Anda di halaman 1dari 13

TUGAS SEJARAH PERADABAN ISLAM

BANI UMAYYAH

Dosen Pengampu
Qomi Akit Jauhari

Oleh :
1. Muhammad Amin (12330007)
2. Ria Vianoca Anggita Rosanti (12330008)
3. Iwan Sujarwo (12330009)

PENDIDIKAN BAHASA ARAB


FAKULTAS HUMANIORA DAN BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2012

i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
taufiq, hidayah, inayah dan ma’unahNya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “BANI UMAYYAH”. Makalah ini dibuat untuk memenuhi
tugas Sejarah Peradaban Islam.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada dosen Pengampu Mata Kuliah
Sejarah Peradaban Islam, Pak Qomi Akit Jauhari yang telah membimbing dalam
pembuatan makalah ini.
Tak ada gading yang tak retak. Oleh karena itu, saran yang membangun
sangat kami harapkan demi perbaikan yang lebih baik ke depannya. Akhirnya,
semoga makalah ini bermanfaat sebagai media belajar Sejarah Peradaban Islam
dan membantu mahasiswa untuk lebih mendalami pokok bahasan Bani Umayyah.

Oktober 2012

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR …………………………………………………………... ii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………………. iii
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
1.2. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 1
1.3. Tujuan …………………………………………………………………… 1
BAB II : PEMBAHASAN
2.1. Proses Berdirinya Bani Umayyah ……………………………………….. 2
2.2. Khalifah Bani Umayyah …………………………………………………. 3
2.3. Kemajuan pada masa Bani Umayyah …………………………………… 7
2.4. Keruntuhan Dinasti Umayyah ………………………………………….…9
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan …………………………………………………………………… 11
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Rumusan Masalah


1. Bagaimana Bani Umayyah terbentuk ?
2. Siapa saja khalifah-khalifah mayhur Bani Umayyah ?
3. Apa saja kemajuan yang terjadi pada masa Bani Umayyah ?

1.2. Tujuan
1. Mengetahui proses pembentukan Bani Umayyah
2. Mengetahui khalifah-khalifah yang masyhur pada masa Bani Umayyah
3. Mengetahui kemajuan yang terjadi pada masa Bani Umayyah

iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Proses Berdirinya Bani Umayyah


Pemerintah Bani Umayyah dinisbatkan kepada Umayyah bin Abd Syams
bin Abdi Manaf. Beliau adalah seorang tokoh penting di tengah Quraisy pada
masa Jahiliyah. Beliau dan pamannya Hasyim bin Abdu Manaf selalu bertarung
dalam memperebutkan kekuasaan dan kedudukan.
Setelah Islam datang, pertarungan menduduki kekuasaan ini menjelma menjadi
sebuah permusuhan yang transparan dan terbuka. Bani Umayyah melakukan
perlawanan terhadap Rasulullah dan dakwahnya. Sedangkan, Bani Hasyim
mendukung Rasulullah dan mengikutinya. Bani Umayyah tidak masuk islam
kecuali setelah tidak ada jalan lain kecuali mereka harus masuk islam. Hal ini
terjadi setelah penaklukkan kota Makkah.1
Para sejarawan mengungkapkan bahwasannya cara perolehan kekuasaan
yang dilakukan oleh Bani Umayyah identik dengan tipu muslihat dan kelicikan.
Tetapi tak dapat dipungkiri banyak pula kemuajuan yang ditunjukkan oleh Bani
Umayyah sewaktu berkuasa terutama perluasan wilayah kekuasaan Islam. Bani
Umayyah menerapkan monarchiabsolute atau monarchihereditas.2 Maksudnya
pengangkatan khalifah berdasarkan keturunan, sesama suku dan sesama Bani
Umayyah.2
Pemerintahan Umawiyah berdiri setelah khilafah rasyidah yang ditandai
dengan terbunuhnya Ali bin Abi Thalib pada tahun 40 H/661 M. Pemerintahan
Bani Umayyah dihitung sejak Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaan pada
Muawiyyah bin Abi Sufyan pada tanggal 25 Rabiul Awwal 41H/661M.
Pemerintahan ini berakhir dengan kekalahan khalifah Marwan bin
Muhammad di perang Zab pada bulan Jumadil Ula tahun 132H/749M. Dengan
demikian, pemerintahan Bani Umayyah ini berlangsung selama 91 tahun.
Pemerintahan ini dikuasai atau dijabat oleh 14 orang khalifah dengan Damaskus
sebagai ibukotanya.3

v
2.2 . Khalifah-khalifah Bani Umayyah
No. Nama Rentang Pemerintahan
1. Muawiyah bin Abi Sufyan 41-60 H / 661-679 M
2. Yazid bin Mu’awiyah 60-64 H / 679-683 M
3. Mu’awiyah bin Yazid 64 H / 683 M
4. Marwan bin Hakam 64-65 H / 683-684 M
5. Abdul Malik bin Marwan Bin
65-86 H / 684-705 M
Hakam
6. Walid bin Abdul Malik 86-96 H / 705-714 M
7. Sulaiman bin Abdul Malik 96-99 H / 714-717 M
8. Umar bin Abdul Aziz bin Marwan 99-101 H / 717-719 M
9. Yazid bin Abdul Malik 101-105 H /719-723 M
10. Hisyam bin Abdul Malik 105-125 H / 723-742 M
11. Walid bin Yazid bin Abdul Malik 125-126 H / 742-743 M
12. Yazid bin Walid bin Abdul Malik 126 H / 743 M
13. Ibrahim bin Walid bin Abdul Malik 126-127 H / 743-744 M
14. Marwan bin Muhammad bin
127-132 H / 744-749 M
Marwan
Berikut adalah beberapa khalifah besar semasa pemerintahan Bani Umayah :4
1. Muawiyah bin Abi Sufyan (661-679 M)
2. Abd Al-Malik bin Marwar (684-705 M)
3. Al-Walid bin Abd Malik (705-714 M)
4. Umar bin Abd Al-Aziz (717-719 M)
5. Hisyam bin Abd Al-Malik (723-742 M)

A. Muawiyah bin Abu Sufyan (41-60 H / 661-679 M)


Beliau bernama Muawiyyah bin Abu Sufyan bin Harb bin Umayyah bin
Abd Syams. Beliau masuk Islam pada tahun 6 H/ 627 M, saat terjadi perjanjian
Hudaibiyah. Tetapi baru ditampakkan keislamannya pada tanggal 8 H yakni saat
terjadi penaklukan kota Makkah.5
Adapun latar belakang Muawiyyah menjadi khalifah yakni ketika beliau
menolak usulan dari Ali yang mempunyai niatan untuk memecat semua gubernur.
Pada saat itulah terjadi pertumpahan darah antara Ali dengan Mu’awiyah yang
kemudian Ali tebunuh di tangan seorang Khawarij. Akhirnya beliau digantikan
oleh putranya Hasan bin Ali melalui pembaiatan umum. Namun, Hasan kemudian

vi
menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyyah sebagai upaya menghindari
pertumpahan darah kaum muslimin dan menyatupadukan mereka.
Sejak itu permasalahan menjadi stabil, keamanan dalam negeri stabil.
Kaum muslimin kembali mampu melakukan penaklukan-penaklukan setelah
sebelumnya sempat terhenti karena adanya konflik internal.6
Berbagai kemajuan dan perkembangan dirasakan pada masa
pemerintahannya, diantaranya adalah pada zamannya tidak ada satu orang pun
yang melakukan penentangan kecuali sebagian kecil kaum Khawarij, masa
kekuasaannya diwarnai dengan situasi yang kondusif dan baik, keamanan internal
terjamin dan unsur-unsur yang akan melakukan perlawanan terhadapnya selalu
mengalami kekalahan serta berhasil menaklukkan di semua medan dan berakhir
dengan kemenangan. Beliau juga berhasil mendirikan kantor-kanor pos di dalam
Islam dan membuat stempel. Beliau meninggal dunia pada tahun 60 H / 679 M.7
B. Abdul Malik bin Marwan (73-86 H / 692-705 M)
Beliau bernama Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abil Ash bin
Umayyah.Menjabat sebagai Gubernur Madinah ketika berumur 16 tahun yang
diangkat oleh Muawiyyah. Beliau dikenal sebagai sosok yang zuhud, fakih dan
dianggap sebagai ulama madinah.
Pada masa pemerintahannya, Beliau berhasil mengambil Irak dan
menaklukkan Hijaz secara keseluruhan dari tangan Abdullah ibnu Zubair. Setelah
Abdullah ibnuz Zubair terbunuh, maka Beliau dibaiat oleh seluruh masyarakat
muslimin dan dianggap sebagai “pendiri kedua” pemerintahan Bani Umayyah.
Pada saat itu dunia Islam terpecah-pecah. Dengan kebijakan dan siasatnya, dia
berhasil menjadikan negeri-negeri tunduk di bawah pemerintahannya dan berhasil
membungkam semua pemberontak dan pembangkang.8
Tidak hanya keberhasilan dalam penaklukan berbagai Negara tetapi juga
dapat menciptakan berbagai pekerjaan-pekerjaan besar di masa pemerintahnnnya,
di antaranya yakni menjadi khalifah pertama yang membuat mata uang sendiri
pada tahun 76 H / 695M. Beliau membangun kembali Masjidil Aqsha dan urusan
administrasi Negara yang diwajibkan dalam bahasa arab 81-86 H/700-705 M.9

vii
Beliau wafat pada tahun 86 H/705 M. Dengan demikian, Beliau memerintah
secara legal selama 13 tahun.10
C. Walid bin Abdul Malik (86-96 H / 705-714 M)
Beliau bernama Walid bin abdul Malik bin Marwan. Tumbuh dengan
semua kemewahan dan memiliki pemahaman bahasa yang lemah.11
Adapun kemajuan dan perkembangan pada masa pemerintahan beliau
adalah dengan membangun Masjid Jami’ di Damaskus bersamaan dengan
berakhirnya masa pemerintahanya (10 tahun), membangun Qubbathu Shakrah dan
memperluas Masjid Nabawi. Di samping itu juga, melakukan pembangunan fisik
dalam skala besar.12
Pada masa pemerintahannya dapat mewujudkan kondisi negara yang
aman, sejahtera dan stabil serta tidak ada lagi pemberontakan dan khawarij pun
tidak lagi memiliki gigi pergerakan. Beliau wafat pada tahun 96 H/714 M.13
D. Umar bin Abdul Aziz (99-101 H / 717-719 M)
Beliau bernama Umar bin abdul Aziz bin Marwan bin Hakam. Sebelum
menjabat sebagai khalifah beliau menjadi penguasa di Madinah dan tenggelam
dalam kemewahan yang biasa dilakukan oleh Bani Umayyah.
Banyak sekali perbaikan dan reformasi pada masa pemerintahan beliau,
diantaranya yakni menghidupkan dan memperbaiki tanah-tanah yang tidak
produktif, menggali sumur, membangun masjid serta mendistribusikan sedekah
dan zakat dengan cara yang benar hingga kemiskinan tidak ada lagi di zamannya.
Beliau berhasil menjalin hubungan baik dengan Syiah dan member kebebasan
kepada penganut agama lain untuk beribadah sesuai keyakinannya masing-
masing. Kedudukan mawali disejajarkan dengan muslim Arab.14 Sehingga beliau
pun dianggap sebagai Kulafaur Rasyidin kelima.
Penaklukan di masa pemerintahan beliau yakni terjadi pengepungan
konstantinopel dan itu semua terhenti karena beliau memerintahkan agar pasukan
Islam ditarik mundur. Karena pada masa pemerintahan ini terhitung sangat pendek
dan sedikit sekali terjadi perang dan konflik yang menonjol maka banyak orang
yang masuk Islam. Beliau wafat pada bulan rajab 101 H-719 M, memerintah

viii
selama 2 tahun 5 bulan dan pemerintahannya dianggap sebagai kenikmatan bagi
kaum muslimin.
E. Hisyam bin Abdul Malik (105-125 H / 723-742 M)
Beliau bernama Hisyam bin Abdul Malik bin Marwan. Pemerintahannya
dikenal dengan adanya perbaikan-perbaikan dan menjadikan tanah-tanah
produktif, membangun kota Rashafah dan membereskan tata administrasi. Beliau
dikenal sangat jeli dalam berbagai perkara dan sabar. Sangat membenci
pertumpahan darah namun juga dikenal sebagai orang yang pelit dan kikir.15
Jihad terus berlangsung namun tidak ada penaklukan baru. di Prancis
panglima Abdur Rahman al-Ghafiqi terus maju dengan pasukannya sampai ke
tengah-tengah Prancis. Kemudian terjadilah pertumpahan darah yang sangat
sengit di Poitiers yang kemudian dikenal dengan perang “Bilath Syuhada”. Pada
pertempuran ini al-Ghafiqi mati syahid.16
Terjadi pemberontakan Zaid bin Ali bin Husain pada masa
pemerintahannya. Beliau melakukan pemberontakan terhadap bani Umayyah di
Kuffah pada tahun 121 H/738 M. Maka beliau pun berperang hingga akhirnya
meninggal pada tahun 122 H/739 M. Setelah itu anaknya melakukan
pemberontakan di Balkh Khurasan. Dia dibunuh oleh orang-orang Umawi pada
tahun 125 H/742 M.17
Hisyam bin Abdul Malik wafat pada tahun125 H/742 M. Pemerintahannya
berlangsung selama dua puluh tahun. Pada masa pemerintahannya negara
mengalami kemerosotan dan melemah. Ini semua tejadi karena adanya fanatisme
antara orang arab selatan dan orang arab utara, secara khusus Khurasan. Inilah
yang membuat orang-orang Syiah mendapatkan kemenangan-kemenangan baru di
kawasan tersebut.

2.3. Kemajuan pada masa Bani Umayyah


Pada masa Bani Umayyah berkuasa, terjadi beberapa kemajuan di
berbagai bidang kehidupan, yaitu
1. Perluasan wilayah. Di jaman Muawiyah, Tunisia, Khurasan, sungai
Oxus, Afganistan, dan Kabul dapat ditaklukkan. Ibu Kota Bizantium,

ix
Konstantinopel pun dapat ditaklukkan oleh angkatan lautnya. Pada masa
Khalifah Abd Al-Malik, sungai Oxus, Baikh, Bukhara, Khawarizm,
Ferghana dan Samarkand dapat ditaklukkan. Begitu pula di zaman
pemerintahan sesudahnya terjadi penaklukan di Afrika, Eropa, bahkan
sampai daerah Asia Tengah. Dengan keberhasilan ekspansi ke beberapa
daerah, baik ditimur maupun barat. Wilayah kekuasaan islam masa Bani
Umayyah ini betul-betul sangat luas. Daerah-daerah itu meliputi
Spanyol, Afrika utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian
Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut Pakistan
Purkmenia, Ulbek, dan Kilgis di Asia Tengah.
2. Pembangunan berbagai infrastruktur. Al-Walid Ibn Abd Abdul Malik
(705M-714M). Dia memulai kekuasaannya dengan membangun Masjid
Jami’ di Damaskus. Masjid Jami’ ini dibangun dengan sebuah arsitektur
yang indah, dia juga membangun Kubbatu Sharkah dan memperluas
masjid Nabawi, disamping itu juga melakukan pembangunan fisik
dalam skala besar. Muawiyah mendirikan Dinas Pos dan tempat-tempat
tertentu dengan menyediakan kuda dengan peralatannya di sepanjang
jalan. Dia juga berusaha menertibkan angkatan bersenjata.
3. Dalam bidang pertanian Umayyah telah memberi tumpuan terhadap
pembangunan sektor pertanian, beliau telah memperkenalkan sistem
pengairan bagi tujuan meningkatkan hasil pertanian.
4. Perkembangan bidang tasyri’ terjadi pada masa Umar Bin Abd Al-Aziz.
Beliau berusaha mempertahankan perkembangan hadits yang hampir
mengecewakan, karena para penghafal hadits sudah meninggal sehingga
Beliau berusaha untuk membukukan Hadits.

5. Sistem peradilan dan Perkembangan Kebudayaan


Bani Umayyah mensejahterakan rakyatnya dengan memperbaiki seluruh
sistem pemerintahan dan menata administrasi, antara lain organisasi
keuangan. Organisasi ini bertugas mengurusi masalah keuangan negara
yang dipergunakan untuk:

x
- Gaji pegawai dan tentara serta gaya tata usaha Negara.
- Pembangunan pertanian, termasuk irigasi.
- Biaya orang-orang hukuman dan tawanan perang

- Perlengkapan perang.

Pada tahun 691H, Khalifah Abd Al-Malik membangun sebuah kubah


yang megah dengan arsitektur barat yang dikenal dengan “The Dame Of
The Rock” (Gubah As-Sakharah). Penatapan bahasa arab sebagai
bahasa resmi pemerintahan, pembangunan panti asuhan, pembuatan
mata uang dan lambang negara juga merupakan kemajuan pada masa
Bani Umayyah.

6. Kemajuan di bidang militer. Selama peperangan melawan kakuatan


musuh, pasukan arab banyak mengambil pelajaran dari cara-cara teknik
bertempur kemudian mereka memadukannya dengan sistem dan teknik
pertahanan yang selama itu mereka miliki, dengan perpaduan sistem
pertahanan ini akhirnya kekuatan pertahanan dan militer Dinasti Bani
Umayyah mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat baik.
Dengan kemajuan-kemajuan dalam sistem ini akhirnya para penguasa
dinasti Bani Umayyah mampu melebarkan sayap kekuasaannya hingga
ke Eropa. Secara garis besar formasi kekuatan tentara Bani Umayyah
terdiri dari pasukan berkuda, pasukan pejalan kaki dan angkatan laut.

2.4. Keruntuhan Dinasti Umayyah


Meskipun keberhasilan banyak dicapai dinasti ini, namun tidak berarti
bahwa politik dalam negeri dapat dianggap stabil. Beberapa hal yang
menyebabkan runtuhnya Dinasti Umayyah adalah sebagai beikut: 18

1. Muawiyah tidak mentaati isi perjanjiannya dengan Hasan Ibn Ali ketika
dia naik tahta yang menyebutkan bahwa persoalan pergantian pemimpin
setelah Muawiyah diserahkan kepada pemilihan umat islam.

xi
2. Deklarasi pengangkatan anaknya Yazid sebagai putra mahkota
menyebabkan munculnya gerakan-gerakan oposisi dikalangan rakyat
yang mengakibatkan terjadinya perang saudara beberapa kali dan
berkelanjutan.

3. Sistem monarki atau pergantian kekuasaan melalui garis keturunan yang


menyebebkan persaingan tidak sehat dalam memperebutkan tampuk
pemerintahan.

4. Pertentangan etnis antara suku Arabia Utara (Bani Qays) dan Arabia
Selatan (Bani Kalb). Sebagian besar golongan mawali (non-Arab)
terutama di Irak tidak setuju dengan status mawali yang
menggambarkan suatu inferioritas (rasa rendah diri).

5. Sikap hidup mewah para khalifah dan kurangnya perhatian para


khalifah terhadap masalah perkembangan keagamaan.

6. Munculnya kekuatan baru yang dipelopori Al-Abbas ibn Abd Al-


Muthalib yang mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim, Syi’ah,
dan mawali yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani
Umayyah.

____________________
Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam hingga Abad XX, (Jakarta:
Akbar Media, 2010), h. 181
2
Istianah Abu Bakar, Sejarah Peradaban Islam, (Malang: UIN-Malang Press, 2008), h.
43
3
Ahmad Al-Usairy, op. cit., h. 184
4
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 43
5
Ahmad Al-Usairy, op. cit., h. 186
6
Ibid., h. 187
7
Ibid., h. 191

xii
8
Ibid., h. 197
9
Ibid., h. 199
10
Ibid., h. 199
11
Ibid., h. 199
12
Ibid., h. 200
13
Ibid., h. 202
14
Badri Yatim, op. cit., h. 47
15
Ahmad Al-Usairy, op. cit., h. 207
16
Ibid.
17
Ibid.
18
Badri Yatim, op. cit., h. 48

xiii

Anda mungkin juga menyukai