Kelompok 9 Adm
Kelompok 9 Adm
DISUSUN OLEH :
Erika Sukmarani (CA181110291)
Nindy Naura Fahiratunisa (CA181110377)
Septiana Dwi Damayanti (CA181110485)
Kelas : A4-18-01A
Dosen : Dr. Ir. A.H. Rahadian, M.Si
Halaman | 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua, sehingga kelompok
kami dapat menyusun serta menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep
Akuntabilitas Dalam Pelayanan Publik” ini dengan baik dan tepat pada
waktunya. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini salah satunya adalah untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori Ilmu Administrasi Publik semester
dua pada periode 2018-2019. Dan tak lupa juga kami turut berterima kasih kepada
Bpk. Dr. Ir. A.H. Rahadian, M.Si selaku dosen pembimbing mata kuliah Teori Ilmu
Administrasi Publik Institut Stiami.
Namun kami juga menyadari bahwa pada penulisan makalah ini masih
banyak terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik
dari dosen yang membaca makalah ini yang sifatnya membangun untuk
kesempurnaan makalah ini. Harapan kami semoga makalah ini bermanfaat bagi
semua pihak yang membacanya. Terima kasih.
Penyusun
Halaman | 2
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Halaman | 3
BAB I
PENDAHULUAN
Konsep akuntabilitas di Indonesia memang bukan merupakan hal yang baru. Hampir
seluruh instansi dan lembaga-lembaga pemerintah menekankan konsep akuntabilitas ini
khususnya dalam menjalankan fungsi administratif kepemerintahan. Fenomena ini merupakan
imbas dari tuntutan masyarakat yang mulai digemborkan kembali pada awal era reformasi di
tahun 1998. Tuntutan masyarakat ini muncul karena pada masa orde baru konsep akuntabilitas
tidak mampu diterapkan secara konsisten di setiap lini kepemerintahan yang pada akhirnya
menjadi salah satu penyebab lemahnya birokrasi dan menjadi pemicu munculnya berbagai
penyimpangan-penyimpangan dalam pengelolaan keuangan dan administrasi negara di
Indonesia. Era reformasi telah memberi harapan baru dalam implementasi akuntabilitas di
Indonesia. Apalagi kondisi tersebut didukung oleh banyaknya tuntutan negara-negara pemberi
donor dan hibah yang menekan pemerintah Indonesia untuk membenahi sistem birokrasi agar
terwujudnya good governance.
Halaman | 4
Implementasi akuntabilitas di Indonesia pada prinsipnya telah dilaksanakan secara
bertahap dalam lingkungan pemerintahan. Dukungan peraturan-peraturan yang berhubungan
langsung dengan keharusan penerapan akuntabilitas di setiap instansi pemerintah menunjukan
keseriusan pemerintah dalam upaya melakukan reformasi birokrasi. Namun demikian, masih
terdapat beberapa hambatan dalam implementasi akuntabilitas yakni masih rendahnya
kesejahteraan pegawai, faktor budaya, dan lemahnya penerapan hukum di Indonesia.
Tetapi dari keempat ruang lingkup yang ada yang akan dibahas disini adalah akuntabilitas
keuangan dan akuntabilitas kinerja.
Akuntabilitas Keuangan adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk
mempertanggungjawabkan pengeluaran keuangan daerah.
Sedangkan Akuntabilitas Kinerja adalah perwujudan kewajiban suatu instansi
pemerintah untuk memperanggungkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi
organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan melalui sistem
pertanggungjawaban secara periodik.
Dasar hukum pelaksanaan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah didasarkan pada berikut ini :
1) Inpres No. 7 Tahun 1999 tentang akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
2) UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan Kinerja Instansi
Pemerintah.
Halaman | 5
3) PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan.
4) UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
5) UU No. 25 Tahun 2004 tentang SPPN.
6) PP No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan
Rencana Pembangunan Daerah.
7) UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
8) PP No 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada DPRD
dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Masyarakat.
Untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Teori Administrasi Publik pada semester dua
pada periode 2018/2019.
1. Agar pembaca dapat memperoleh informasi mengenai konsep atau sistem akuntabilitas
publik yang diterapkan di Indonesia.
2. Agar pembaca dapat mengetahui informasi mengenai dimensi-dimensi akuntabilitas dalam
pelayanan publik yang dikemukakan oleh para ahli
3. Agar pembaca dapat memperoleh informasi mengenai ukuran tingkat keberhasilan dari
pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi publik dengan indikator yang jelas
Halaman | 6
sehingga dapat digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja
dalam pelayanan publik.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Halaman | 7
Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sektor publik terdiri atas
beberapa dimensi. Menurut Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntabilitas
yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu :
Halaman | 9
1. Rencana Strategis
Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan instansi pemerintah dalam periode 5 (lima)
tahunan. Rencana strategis ini menjadi dokemen perencanaan untuk arah pelaksanaan program
dan kegiatan dan menjadi landasan dalam penyelenggaraan SAKIP.
2. Perjanjian Kinerja
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari pimpinan instansi yang
lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah untuk melaksanakan program/kegiatan
yang disertai dengan indikator kinerja. Perjanjian kinerja selain berisi mengenai perjanjian
penugasan/pemberian amanah, juga terdapat sasaran strategis, indikator kinerja dan target yang
diperjanjikan untuk dilaksanakan dalam 1 (satu) tahun serta memuat rencana anggaran untuk
program dan kegiatan yang mendukung pecapaian sasaran strategis.
3. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan langkah untuk membandingkan realisasi kinerja dengan sasaran
(target) kinerja yang dicantumkan dalam lembar/dokumen perjanjian kinerja dalam rangka
pelaksanaan APBN/APBD tahun berjalan. Pengukuran kinerja dilakukan oleh penerima tugas
atau penerima amanah pada seluruh instansi pemerintah.
4. Pengelolaan Kinerja
Pengelolaan kinerja merupakan proses pencatatan/registrasi, penatausahaan dan penyimpanan
data kinerja serta melaporkan data kinerja. Pengelolaan data kinerja mempertimbangkan
kebutuhan instansi pemerintah sebagai kebutuhan manajerial, data atau laporan keuangan yang
dihasilkan dari sistem akuntansi dan statistik pemerintah.
5. Pelaporan Kinerja
Pelaporan kinerja adalah proses menyusun dan menyajikan laporan kinerja atas prestasi kerja
yang dicapai berdasarkan Penggunaan Anggaran yang telah dialokasikan. Laporan kinerja
tersebut terdiri dari Laporan Kinerja Interim dan Laporan Kinerja Tahunan. Laporan Kinerja
Tahunan paling tidak memuat perencanaan strategis, pencapaian sasaran strategis instansi
pemerintah, realisasi pencapaian sasaran strategis dan penjelasan yang memadai atas pencapaian
kinerja.
Halaman | 10
6. Reviu dan Evaluasi Kinerja
Reviu merupakan langkah dalam rangka untuk meyakinkan keandalan informasi yang disajikan
sebelum disampaikan kepada pimpinan. Reviu tersebut dilaksanakan oleh Aparat pengawasan
intern pemerintah dan hasil reviu berupa surat pernyataan telah direviu yang ditandatangani oleh
Aparat pengawasan intern pemerintah. Sedangkan evalusi kinerja merupakan evaluasi dalam
rangka implementasi SAKIP di instansi pemerintah.
1. Harus merupakan sistem yang dapat menjamin penggunaan sumber-sumber daya yang
konsisten dengan asas-asas umum penyelenggaraan Negara serta peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staff instansi yang bersangkutan.
3. Menunjukkan tingkat pencapaian sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Berorientasi pada pencapaian visi dan misi, serta hasil dan manfaat yang diperoleh.
5. Harus jujur, obyektif, transparan, akurat, dan inovatif sebagai katalisator perubahan
manajemen instansi pemerintah.
6. Menyajikan keberhasilan dan kegagalan dalam pencapaian sasaran dan tujuan yang telah
ditetapkan.
Halaman | 11
penjabaran dari visi, misi, strategi dan tujuan-tujuan strategis perusahaan. Oleh karenanya IKU
menjadi barometer atau ukuran pencapaian dari sasaran-sasaran strategis, yang berorientasi pada
saat ini atau dimasa yang akan datang.
Penentuan IKU pada organisasi profit dan non-profit tidaklah sama. Pada organisasi
profit, penentuan IKU disusun berorientasi pada perspektif financial, perspektif pelanggan, dan
perspektif bisnis, dan masing-masing perspektif mempunyai alat ukur; Key Performance
Outcome (Lag Indicator) dan Key Performance Driver (Lead Indicator). Lag Indicator dapat
disebut sebagai indikator hasil, sedangkan Lead Indicator disebut dengan indikator pendorong
kinerja atau prosesnya.
- Indikator Kinerja Input, yaitu mengukur jumlah sumberdaya seperti anggaran, SDM,
peralatan, material dan masukan laiinya yang dipergunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan.
- Indikator Kinerja output, yaitu membandingkan keluaran yang dapat dianalisis (apakah sudah
terlaksana sesuai rencana). Indikator ini pun biasanya dijadikan sebagai landasan untuk
menilai kemajuan suatu kegiatan.
- Indikator Kinerja outcome, yaitu indikator yang lebih utama daripada sekedar output. Dalam
outcome menggambarkan tingkat pencapaian atas hasil lebih tinggi yang menyangkut
kepentingan banyak pihak.
- Indikator Kinerja Benefit, yaitu menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator hasil
(outcome).
- Indikator Kinerja Dampak (Impact), yaitu memperlihatkan pengaruh yang ditimbulkan dari
manfaat yang diperoleh dari hasil suatu kegiatan.
Semua jenis indikator ini, dapat dikategorikan menggunakan pendekatan sistem. Setiap
sub sistem indikator saling berkaitan satu sama lain dan setiap indikator berfungsi memberikan
tekanan pada kinerja organisasi yang akan dicapai pada saat sekarang dan masa yang akan
datang.
Halaman | 12
Sedangkan menurut Dwiyanto, (Dwiyanto 2012:57) untuk melihat akuntabilitas
penyelenggaraan pelayanan publik dalam penelitian dapat dilihat melalui indikator-indikator
kinerja yang meliputi:
- Tindakan yang dilakukan oleh aparat birokrasi apabila terdapat masyarakat pengguna jasa
yang tidak memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
- Dalam menjalankan tugas pelayanan, seberapa jauh kepentingan pengguna jasa memperoleh
prioritas dari aparat birokrasi.
Jadi menurut Hulme dan Turner, akuntabilitas terkait dengan beberapa pertanyaan berikut ini :
1) Apakah para elit berkuasa telah dipilih melalui suatu pemilihan yang jujur, adil dan dengan
melibatkan partisipasi publik secara optimal?
2) Apakah kualitas moral dan tingkah laku keterbukaan elit berkuasa cukup memadai?
3) Apakah elit yang berkuasa memiliki kepekaan yang tinggi atas aspirasi yang berkembang di
masyarakat luas?
Halaman | 13
4) Apakah dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan sudah dilaksanakan
dengan efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Akuntabilitas merupakan salah satu prasyarat terlaksananya proses pelaksanaan tata
kepemerintahan yang baik (good governance). Akuntabilitas yang merupakan prinsip
utama terselenggaranya pemerintahan yang baik menjadi salah satu acuan pemerintah
dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Dalam beberapa pengertian, akuntabilitas pada
umumnya dikaitkan pada proses pertanggungjawaban terhadap serangkaian bentuk
pelayanan yang diberikan atau yang telah dilakukan. Akuntabilitas merujuk kepada
pertanggungjawaban seseorang kepada pihak yang memiliki hak untuk meminta
pertanggungjawaban.
Halaman | 14
pelaporan kinerja pada instansi pemerintah, dalam rangka pertanggungjawaban dan
peningkatan kinerja instansi pemerintah.
Permasalahan :
Ketika para pejabat publik tidak mampu mempertanggungjawabannya berdasarkan
asas transparansi, maka seringkali rakyat mengeluhkan dan cenderung menyatakan bahwa
seorang pejabat itu tidak mampu bertindak sesuai dengan amanah mereka. Rakyat
hanyalah dijadikan sebagai alat untuk mampu merealisasikan kepentingan para pejabat
publik. Ketika kepemimpinan pejabat publik menyakiti hati rakyat, seperti banyak
ditampilkan di berbagai daerah di Indonesia terjadilah demo dimana-mana yang hanya
menuntut kepemimpinan seorang pejabat publik dapat ditanggalkan. Contohnya ketika
publik sudah taat membayar pajak ternyata uang rakyat untuk kepentingan negara
dikorupsi oleh segelintir pejabat.
Penyelesaian :
Rakyat harus mengetahui dengan pasti, uang yang telah disetorkan dalam bentuk
pajak, pungutan, atau hasil bumi atau tambang di wilayahnya, yang dipercayakan pada
eksekutifnya, apakah betul-betul dipergunakan sebagaimana mestinya atau dimanfaatkan
untuk kepentingan pribadi.
Peraturan hukum di Indonesia seharusnya dirubah untuk membuat efek jera dengan
hukuman yang seadil-adilnya kepada para koruptor karena itu akan menyelamatkan
generasi muda kita di masa yang akan datang.
Halaman | 15
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/11324855/Hubungan_Akuntabilitas_dengan_Good_Governance
http://woroastuti.blogspot.com/2011/03/konsep-tentang-akuntabilitas-dan.html
http://mollo-mutis.blogspot.com/2012/11/akuntabilitas-sebagai.html
http://bpkad.banjarkab.go.id/index.php/2017/09/05/dimensi-akuntabilitas/
http://pemerintah.net/sistem-akuntabilitas-kinerja-instansi-pemerintah/
http://e-journal.uajy.ac.id/972/3/2EA16770.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/68574/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
https://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3670/Bab%202.pdf?
sequence=6
Halaman | 16