FARMASI FISIKA
OLEH:
STIFA E 2020
KELOMPOK 1
ASISTEN: MUT’MAINNAH
MAKASSAR
2021
BAB I
PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang
Pada saat ini banyak bentuk sediaan obat yang beredar di pasaran.
Obat sediaan padat seperti kapsul, tablet dan sirup kering kebanyakan
mempunyai ukuran partikel yang kecil. Ukuran partikel bahan obat padat
mempunyai peranan penting dalam farmasi, sebab ukuran partikel
mempunyai pengaruh yang besar dalam pembuatan sediaan obat dan
juga terhadap efek fisiologinya (Moechtar, 1990; Sukandar, et al., 2008).
TINJAUAN PUSTAKA
Wujud zat.
Warna zat.
Kelarutan.
Daya hantar listrik.
Kemagnetan.
Titik didih dan titik lebur.
Mudah terbakar.
Membusuk.
Mudah meledak.
Berkarat.
Beracun.
- Sifat fisika adalah aspek materi yang dapat diamati atau diukur tanpa
mengubah komposisi kimianya. Contoh sifat fisika meliputi warna, berat
molekul dan volume.
Titik Lebur
Titik lebur dari sebuah benda padat adalah suhu di mana benda
tersebut akan berubah wujud menjadi benda cair. Ketika dipandang dari
sisi yang berlawanan (dari cair menjadi padat) disebut titik beku. Besarnya
Titik Lebur Suatu Zat Padat Dipengaruhi Oleh Bentuk Dan Sifat Ikatan
Atom.
Pada sebagian besar benda, titik lebur dan titik beku biasanya sama.
Contoh, titik lebur dan titik beku dari "raksa" adalah 234,32 kelvin (-38,83
°C atau -37,89 °F) Namun, beberapa subtansi lainnya memiliki temperatur
beku <--> cair yang berbeda. contohnya "agar-agar", mencair pada suhu
85 °C (185 °F) dan membeku dari suhu 32-40 °C (89,6 - 104 °F);
fenomena ini dikenal sebagai hysteresis. Beberapa benda lainnya, seperti
kaca, dapat mengeras tanpa mengkristal terlebih dulu; ini disebut
amorphous solid Tidak seperti titik didih, titik lebur tidak begitu
terpengaruh oleh tekanan.
Titik lebur es terjadi pada suhu 0°C. Suhu titik lebur merupakan
suhu dari membekunya air menjadi es, maka titik lebur sama besarnya
dengan titik beku.Perbedaan titik lebur dengan titik beku hanya pada
prosesnya. Titik lebur terjadi pada saat zat berubah dari padat ke cair,
sedangkan titik beku terjadi pada saat zat berubah dari cair menjadi padat.
3. Mentol 90 9 99 95-98
95 5 100 95-98
87 9 96 95-98
IV.I. Perhitungan
-Asam Stearat
Jarak lebur (0C)
Titik lebur - Titik awal
⃰ 700C - 650C = 50C
⃰ 700C - 640C = 60C
⃰ 690C- 650C = 40C
-Metil Parabenan
Jarak lebur (0C)
Titik lebur - Titik awal
⃰ 900C - 760C = 140C
⃰ 970C - 810C = 160C
-Mentol
Jarak lebur (0C)
Titik lebur - Titik awal
⃰ 990C - 900C = 90C
⃰ 1000C- 950C =50C
⃰ 960C- 870C =90C
IV.II. Pembahasan
Untuk percobaan yaitu penentuan titik lebur menggunakan sampel
asam stearat, metil parabenan, dan mentol. Tahap pertama yang
dilakukan yaitu menempatkan sampel pada pipa kapiler. Namun, sebelum
itu beberapa sampel digerus seperti asam stearate dan metil parabenan.
Setelah digerus, sampel dimasukkan ke ujung pipa kapiler. Ujung pipa
kapiler dipanaskan agar ujungnya tertutup dan ujungnya yang satu
dibiarkan terbuka. Kemudian, pipa kpailer diikat diujung thermometer lalu
dipanaskan aquadest kemudian dimasukkan thermometer beserta sampel.
Lalu diamati suhunya sampai sampel melebur sempurna.
Didapatkan suhu pada saat sampel asam stearate yaitu replikasi
pertama 65˚C dan suhu pada saat sampel sepenuhnya melebur yaitu
70˚C. Pada replikasi kedua didapatkan suhu mulai melebur pada suhu
64˚C dan mulai melebur sempurna pada suhu 70˚C. Pada replikasi ketiga,
sampel mulai melebur pada suhu 65˚C dan melebur sempurna pada suhu
69˚C. Hasil yang diperoleh dengan literature sudah sesuai dengan hasil
praktikum. Dimana suhu lebur dari asam stearate yaitu 69-70˚C (Sirait J,
2020).
Sampel kedua yaitu metil parabenan. Didapatkan suhu pada saat
sampel metil parabenan yaitu replikasi pertama 76˚C dan suhu pada saat
sampel sepenuhnya melebur yaitu 90˚C. Pada replikasi kedua didapatkan
suhu mulai melebur pada suhu 80˚C dan mulai melebur sempurna pada
suhu 97˚C. Hasil yang diperoleh dengan literature belum sesuai dengan
hasil praktikum. Dimana suhu lebur dari metil parabenan yaitu 125-128˚C
(Setyawan,dkk 2012).
Adapun faktor kesalahan pada sampel metil parabenan ialah
sampel yang dimasukkan kedalam pipa kapiler tidak setinggi 2-3 mm
sehingga membuat sampel melebur dengan cepat.
Sampel ketiga yaitu mentol. Didapatkan suhu pada saat sampel
mentol yaitu replikasi pertama 90˚C dan suhu pada saat sampel
sepenuhnya melebur yaitu 99˚C. Pada replikasi kedua didapatkan suhu
mulai melebur pada suhu 95˚C dan mulai melebur sempurna pada suhu
100˚C. Pada replikasi ketiga, sampel mulai melebur pada suhu 87˚C dan
melebur sempurna pada suhu 96˚C. Hasil yang diperoleh dengan
literature sudah sesuai dengan hasil praktikum. Dimana suhu lebur dari
mentol yaitu 95-98˚C (Sirait J, 2020).
Adapun tujuan dilakukan praktikum kali ini adalah untuk melakukan
pengujian titik lebur zat padat yang digunakan sebagai kriteria dalam
identifikasi dan pemeriksaan kemurniaan zat. Titik lebur adalah suhu saat
zat padat tepat melebur dihancurkan. Semakin kecil perbedaan suhu lebur
semakin mendekati murni suatu senyawa tersebut. Rentang perbedaan
suhu antara 1-10 maka dikatakan bahwa senyawa tersebut mendekati
kemurnian suatu zat yang ada (Kita Radisa, dkk. 2016)
BAB V
PENUTUP
V.I. Kesimpulan
Adapun kesimpulan pada praktikum kali ini adalah Titik lebur
adalah suhu saat zat padat tepat melebur dihancurkan. Dengan metode
titik lebur dapat diidentifikasi kemurnian suatu zat atau sampel.
Didapatkan hasil praktikum yaitu sampel asam stearate dan mentol sudah
sesuai dengan literature. Namun, metil parabenan tidak sesuai dengan
literature dikarenakan beberapa faktor kesalahan. Yaitu sampel yang
dimasukkan pada pipa kapiler tidak setinggi 2-3 mm.
V.II. Saran
Arsyad, S. 2012. Konservasi Tanah dan Air. Bogor: IPB Press. Edisi
Kedua