Anda di halaman 1dari 11

7

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Pembelajaran Bahasa Inggris


Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional memainkan peranan
yang penting untuk berkomunikasi dengan dunia luar khususnya dalam menyerap
ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu aspek yang perlu dikuasai oleh siswa
adalah kemampuan berbahasa Inggris yang baik, baik lisan maupun tertulis.
Kemampuan bahasa Inggris yang baik harus menguasai keterampilan bahasa dan
kosa kata serta tata bahasa.
Menurut Wright Rose (2014 : 6.1) “Bahasa Inggris terpadu melibatkan belajar
keterampilan dalam menulis, tata bahasa, berbicara, mendengarkan, membaca dan
berpikir kritis. Pengajaran keterampilan bahasa Inggris yang terintegrasi
membutuhkan bentuk interaktif pembelajaran antara guru dan siswa untuk
memastikan penguasaan keterampilan baik lisan dan tertulis”.
Menurut Aroyad (2014 : 5.24) “Pada umumnya komponen Bahasa Inggris
terdiri dari tiga, yaitu grammar (tata bahasa),vocabulary (kosa kata ), dan
pronunciation ( pelafalan )”.
Menurut Nani dan yusuf Syamsu (2012) “Bahasa Inggris adalah kemampuan
berbahasa atau keterampilan berkomunikasi melalui tulisan, sebagai cara untuk
ekspresikan perasaan, gagasan atau pikirannya, maka sebaiknya dilatihkan untuk
membuat karangan atau tulisan tentang berbagai hal yang terekait dengan
pengalaman hidupnya sendiri, atau kehidupan pada umumnya, seperti menyusun
autobiografi, kehidupan keluarga, cara-cara memelihara lingkungan, cita-citaku, dan
belajar untuk mencapai sukses”.
Menurut Nunan (1989: 13) “the ability to use a second language (knowing
“how”) would develop automatically if the learner were required to focus on
meaning in the process of using the language to comunicate”.
8

Menurut Schmidt dan Richard (2002: 206) “A language which is not the
NATIVE LANGUAGE of large number of people in a particular country or region, is
not used as a medium of instruction in school, and is not widely used as a medium of
comunication in goverment, media, etc. Foreign language are typically taught as
school subjects for the purpose of comunicating with foreigners or for reading printed
materials in the language”.
Menurut Parera (1993: 16) “Bahasa Inggris adalah bahasa yang belum dikenal
atau tidak dikenal oleh setiap peserta didik pelajar bahasa. Jika bahasa asing itu
dipelajari di sekolah, bahasa asing itu menjadi bahasa ajaran, sehingga bahasa asing
dalam suatu pembelajaran adalah mengenalkan bahasa baru kepada peserta didiknya
sebagai suatu proses untuk mencapai tujuan pendidikan”.
Menurut Hornby,( 2010: 506) “Bahasa Inggris adalah bahasa resmi negara
Inggris. Saat ini digunakan di berbagai negara dan di manfaatkan sebagai salah satu
bahasa komunikasi Internasional di dunia (English is the language, originally of
England. Now spoken in many other countries and used as a language of
international communications throughout the world”.

B. Hakikat Pemahaman Pembelaj[aran bagi Siswa


Menurut Sadiman Sukadi Arif (1946) “Pemahaman adalah suatu kemampuan
seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan
sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya”.
Menurut Chaniago YS Amran (2002) “Pemahaman adalah sesuatu hal yang
kita pahami dan kita mengerti dengan benar”.
Menurut Arikunto Suharsimi (2009) bahwa “pemahaman (comprehension)
adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates),
menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan
contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan”.
9

Menurut Sidjianto (2004: 4) “Tujuan utamanya adalah dapat memahami dan


menggunakan bahasa dengan baik dan benar sehingga dapat diterima oleh pendengar
secara umum”.
Menurut Strauss (1988: 52 ) “pemahaman belajar yaitu. (1) kemampuan
mengerti teks secara garis besar serta kemampuan mengerti arti dan maksud
ungkapanungkapan yang akan diaktifkan, (2) kemampuan memproduksi secara
terbatas yakni kemampuan mengerti arti dan maksud ungkapan yang akan diaktifkan
maupun kemampuan memproduksi ungkapan tersebut walaupun belum secara lancar
dan sempurna, (3) keterampilan mereproduksi secara lancer yaitu kemampuan
menggunakan strategi-strategi komunikasi dengan spontan maupun keterampilan
memproduksikan secara lancar dan wajar ungkapan-ungkapan yang akan diaktifkan
termasuk pengetahuan tentang kesesuaian ungkapan itu secara semantik atau sesuai
makna”.
Menurut Riyana,C, Rusman, Kurniawan, D.( 2012: 5) “Belajar pada
hakikatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu
siswa. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada pencapaian
tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman yang diciptakan guru”.
Menurut Bell-Gredler dalam Khadijah, (2009: 43) “Belajar sebagai
pemahaman proses perolehan berbagai kompetensi, keterampilan, dan sikap
(learning is the process by which human being acquire a vast variety of
competencies, skills, and attitudes)”.
Menurut Smalldino dan Lowther, Russel (2011:11). “Belajar merupakan
pemahaman pengembangan pengetahuan, keterampilan, atau sikap yang baru ketika
seseorang berinteraksi dengan informasi dan lingkungan. Lingkungan belajar
diarahkan oleh guru dan mencakup fasilitas fisik, suasana akademik dan emosional,
serta teknologi pengajaran”.
Menurut Russel dan Heinich, Molenda, (1982: 9) “Pemahaman belajar adalah
istilah umum yang digunakan untuk suatu perubahan perilaku secara relatif maupun
10

kekal yang disebabkan oleh pengalaman secara langsung; serta suatu proses dan cara-
cara membuat perubahan tersebut. (Learning is a general term for a relatively lasting
change in performance caused directly by experience; also the process or processes
whereby such change is brought about.)”.
Menurut Schunk,( 2012: 5) “Pembelajaran merupakan perubahan yang bertahan
lama dalam perilaku, atau dalam kapasitas berperilaku dengan cara tertentu, yang
dihasilkan dari praktik atau bentuk-bentuk pengalaman lainnya”.

C. Metode Diskusi

Djamarah (2000: 2) “Metode (method) secara harafiah berarti cara, metode


atau metodik berasal dari bahasa Yunani (metha), yang berarti melalui atau melewati.
Secara umum metode atau metodik bisa diartikan berarti ilmu tentang jalan yang
dilalui untuk mengajar kepada anak didik supaya dapat tercapai tujuan belajar dan
mengajar”.
Girlstrap dan Martin (1975) dalam Modjiono (1992) “metode diskusi kelompok
adalah suatu kegiatan di mana sejumlah orang membicarakan secara bersama- sama
melalui tukar pendapat tentang suatu topik atau masalah, atau untuk mencari jawaban
dari suatu masalah berdasarkan semua fakta yang memungkinkan untuk itu”. 
Menurut Depdikbud (1986) “Metode Diskusi kelompok diartikan sebagai suatu
cara penguasaan isi pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu
masalah. Metode diskusi dipandang sebagai salah satu metode pengajaran yang
paling efektif untuk kelompok kecil, khususnya mempelajari ketrampilan yang
kompleks seperti memikirkan secara kritis, pemecahan masalah dan komentar
pribadi, pembelajaran metode diskusi dapat melaksanakan pertukaran gagasan, fakta
dan pendapat antara murid, sehingga menjadikan suasana belajar lebih dinamis”.
Taniredja ( 2011: 23) “Diskusi kelompok adalah suatu proses pembelajaran
dua atau lebih individu yang berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka
11

mengenai tujuan atau sasaran yang sudah ditentukan melalui cara tukar menukar
informasi, mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah”.
Aqib (2014: 107) “mengatakan metode diskusi kelompok merupakan interaksi
antara siswa dengan siswa atau siswa dengan guru untuk menganalisis, memecahkan
masalah, menggali, memperdebatkan topik atau permasalahan tertentu”.
Djamarah ( 2006: 99) “Metode diskusi kelompok adalah cara penyajian
pelajaran, dimana siswa dihadapkan kepada suatu masalah yang bisa berupa
pernyataan atau pertanyaan untuk dibahas dan dipecahkan bersama, sehingga terjadi
interaksi antara dua atau lebih individu yang terlibat, saling tukar menukar
pengalaman, informasi, memecahkan masalah”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas peneliti menyimpulkan metode diskusi
kelompok adalah proses pembelajaran dimana guru memberi kesempatan kepada
para siswa/kelompok untuk mengadakan perbincangan guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternative pemecahan atas
sesuatu masalah sehingga menambah pemahaman siswa dan suasana kelas hidup
karena setiap siswa dapat berpartisipasi secara aktif.

1. Karakteristik Metode Diskusi


Dalam penggunaan metode diskusi, bahan pelajaran harus dikemukan dengan
topik permasalahan atau persoalan yang akan menstimulus siswa menyelesaikan
permasalaha atau persoalan tersebut. Untuk menjawab atau menyelesaikan
permasalahan atau persoalan tersebut, perlu dibentuk kelompok yang terdiri dari
beberapa orang siswa sebagai anggota dalam kelompok tersebut. Kelancaran kegiatan
diskusi sangat ditentukan oleh moderator yaitu orang yang mengatur jalannya
pembicaraan supaya semua siswa sebagai anggota aktif berpendapat maksimal dan
seluruh pembicaraan mengarah pada pendapat atau kesimpulan bersama.
Tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah lebih banyak berperan sebagai
pembimbing, fasilator atau motivator supaya interaksi dan aktivitas siswa dalam
12

diskusi menjadi efektif. Aktivitas siswa dalam diskusi harus dibimbing, dan dapat
diterapkan cara berpikir yang sistematik dengan menggunakan logika berpikir yang
ilmiah.

2. Keunggulan dan Kelemahan Metode Diskusi


Djamarah (2000:199) mengemukakan “Metode diskusi memiliki beberapa
keunggulan, di antaranya adalah akan menyadarkan siswa bahwa terdapat banyak
cara dalam menyelesaikan masalah, dengan diskusi dapat diperoleh keputusan yang
lebih baik serta akan membiasakan siswa untuk mendengar pendapat orang lain. Jadi
siswa dapat bekerja sama dan bertukar pendapat dalam menyelesaikan masalah
melalui pelaksanaan diskusi. Diskusi juga akan melatih siswa lebih percaya diri
untuk berbicara dan berinteraksi dengan orang lain”.
Cooperative atau diskusi, banyak alasan dan keunggulan mengapa
pembelajaran melalui metode ini dikembangkan dan banyak digunakan oleh para
guru.
Hasil penelitian oleh Jhonson (1984) “menunjukan adanya beberapa
keunggulan metode diskusi” diantaranya sebagai berikut :
a. Siswa dapat bertukar pikiran
b. Siswa berusaha memecahkan masalah
c. Merangsang siswa untuk berpendapat
d. Mengembangkan rasa tanggung jawab
e. Membina kemampuan berbicara
f. Belajar menghargai pendapat atau pikiran orang lain
g. Memberikan kesempatan belajar
h. Meningkatkan hidup bergotong royong
13

Hal ini juga sesuai dengan yang dikatakan Sanjaya (2008:156) “tentang
beberapa kelebihan metode diskusi dalam kegiatan pembelajaran” yaitu:

1. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam
memberikan gagasan dan ide-ide.
2. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam mengatasi
setiap permasalahan.
3. Dapat melatih siswa untuk mengemukakan pendapat atau gagasan secara
verbal. Di samping itu diskusi juga melatih siswa untuk menghargai pendapat
orang lain.
Lie (2002) mengemukakan “agar setiap kelompok memiliki level yang sama,
maka pengelompokan siswa dilakukan secara heterogen menurut kemampuan
akademis. Setiap kelompok terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi,
dua orang berkemampuan akademis sedang dan satu lainnya dengan kemampuan
akademis kurang”.
Lie (2002:40) mengemukakan “kelebihan dari pembentukan kelompok
heterogen” yaitu:
1. Memberi kesempatan pada siswa untuk saling mengajar (peer tutoring) dan
saling mendukung.

2. Meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender.


3. Memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang
berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asisten untuk tiga
orang.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelompokan secara heterogen menurut
kemampuan akademis akan memberikan kesempatan pada siswa untuk saling
mengajar dan bertukar pendapat dalam memecahkan masalah. Uraian di atas adalah
alasan penulis menggunakan metode diskusi kelompok karena dengan menggunakan
metode diskusi kelompok dapat membentuk karakter dan watak siswa lebih baik,
14

lebih bijak, saling berbagi dan lebih dewasa serta siswa lebih aktif dan produktif
dalam pembelajaran.

Pada metode diskusi penulis juga mendapatkan kelemahan-kelemahan. Gilstrap


dan Martin (1975) dalam Modjiono (1992) “metode diskusi mempunyai kelemahan.
Kelemahan metode diskusi disebutkan sebagai berikut: 
1. Metode diskusi sulit diramalkan hasilnya, walaupun telah diatur secara hati-
hati. 

2. Metode ini kurang efisien dalam penggunaan waktu dan membutuhkan


perangkat meja dan kursi yang mudah diatur. 
3. Metode ini tidak menjamin penyelesaian, sekalipun kelompok setuju atau
membuat kesepakatan pada akhir pertemuan, sebab keputusan yang dicapai
belum tentu dilaksanakan. 
4. Metode ini seringkali didominasi oleh seorang atau beberapa orang anggota
diskusi, dan menyebabkan orang yang tak berminat hanya sebagai penonton. 
5. Metode ini membutuhkan kemampuan berdiskusi dari para peserta, agar dapat
berpartisMatematikasi secara akti dalam diskusi. Kemampuan berdiskusi ini
hanya akan dapat dimiliki oleh seseorang bila dipelajari dan dilatih. 
Sedangkan kelemahan-kelemahan metode diskusi kelompok sebagai berikut :
a. Relatif memerlukan waktu yang cukup banyak.
b. Apabila siswa tidak memahami konsep dasar permasalahan maka diskusi tidak
akan efektif.
c. Materi pelajaran dapat menjadi lebih luas.
d. Yang aktif hanya siswa tertentu saja.
Kemudian penulis mencoba untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
ada dan menyempurnakan tindakan-tindakan yang dianggap sudah baik.
15

3. Prosedur Metode Diskusi


Prosedur metode diskusi yang terdapat pada buku Strategi Pembelajaran di SD
halaman 5.31, yang harus dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan dan membatasi masalah.
b. Merumuskan dugaan dan pertanyaan.
c. Mengumpul data atau mengolah data.
d. Membuktikan atau menjawab pertanyaan.
e. Kesimpul

Prosedur kegiatan Metode Diskusi menurut Djamarah (2006: 12) yaitu:


a. Persiapan
1) Mengkondisikan siswa.
2) Memberikan informasi atau penjelasan tentang masalah tugas dalam
diskusi.
3) Mempersiapkan sarana dan prasarana untuk melakukan diskusi atau
tempat, peserta dan waktu pelaksanaan diskusi.
b. Pelaksanaan
1) Siswa melakukan diskusi .

2) Guru merangsang seluruh peserta berpartisipasi dalam diskusi.


3) Memberikan kesempatan kepada semua anggota untuk berperan aktif.
4) Mencatat tanggapan atau saran dan ide-ide yang penting.
c. Evaluasi
1) Memberikan tugas kepada siswa untuk membuat kesimpulan diskusi.

2) Menilai hasil diskusi.


Menurut Aswan (2006:123) langkah-langkah metode diskusi adalah:
a) Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan memberikan
pengarahan mengenai cara pemecahannya.
b) Dengan pimpinan guru para siswa membentuk kelompok-kelompok diskusi,
memilih pemimpin diskusi (ketua), sekretaris (pencatat), Pelapor (kalau
perlu), mengatur tempat duduk, ruangan, sarana dan sebagainya.
16

c) Pimpinan diskusi berada di tangan siswa yang memahami atau menguasai


masalah yang akan didiskusikan, berwibawa, dapat bertindak tegas,
sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang lain,
menjaga ketertiban serta memberikan dorongan dan bantuan sepenuhnya
agar setiap anggota kelompok berpartisipasi aktif dan agar diskusi berjalan
lancar, setiap anggota kelompok harus tahu persis apa yang akan
didiskusikan dan bagaimana cara berdiskusi. Diskusi harus berjalan dalam
suasana bebas setiap anggota bahwa hak bicaranya sama.
d) Setiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil-hasil yang dilaporkan
itu ditanggapi oleh semua siswa (terutama kelompok lain).
e) Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan-laporan tersebut.
f) Siswa mencatat hasil diskusi.
g) Guru mengumpulkan laporan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok.

D. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kompetensi yang diperoleh siswa setelah ia melakukan


pembelajaran yang dapat dijadikan suatu tolak ukur keberhasilan bagi siswa setelah
mengikuti pembelajaran. Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang
telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak
lanjut. Hasil belajar harus menunjukan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan
prilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional positif dan disadari.
Menurut Bloom (1956) “yang dapat menunjukan hasil belajar, mencakup aspek
kognitif, afektif dan psikomotorik”.
Romizoswki (1982)” menyebutkan dalam skema kemampuan yang dapat
menunjukkan hasil belajar yaitu :
1. Keterampilan kognitif berkaitan dengan kemampuan membuat keputusan
memecahkan masalah dan berfikir logis.
2. Keterampilan psikomotor berkaitan dengan kemampuan tindakan fisik dan
kegiatan perceptual.
3. Keterampilan reaktif berkaitan dengan sikap, kebijaksanaan, perasaan dan self
control.
17

4. Keterampilan interaktif berkaitan dengan kemampuan sosial dan


kepemimpinan.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis
dan ilmiah pada siswa, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan :
a. Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan
atau di informasikan.
b. Kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan
berdasarkan substansi yang dibaca, diamati, dan atau didengar.
c. Kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut
persamaan dan perbedaan.
d. Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.
Penulis mengharapkan dengan penggunaan metode diskusi pada pembelajaran
Bahasa inggris dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap pelajaran Bahasa
inggris,dengan metode diskusi pembelajaran Bahasa inggris lebih bervariasi, tidak
menjenuhkan, siswa lebih aktif dan produktif. Jadi siswa tidak hanya mendengarkan
penjelasan guru dan menyelesaikan tugas saja, dan yang terpenting dapat menghapus
anggapan bahwa pelajaran Bahasa inggris adalah pelajaran yang membingungkan
serta dengan metode diskusi kelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Anda mungkin juga menyukai