus (9,04%), Ikterus sebanyak 37 kasus (7,43%), Gastroenteritis


sebanyak 30 kasus (6,02%), Febris sebanyak 25 kasus (5,02%), HbsAg sebanyak 15
kasus (3,01%), dan Labiopalatoskizis sebanyak 6 kasus (1,20%). (Rekam Medik RSUD
Jombang Januari-Maret 2018).
Dampak yang terjadi bila bayi yang lahir premature mempunyai berat badan lahir
rendah mengalami pneumonia, sebagian besar tidak mampu bertahan hidup. Namun
walaupun mampu bertahan, maka pada kehidupan selanjutnya bisa mengalami cacat
permanen karena bayi yang dilahirkan secara premature organ dalam dan organ luar
tubuh belum terbentuk dan menjalankan fungsinya dengan baik. Terutama pada bagian
paru yang belum sempurna, sehingga penerimaan oksigen keseluruh tubuh tidak lancar,
yang dapat mengakibatkan ketidakberfungsian organ-organ tubuh lainnya. Saat usia 3
tahun, satu dari tiga anak ini menunjukkan efek yang serius atau keterlambatan dalam
pertumbuhan dan perkembangan, sehingga perlu diberikan informasi kepada keluarga
tentang dampak kejadian bayi Berat Badan Lahir Rendah yang terjadi pneumonia pada
pertumbuhan dan perkembangan kehidupan anaknya di masa depan kehidupannya agar
orang tua lebih siap dalam menghadapi dampak yang terjadi di kemudian hari.
Indonesia harus mampu menekan Angka Kematian Bayi (AKB) sebagai upaya
mendukung pencapaian Sustainable Developments Goals (SDGs). Pemerintah telah
menetapkan kebijakan untuk mengatisipasi terjadinya persalinan preterm adalah dengan
meningkatkan standar pelayanan kepada ibu hamil melalui ANC terpadu, sehingga
dapat mendeteksi secara dini jika terdapat kelainan dan dapat mengintervensi secara
tepat. Selain itu, untuk menurunkan insiden pneumonia
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjalankan 3 langkah yaitu Protect,
Prevent dan Treat. Perlindungan dilakukan dengan menyediakan lingkungan sehat
untuk bayi, pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan, gizi yang seimbang, mencegah
bayi dengan berat badan rendah dan menurunkan polusi udara. Pencegahan dilakukan
dengan memberikan vaksinasi lengkap, terutama vaksin campak, pertusis dan dan
vaksin pneumonia.
IDAI juga sudah mengeluarkan rekomendasi pencegahan pneumonia dengan
pemberian ASI eksklusif 6 bulan, imunisasi lengkap, pencegahan dan tata laksanan
pneumonia, dan rekomendasi dalam menghadapi kabut asap, serta pemberian KIE pada
ibu hamil dalam mengurangi resiko terjadinya pneumonia pada bayi. Selain itu,
pemerintah sedang berupaya untuk mengadakan pemberian vaksin pneumokokus.
Ketersediaan vaksin menjadi tantangan yang masih dipikirkan pemerintah. Perusahaan
vaksin nasional, Biofarma, diharapkan dapat segera akan menyediakan dan
memproduksi vaksin pneumokokus. Sementara PCV 13 ini masih menggunakan produk
impor dengan akses khusus (Profil Kesehatan Jawa Timur, 2018).

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan observasional deskriptif dengan pendekatan studi
kasus yang dilaksanakan oleh penulis melalui pendekatan manajemen kebidanan. Studi
kasus yang digunakan penulis dalam membuat karya tulis ilmiah ini adalah dengan
menggunakan asuhan kebidanan menurut 4 langkah manajemen SOAP dari pengkajian
data subyektif dan obyektif, analisa data, penatalaksanaan pada Asuhan Kebidanan pada
Bayi Ny. N” Riwayat Prematur BBLR Umur 31 Hari dengan Pneumonia di Paviliun
Anggrek RSUD Jombang.
Tempat pengambilan studi kasus ini dilakukan di Paviliun Anggrek RSUD
Jombang pada tanggal 01 – 04 April 2019 jam 14.30 WIB. Subjek dalam penelitian ini
adalah Bayi Ny. N” Riwayat Prematur BBLR Umur 31 Hari dengan Pneumonia.

Halaman | 12
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

Alat dan bahan yang digunakan untuk mendapatkan data dalam studi kasus ini
sebagai berikut : Buku catatan Rekam Medik (RM), format pengkajian ibu nifas, buku
dan alat tulis, stetoskop, thermometer, jam tangan, kassa, dan handscoon. Penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini menggunakan metode deskriptif dalam bentuk studi kasus
yang menggambarkan secara jelas tentang Bayi Ny. N” Riwayat Prematur BBLR Umur
31 Hari dengan Pneumonia di Paviliun Anggrek RSUD Jombang.. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah sebagai berikut : studi kepustakaan, studi
dokumentasi, wawancara, pemeriksaan fisik, observasi. Analisa data yang digunakan
dalam penulisan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. N” Riwayat Prematur BBLR Umur
31 Hari dengan Pneumonia di Paviliun Anggrek RSUD Jombang menggunakan
triangulasi sumber dan triangulasi metode.

HASIL DAN PEMBAHASAN


1. Pengkajian Data Subyektif
Bayi Ny. “N”lahir di Kaber PONEK RSUD Jombang tanggal 03 Maret 2019
pukul 21.00 WIB dengan UK ibu 33 minggu lahir secara spontan di tolong oleh
Bidan dengan jenis kelamin laki-laki, BBL : 1925 gram, PB : 45 cm, LK : 31 cm,
LD : 25 cm, LA : 23 cm, A-S : 1-2, tidak langsung menangis, nafas megap-megap,
tonus otot lemah, ketuban jernih, pemeriksaan TTV di temukan hasil Nadi: 145
x/menit, frekuensi nafas 48 x/menit, suhu tubuh 36.6o C, CRT < 2 detik. Kemudian
dilakukan HAIKAP, yaitu hangatkan bayi, atur posisi, isap lendir, keringkan dan
memberikan rangsang taktil, atur posisi kembali, penilaian. Lalu dilakukan di VTP
8x bayi mulai bernafas, ada tarikan intecosta, warna kulit masih pucat, tonus otot
lemah, O2 terpasang sungkup lalu pada pukul 23.40 WIB bayi dikirim ke ruang
anggrek untuk perawatan selanjutnya, yaitu langsung di tempatkan di inkubator, di
pasang infus DL 10%, pasang OGT, pasang monitor, O2 sungkup di ganti dengan
O2 NCPAP FiO2 46%, lab DL+CRP+Golda. Bayi dilakukan perawatan mulai lahir
sampai sekarang di Paviliun Anggrek RSUD Jombang dan mendapatkan
penanganan seperti di atas.
2. Pengkajian Data Obyektif
Pada tinjauan kasus didapatkan keadaan umum: lemah, tangis: merintih,
kesadaran: apatis, gerak: lemah, A-S: 1-2, TTV (nadi: 148x/menit, suhu: 36,7C,
RR: 52x/menit), terdapat pengeluaran lendir berwarna putih kekuningan, mulut :
terpasang OGT, terdapat pengeluaran lendir berwarna putih kekuningan, telinga:
tulang rawan telinga belum sempurna pertumbuhannya, dada: frekuensi nafas cepat,
jaringan mammae masih kurang, ada tarikan intercosta, terdengar stridor, detak
jantung terdengar jelas dan teratur, genetalia: pigmentasi dan rugae pada skrotum
kurang, testis sudah turun ke skrotum, integumen: kulit tipis, transparan, lanugo
banyak, dan lemak subkutan amat sedikit, ekstremitas atas: terpasang TPN (D10
100 cc/24 jam) + AA 25 cc/24 jam, BBL: 1925 gram, BBS: 1820 gram, PBL: 45
cm, LD: 25 cm, LA: 23 cm, LA: 31 cm, reflek rooting: lemah, reflek moro: lemah,
graphs reflek: lemah, reflek swallowing: lemah, tonick neck reflek: lemah, reflek
babynski: lemah.
3. Analisa Data
Pada tinjauan kasus didapatkan diagnosa Bayi Ny. “N” Riwayat Prematur
BBLR Umur 31 hari dengan Pneumonia.
4. Penatalaksanaan
Bayi Ny. “N” Riwayat Prematur BBLR Umur 31 Hari BBLR dengan
Pneumonia dilakukan sesuai urutan pada perencanaan yang sudah ditetapkan dan
sudah terlaksana semua. Penatalaksanaannya yaitu : Beri penjelasan pada keluarga

Halaman | 13
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

bayi tentang keadaan bayinya saat ini. Melaksanakan advice dokter spesialis anak
dengan pemberian terapi. melanjutkan TPN (D10 100 cc/24 jam, melakukan
section berkala. melanjutkan pemberian Caffein 1x5 mg dan albumin 20 cc/1 x
pemberian. melanjutkan pemberian Nystatin, melanjutkan pemberian L.Bio 1x ½ /1
x pemberian. memantau O2 NcPap, melanjutkan pemberian blonkodilator kerja
singkat (salbutamol2 cc), meletakkan bayi dengan posisi yang benar yaitu ekstensi
dengan cara baringkan bayi terlentang dan ganjal bahu agar kepala sedikit
ekstensi.Menjaga kehangatan tubuh bayi dengan membungkus tubuh bayi
menggunakan plastik, serta meletakkan bayi di dalam inkubator di bawah lampu
100 watt dengan jarak 60 cm dan diusahakan bayi tetap hangat. Mencegah
kehilangan panas dengan cara mengganti popok setiap bayi BAB/BAK.
Memberikan asupan nutrisi pada bayi dengan pemberian susu formula 8x30 cc/hari
melalui OGT.Menimbang BB bayi setiap hari dengan menggunakan skala yang
sama dan pada waktu yang sama.
Pada penatalaksanaan terdapat kesenjangan yaitu : Perawatan pada bayi
prematur sesuai dengan tinjauan teori dilakukan dengan cara Perawatan Metode
Kanguru (PMK). Menurut Priyono (2010), bayi yang lahir prematur akan
diletakkan dalam alat khusus, yaitu inkubator. Inkubator merupakan alat yang
dilengkapi dengan pengatur suhu dan kelembapan udara agar bayi selalu hangat.
Penatalaksanan pada tinjauan kasus, karena bayi lahir secara prematur dan rentan
untuk terjadinya masalah dan komplikasi,bayi perlu dirawat secara intensif di
Paviliun Anggrek, maka proses perawatan bayi tidak bisa dilakukan secara rooming
in dengan ibu, dan tidak memungkinkan untuk dilakukan Perawatan Metode
Kanguru (PMK), namun bayi tetap di tempatkan didalam incubator. Selain itu, ada
kesenjangan pada saat melakukan pengeluaran sekresi. Pada teori menurut WHO
(2011), sekret di keluarkan menggunakan spuit tanpa jarum, sedangkan pada saat
tindakan dilakukan menggunakan alat medis suction berkala.

KESIMPULAN
Dari penyusunan Asuhan Kebidanan pada Bayi Ny. “N” Riwayat Prematur BBLR
Umur 31 hari dengan Pneumoniadi Paviliun Anggrek RSUD Jombang dapat diambil
kesimpulan dari masing-masing langkah yang sesuai dengan manajemen SOAP.
Pada data subyektif didapatkan hasil bahwa bayi merintih, batuk, sesak nafas,
frekuensi nafas cepat, ada bunyi stridor, ada retraksi dinding dada, ada pengeluaran
lender berwarna putih kekuningan dari mulut dan hidung.Jadi antara tinjauan pustaka
dengan tinjauan kasus pada data subyektif tidak ada kesenjangan.Jadi antara tinjauan
pustaka dengan tinjauan kasus pada data obyektif tidak ada kesenjangankarena pada bayi
prematur BBLR dengan Pneumonia adalah bayi yang dilahirkan sebelum mencapai 37
minggu dari hari pertama menstruasi terakhir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram, bayi kesulitan bernafas, ada retraksi dinding dada, ada pengeluaran lendir
berwarna putih kekuningan dari hidung dan mulut, ada bunyi ronchi terdengar di daerah
dada.
Pada data obyektif didapatkan hasil: keadaan umum: lemah, tangis: merintih,
kesadaran: apatis, gerak: lemah, A-S: 1-2, TTV (nadi: 148x/menit, suhu: 36,7C, RR:
52x/menit), frekuensi nafas cepat, terdengar stridor, terdapat pengeluaran lendir
berwarna putih kekuningan, terdapat pengeluaran lendir berwarna putih kekuningan,
telinga: tulang rawan telinga belum sempurna pertumbuhannya,dada: jaringan mammae
masih kurang, ada tarikan intercosta, detak jantung terdengar jelas dan teratur,
genetalia: pigmentasi dan rugae pada skrotum kurang, testis sudah turun ke skrotum,
integumen: kulit tipis, transparan, lanugo banyak, dan lemak subkutan amat

Halaman | 14
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

sedikit,BBL: 1925 gram, BBS: PBL: 45 cm, LD: 25 cm, LA: 23 cm, LA: 31 cm, reflek
rooting: lemah, reflek moro: lemah, graphs reflek: lemah, reflek swallowing: lemah,
tonick neck reflek: lemah, reflek babynski: lemah.Jadi antara tinjauan pustaka dengan
tinjauan kasus pada data obyektif tidak ada kesenjangan karena ciri-ciri bayi riwayat
Prematur BBLR dengan Pneumonia berdasarkan teori dan berdasarkan kasus yang dikaji
tidak ada perbedaan UK<37 minggu, BB< 2500 gram, PB < 46 cm, LK < 33 cm, LD <
30 cm, rambut lanugo masih banyak, jaringan lemak subkutan tipis atau kurang, tulang
rawan daun telinga belum sempuna pertumbuhannya, tumit mengkilap, telapak kaki
halus, genetalia belum sempurna testis belum turun ke dalam skrotum (namun pada By.
Ny. “N” testis sudah turun ke skrotum karena pengkajian dilakukan pada saat bayi
berumur 31 hari), pigmentasi dan rugue pada skrotum kurang (pada bayi laki-laki),
tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah, tangis lemah,
frekuensi nafas cepat dan sering mendapatkan apneu bahkan sering mengalami distress
nafas, ada pengeluaran lendir berwarna putih kekuningan dari hidung dan mulut, ada
tarikan intercosta, terdengar bunyi stridor pada daerah bagian dada, reflek menghisap
dan menelan belum sempurna, fungsi saraf yang belum atau tidak efektif dan tangisnya
lemah, jaringan kelenjar mammae masih kurang akibat pertumbuhan otot dan jaringan
lemak masih kurang, vernix caseosa tidak ada atau sedikit bila ada.
Pada analisa data didapatkan diagnosa Bayi Ny. “N” Prematur BBLR Umur
31hari dengan Pneumonia. Jadi tidak terjadi kesenjangan antara tinjauan pustaka dan
tinjauan kasus.
Pada penatalaksanaan meliputi : Memberikan konseling kepada keluarga pasien,
mencuci tangan sebelum dan sesudah memegang bayi dengan teknik 6 langkah,
melakukan observasi TTV dan observasi keadaan bayi secara ketat, melanjutkan
tindakan medis sesuai dengan anjuran dokter : melanjutkan TPN (D10 100 cc/24 jam,
melakukan section berkala. melanjutkan pemberian Caffein 1x5 mg dan albumin 20
cc/1 x pemberian. melanjutkan pemberian Nystatin, melanjutkan pemberian L.Bio 1x ½
/1 x pemberian. memantau O2 NcPap, melanjutkan pemberian blonkodilator kerja
singkat (salbutamol2 cc), Melakukan perawatan bayi sesuai dengan kebutuhan dan
keadaan bayi seperti mengganti popok, mengganti pakaian, dan menyeka bayi.
Mengatur posisi bayi agar tetap nyaman dan tidak sesak, menjaga suhu tubuh bayi tetap
hangat, memberi ASI/susu memalui OGT sesuai dengan taksiran 8x30 cc. Pada hari
keempat observasi, bayi dinyatakan meninggal. Karena bayi yang dilahirkan secara
premature organ dalam dan organ luar tusbuh belum terbentuk dan menjalankan
fungsinya dengan baik. Terutama pada bagian paru yang belum sempurna, sehingga
penerimaan oksigen keseluruh tubuh tidak lancar, yang dapat mengakibatkan
ketidakberfungsian organ-organ dalam tubuh. Maka dari itu, asuhan kebidanan pada
bayi riwayat premature BBLR dengan pneumonia harus di tingkatka dengan
memberikan asuhan kebidanan yang kompherensif dan intensif, serta peningkatan
tenaga kesehatan yang professional.
Pada penatalaksanaan terdapat kesenjangan yaitu : Perawatan pada bayi prematur
sesuai dengan tinjauan teori dilakukan dengan cara Perawatan Metode Kanguru (PMK).
Menurut Priyono (2010), bayi yang lahir prematur akan diletakkan dalam alat khusus,
yaitu inkubator. Inkubator merupakan alat yang dilengkapi dengan pengatur suhu dan
kelembapan udara agar bayi selalu hangat. Penatalaksanan pada tinjauan kasus, karena
bayi lahir secara prematur dan rentan untuk terjadinya masalah dan komplikasi,bayi
perlu dirawat secara intensif di Paviliun Anggrek, maka proses perawatan bayi tidak
bisa dilakukan secara rooming in dengan ibu, dan tidak memungkinkan untuk dilakukan
Perawatan Metode Kanguru (PMK), namun bayi tetap di tempatkan didalam incubator.
Selain itu, ada kesenjangan pada saat melakukan pengeluaran sekresi. Pada teori

Halaman | 15
Prima Wiyata Health
Volume I Nomor 1 Januari 2020

menurut WHO (2011), sekret di keluarkan menggunakan spuit tanpa jarum, sedangkan
pada saat tindakan dilakukan menggunakan alat medis suction berkala.

DAFTAR PUSTAKA

Kurniawati I. Y. (2015). Asuhan Kebidanan pada Bayi Baru Lahir Prematur pada bayi
Ny “H” dengan Pneumonia di RSU Assalam Gembong Sragen. Jurnal Kesehatan.
ArianaD.N (2011). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis &
Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Mediaction Publishing
Myles, Fraser, M. D. (2013). Buku Ajar Bidan. Jakarta: EGC
Sulistiarini, Berliana, (2013) Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Widagdo (2012). Asuhan Keperawatan Anak dengan Gangguan Sistem Pernapasan.
Jakarta: TIM
Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur, (2017).
Dinkes Kota Jombang, (2018). Profil Kesehatan Kota Jombang. Jombang:Dinkes Kota
Jombang
Survei Penduduk Antar Sensus (2017)
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Daerah Jombang (2018).

Halaman | 16

Anda mungkin juga menyukai