Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

FARMASI FISIKA

“SIFAT FISIKA KIMIA”

OLEH:

STIFA E 2020

KELOMPOK 1

ASISTEN: MUT’MAINNAH

LABORATORIUM FARMASI FISIKA

PROGRAM STUDI DARJANA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI MAKASSAR

MAKASSAR

2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Pada saat ini banyak bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran.
Obat sediaan padat seperti kapsul, tablet dan sirup kering kebanyakan
mempunyai ukuran partikel yang kecil. Ukuran partikel bahan obat padat
mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan
juga terhadap efek fisiologinya (Moechtar, 1990; Sukandar, et al., 2008).

Dalam bidang farmasi, zat-zat yang digunakan sebagai bahan obat


kebanyakan berukuran kecil dan jarang yang berada dalam keadaan
optimum. Ukuran partikel bahan obat padat mempunyai peranan penting
dalam bidang farmasi sebab merupakan penentu bagi sifat-sifat, baik sifat
fisika, kimia dan farmakologik dari bahan obat tersebut Dalam pembuatan
sediaan-sediaan seperti kapsul, tablet, granul, sirup kering tentu
mempertimbangkan ukuran partikel. Begitupula akan mempengaruhi
kecepatan disolusi atau kelarutan dari suatu sediaan obat sehingga efek
yang akan ditimbulkan dapat dengan cepat bereaksi. Hal-hal semacam ini
terutama sangat berpengaruh pada sediaan-sediaan obat yang
mempunyai bentuk sediaan seperti tablet , kapsul dan lainlainnya yang
bersifat padat atau yang lainnya. Mikromeritik adalah suatu cabang ilmu
pengetahuan yang mempelajari khusus tentang ukuran suatu partikel,
yang mana ukuran partikel ini cukup kecil. Masalah seperti ukuran partikel
ini dalam bidang farmasi sangat diperhitungkan sekali atau dapat
dikatakan sangat penting. Mengingat pentingnya mikromeritik dalam
bidang farmasi, maka sudah sewajarnya jika mahasiswa farmasi
memahami mengenai mikromeritik ini, termasuk cara-cara dalam
melakukan pengukuran ukuran partikel suatu zat. Pada percobaan ini,
akan ditentukan diameter partikel dari, talkum dan NaCldengan
menggunakan metode ayakan, metode ini merupakan metode yang paling
sederhana ( M idris effendi , 2008 ).
Ilmu pengetahuan dan teknologi tentang partikel-partikel kecil oleh
Dalla Valle dinamakan ”Mikromeritik”. Dispersi koloid mempunyai sifat
karakteristik yaitu partikel-partikelnya tidak dapat dilihat di bawah
mikroskop biasa, sedangkan partikel-partikelnya dari emulsi dan suspensi
farmasi serta serbuk halus ukurannya berada dalam jarak penglihatan
mikroskop. Partikel-partikel yang ukurannya sebesar serbuk kasar,
granulat tablet atau granulat garam, ukurannya berada dalam jarak
pengayakan (Martin, 1994).
I.II. Maksud Percobaan
Mengetahui dan memahami cara menentukan ukuran partikel,
derajat halus serbuk dan distribusi ukuran partikel dengan metode
tertentu.
I.III. Tujuan Percobaan
Menentukan ukuran partikel, derajat halus serbuk, dan distribusi
ukuran partikel bahan farmasi dengan menggunakan metode pengayakan
dan mikroskopik.
I.IV. Prinsip Percobaan
Prinsip percobaan pada praktikum kali ini adalah berdasarkan pada
gaya tarik molekul permukaan cairan dengan metode pipa kapiler.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.I. Teori Umum

Secara umum pengertian analisis kualitatif dan kuantitatif adalah :

Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi


elemen, spesies, dan/atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel.
Dengan kata lain, analisis kualitatif berkaitan dengan cara untuk
mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu
sampel.

Analisis kuantitatif adalah analisis untuk menentukan jumlah (kadar)


dari suatu elemen atau spesies yang ada di dalam sampel. Dalam bidang
farmasi terutama pada industri farmasi, analisis kimia digunakan secara
rutin untuk menentukan suatu bahan baku yang akan digunakan, produk
setengah jadi dan produk jadi. Hasilnya dibandingkan dengan spesifikasi
yang ditetapkan (Dirjen POM,1995).

Sifat fisis merujuk pada perubahan benda tanpa membentuk zat


baru. Sifat fisis juga dapat diamati tanpa mengubah zat-zat penyusun
materinya. Sementara itu, sifat kimia adalah perubahan yang dialami
benda yang membentuk zat baru. Perubahan kimia membuat suatu zat
membentuk zat jenis baru. Jadi sifat kimia fisika adalah perubahan yang
dialami suatu benda yang membentuk zat baru dengan ciri-ciri suatu zat
yang berhubungan dengan terbentuknya zat jenis baru (Arifin, Z. 2011).

-Sifat fisika antara lain (Arsyad, S. 2012):

 Wujud zat.
 Warna zat.
 Kelarutan.
 Daya hantar listrik.
 Kemagnetan.
 Titik didih dan titik lebur.

-Sifat kimia antara lain:

 Mudah terbakar.
 Membusuk.
 Mudah meledak.
 Berkarat.
 Beracun.

Adapun perbedaan antara sifat fisika kimia materi adalah (Arsyad, S.


2012):

- Sifat fisika adalah aspek materi yang dapat diamati atau diukur tanpa
mengubah komposisi kimianya. Contoh sifat fisika meliputi warna, berat
molekul dan volume.

- Sifat kimiawi hanya dapat diamati dengan mengubah identitas kimia


suatu zat. Contoh sifat kimia meliputi reaktivitas, keadaan mudah terbakar
dan oksidasi.

 Titik Lebur

Titik lebur dari sebuah benda padat adalah suhu di mana benda
tersebut akan berubah wujud menjadi benda cair. Ketika dipandang dari
sisi yang berlawanan (dari cair menjadi padat) disebut titik beku. Besarnya
Titik Lebur Suatu Zat Padat Dipengaruhi Oleh Bentuk Dan Sifat Ikatan
Atom.

Pada sebagian besar benda, titik lebur dan titik beku biasanya sama.
Contoh, titik lebur dan titik beku dari "raksa" adalah 234,32 kelvin (-38,83
°C atau -37,89 °F) Namun, beberapa subtansi lainnya memiliki temperatur
beku <--> cair yang berbeda. contohnya "agar-agar", mencair pada suhu
85 °C (185 °F) dan membeku dari suhu 32-40 °C (89,6 - 104 °F);
fenomena ini dikenal sebagai hysteresis. Beberapa benda lainnya, seperti
kaca, dapat mengeras tanpa mengkristal terlebih dulu; ini disebut
amorphous solid Tidak seperti titik didih, titik lebur tidak begitu
terpengaruh oleh tekanan.

Titik lebur es terjadi pada suhu 0°C. Suhu titik lebur merupakan
suhu dari membekunya air menjadi es, maka titik lebur sama besarnya
dengan titik beku.Perbedaan titik lebur dengan titik beku hanya pada
prosesnya. Titik lebur terjadi pada saat zat berubah dari padat ke cair,
sedangkan titik beku terjadi pada saat zat berubah dari cair menjadi padat.

Banyaknya kalor yang diperlukan oleh suatu zat untuk melebur


sebanding dengan massa zat dan kalor lebur zat. Kalor lebur yaitu
banyaknya kalor yang digunakan oleh setiap 1 kg zat untuk melebur pada
titik leburnya. Sedangkan kalor yang digunakan untuk membeku
sebanding dengan massa zat dan kalor bekunya (Giancoli, Doughlai. C.
2011.)

 Metode pipa kapiler


Metode pipa kapiler, yaitu mengukur tegangan permukaan zat cair
dan sudut kelengkungannya dengan memakai pipa berdiameter. Salah
satu ujung pipa dicelupkan kedalam permukaan zat cair maka zat cair
tersebut permukaannya akan naik sampai ketinggian tertentu. Metode
kenaikan kapiler yaitu mengukur tegangan permukaan dengan melihat
ketinggian air atau cairan yang naik melalui suatu pipa kapiler. .Analisis
tersebut dilakukan dengan tiga massa jenis yang berbeda kemudian
didapat nilai tegangan permukaan (Sukardjo, 2012).
BAB III
METODE KERJA
III.I. Alat dan Bahan
III.I.I. Alat
Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur
500 ml, thermometer, pipa kapiler, water bath, kompor listrik, ayakan,
lumping, dan alu.
III.I.II Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah asam
stearat, metil paraben, dan mentol.
III.II. Cara Kerja
1. Disiapkan alat dan bahan.
2. Digerus sampel menjadi serbuk yang sanagat halus dan diayak dengan
ayakan.
3. Diisi pipa kapiler dengan serbuk kering secukupnya hingga membentuk
kolom di dasar tabung dengan tinggi 2,5 mm hingga 3,5 mm.
4. Dimampatkan dengan cara mengetukkan pipa kapiler pada permukaan
padat.
5. Diikat pipa kapiler pada thermometer dengan bagian terbuka
menghadap kebawah.
6. Dipanaskan aquadest dalam gelas beaker menggunakan tangas air
hingga 30 derajat celcius dibawah suhu lebur yang diperkirakan.
7. Dicelupkan thermometer dan pipa kapiler ke dalam tangas.
8. Dilanjutkan pemanasan hingga suhu naik sekitar 3 derajat per-menit.
9. Suhu peleburan zat diamati dan dicatat saat bahan melebur sempurna.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
IV.I. Tabel Pengamatan

Jarak Lebur(C) Titik Lebur(C)


NO. Sampel
Awal Akhir Praktikum Pustaka
1. Asam 65 5 70 69-70
Stearate 64 6 70 69-70
65 4 69 69-70
2. Metil 76 14 90 125-128
Parabenan 81 16 97 125-128

3. Mentol 90 9 99 95-98
95 5 100 95-98
87 9 96 95-98

IV.I. Perhitungan
-Asam Stearat
Jarak lebur (0C)
Titik lebur - Titik awal
⃰ 700C - 650C = 50C
⃰ 700C - 640C = 60C
⃰ 690C- 650C = 40C
-Metil Parabenan
Jarak lebur (0C)
Titik lebur - Titik awal
⃰ 900C - 760C = 140C
⃰ 970C - 810C = 160C
-Mentol
Jarak lebur (0C)
Titik lebur - Titik awal
⃰ 990C - 900C = 90C
⃰ 1000C- 950C =50C
⃰ 960C- 870C =90C

IV.II. Pembahasan
Untuk percobaan yaitu penentuan titik lebur menggunakan sampel
asam stearat, metil parabenan, dan mentol. Tahap pertama yang
dilakukan yaitu menempatkan sampel pada pipa kapiler. Namun, sebelum
itu beberapa sampel digerus seperti asam stearate dan metil parabenan.
Setelah digerus, sampel dimasukkan ke ujung pipa kapiler. Ujung pipa
kapiler dipanaskan agar ujungnya tertutup dan ujungnya yang satu
dibiarkan terbuka. Kemudian, pipa kpailer diikat diujung thermometer lalu
dipanaskan aquadest kemudian dimasukkan thermometer beserta sampel.
Lalu diamati suhunya sampai sampel melebur sempurna.
Didapatkan suhu pada saat sampel asam stearate yaitu replikasi
pertama 65˚C dan suhu pada saat sampel sepenuhnya melebur yaitu
70˚C. Pada replikasi kedua didapatkan suhu mulai melebur pada suhu
64˚C dan mulai melebur sempurna pada suhu 70˚C. Pada replikasi ketiga,
sampel mulai melebur pada suhu 65˚C dan melebur sempurna pada suhu
69˚C. Hasil yang diperoleh dengan literature sudah sesuai dengan hasil
praktikum. Dimana suhu lebur dari asam stearate yaitu 69-70˚C (Sirait J,
2020).
Sampel kedua yaitu metil parabenan. Didapatkan suhu pada saat
sampel metil parabenan yaitu replikasi pertama 76˚C dan suhu pada saat
sampel sepenuhnya melebur yaitu 90˚C. Pada replikasi kedua didapatkan
suhu mulai melebur pada suhu 80˚C dan mulai melebur sempurna pada
suhu 97˚C. Hasil yang diperoleh dengan literature belum sesuai dengan
hasil praktikum. Dimana suhu lebur dari metil parabenan yaitu 125-128˚C
(Setyawan,dkk 2012).
Adapun faktor kesalahan pada sampel metil parabenan ialah
sampel yang dimasukkan kedalam pipa kapiler tidak setinggi 2-3 mm
sehingga membuat sampel melebur dengan cepat.
Sampel ketiga yaitu mentol. Didapatkan suhu pada saat sampel
mentol yaitu replikasi pertama 90˚C dan suhu pada saat sampel
sepenuhnya melebur yaitu 99˚C. Pada replikasi kedua didapatkan suhu
mulai melebur pada suhu 95˚C dan mulai melebur sempurna pada suhu
100˚C. Pada replikasi ketiga, sampel mulai melebur pada suhu 87˚C dan
melebur sempurna pada suhu 96˚C. Hasil yang diperoleh dengan
literature sudah sesuai dengan hasil praktikum. Dimana suhu lebur dari
mentol yaitu 95-98˚C (Sirait J, 2020).
Adapun tujuan dilakukan praktikum kali ini adalah untuk melakukan
pengujian titik lebur zat padat yang digunakan sebagai kriteria dalam
identifikasi dan pemeriksaan kemurniaan zat. Titik lebur adalah suhu saat
zat padat tepat melebur dihancurkan. Semakin kecil perbedaan suhu lebur
semakin mendekati murni suatu senyawa tersebut. Rentang perbedaan
suhu antara 1-10 maka dikatakan bahwa senyawa tersebut mendekati
kemurnian suatu zat yang ada (Kita Radisa, dkk. 2016)
BAB V
PENUTUP
V.I. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah Titik lebur
adalah suhu saat zat padat tepat melebur dihancurkan. Dengan metode
titik lebur dapat diidentifikasi kemurnian suatu zat atau sampel.
Didapatkan hasil praktikum yaitu sampel asam stearate dan mentol sudah
sesuai dengan literature. Namun, metil parabenan tidak sesuai dengan
literature dikarenakan beberapa faktor kesalahan. Yaitu sampel yang
dimasukkan pada pipa kapiler tidak setinggi 2-3 mm.

V.II. Saran

V.II.I. Saran Untuk Dosen


Adapun saran untuk dosen agar senantiasa mendampingi
praktikan dan asisten pada saat praktikum berlangsung.
V.II.II. Saran Untuk Asisten
Adapun saran untuk asisten yaitu sudah cukup baik dalam
mendampingi praktikan pada saat praktikum berlangsung.
V.II.III. Saran Untuk Laboratorium
Adapun saran untuk laboratorium yaitu agar kelengkapan alat dan
bahan lebih ditingkatkan lagi.
Daftar Pustaka
Arifin. 2011. Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif, dan R & D. Bandung:
Alfabeta.

Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Edisi
Kedua

Dirjen POM.(1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.Jakarta : Depkes RI.

Giancoli, Douglas C., 2011. Fisika Jilid 2, diterjemahkan oleh Yuhilza


Hanum dari Physics Fifth Edition, Jakarta: Penerbit Erlangga

Hadyana, Pudjaatmaka, A. 2012. Kamus Kimia. Jakarta: Balai Pustaka.

Moechtar,Sukandar, et al., 2008. Pharmaceutical Technology. Burgess


Publishing company.

M Idris Effendi. 2008. Materi Kuliah Farmasi Fisika. Jurusan farmasi


Universitas Hasanuddin, Makassar.

Martin. A. 1994. Farmasi fisika jilid II. Jakarta : Universitas Indonesia


Press, Mineneapolis, 335.

Anda mungkin juga menyukai