Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH KELOMPOK

Konsep Akuntabilitas Dalam Pelayanan Publik

DISUSUN OLEH :
Erika Sukmarani (CA181110291)
Nindy Naura Fahiratunisa (CA181110377)
Septiana Dwi Damayanti (CA181110485)

Kelas : A4-18-01A
Dosen : Dr. Ir. A.H. Rahadian, M.Si

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK


KONSENTRASI KEBIJAKAN DAN ADM.PERPAJAKAN
T.A 2018/2019

Halaman | 1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kelompok
kami dapat menyusun serta menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Akuntabilitas Dalam Pelayanan Publik” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini salah satunya adalah untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori Ilmu Administrasi Publik semester
dua pada periode 2018-2019. Dan tak lupa juga kami turut berterima kasih kepada
Bpk. Dr. Ir. A.H. Rahadian, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Ilmu
Administrasi Publik Institut Stiami.

Dalam makalah ini kami membahas tentang akuntabilitas dalam pelayanan


publik yang berkaitan dengan tanggungjawab kinerja dalam mewujudkan “good
governance. Telah kita ketahui bahwa pembelajaran kita dalam Teori Ilmu
Administrasi Publik ini menyangkut pembelajaran tentang pilar-pilar atau prinsip-
prinsip good governance seperti salah satu contohnya yaitu akuntabilitas kinerja
dalam pelaksanaan pelayanan publik.

Namun kami juga menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
dari dosen yang membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya. Terima kasih.

Jakarta, 09 April 2019

Penyusun

Halaman | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………. ...............................................................2

DAFTAR ISI ......................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................................4


1.2 Ruang lingkup .......................................................................................................5
1.3 Rumusan Masalah ……………………………………………………………….6
1.4 Tujuan Penulisan ..................................................................................................6
1.5 Manfaat Penulisan ................................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Konsep Akuntabilitas Publik ..............................................................7


2.2 Dimensi Akuntabilitas Publik ...............................................................................7
2.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Indonesia ...........................8
2.4 Prinsip-prinsip Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ..................................11
2.5 Indikator Keberhasilan Kinerja Sistem Akuntabilitas Dalam Pelayanan Publik...11
2.6 Instrumen Akuntabilitas Kinerja Intansi Pemerintah ...........................................13

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................16

Halaman | 3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntabilitas secara harfiah dalam bahasa Inggris biasa disebut accountability yang
diartikan sebagai “yang dapat dipertanggungjawabkan” atau dalam kata sifat disebut sebagai
akuntabel. Akuntabilitas merupakan salah satu pilar “good governance” atau tata kelola
pemerintahan yang baik, dimana pemikiran tersebut bersumber bahwa pengelolaan administrasi
publik merupakan isu utama dalam pencapaian menuju ”clean government” (pemerintahan yang
bersih). Ada beberapa pilar good governance dalam berinteraksi satu dan lainnya yang saling
terkait, yakni government, citizen, dan business atau state, society dan private sector. Pada
dasarnya pilar tersebut mempunyai konsekuensi akuntabilitas terhadap publik atau
masyarakatnya, khususnya stakeholders yang yang melingkupi ketiga pilar tersebut sebagai
pelaku ”How to govern” atas aktivitasnya dan juga merupakan pertanggungjawaban pemerintah
daerah dalam mengambil suatu keputusan untuk kepentingan publik, dalam hal ini sebagaimana
pertanggungjawaban pemerintah daerah terhadap pelayanan publik yang diberikan.

Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir
seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini
khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan
imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi di
tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas
tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada akhirnya
menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai
penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di
Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di
Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi
donor dan hibah yang menekan pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar
terwujudnya good  governance.

Halaman | 4
Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah dilaksanakan secara
bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan peraturan-peraturan yang berhubungan
langsung dengan keharusan penerapan akuntabilitas di setiap instansi pemerintah menunjukan
keseriusan pemerintah dalam upaya melakukan reformasi birokrasi. Namun demikian, masih
terdapat beberapa hambatan dalam implementasi akuntabilitas yakni masih rendahnya
kesejahteraan pegawai, faktor budaya, dan lemahnya penerapan hukum di Indonesia.

1.2 Ruang Lingkup


Ada beberapa ruang lingkup akuntabilitas seperti yang dikemukakan oleh beberapa orang
ahli seperti yang dikemukakan oleh Bimtoro Tjokroamidjojo (2001:45) dalam buku “Reformasi
Administrasi Publik” yang menjelaskan bahwa akuntabilitas meliputi :
1. Akuntabilitas Politik dari pemerintah melalui lembaga perwakilan.
2. Akuntabilitas Keuangan melalui pelembagaan budget dan pengawasan BPK.
3. Akuntabilitas Hukum dalam bentuk reformasi hukum dan pengembangan perangkat
hukum.
4. Akuntabilitas Ekonomi (efesiensi) dalam bentuk likuiditas dan (tidak) falid dalam suatu
pemerintahan yang demokratis bertanggungjawab pada rakyat melaui sistem perwakilan.

Tetapi dari keempat ruang lingkup yang ada yang akan dibahas disini adalah akuntabilitas
keuangan dan akuntabilitas kinerja.
 Akuntabilitas Keuangan adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan pengeluaran keuangan daerah.
 Sedangkan Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk memperanggungkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik.

Dasar hukum pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah didasarkan pada berikut ini :
1) Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Kinerja Instansi
Pemerintah.

Halaman | 5
3) PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan.
4) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
5) UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN.
6) PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah.
7) UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
8) PP No 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Akuntabilitas dalam Pelayanan Publik?
2. Bagaimana hubungan antara akuntabilitas publik dengan Good Governance?
3. Bagaimana konsep akuntabilitas publik yang diterapkan di Indonesia?
4. Apa saja dimensi-dimensi akuntabilitas publik?
5. Apa saja yang menjadi indikator kineja keberhasilan dari pencapaian akuntabilitas publik?

1.4 Tujuan Penulisan

 Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori Administrasi Publik pada semester dua
pada periode 2018/2019.

1.5 Manfaat Penulisan

1. Agar pembaca dapat memperoleh informasi mengenai konsep atau sistem akuntabilitas
publik yang diterapkan di Indonesia.
2. Agar pembaca dapat mengetahui informasi mengenai dimensi-dimensi akuntabilitas dalam
pelayanan publik yang dikemukakan oleh para ahli
3. Agar pembaca dapat memperoleh informasi mengenai ukuran tingkat keberhasilan dari
pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi publik dengan indikator yang jelas

Halaman | 6
sehingga dapat digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja
dalam pelayanan publik.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

.1 Pengertian Konsep Akuntabilitas Publik


Konsep akuntabilitas publik adalah kewajiban pihak pemegang amanah untuk
memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan dan mengungkapkan segala aktivitas
dan kegiatan yang saling berkaitan satu sama lain yang menjadi tanggungjawabnya kepada pihak
yang memberikan amanah/publik. Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu:
akuntabilitas vertikal (vertical accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal
accountability).

 Akuntabilitas vertikal  adalah pertanggungjawaban atas pengelolaan dana kepada otoritas


yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban unit-unit kerja (dinas) kepada
pemerintah daerah, kemudian pemerintah daerah kepada pemerintah pusat, pemerintah
pusat kepada MPR.

 Akuntabilitas horizontal adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Akuntabilitas merupakan konsep yang lebih luas dari Stewardship. Stewardship mengacu


pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien tanpa dibebani kewajiban
untuk melaporkan, sedangkan accountability mengacu pada pertanggungjawaban oleh
seorang Steward kepada pemberi tanggung jawab. Terwujudnya akuntabilitas merupakan tujuan
utama dari reformasi sektor publik. Tuntutan akuntabilitas publik mengharuskan lembaga-
lembaga sektor publik untuk lebih menekankan kepada pertanggungjawaban horizontal bukan
hanya pertanggungjawaban vertical. Tuntutan tersebut yang kemudian muncul adalah perlunya
dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja lembaga sektor publik.

.2 Dimensi Akuntabilitas Publik

Halaman | 7
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas
beberapa dimensi. Menurut Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas
yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu :

1. Akuntabilitas Kejujuran dan Akuntabilitas Hukum (Accountability for Probity and


Legality). Akuntabilitas kejujuran (accountability for probity) terkait dengan penghindaran
penyalahgunaan jabatan (abuse of power), sedangkan akuntabilitas hukum (legal
accountability) terkait dengan jaminan adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
lain yang disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.

2. Akuntabilitas Proses. Akuntabilitas proses terkait dengan apakah prosedur yang


digunakan dalam melaksanakan tugas sudah cukup baik dalam hal kecukupan sistem
informasi akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi. Akuntabilitas
proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan publik yang cepat, responsif, dan
murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksanaan akuntabilitas proses dapat
dilakukan, misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan pungutan-pungutan lain
di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi dan pemborosan yang
menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan kelambanan dalam pelayanan.
Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses juga terkait dengan pemeriksaan
terhadap proses tender untuk melaksanakan proyek-proyek publik. Yang harus dicermati
dalam kontrak tender adalah apakah proses tender telah dilakukan secara fair
melalui Compulsory Competitive Tendering (CCT), ataukah dilakukan melalui korupsi,
kolusi, dan nepotisme (KKN).

3. Akuntabilitas Program. Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah


tujuan yang ditetapkan dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan
alternatif program yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya yang minimal.

4. Akuntabilitas Kebijakan. Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban


pemerintah, baik pusat maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah
terhadap DPR/DPRD dan masyarakat luas.

2.3 Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan di Indonesia


Halaman | 8
Perbaikan pemerintahan dan sistem manajemen merupakan agenda penting dalam
reformasi birokrasi yang sedang dijalankan oleh pemerintah saat ini. Sistem manajemen
pemerintahan diharapkan berfokus pada peningkatan akuntabilitas serta sekaligus peningkatan
kinerja yang berorientasi pada hasil (outcome) dan impact (dampak). Maka pemerintah telah
menetapkan kebijakan untuk penerapan sistem pertanggungjawaban yang jelas dan teratur dan
efektif yang disebut dengan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP).
Akuntabilitas merupakan kata kunci dari sistem tersebut yang dapat diartikan sebagai
perwujudan dari kewajiban seseorang atau instansi pemerintah untuk mempertanggungjawabkan
pengelolaan sumber daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam
rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui media pertanggungjawaban dan berupa
laporan akuntailitas yang disusun secara periodik.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat dengan SAKIP
tertuang dalam “Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja
Instansi Pemerintah” yang mana didalamnya menyebutkan SAKIP merupakan rangkaian
sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan penetapan dan
pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan pelaporan kinerja pada
instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan peningkatan kinerja instansi
pemerintah.
Tujuan SAKIP adalah untuk mendorong terciptanya akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah sebagai salah satu prasyarat untuk terciptanya pemerintah yang baik dan terpercaya.
Sedangkan sasaran dari Sistem  Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah adalah:

1. Menjadikan instansi pemerintah yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara


efisien, efektif dan responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungannya.
2. Terwujudnya transparansi instansi pemerintah.
3. Terwujudnya partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan nasional.
4. Terpeliharanya kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.

Penyelenggaraan SAKIP ini dilaksanakan untuk menghasilkan sebuah laporan


kinerja yang berkualitas serta selaras dan sesuai dengan tahapan-tahapan yang meliputi:

Halaman | 9
1. Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi pemerintah dalam periode 5 (lima)
tahunan. Rencana strategis ini menjadi dokemen perencanaan untuk arah pelaksanaan program
dan kegiatan dan menjadi landasan dalam penyelenggaraan SAKIP.

2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang
lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian kinerja selain berisi mengenai perjanjian
penugasan/pemberian amanah, juga terdapat sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang
diperjanjikan untuk dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun serta memuat rencana anggaran untuk
program dan kegiatan yang mendukung pecapaian sasaran strategis.

3. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi kinerja dengan sasaran
(target) kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen perjanjian kinerja dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh penerima tugas
atau penerima amanah pada seluruh instansi pemerintah.

4. Pengelolaan Kinerja
Pengelolaan kinerja merupakan proses pencatatan/registrasi, penatausahaan dan penyimpanan
data kinerja serta melaporkan data kinerja. Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan
kebutuhan instansi pemerintah sebagai kebutuhan manajerial, data atau laporan keuangan yang
dihasilkan dari sistem akuntansi dan statistik pemerintah.

5. Pelaporan Kinerja
Pelaporan kinerja adalah proses menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja
yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja
tersebut terdiri dari Laporan Kinerja Interim dan Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja
Tahunan paling tidak memuat perencanaan strategis, pencapaian sasaran strategis instansi
pemerintah, realisasi pencapaian sasaran strategis dan penjelasan yang memadai atas pencapaian
kinerja.

Halaman | 10
6. Reviu dan Evaluasi Kinerja
Reviu merupakan langkah dalam rangka untuk meyakinkan keandalan informasi yang disajikan
sebelum disampaikan kepada pimpinan. Reviu tersebut dilaksanakan oleh Aparat pengawasan
intern pemerintah dan hasil reviu berupa surat pernyataan telah direviu yang ditandatangani oleh
Aparat pengawasan intern pemerintah. Sedangkan evalusi kinerja merupakan evaluasi dalam
rangka implementasi SAKIP di instansi pemerintah.

2.4 Prinsip-Prinsip Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


Akuntabilitas dapat diukur melalui beberapa prinsip yang mendasarinya, Dalam Inpres
Nomor 7 Tahun 1999. Dalam pelaksanaan akuntabilitas dalam lingkungan instansi pemerintah
terdapat beberapa prinsip yang mendasarinya (Rakhmat 2009:57), yaitu:

1. Harus merupakan sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya yang
konsisten dengan asas-asas umum penyelenggaraan Negara serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staff instansi yang bersangkutan.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh.
5. Harus jujur, obyektif, transparan, akurat, dan inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen instansi pemerintah.

6. Menyajikan keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan.

2.5 Indikator Keberhasilan Kinerja Sistem Akuntabilitas dalam


Pelayanan Publik
Pada hakekatnya indikator merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk menjelaskan
dan memberitahukan mengenai suatu hasil dari aktivitas kegiatan. Misalnya pekerjaan aparatur
dikatakan baik, bisa dijelaskan dengan pelayanan yang memuaskan kepada masyarakat.
Penentuan Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan bagian yang sangat penting dalam
merancang sistem pengukuran kinerja. Penentuan IKU haruslah benar-benar merupakan

Halaman | 11
penjabaran dari visi, misi, strategi dan tujuan-tujuan strategis perusahaan. Oleh karenanya IKU
menjadi barometer atau ukuran pencapaian dari sasaran-sasaran strategis, yang berorientasi pada
saat ini atau dimasa yang akan datang.

Penentuan IKU pada organisasi profit dan non-profit tidaklah sama. Pada organisasi
profit, penentuan IKU disusun berorientasi pada perspektif financial, perspektif pelanggan, dan
perspektif bisnis, dan masing-masing perspektif mempunyai alat ukur; Key Performance
Outcome (Lag Indicator) dan Key Performance Driver (Lead Indicator). Lag Indicator dapat
disebut sebagai indikator hasil, sedangkan Lead Indicator disebut dengan indikator pendorong
kinerja atau prosesnya.

Selanjutnya Moeheriono menegaskan, berdasarkan jenisnya Indikator kinerja terdiri dari:

- Indikator Kinerja Input, yaitu mengukur jumlah sumberdaya seperti anggaran, SDM,
peralatan, material dan masukan laiinya yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan.

- Indikator Kinerja output, yaitu membandingkan keluaran yang dapat dianalisis (apakah sudah
terlaksana sesuai rencana). Indikator ini pun biasanya dijadikan sebagai landasan untuk
menilai kemajuan suatu kegiatan.

- Indikator Kinerja outcome, yaitu indikator yang lebih utama daripada sekedar output. Dalam
outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang menyangkut
kepentingan banyak pihak.

- Indikator Kinerja Benefit, yaitu menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil
(outcome).

- Indikator Kinerja Dampak (Impact), yaitu memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari
manfaat yang diperoleh dari hasil suatu kegiatan.

Semua jenis indikator ini, dapat dikategorikan menggunakan pendekatan sistem. Setiap
sub sistem indikator saling berkaitan satu sama lain dan setiap indikator berfungsi memberikan
tekanan pada kinerja organisasi yang akan dicapai pada saat sekarang dan masa yang akan
datang.

Halaman | 12
Sedangkan menurut Dwiyanto, (Dwiyanto 2012:57) untuk melihat akuntabilitas
penyelenggaraan pelayanan publik dalam penelitian dapat dilihat melalui indikator-indikator
kinerja yang meliputi:

- Acuan pelayanan yang dipergunakan aparat birokrasi dalam proses penyelenggaraan


pelayanan publik. Indikator tersebut mencerminkan prinsip orientasi pelayanan yang
dikembangkan oleh birokrasi terhadap masyarakat pengguna jasa.

- Tindakan yang dilakukan oleh aparat birokrasi apabila terdapat masyarakat pengguna jasa
yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

- Dalam menjalankan tugas pelayanan, seberapa jauh kepentingan pengguna jasa memperoleh
prioritas dari aparat birokrasi.

2.6 Instrumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan


David Hulme dan Mark Tunner (dalam Raba 2006:115) mengemukakan bahwa
akuntabilitas merupakan suatu konsep yang kompleks dan memiliki beberapa instrument untuk
mengukurnya, yaitu:

(1) Legitimasi bagi para pembuat kebijakan;


(2) Keberadaan kualitas moral yang memadai;
(3) Kepekaan;
(4) Keterbukaan;
(5) Pemanfaatan sumber daya secara optimal dan
(6) Upaya peningkatan efisiensi dan efektivitas.

Jadi menurut Hulme dan Turner, akuntabilitas terkait dengan beberapa pertanyaan berikut ini :

1) Apakah para elit berkuasa telah dipilih melalui suatu pemilihan yang jujur, adil dan dengan
melibatkan partisipasi publik secara optimal?
2) Apakah kualitas moral dan tingkah laku keterbukaan elit berkuasa cukup memadai?
3) Apakah elit yang berkuasa memiliki kepekaan yang tinggi atas aspirasi yang berkembang di
masyarakat luas?

Halaman | 13
4) Apakah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan sudah dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Akuntabilitas merupakan salah satu prasyarat terlaksananya proses pelaksanaan tata
kepemerintahan yang baik (good governance). Akuntabilitas yang merupakan prinsip
utama terselenggaranya pemerintahan yang baik menjadi salah satu acuan pemerintah
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam beberapa pengertian, akuntabilitas pada
umumnya dikaitkan pada proses pertanggungjawaban terhadap serangkaian bentuk
pelayanan yang diberikan atau yang telah dilakukan. Akuntabilitas merujuk kepada
pertanggungjawaban seseorang kepada pihak yang memiliki hak untuk meminta
pertanggungjawaban.

Seperti yang dikemukakan Sedarmayanti (2003:69) bahwa: “Akuntabilitas dapat


dinyatakan sebagai kewajiban untuk memberikan pertanggungjawaban atau menjawab dan
menerangkan kinerja dan tindakan seseorang atau suatu organisasi kepada pihak yang
memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban.“

Adanya pertanggungjawaban tersebut merupakan bentuk transparansi kegiatan


yang dilakukan maupun segala kebijakan yang dilaksanakan. Akuntabilitas tidak hanya
sebatas mempertanggungjawabkan hasil secara tulisan melalui laporan secara periodik,
namun pelaksanaannnya secara nyata. Akuntabilitas merupakan wujud tanggungjawab
penerima amanah kepada pemberi amanah.

Akuntabilitas merupakan aktivitas pemerintah sebagai bentuk pertanggungjawaban


pemerintah kepada masyarakat terlihat dari sejauh mana transparansi penyelenggaraan
pelayanan publik. Pemerintah mengambil peran penting dari terlaksananya pelayanan yang
akuntabel oleh karena akuntabilitas terkait dengan segala aktivitas pemerintah.

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah atau disingkat dengan SAKIP


tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah yang mana didalamnya menyebutkan SAKIP merupakan
rangkaian sistematik dari berbagai aktivitas, alat dan prosedur yang dirancang untuk tujuan
penetapan dan pengukuran, pengumpulan data, pengklarifikasian, pengikhtisaran, dan

Halaman | 14
pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Permasalahan :
Ketika para pejabat publik tidak mampu mempertanggungjawabannya berdasarkan
asas transparansi, maka seringkali rakyat mengeluhkan dan cenderung menyatakan bahwa
seorang pejabat itu tidak mampu bertindak sesuai dengan amanah mereka. Rakyat
hanyalah dijadikan sebagai alat untuk mampu merealisasikan kepentingan para pejabat
publik. Ketika kepemimpinan pejabat publik menyakiti hati rakyat, seperti banyak
ditampilkan di berbagai daerah di Indonesia terjadilah demo dimana-mana yang hanya
menuntut kepemimpinan seorang pejabat publik dapat ditanggalkan. Contohnya ketika
publik sudah taat membayar pajak ternyata uang rakyat untuk kepentingan negara
dikorupsi oleh segelintir pejabat.

Penyelesaian :
Rakyat harus mengetahui dengan pasti, uang yang telah disetorkan dalam bentuk
pajak, pungutan, atau hasil bumi atau tambang di wilayahnya, yang dipercayakan pada
eksekutifnya, apakah betul-betul dipergunakan sebagaimana mestinya atau dimanfaatkan
untuk kepentingan pribadi.
Peraturan hukum di Indonesia seharusnya dirubah untuk membuat efek jera dengan
hukuman yang seadil-adilnya kepada para koruptor karena itu akan menyelamatkan
generasi muda kita di masa yang akan datang.

Akuntabilitas sebagai suatu bentuk pertanggungjawaban atas segala tindakan


pemerintah, tidak hanya sebatas menyediakan laporan kinerja secara transparan namun
perlu mempertimbangkan aspek nilai di dalam masyarakat seperti yang dikemukakan
Wahyudi Kumorotomo (2013:4) bahwa: “Akuntabilitas menjadi ukuran apakah aktivitas
pemerintah atau pelayanan yang dilakukan telah sesuai dengan norma dan nilai – nilai yang
dianut oleh masyarakat dan apakah pelayanan publik tersebut mampu mengakomodasi
kebutuhan rakyat yang sesungguhnya.”

Halaman | 15
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/11324855/Hubungan_Akuntabilitas_dengan_Good_Governance

http://woroastuti.blogspot.com/2011/03/konsep-tentang-akuntabilitas-dan.html

http://mollo-mutis.blogspot.com/2012/11/akuntabilitas-sebagai.html
http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/09/05/dimensi-akuntabilitas/

http://pemerintah.net/sistem-akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah/
http://e-journal.uajy.ac.id/972/3/2EA16770.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68574/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3670/Bab%202.pdf?
sequence=6

Halaman | 16

Anda mungkin juga menyukai