Anda di halaman 1dari 8

MIMBAR, Vol. XXVII, No.

2 (Desember 2011): 125-132

Analisis Perilaku “Impulse Buying” dan “Locus of Control”


pada Konsumen di Carrefour Bandung

LISA WIDAWATI
Fakultas Psikologi, Universitas Islam Bandung, Jl. Tamansari No.1 Bandung
email : l_wido@yahoo.co.id

Abstract. In modern economy, credit card system substituted cash-payment system


as well. Such situation affects people in many ways. A weak self-control in using
credit card has resulted on immature and unplanned buying. Such was the case of 60
Carrefour consumers in Bandung which were carefully chosen as research respon-
dents. Employing Impulse Buying concept of Rook & Verplanken, combined with Lo-
cus of Control concept as proposed by Rooter, this descriptive research resulted in
some conclusions. One of the main conclusion to be found here is the fact that lots of
consumer tend to have low Impulse Buying with Internal Locus of Control. Mean-
while, there were also a group of consumers who showed High Impulse with External
Locus of Control.
Keywords: Impulse Buying, Locus of Control, Consumer Behavior, Credit Card

Abstrak. Dalam ekonomi modern, sistem pembayaran kartu kredit telah menggantikan
sistem pembayaran tunai. Situasi semacam ini memberi dampak di kalangan konsumen
terhadap proses pembelian yang tidak matang dan tidak terencana, akibat kurangnya
kendali diri. Kajian deskriptif terhadap 60 sampel yang diambil secara aksidental pada
konsumen swalayan Carrefour di Bandung, menggunakan konsep Impulse Buying
dari Rook & Verplanken yang dikombinasikan dengan Locus of Control dari Rooter
menghasilkan sejumlah kesimpulan. Pertama, sebagian besar sampel menunjukkan
perilaku Impulse Buying rendah dengan Locus of Control internal. Kedua, meski
demikian, masih ditemukan pula konsumen dengan perilaku Impulse Buying tinggi
dengan Locus of Control eksternal.
Kata Kunci: Impulse Buying, Locus of Control, Perilaku Konsumen, Kartu Kredit

Pendahuluan penjual, melalui kerjasama dengan lembaga-


lembaga keuangan atau perbankan. Di satu sisi
Berbagai usaha dilakukan o leh para
cara ini m em udahkan ko ns um en untuk
produsen untuk menjual sebanyak-banyaknya
mempercepat terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
barang kepada konsumen dengan menggunakan
yang dirasakan oleh konsumen tanpa harus
berbagai cara pemasaran dengan tujuan
dipusingkan dengan ketersediaan dana tunai,
mendapatkan profit yang tinggi. Konsumen saat
namun di sisi lain justru dapat menjadikan
ini banyak dijejali oleh berbagai stimulasi informasi
bumerang bagi konsumen karena menjadikan
yang intensif terkait dengan produk-produk yang
muncul keputusan pembelian kurang terkendali dan
disajikan. Informasi tersebut dapat berupa iklan,
terencana.
tulisan, ataupun gambar yang memiliki pesan sarat
Pada dasarnya proses pembelian dapat
akan berbagai kegunaan dan keuntungan dari
terjadi karena adanya kebutuhan konsumen
setiap produk barang yang dijual disertai cara
terhadap suatu produk atau barang yang diikuti
kemudahan dalam hal pembeliannya. Pada
dengan ketersediaan anggaran dana untuk
umumnya berbagai informasi yang ditampilkan
membelinya. Pada masa kini, konteks ketersediaan
cenderung tanpa diimbangi dengan sisi kelemahan
anggaran dana bukan hanya dalam bentuk tunai,
dari produk yang dijual.
namun juga dapat berbentuk layanan fasilitas kartu
Cara pembelian yang berkembang saat ini
kredit atau kartu belanja. Dengan situasi demikian
bukan hanya dapat dilakukan secara langsung
maka para konsumen tidak harus terlebih dahulu
tunai, namun juga dapat dilakukan melalui cicilan
memiliki uang tunai untuk dapat melakukan
ataupun kartu kredit yang disediakan oleh pihak
transaksi.

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 125


LISA WIDAWATI Analisis Perilaku “Impulse Buying” dan “Locus of Control” pada Konsumen di Carrefour ...

Kondisi tersebut juga terjadi pada para Dari indik as i yang didapatkan pada
konsumen di Carrefour. Dalam salah satu fokusnya fenomena tersebut, maka karakteristik perilaku
untuk memuaskan konsumen, Carrefour sebagai membeli yang didominasi oleh emosi atau
salah satu hypermarket terbesar dan terlengkap pembelian secara impulsif itu dikenal dengan im-
di Indonesia telah menerbitkan kartu belanja yang pulse buying. Menurut Dittmar dan Drury (2000)
berfungsi memberikan kemudahan baik dalam hal impulse buying dapat menjadi berlebihan, bahkan
pembelian ataupun sistem pembayarannya. menurut O’Guinn dan Faber (1989) impulse buy-
Dengan adanya kemudahan tersebut, konsumen ing tersebut dapat pula mengarah pada indikasi
yang menggunakan fasilitas ini meningkat patologis. Perilaku pembelian ini prinsip kerjanya
jumlahnya. di luar dari model umum keputusan membeli
Di sisi lain, peningkatan penggunaan kartu secara bertahap, k arena ko ns um en tidak
belanja ternyata tidak serta merta diikuti dengan mengetahui alasan yang mendasarinya. Impulse
kelancaran pembayaran yang dilakukan oleh buying didefinisikan sebagai “suatu perilaku
konsumen sesuai dengan kewajibannya. Saat pembelian yang tidak terencana dan spontan, yang
ditelaah lebih lanjut, membengkaknya besaran dilakukan langsung ditempat, diikuti oleh keinginan
tagihan yang muncul lebih disebabkan karena kuat dan perasaan nikmat dan senang” (Rook,
adanya pro ses pembelian yang dilak uk an 1987).
konsumen tanpa terkendali. Beberapa produk Lebih lanjut Verplanken dan Herabadi
banyak yang dibeli secara tidak terencana, bersifat (2001), menjelaskan impulse buying terdiri dari 2
insidental dan sesaat karena adanya pengaruh (dua) elemen, yaitu: elemen kognisi, dalam hal
stimulasi kuat yang disodorkan oleh Carrefour, yang kurangnya perencanaan dan pertimbangan serta
bersumber dari beberapa hal, diantaranya adanya elemen emosi dalam hal adanya perasaan nikmat
diskon yang diberikan, serta kemudahan sistem dan senang.
pembayarannya. Berdasarkan wawancara pada Meski demikian, dari data di lapangan pada
konsumen, diperoleh gambaran bahwa mereka beberapa konsumen, stimulasi kuat dari faktor-
merasa sulit untuk mengabaikan suatu produk yang faktor eksternal yang ada belum tentu secara kuat
telah dilihat atau disentuhnya, perilaku tersebut menggugah perasaan dan emosinya untuk dengan
muncul terutama setelah memahami bahwa ada mudah membangkitkan keinginannya dalam
kemungkinan kemudahan yang dapat dilakukan membeli barang atau produk yang disodorkan.
dengan sistem pembayarannya tanpa harus Beberapa dari mereka menyatakan bahwa mereka
dikaitkan dengan ketersediaan anggaran secara mampu ko ns is ten untuk tetap melakukan
tunai. Saat itupun pada umumnya konsumen pembelian barang sesuai dengan rencana semula
kurang dapat menjelaskan alasan rasional ataupun sejalan dengan k ebutuhan y ang telah
fungsional yang mendasari terjadinya proses dirancangnya. Sekalipun ada stimulasi kuat dari
pembelian tersebut sehingga yang dilakukan lebih lingkungan, mereka tetap mampu mengendalikan
sebatas pembelian yang bersifat spontan. Jika diri tidak membuat tindakan pembelian.
ditelusuri lebih mendalam, perilaku membeli Dengan m elihat pertimbangan-
spontan tersebut pada umumnya lebih dilandasi pertimbangan yang mendasari munculnya perilaku
oleh persoalan-persoalan perasaan ataupun emosi membeli spontan ataupun yang terkendali tersebut,
yang mudah tergugah sebagai akibat pengaruh maka hal itu tidak terlepas dari konsep ataupun
stimulasi kuat dari faktor eksternal, tanpa mampu variabel-variabel psikologis yang mewarnainya.
membendungnya. Konsep yang paling mendekati persoalan tersebut
Kondisi ini menjadi menarik untuk dikaji dapat diindikasikan sebagai konsep locus of con-
secara mendalam, karena ketika konsumen berada trol. Locus of control (Rotter, 1960) yang disebut
dalam situasi yang rasional, mereka sebenarnya dengan istilah kendali atau kontrol berhubungan
menyadari bahwa proses pembelian yang tidak dengan pendekatan kognitif yang digunakan. Rotter
terencana tersebut di sisi lain merugikan karena memandang locus of control sebagai variabel
dalam kenyataannya barang yang telah mereka beli sentral dalam struktur kepribadian yang implisit
sebenarnya bukan menjadi prioritas kebutuhan dalam proses belajar, dan akan memengaruhi
utama sehingga barang tersebut menjadi mubazir tingkah laku aktual, mewarnai sikap dan kehidupan
karena tidak terpakai. Di satu sisi mereka sebenarnya perasaan, pusat hirarki dalam pola pikir, serta
sadar bahwa membeli tanpa pertimbangan hanya mendasari tingkah laku penyesuaian diri maupun
akan membuang anggaran belanja untuk produk yang antisipasi, termasuk dalam konteks ini tingkah laku
tidak penting, namun dalam kenyataannya, sekalipun atau perilaku keputusan membeli.
menyadari kelemahan tersebut, mereka kerap kali Lo cus of control merupakan as pek
terjebak kembali pada situasi-situasi tersebut dan kepribadian yang kontinuum (Lefcourt, 1982),
berulang melakukan proses pembelian barang yang sehingga setiap individu memiliki locus of control
bersifat impulsif tanpa pertimbangan kendali rasional internal ataupun eksternal, akan tetapi dari kedua
yang matang. locus of control ini akan muncul salah satu locus

126 ISSN 0215-8175


MIMBAR, Vol. XXVII, No. 2 (Desember 2011): 125-132

of control yang paling kuat sehingga tatkala ia tekanan, dan timbul perasaan yang hebat; (c)
menampilkan suatu tingkah laku dalam Munculnya perasaan senang dan terangsang; (d)
lingkungannya menggunakan salah satu aspek Adanya pengabaian terhadap konsekuensi yang
kepribadiannya baik itu locus of control internal akan diterima.
maupun locus of control eksternal. Individu dengan Dengan pemahaman akan karakteristik dari
locus of control eksternal lebih mudah terstimulasi perilaku tersebut, maka apa yang ditampilkan oleh
oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya, konsumen saat melakukan proses pembelian
sehingga pengaruh orang lain, iklan, atau dari tersebut pada akhirnya lebih banyak diwarnai oleh
produk itu sendiri memiliki peran dalam tingkah bekerjanya variabel-variabel emosi atau perasaan
laku membelinya. Sedangkan individu dengan yang muncul secara tiba-tiba dalam dirinya dan
locus of control internal lebih selektif terhadap dilandasi oleh kekuatan dorongan yang muncul.
stimulus eksternal. Situasi tersebut oleh Rook (1987) digambarkan
Dengan melihat fenomena serta paparan di sebagai berikut “Impulse buying occurs when a
atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih consumer experiences a sudden, often powerful
mendalam bagaimana gambaran perilaku Impulse and presistent urge to buy something immediately”.
Buying pada Konsumen Pengguna Kartu Belanja Dalam konteks yang lebih spesifik, Impulse buy-
Carrefour di Bandung, serta bagaimana pula ing dapat diidentifikasikan sebagai tipe perilaku
Locus of Controlnya. Tujuan tulisan ini untuk psikologis khusus yang berbeda secara signifikan
mengetahui bagaimana gambaran ataupun profil dari bentuk keputusan membeli konsumen yang
mengenai Impulse buying dan locus of control yang bersifat umum atau “normal.”
umumnya dimiliki para konsumen pengguna kartu Verplanken dan Herabadi (2001) mencoba
belanja di Carrefour Bandung, serta mengkaji untuk memetakan perilaku tersebut sebagai suatu
apakah keduanya memiliki keterkaitan atau tidak. konsep perilaku yang dapat dikenali melalui 2 (dua)
Metode yang digunakan dalam penelitian ini elemen, yakni kognisi dan emosi.
adalah deskriptif analitik, dengan subjek penelitian
konsumen pengguna kartu belanja sebanyak 60 Elemen Kognisi
orang yang ditentukan secara accidental karena
Pada model umum, Engel & Blackwell (1993)
jumlah populasi yang tidak terbatas (Sugiyono,
menyatakan konsumen dianggap sebagai pemikir
2004). Alat ukur yang digunakan untuk variabel
logis dan rasional disertai evaluasi kognitif saat
Impulse Buying, dimodifikasi melalui pengukuran
memutuskan tingkah laku pembelian. Namun tidak
elemen-elemen kognisi dan emosi dari Verplanken
demikian pada perilaku impulse buying, konsumen
dan Herabadi (2001) sedangkan untuk variabel
justru tidak menggunakan elemen kognitifnya
locus of control adalah dari Rotter I-E Scale dari
secara tajam untuk mengkalkulasikan untung rugi
Julian Rotter (1960).
yang akan diperoleh dari tindakan pembelian yang
dilakukan. Demikian pula dasar pertimbangan
“Impulse Buying” dan “Locus of Control”
rasional baik dalam hal sisi psikologis maupun
Bila mengacu pada istilah Impulse Buying ekonomis, tidak menyertainya, sehingga beberapa
maka istilah tersebut dapat diartikan sebagai suatu ahli bahkan menyatakannya sebagai perilaku yang
perilaku pembelian yang tidak terencana dan bersifat “mindless”. Artinya, perilaku tersebut
spontan, yang dilakukan langsung ditempat, diikuti dilakukan tanpa dilandasi oleh kontrol kesadaran
oleh keinginan kuat dan perasaan nikmat dan berpikir rasional yang kuat.
senang (Rook, 1987). Dalam pandangan Engel & Dalam beberapa literatur ditemukan bahwa
Blackwell, (1995), perilaku tersebut dinyatakan tipe pembelian ini melibatkan: (a) Perasaan gembira
sebagai suatu perilaku pembelian yang muncul atau senang; (b) Keinginan tidak terduga dan
tanpa dilandasi oleh adanya kebutuhan serta spontan untuk membeli secepatnya sesuatu yang
rencana pembelian yang terarah. Artinya, perilaku terlihat oleh mata; (c) Tekanan motivasi intens yang
tersebut dapat muncul secara spontan, belum tentu cukup kuat dengan mengesampingkan semua
dilandasi oleh adanya kebutuhan, serta proses pertimbangan; (d) Mengabaikan kemungkinan
terjadinya tidak diikuti oleh tahapan-tahapan konsekuensi yang membahayakan sehingga dapat
seperti halnya proses pembelian model umum mengarah kepada penyesalan.
yang ada. Meski dilakukan secara spontan, Rook
(1987 ) menjelaskan bahwa ada perasaan- Elemen Emosi
perasaan yang menyertainya setelah perilaku
Hal yang menonjol dari sisi elemen emosi
tersebut dilakukan, yakni senang dan nikmat diikuti
dari perilaku impulse buying menurut Rook (1987)
puas yang sifatnya sesaat.
adalah ketika konsumen tiba-tiba mengalami efek
Lebih lanjut Rook menjelaskan adanya
positif ketika berhadapan dengan suatu produk,
karakteristik dari Impulse Buying, adalah (a)
yang menghasilkan munculnya keinginan seketika
Spontanitas; (b) Merupakan kekuatan, dorongan/
untuk memilih produk akibat dari reaksi afektif

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 127


LISA WIDAWATI Analisis Perilaku “Impulse Buying” dan “Locus of Control” pada Konsumen di Carrefour ...

tersebut. Perasaan emosi yang kuat dan bergairah terampil dalam rangk a ek splo rasi dan
mendominasi individu untuk melakukan pembelian manipulasinya di lingkungannya. Selanjutnya,
dengan pertimbangan sadar yang minimal. Selain Lefcourt (1982) dan Petri (dalam Lina, 1997),
itu juga k arena adanya unsur emosi yang menjelaskan karakteristik individu dengan locus of
menggerakkan individu sehingga tindakan yang control eksternal, yaitu: (a) Memiliki sifat patuh;
dilakukannya jauh di luar perencanaan. Dengan (b) Lebih nyaman terhadap otoritas atau pengaruh-
dominasi elemen emosi yang tinggi maka profil pengaruh yang ada; (c) Lebih mudah dipengaruhi
impulse buying dapat dinyatakan ke dalam empat dan tergantung pada petunjuk orang lain.
kualitas perilaku yang bersifat otomatisasi, yakni Sedangkan karakteristik individu dengan
intensionalitas rendah, kontrol rendah, pengerahan locus of control internal, yaitu (a) Lebih mandiri,
sumber daya dan impulsivitas tinggi. ulet, mempunyai daya tahan yang kuat, lebih
Proses otomatisasi perilaku impulse buying tahan dalam menghadapi pengaruh sosial; (b)
yang terjadi disebabkan adanya stimulasi kuat dari Lebih mampu menunda pemuasan, tidak mudah
lingkungan yang muncul sedemikian rupa tanpa terpengaruhi, dan lebih mampu menghadapi
dilandasi oleh pertimbangan kebutuhan secara kegagalan; (c) Lebih aktif dan ulet dalam mencari
rasional. Akibat lebih lanjut dari tindakan-tindakan dan menggunakan informasi yang relevan untuk
em osio nal ini adalah munculny a perasaan menguasai keadaan.
penyesalan (regret) yang merujuk pada perasaan Bila dikaitkan dengan munculnya perilaku
rugi atau sedih atas tindakan pembelian yang impulse buying yang tinggi, maka mereka yang
belum tentu benar dan tepat. Meski demikian memiliki kecenderungan untuk secara spontan,
Dittmar dan Drury (2000), menjelaskan bahwa emosional dan melakukan keputusan pembelian
konteks penyesalan ini sifatnya sangat individual, yang tinggi tanpa perencanaan merupakan
dalam arti dapat menyesal pada satu aspek, namun pencerminan dari ciri atau karakter orang-orang
belum tentu pada aspek yang lain. yang m em ilik i locus o f co ntro l eks ternal.
Bila mengacu pada faktor-faktor yang Sebaliknya, pada orang-orang yang perilaku im-
dapat memengaruhi munculnya impulse buying pulse buyingnya rendah, hal tersebut terjadi karena
maka Loudon & Bitta (1993), menemukan hal- ia mampu mengatur dan mengendalikan dirinya
hal di bawah ini dapat dipandang sebagai faktor- terhadap pengaruh lingkungan. Nilai-nilai diri yang
faktor tersebut, yakni (1) Karakteristik produk; menetap mampu mengarahkan rasionya
(2) Faktor marketing (3) Karakteristik konsumen, sedemikian rupa untuk dapat secara selektif
(a ntar a l ain : K e pri badi an k o n s um e n, memilih stimulasi mana yang sejalan dan sesuai
Demografis; karakteristik demografis terdiri dari dengan keinginannya. Berdasarkan pendapat
je nis k e lam i n, us i a, s ta tus per k aw ina n, Verplanken dan Herabadi (2001) faktor personal
penghas ila n, pek erjaan, dan p endidik an, menjadi salah satu penentuan perilak u
Karakteristik sosio-ekonomi yang dihubungkan pembeliannya, dimana locus of control sebagai
dengan tingkat impulse buying). variabel kepribadian berkaitan dengan faktor in-
Lebih lanjut, merujuk pada faktor yang ternal konsumen.
memengaruhi munculnya Impulse Buying, salah Konsumen dengan kontrol tingkah laku
satunya adalah bersumber dari karakteristik eksternal lebih mudah terstimulasi oleh faktor diluar
konsumen, dalam hal ini aspek kepribadian, maka dirinya, sehingga peran keluarga, teman, saran
konsep Locus of Control merupakan konsep atau ahli, iklan, tampilan kemasan produk, sampel
variabel psikologis yang paling mendekati untuk produk, dll. menjadi determinan tingkah laku
dipetakan sebagai salah satu faktor yang secara pembeliannya. Sebaliknya individu dengan kontrol
kuat memberi warna. Menurut Rotter, perilaku tingkah laku internal lebih selektif dalam menerima
dibentuk melalui variabel eksternal (reinforcement) stimulasi dari luar dirinya (Lefcourt, 1982),
maupun variabel internal (proses kognitif). sehingga usaha, ingatan, motif, dll. lebih menjadi
Rotter menjelaskan bahwa pada dasarnya determinan tingkah laku membelinya.
teori Locus of Control membahas lokasi kendali
dalam kepribadian seseorang dalam hubungannya Pengukuran Variabel “Impulse Buying”
dengan lingkungan dan lebih banyak menjelaskan dan “Locus Of Control” serta Tabulasi
mengenai bagaimana tingkah laku dikendalikan dan Silang
diarahkan melalui fungsi kognitif. Hal tersebut
menurut Phares (19 76 ) tidak luput Berdasarkan data yang diperoleh, dari
pembentukannya sebagai hasil k onsistensi sejumlah sampel penelitian, pada umumnya
mendidik orang tua melalui proses internalisasi konsumen masih memiliki perilaku Impulse Buy-
standart nilai yang akan mengarahkan terbentuknya ing yang rendah, dengan Locus Of Control
locus of control internal atau eksternal. Standar cenderung internal. Dari data tabulasi silang
nilai tersebut selanjutnya akan m endas ari tergambar hampir sebagian besar konsumen yang
penyesuaian diri dan pemantapan tingkah laku berperilaku Impulse Buying rendah pada umumnya

128 ISSN 0215-8175


MIMBAR, Vol. XXVII, No. 2 (Desember 2011): 125-132

Tabel 1
Tabulasi Silang Data Perilaku “Impulse Buying” dan “Locus of Control”

Locus of Impulse Buying


N %
Control
Rendah % Tinggi %
1. Internal 22 36,70% 9 15% 31 51,70%
2.  Eksternal 9 15% 20 33,30% 29 48,30%
31 51,70% 29 48,30% 60 100%

memiliki Locus of Control internal sedangkan 0,01 taraf signifikansi (á) dengan arti H0 ditolak
kelompok konsumen yang berperilaku Impulse dan H1 diterima. Dari hasil tersebut, maka dapat
Buying tinggi, pada umumnya memiliki Locus Of dikatakan bahwa terdapat hubungan statistik yang
Control eksternal. Namun demikian, diperoleh pula signifikan antara locus of control dengan impulse
gambaran, tidak oto matis k onsumen yang buying atau sebaliknya. Nilai r sebesar 0,481
berperilaku Impulse Buying rendah, memiliki Lo- menunjukkan terdapat hubungan yang positif
cus Of Control internal, demikian pula sebaliknya. pada taraf sedang atau cukup erat antara locus
of control dengan impulse buying pada konsumen
pengguna Kartu Carrefour BCA di Bandung.

Tabulasi Silang Demografi


Usia
Berdasarkan tabulasi silang didapatkan
gambaran bahwa justru proporsi konsumen yang
perilaku impulse buying tinggi paling banyak pada
individu yang berada pada kelompok usia di atas
42 tahun, dibanding dengan yang berusia di bawah
42 tahun.
Gambar 1
Gambaran tentang data “Impulse Buying” (kiri) Jenis Kelamin
dan “Locus of Control” (kanan) Berdasarkan pada Tabel 3, tabulasi silang
didapatkan proporsi perilaku impulse buying yang
tinggi lebih banyak di kelompok wanita dibanding
Bila mengacu pada data tabulasi di atas, pria, meski secara umum pada kelompok wanita
maka gambaran tersebut mencerminkan adanya umumnya impulse buying yang rendah masih lebih
k ecenderungan y ang m engarah adany a besar.
keterkaitan dari kedua variabel tersebut, sehingga
peneliti melakukan perhitungan statistik untuk Status Pernikahan
m engetahui secara jelas apak ah terdapat Berdasarkan Tabel 4, tabulasi silang
siginikansi kaitannya. Rumus Spearman digunakan didapatkan hasil pada kelompok konsumen
karena data yang diperoleh bersifat ordinal. menikah memiliki impulse buying tinggi yang lebih
Berdasarkan perhitungan statistik (tabel V) besar dibanding pada kelompok konsumen yang
diperoleh nilai r = 0,481 dengan nilai p 0,00 < tidak menikah.

Tabel 2
Tabulasi Silang “Impulse Buying” dan Usia

Impulse Buying
Usia N %
Rendah % Tinggi %
1. Dibawah 42 th 22 36,70% 12 20% 34 56,70%
2. Diatas 42 th 9 15% 17 28,30% 26 43,30%
31 51,70% 29 48,30% 60 100%

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 129


LISA WIDAWATI Analisis Perilaku “Impulse Buying” dan “Locus of Control” pada Konsumen di Carrefour ...

Tabel 3
Tabulasi Silang “Impulse Buying” dan Jenis Kelamin

Impulse Buying
Jenis Kelamin N %
Rendah % Tinggi %
1.      Laki-laki 8 13,30% 10 16,70% 18 40%
2.      Wanita 23 38,30% 19 31,70% 42 60%
31 51,70% 29 48,30% 60 100%

Tabel 4
Tabulasi Silang “Impulse Buying” dan Status Pernikahan

Impulse Buying
Status Pernikahan N %
Rendah % Tinggi %
1.      Menikah 16 26,70% 22 36,60% 38 63,30%
2.      Tidak Menikah 15 25% 7 11,70% 22 36,70%
31 51,70% 29 48,30% 60 100%

Tabel 5
Tabulasi Silang “Impulse Buying” dan Penghasilan

Impulse Buying
Penghasilan N %
Rendah % Tinggi %
1.      Dibawah 1 juta 0 0% 0 0% 0 0%
2.      1 – 3,5 juta 15 25% 9 15% 24 40%
3.      3,5 – 7 juta 11 18,30% 12 20% 23 38,30%
4.      Diatas 7 juta 5 8,30% 8 13,30% 13 21,70%
31 51,70% 29 48,30% 60 100%

Penghasilan pemborosan biaya belanja. Bila dikaitkan dengan


variabel psikologis, menurut Verplanken dan
Berdasarkan tabulasi silang didapatkan hasil
Herabadi (2001) faktor personal merupakan salah
bahwa pada konsumen dengan penghasilan 3,5 –
satu faktor yang menentukan munculnya perilaku
7 juta adalah kelompok yang memiliki proporsi
pembelian konsumen. Locus of Control sebagai
impulse buying tinggi paling besar dibanding
salah satu aspek kepribadian yang menjadi faktor
kelom pok katago ri penghas ilan y ang lain.
pers onal y ang berarti dalam menentuk an
Sedangkan jumlah proporsi impulse buying rendah
munculnya perilaku pembelian konsumen.
terdapat pada kelompok konsumen dengan
Lebih lanjut, mengacu pada konsep Locus
penghasilan 1 – 3,5 juta.
of Control yang dikemukakan oleh Rotter (1960,
1967) terdapat perbedaan-perbedaan antara Lo-
Pembahasan cus of Control eksternal dan internal. Konsumen
Konsumen pada umumnya membeli barang dengan kontrol tingkah laku eksternal lebih mudah
di toko dikarenakan adanya suatu kebutuhan yang terstimulasi oleh faktor diluar dirinya, sehingga
harus dipuaskan. Namun seringkali perilaku peran keluarga, teman, saran ahli, iklan, tampilan
membeli yang ditampilkan belum tentu dilandasi kemasan produk, sampel produk, dll. menjadi
oleh adanya kebutuhan tersebut sehingga apa yang faktor yang penting dalam memunculkan tingkah
diputuskan menjadi tidak efektif atau tidak tepat laku pembelian, dikarenakan individu dengan lo-
sasaran. Pembelian yang tidak efektif, meski secara cus of control eksternal meyakini bahwa dirinya
personal memberi kesan memenuhi kebutuhan dan dikendalikan oleh hal-hal diluar dirinya. Sedangkan
kepuasan sesaat, namun efek jangka panjang individu dengan kontrol tingkah laku internal lebih
adalah peningk atan anggaran ataupun selektif dalam menerima stimulasi dari luar dirinya

130 ISSN 0215-8175


MIMBAR, Vol. XXVII, No. 2 (Desember 2011): 125-132

(Lefcourt, 1982), sehingga usaha, ingatan, motif, Kebutuhan-kebutuhan yang terkait dengan sisi
dll. menjadi faktor yang penting dalam tingkah laku pengakuan atau penghargaan sosial menjadi hal
membelinya. Konsumen dengan locus of control yang signifikan penting untuk dipenuhi, dan hal
internal akan selektif terhadap stimulus, mampu tersebut memberi peluang untuk melakukan
menunda kepuasan & tidak mudah terpengaruhi, pembelian-pembelian secara spontan. Hal ini
mampu menahan keinginan dan perasaan sesaat, sejalan dengan data dem ograf i mengenai
lebih mampu mengontrol keinginan atau impulse- penghasilan yang menyatakan bahwa konsumen
nya, serta lebih tahan pengaruh sosial (Petri, dalam dengan penghasilan yang besar, lebih banyak yang
Lina 1997). Gambaran di atas menggambarkan menunjukkan perilaku impulse buying yang tinggi.
adanya keterkaitan dari kedua variabel tersebut Sedangkan dari data jenis kelamin diperoleh
yang tercermin dari hasil uji signifikansi keterkaitan gambaran, bahwa sejalan dengan sifat wanita yang
antara keduanya dalam katagori yang cukup erat. menyenangi belanja, maka dibanding sampel laki-
Bila melihat data tabulasi silang yang laki, ko ns um en w anita tetap memiliki
tergam bar, mak a hasilnya sebagian bes ar kecenderungan impulse buying tinggi yang lebih
menggambarkan apa yang diuraikan di atas. banyak dibanding konsumen laki-laki. Sisi emosi
Sekalipun jumlah sampel penelitian m asih yang cenderung mendominasi perasaan dan pikiran
menunjukkan lebih banyak yang memiliki perilaku wanita menjadi sumber mengapa mereka menjadi
impulse buying rendah dengan locus of control in- mudah tergugah oleh stimulasi dari lingkungan
ternal, namun juga perlu menjadi perhatian yang ditawarkan, sekalipun mereka menyadari
mengingat sekitar 33,3% sampel penelitian masih bahwa barang-barang tersebut belum tentu
tergolong pada konsumen yang memiliki perilaku dibutuhkan. Aspek lain terkait dengan kebutuhan
impluse buying tinggi dengan locus of control yang tinggi dan bervariasi yang menjadi sumber
eksternal. munculnya Impulse Buying tinggi adalah status
Situasi tersebut dipermudah pula oleh pernikahan. Hasil penelitian menggambarkan
adanya kemudahan sistem pembayaran yang ada bahwa umumnya konsumen yang berstatus telah
melalui fasilitas kartu belanja ataupun kartu kredit menikah memiliki kecenderungan berperilaku Im-
yang disediakan oleh toko. Penggunaan kartu pulse Buying tinggi dibanding konsumen yang
tersebut oleh konsumen dengan Locus of Control belum menikah. Hal tersebut dapat dipahami,
eksternal akan memperbesar kemungkinan mengingat dengan status menikah, jumlah anggota
pembelian secara impuls if dalam perilaku keluarga bertambah sehingga jenis kebutuhan
berbelanja, dan apabila impulse buying tersebut barangpun akan makin beragam. Kebutuhan yang
diabaikan secara berkelanjutan dapat saja perilaku bertambah, diperkuat dengan kemudahan sistem
tersebut mengarah pada munculnya patologis, hal pembayaran melalui penggunaan kartu belanja
ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh ataupun kartu kredit mendorong konsumen secara
O’Guinn dan Faber (1989). kuat dan intensif tergugah pikiran dan perasaannya
Merujuk pada data tabulasi silang yang untuk membuat keputusan-keputusan pembelian
mengacu pada data demografi, data yang tersedia tanpa perencanaan yang matang dan rasional.
antara lain: usia, jenis kelamin, status pernikahan,
tingkat pendidikan dan penghasilan. Sebaran data
Simpulan dan Saran
demografi menjadi menarik untuk dipaparkan,
sejalan dengan konsep teori yang menjelaskan Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh
mengenai faktor-faktor demografi sebagai salah simpulan, bahwa secara umum, konsumen
satu f ak to r karakteris tik ko ns um en y ang pengguna kartu belanja ataupun kartu kredit di
memengaruhi munculnya perilaku Impulse Buying Carrefour masih menunjukkan perilaku Impulse
(Loudon & Bitta, 1993) Buying yang rendah dengan disertai Locus Of
Berdasarkan data hasil tabulasi silang antara Control Internal, meski demikian masih besar
usia dengan impulse buying, didapatkan sebaran pula proporsi konsumen yang memiliki Impulse
bahwa justru sampel dengan usia di atas 42 tahun, Buying tinggi dengan disertai Locus Of Control
lebih banyak yang menunjukkan perilaku Impluse Eksternal. Selain itu kedua variabel tersebut
Buying yang tinggi dibanding sampel yang berusia memiliki keterkaitan yang cukup erat. Sedangkan
di bawah 42 tahun. Kondisi ini menjadi menarik, berdasarkan data demografi, dapat disimpulkan
mengingat bila merujuk pada tahap perkembangan bahwa konsumen dengan segmen impulse buy-
manusia, pada masa usia di atas 42 tahun, adalah ing tinggi paling banyak memiliki karakteristik:
masa dewasa madya, pada masa ini, manusia berusia di atas 42 tahun, berjenis kelamin wanita,
memiliki kebutuhan untuk menampilkan eksistensi telah menikah, dengan status sosial ekonomi
diri melalui kemapanan dari sisi status sosial. tinggi.
Dengan status sosial dan ekonomi yang mapan, Berdasarkan hasil penelitian yang telah
memberi peluang bagi konsumen untuk dengan dilakukan, maka saran yang dapat diberikan adalah
mudah menentuk an perilak u pembelian. Pencegahan perilaku impulse buying dapat

‘Terakreditasi’ SK Dikti No. 64a/DIKTI/Kep/2010 131


LISA WIDAWATI Analisis Perilaku “Impulse Buying” dan “Locus of Control” pada Konsumen di Carrefour ...

dilakukan sejak dini, dimulai dari sosialisasi secara Trends in Theory and Reserach”, 2nd ed.;
intensif mengenai dampak negatifnya. Hillsdale, NJ: Erlbaum.
Pada konsumen dengan Impulse Buying
Lina, H. (1997). “Perilaku Konsumtif Berdasarkan
tinggi dan Locus of control eksternal dapat diberikan
Locus of Control pada Remaja Putri”, Jurnal
saran agar selalu membuat/merancang daftar
Psikologika. Yogyakarta: Universitas Gajah
belanja terlebih dahulu dengan melibatkan
Mada.
lingkungan terdekat sebagai pengendali.
Loudon, D.L.; Bitta, A.J. (1993). “Consumer Be-
havior Concept and Application”. 4th ed.;
Daftar Pustaka Singapore: McGraw Hill.
O’Guinn; Thomas C.; Ronald J. Faber. (1989).
Beatty. S.E.: Ferrell, M.E. (1998). “Impulse Buy- “Compulsive Buying: A Phenomenological Ex-
ing: Modelling Its Precursors.” Journal of Re- ploration.” Journal of Consumer Research.
tailing.
Phares, E. Jerry. (1976). “Locus of Control in Per-
Busseri, M.A.; Lefcourt, H.M.; Kerton, R.R. (1998). sonality.” N.J: General Learning Press.
“Locus of Control for Consumer Outcomes:
Predicting Consumer Behavior.” Journal of Rook, D. W. (1987). The Buying Impulse. Journal
Applied Social Psychology. of Consumer Research.

Dittmar, H.; Drury, J. (2000). “Self-Image – Is it in Rotter, J.B. (1960). Social Learning and Clinical
the Bag? A Qualitative Comparison between Psychology . New York: Prentice–Hall.
“Ordinary” amd “Excessive” Consumers.” Jour-
Siegel, S. (1994).“Statistik Non-Parametrik”.
nal of Economic Psychology.
Cetakan ke-7; Jakarta: Gramedia.
Engel, J.; Blackwell, R. (1995). “Consumer Be-
Sugiyono. (2004). “Statistika untuk Penelitian”.
havior”. Chicago, IL; Dryden Press.
Cetakan ke-6; Bandung: Alfabeta.
Herabadi, A.G. (2003). “Buying Impulses – A
Verplanken, B.; Herabadi, A.G. (2001). “Individual
Study on Impulsive Consumption”. Doctoral
Differences in Impulse Buying Tendency: Feel-
Thesis; University of Nijmegen.
ing and no Thinking.” European Journal of Per-
Lefcourt, H. (1982). “Locus of Control: Current sonality; John Wiley & Sons, Ltd.

132 ISSN 0215-8175

Anda mungkin juga menyukai