Anda di halaman 1dari 7

Lex et Societatis, Vol. V/No.

1/Jan-Feb/2017

PEMBATALAN ATAS PEMBAGIAN HARTA dalam pasal 1112, yang dimana pembatalan
WARISAN MENURUT KUHPERDATA1 pembagian warisan dilakukan karena :
Oleh : Erni Bangun2 penipuan, paksaan dan telah dirugikan lebih
dari ¼ dari salah satu pihak dari ahli warisnya.
ABSTRAK Kata kunci: Pembatalan, pembagian harta
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk warisan,
mengetahui bagaimana perbedaan sistem
hukum waris menurut BW dengan sistem PENDAHULUAN
hukum waris Adat dan bagaimana terjadinya A. Latar Belakang
suatu pembatalan pembagian Harta Warisan Hukum Waris menurut BW dikenal 2 macam
menurut KUHPerdata. Dengan menggunakan waris, yaitu hukum waris tanpa wasiat
metode penelitian yuridis normatif, (abintestato) dan hukum waris wasiat
disimpulkan: 1. Pengertian dari hukum waris (testamen). Sebagaimana dalam hukum adat,
sampai sekarang ini belum terdapat hukum adat digunakan bagi warga negara
keseragaman sebagai suatu pedoman atau Indonesia asli, yaitu suku-suku bangsa yang
standar hukum, dimana tiap-tiap golongan hidup di wilayah Indonesia begitu juga dengan
penduduk memberi arti dan definisi berbeda- sifat dan sistem hukumnya cukup beragam,
beda seperti terlihat dalam hukum waris BW secara umum sifat dan sistem hukum waris
dan hukum waris adat. Tetapi walaupun adat terbagi 3 yaitu : patrilinieal (menurut garis
demikian kalau dilihat dari unsurnya hukum bapak), matrilineal (menurut garis ibu),
waris adat dan hukum waris BW, mempunyai 3 parental atau bilateral (menurut garis ibu-
unsur yang sama yang dimana disebut adanya bapak).
pewaris, ahli waris dan harta peninggalan. Hukum waris adat adalah hukum yang
Begitu juga kalau dilihat dari perbedaan dari membuat garis-garis ketentuan terhadap
kedua hukum waris ini, hukum waris adat tidak sistem hukum dan asas-asas hukum waris,
mengenal “Legitie Portie” tetapi meletakkan tentang harta warisan, pewaris dan ahli waris,
kerukunan pada proses pembagian serta serta dengan cara warisan itu dialihkan
dengan memperhatikan keadaan istimewa tiap penguasaan pemiliknya dari pewaris kepada
ahli warisnya. Sedangkan hukum waris menurut ahli warisnya. Adapun yang dimaksud dengan
BW mengenal hak tiap ahli waris atas bagian harta warisan adalah harta kekayaan dari si
tertentu dari harta peninggalan bagian warisan pewaris setelah ia wafat baik harta itu telah
menurut ketentuan undang-undang (Wettelijk dibagi maupun keadaan belum dibagi. yang
Erfdaeel atau “Legitieme Portie” Pasal 913-929). termasuk dalam harta warisan adat adalah
Dalam sistem pembagian harta warisan harta pusaka, harta perkawinan, harta bawaan
menurut hukum adat mengenal 3 sistem yaitu : dan harta depetan.
sistem kolektif, sistem mayorat dan sistem Pada dasarnya hukum waris yang
individual. Sedangkan hukum waris menurut dipergunakan di Indonesia untuk setiap warga
BW hanya mengenal dua sistem pembagian Indonesia adalah :
harta warisan yaitu : sistem Ab Intestanto a. Hukum adat berlaku untuk orang Indonesia
(menurut undang-undang) dan system asli yang dimana berbeda macam-macam
Testament (wasiat). 2. Pembatalan pembagian daerah yang masih ada kaitannya dengan
harta warisan dapat terjadi karena tidak sifat kekeluargaan, yaitu sifat bapak dan
meratanya pembagian harta warisan yang sifat keibuan.
dilakukan dalam suatu kekeluargaan, ataupun b. Peraturan warisan bagi hukum agama Islam
karena telah dirugikan salah satu pihak diantara mempunyai pengaruh yang mutlak bagi
ahli warisnya, dalam kitab undang-undang orang Indonesia asli di berbagai daerah.
KUHPerdata pembatalan warisan terdapat c. Hukum warisan dari agama Islam pada
umumnya diperlakukan bagi orang-orang
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Prof. Dr. Telly
Arab.
Sumbu , SH, MH; Jeany Anita Kermite, SH, MH d. Hukum Waris Buregerlijk Wetboek,
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat, NIM. digunakan bagi orang-orang Tionghoa.
13071101156

91
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas harta warisan yang diberikan si pewaris
maka perlu diketahui bahwa peraturan hukum kepadanya.
warisan di Indonesia terdiri dari 3 macam, 3. Harta warisan
Hukum Adat, Hukum Agama Islam dan Hukum Harta warisan merupakan harta kekayaan
Buregerlijk Wetboek.3 dari seorang pewaris yang telah meninggal
dunia baik harta yang telah dibagi atau
B. Perumusan Masalah masih dalam keadaan tidak terbagi-bagi.
1. Bagaimanakah perbedaan sistem hukum 4. Penerusan dan Pengoperan harta warisan.
waris menurut BW dengan sistem hukum Penerusan atau pengoperan harta warisan
waris Adat ? adalah merupakan suatu penerusan harta
2. Bagaimanakah Terjadinya suatu warisan tersebut yang akan dioperkan atau
pembatalan pembagian Harta Warisan diberikan kepada si ahli warisnya baik
menurut KUHPerdata ? sebelum dia meninggal maupun sudah
meninggal.
C. Metode Penulisan Hukum waris adat meliputi keseluruhan
Penelitian ini merupakan bagian dari asas, norma dan keputusan/ketetapan hukum
penelitian hukum kepustakaan yakni dengan yang bertalian dengan proses penerusan serta
cara meneliti bahan pustaka atau yang pengendalian harta benda (materil) dan harta
dinamakan penelitian hukum normative . cita (non materiil) dari generasi yang satu
kepada generasi berikutnya5.
PEMBAHASAN Menurut Ter Haar, seorang pakar hukum
A. Perbedaan Sistem Hukum Waris Menurut dalam bukunya yang berjudul Beginselen en
BW dengan Sistem Hukum Waris Adat Stelsel Van Het (1950), hukum waris adat
1. Sistematika Hukum Waris Menurut Adat adalah aturan-aturan hukum yang mengatur
Hukum waris adat adalah hukum yang penerusan dan peralihan dari abad ke abad baik
membuat garis-garis ketentuan tentang system harta kekayaan yang berwujud dan tidak
dan asas-asas hukum waris, baik itu tentang terwujud dari generasi pada generasi berikut.6
harta warisan, pewaris dan ahli waris serta Jadi hukum waris adat itu sendiri adalah
bagaimana cara harta warisan itu dialihkan proses penerusan dan peralihan harta, baik
penguasaan dan pemilikannya dari pewaris yang berwujud maupun yang tidak berwujud
kepada ahli warisnya. dari si pewaris pada waktu masih hidup
Menurut Soepomo hukum waris adat maupun setelah meninggal dunia kepada ahli
merupakan peraturan-peraturan yang warisnya. Adapun sifat Hukum Waris Adat
mengatur proses penerusan serta pengoperan dibandingkan dengan sifat hukum waris lainnya
barang-barang harta benda yang berwujud dan sebagai berikut :
yang tidak berwujud dari generasi yang satu 1. Harta warisan dalam sistem hukum adat
kepada generasi berikutnya.4 tidak merupakan kesatuan yang dapat
Di dalam Pewarisan hukum adat terdapat 4 dinilai harganya, tetapi merupakan
unsur pokok yaitu : kesatuan yang tidak dapat terbagi tetapi
1. Adanya Pewaris menurut jenis macamnya dan kepentingan
Pewaris merupakan orang yang para ahli waris.
meneruskan harta peninggalan atau orang 2. Dalam hukum adat juga tidak mengenal
yang mempunyai harta warisan. asas legitieme portie atau bagian mutlak,
2. Ahli waris sebagaimana yang diatur dalam hukum
Ahli waris merupakan istilah untuk waris barat dan islam.
menunjukkan orang yang mendapatkan
harta warisan atau orang yang berhak atas
5
Surini Ahlan Sjarif, Hukum Kewarisan Perdata Barat, PT
Prenada Media, Jakarta, 2005, hal 1.
3 6
Ibid,hal 9 Ter Haar, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat,
4
Soepomo, Bab-bab tentang Hukum Adat, PT Pradnya Trejemahan R.Ng Surbakti Presponoto, Let. N. Voricin
Paramita, Jakarta, 1993, hal 23. Vahveve, Bandung, 1990, hal 47.

92
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

3. Hukum waris adat tidak mengenal adanya Harta bawaan adalah harta warisan yang
hak bagi ahli waris untuk sewaktu-waktu asalnya bukan didapat karena jerih payah
menuntut agar harta warisan segera bekerja sendiri dalam perkawinan
dibagikan. melainkan merupakan pemberian karena
Kemudian di dalam hukum adat juga dikenal hubungan cinta kasih, balas jasa atau
beberapa prinsip (asas umum) diantaranya karena sesuatu tujuan. Pemberian ini dapat
adalah : berupa benda tetap maupun barang
a. Jika pewarisan tidak dapat dilaksanakan bergerak.
secara menurun, maka warisan dilakukan 3. Harta bersama
secara keatas atau kesamping. Artinya yang Merupakan harta yang diperoleh suami istri
menjadi ahli waris adalah pertama anak dalam perkawinan.
laki-laki atau perempuan dan keturunan Hukum adat itu sendiri bentuknya tidak
mereka. kalau tidak ada anak atau tertulis atau dikenal dengan hukum (kebiasaan)
keturunan secara menurun, maka warisan yang berupa norma dan adat istiadat yang
itu jatuh kepada ayah, nenek dan harus dipatuhi masyarakat tertentu dalam
seterusnya keatas. suatu daerah dan hanya berlaku di daerah
b. Hukum adat tidak selalu harta peninggalan tersebut dengan sanksi-sanksi bagi orang yang
seseorang itu langsung dibagikan diantara melanggarnya.
para ahli waris, tetapi menjadi kesatuan
yang dimana pembagiannya ditangguhkan 2. Sistematika Hukum Waris BW (Burgerlijk
dan adakalanya tidak dibagi karena harta Wetboek)
tersebut tidak tetap. Menurut sistem hukum perdata, pewaris
c. Hukum adat mengenal prinsip penggantian adalah orang yang telah meninggal dunia atau
tempat (plaats vervuling), artinya seorang orang yang diduga meninggal dunia yang
anak adalah sebagai ahli waris dan meninggalkan harta yang dimiliki semasa
ayahnya, maka tempat dari anak itu hidupnya.Pokok Hukum waris menurut BW
digantikan oleh anak-anak dari yang adalah terdapat dalam pasal 1066
7
meninggal dunia tadi (cucu dari si peninggal KUHPerdata.
harta). 1. Dalam hal seseorang mempunyai hak atas
d. Dikenal adanya lembaga pengangkatan sebagian dari sekumpulan harta benda,
anak (adopsi), dimana hak dan seseorang itu tidak dipaksa membiarkan
kedudukannya bisa seperti anak sendiri dan harta bendanya itu tetap dibagi-bagi
merupakan salah satu solusi untuk kepada orang yang berhak diatas harta
meneruskan keturunan didalam suatu tersebut.
keluarga meneruskan harta warisan dari 2. Pembagian harta benda selalu dituntut,
orang tua dan sebagai pelengkap dan suatu meskipun ada suatu perjanjian yang
ke bagian untuk orang tua. bertentangan dengan itu.
Secara garis besar, dalam hukum pewarisan 3. Dapat diperjanjikan, bahwa pembagian
adat terdapat harta warisan, yang dimana harta harta benda itu dipertangguhkan selama
warisan ini merupkan suatu sifat bawaan yang waktu tertentu.
terkandung dalam hukum adat, dan harta 4. Perjanjian ini hanya berlaku selama 5 tahun
warisan tersebut dapat ditinjau dari macamnya, tetapi dapat diadakan lagi, kalau tenggang
yaitu: harta pusaka, harta bawaan dan harta waktu lima tahun telah lampau.
bersama. Jadi hukum waris barat menganut sistem
1. Harta pusaka setelah pewaris wafat dan harta warisan
Harta pusaka ini merupakan harta yang langsung dibagi-bagikan kepada ahli warisnya.
mempunyai nilai magis religis yang Jika harta warisan itu belum dibagi maka setiap
lazimnya tidak dapat dibagi-bagi. Proses ahli waris dapat menunutut agar harta
pewarisannya hanya dilingkungan keluarga peninggalan itu segera dibagikan walaupun ada
saja yang dibagi secara turun temurun.
2. Harta bawaan
7
Lihat dalam Pasal 1066 KUHPerdata.

93
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

perjanjian yang bertentangan dengan itu. hukum memperoleh kekayaan pewaris


Artinya, apabila seorang ahli waris menuntut tanpa menuntut penyerahan.
pembagian harta warisan di pengadilan, c. Yang berhak mewarisi pada dasarnya
tuntutan tersebut tidak dapat ditolak oleh ahli adalah keluarga sedarah dengan pewaris.
waris lainnya. Didalam hukum waris BW juga d. Pada asasnya harta peninggalan tidak
orang yang diduga meninggal dunia dapat boleh dibiarkan dalam keadaan tidak
menjadi pewaris dengan syarat-syarat sebagai terbagi (pasal 1066KUHPerdata).
berikut : e. Pada asasnya setiap orang, termasuk bayi
1. Orang tersebut tidak diketahui yang baru lahir, cakap mewarisi, kecuali
keberadaanya selama kurang lebih dari mereka yang dinyatakan tak patut
lima tahun, telah dilakukan tiga kali mewarisi (pasal 838 KUHPerdata).9
panggilan resmi dari pengadilan serta Dengan demikian sistem hukum waris
pemanggilan dalam surat kabar sebanyak menurut BW memiliki ciri khas yang berbeda
tiga kali. dari sistem hukum waris yang lainya terdapat
2. Apabila sampai 15 tahun harta warisan dalam harta peninggalan seorang pewaris yang
digunakan oleh ahli waris, dan ternyata dimana pada saat seorang pewaris meninggal
pewaris hadir atau masih hidup, maka dunia maka hartanya akan segera dibagi-bagi
ahli waris wajibmengembalikan ½ harta kepada mereka yang berhak menerima harta
arisan tersebut. tersebut. Kalaupun hendak dibiarkan dalam
3. Apabila setelah 15 tahun tetapi belum keadaan tidak terbagi, maka harus terlebih
genap 30 tahun, ahli waris wajib dahulu melalui persetujuan seluruh ahli waris.
mengembalikan ¼ harta warisan yang
diterimanya. B. Pembatalan Dalam Suatu Pembagian Harta
4. Apabila lebih dari 30 tahun atau 100 Warisan Menurut KUHPerdata
tahun umur pewaris, pewaris tidak Pembatalan warisan sebagaimana yang
dapat menuntut pengembalian harta telah dijelaskan diatas merupakan cara yang
warisan yang telah digunakan. dilakukan seseorang untuk membatalkan
5. Apabila dua orang saling mewarisi sesuatu harta warisan yang telah ditinggalkan
meninggal dunia tanpa diketahui siapa pewaris kepada ahli warisnya karena adanya
yang meninggal terlebih dahulu, mereka sesuatu hal atau masalah dalam suatu
dianggap mati secara bersamaan dan hubungan kekeluargaan.
tidak terjadi perpindahan harta warisan Dalam pasal 1112 KUHPerdata, suatu
satu dengan yang lainnya.8 pembagian harta warisan dapat dibatalkan
Dalam pewarisan hukum waris perdata, apabila :
terdapat adanya prinsip-prinsip umum yaitu 1. Dilakukan dengan paksaan
sebagai berikut: 2. Dilakukan penipuan oleh seseorang atau
a. Pada asasnya yang dapat beralih pada pun perorangan
ahli waris hanya hak dan kewajiban di 3. Seseorang ahli waris dirugikan dan
bidang hukum kekayaan saja. Artinya kerugiannya meliputi ¼ (seperempat
hak dan kewajiban tidak hanya dapat bagian), kerugian ini bisa disebabkan
dinilai dengan uang, tetapi ada hak dan oleh kekeliruan pada saat menafsir harga
kewajiban yang termasuk dalam bidang nilai dari harta benda warisan.10
kekayaan ternyata tidak dapat Jadi dari pasal ini dijelaskan bahwa dari poin
diwariskan. kedua maksudnya bahwa suatu warisan dapat
b. Dengan meninggalnya seseorang, pada dibatalkan karena adanya penipuan yang telah
saat itu juga hak dan kewajiban pewaris dilakukan si pewaris kepada si ahli pewaris baik
beralih pada ahli warisnya (hak saisine), itu penandatanganan maupun memalsukan
yang artinya dimana ahli waris demi surat wasiat dan poin yang ketiga juga

9
Surini Ahlan Sjarif, Hukum Kewarisan Perdata Barat, PT
Prenada Media, Jakarta, 2005, hal 15,16.
8 10
Lihat, Pasal 467, 482, 484 dan pasal 832 KUHPerdata. Lihat dalam pasal 1112 KUHPerdata.

94
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

dikarenakan tidak meratanya warisan yang ampun kepada orang itu, maka dari ini tidak
dibagikan, maksudnya pada saat pembagian perlu diadakan putusan hakim untuk
ada orang atau sebagian ahli waris yang dapat menetapkan ahli waris tidak pantas menerima
bagian yang kurang dari seperempat dari warisan.11
beberapa ahli waris lainnya, maka dari itu Dalam pembagian budel yang dirugikan
pembagian yang seperti ini dapat dibatalkan lebih dari seperempat sebagaimana dalam poin
karena tidak meratanya pembagian yang ketiga diatas diambil contoh juga sebagai
dilakukan. berikut :
Selain dari pasal yang disebutkan diatas Seseorang meninggalkan 100.000.empat
dalam pasal 838 BW juga mengatakan bahwa saham dalam perkebunan kacang tanah Inggris
orang yang tidak pantas/patut menjadi ahli dan satu saham dalam X-Bank dibagi diantara
waris dan kerenanya dikecualikan dari dua orang anak. Nilai seluruhnya dari saham-
pewarisnya adalah : saham itu berjumlah 2.000. Kepada anak yang
a. Karena mereka yang telah dihukum karena seseorang diperuntukkan saham-saham kacang
melakukan pembunuhan atau mencoba tanah. Yang pertama nilainya 1.600. Pembagian
membunuh si pewaris. ini dapat dibatalkan, karena dalam 2000 yang
b. Orang yang dipersalahkan karena dibagi kepada anak yang kedua menerima
memfitnah dan mengajukan pengajuan, kurang dari ¾ dari 1.000. Bagi pembagian itu
pengajuan karena suatu kejahatan yang dapat dibatalkan. Disamping itu juga jika angka
terancam pidana 5 tahun kedua diberi hibah wasiat sebanyak jumlah
c. Seseorang yang telah melakukan kekerasan yang mengimbangi kerugiannya yang berjumlah
kepada sippewaris untuk ¼ dari bagiannya karena kematian dalam
membuat/mencabut surat wasiatnya. kekayaan yang dibagi.12
d. Seseorang yang telah menggelapkan Maka dari itu agar perselisihan atau
/merusak memalsukan surat wasiat dari si persengketaan tidak terjadi pada saat
pewaris yang telah meninggal dunia. pembagian harta maka terlebih dahulu harus
Jadi dari pasal ini dapat dilihat sebagai melakukan musyawarah dengan sesama ahli
konsekuensi atas perbuatan yang dilakukan waris, khususnya bagi sesama keluarga, dan
oleh para ahli waris tersebut yang tidak pantas memperhatikan system waris manakah yang
mengenai harta warisan itu dapat dikatakan akan dipakai, dan jika kedua tersebut tidak
batal, karena menurut hakim, perilaku yang dapat dilakukan juga atau tidak mendatangkan
telah dilakukan diatas tidak pantas dan tidak hasil maka perselisihan pembagian harta
perlu menunggu penunntutan dari pihak mana warisan dapat diselesaikan melalui jalur hukum
pun juga. Dan selanjutnya dalam pasal 839 yaitu kepengadilan sebagai langkah terakhir
KUHPerdata mengatakan mewajibkan dalam penyelesaian sengketa waris.
seseorang ahli waris yang tidak pantas tersebut
untuk mengembalikan hasil yang telah ia petik PENUTUP
dari barang-barang warisan. Dalam pasal ini A. Kesimpulan
dapat dilihat jelas bahwa seseorang yang telah 1. Pengertian dari hukum waris sampai
menerima barang-barang pewaris yang sekarang ini belum terdapat keseragaman
kemudian dinyatakan tidak pantas menjadi ahli sebagai suatu pedoman atau standar
waris, maka harus mengembalikan dari hasil hukum, dimana tiap-tiap golongan
yang telah ia terima itu. penduduk memberi arti dan definisi
Sedangkan menurut Wirdjono projodikoro, berbeda-beda seperti terlihat dalam hukum
dalam hukum kewarisan Indonesia waris BW dan hukum waris adat. Tetapi
berpendapat : bahwa alasan-alasan dari walaupun demikian kalau dilihat dari
perbedaan tentang putusan hakim adalah unsurnya hukum waris adat dan hukum
kalau seorang mencoba membunuh si pewaris
kemudian si pewaris tetap menghibahkan 11
Wirjono Prodjodikoro ,Hukum Waris di Indonesia
sesuatu kepada orang itu (ahli waris) maka si ,Sumur Bandung ,1991 ,hal 11 .
12
peninggal warisan dapat dianggap memberi A.Pitlo, Hukum Waris, PT Intermasa, Jakarta, 1991, hal
176.

95
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

waris BW, mempunyai 3 unsur yang sama laki maupun anak perempuan kalau ditinjau
yang dimana disebut adanya pewaris, ahli dari hukum waris adat. Dari pembagian
waris dan harta peninggalan. Begitu juga yang dilakukan menurut penulis merupakan
kalau dilihat dari perbedaan dari kedua hal yang sangat rumit, karena terlalu
hukum waris ini, hukum waris adat tidak banyak sistem hukum yang mengatur
mengenal “Legitie Portie” tetapi terhadap harta warisan tersebut, artinya
meletakkan kerukunan pada proses belum ada hukum waris nasional ataupun
pembagian serta dengan memperhatikan undang-undang yang mengatur mengenai
keadaan istimewa tiap ahli warisnya. masalah pewarisan bagi seluruh warga
Sedangkan hukum waris menurut BW Negara Indonesia karena sampai saat ini
mengenal hak tiap ahli waris atas bagian masih terdapat pluralisme hukum waris di
tertentu dari harta peninggalan bagian Indonesia. Oleh karena itu sangat
warisan menurut ketentuan undang- diperlukan satu sistem hukum waris yang
undang (Wettelijk Erfdaeel atau “Legitieme tegas yang dimana dapat mencakup
Portie” Pasal 913-929). Dalam sistem keseluruhan ketiga sistem hukum ini baik
pembagian harta warisan menurut hukum itu hukum waris adat, BW, maupun Islam.
adat mengenal 3 sistem yaitu : sistem Ketiga sistem ini dijadikan menjadi satu,
kolektif, sistem mayorat dan sistem supaya ahli waris hanya berpedoman pada
individual. Sedangkan hukum waris satu Undang-undang saja. Sehingga dapat
menurut BW hanya mengenal dua sistem memperlancar dan mempermudah pada
pembagian harta warisan yaitu : sistem Ab saat pembagian harta warisan tersebut.
Intestanto (menurut undang-undang) dan 2. Dalam pengertian hukum waris sampai
system Testament (wasiat). sekarang ini masih beragam baik itu
2. Pembatalan pembagian harta warisan pengertian hukum waris menurut BW, adat
dapat terjadi karena tidak meratanya maupun islam, artinya belum ada para ahli
pembagian harta warisan yang dilakukan yang menyimpulkan definisi hukum waris
dalam suatu kekeluargaan, ataupun karena itu secara tetap dan tegas. Dengan kata lain
telah dirugikan salah satu pihak diantara belum ada kesatuan mengenai istilah waris,
ahli warisnya, dalam kitab undang-undang baik yang ditemui dalam kamus hukum
KUHPerdata pembatalan warisan terdapat maupun sumber lainnya. Oleh karena itu
dalam pasal 1112, yang dimana pembatalan perlu adanya penegasan dan kesatuan
pembagian warisan dilakukan karena : pendapat terhadap suatu istilah maupun
penipuan, paksaan dan telah dirugikan pengertian waris tersebut. Supaya
lebih dari ¼ dari salah satu pihak dari ahli masyarakat hanya berpedoman pada satu
warisnya. pengertian hukum waris saja.

B. Saran DAFTAR PUSTAKA


1. Dalam pembagian warisan di Indonesia Djamali Abdoel.R, Pengantar Hukum
mempunyai 3 sistem hukum terhadap harta Indonesia, Cetakan ke 18, PT. Kharisma
warisan, yaitu menurut Hukum waris BW, Putra Utama, Jakarta, Juni 2012.
Hukum Waris Adat dan Hukum Waris Islam. Haar Ter, Asas-asas dan Susunan Hukum Adat,
Dimana ketiga sistem ini mempunyai Terjemahan R.Ng Surbakti Presponoto,
pengaturan yang berbeda-beda. Let.N.Voricin Vahveve, Bandung, 1990.
Pengaturan yang dimaksud merupakan Hilman Hadikusuma, Hukum Waris Adat, PT.
pengaturan yang dilakukan pada saat Citra Aditya Bakti, Bandung, 1993
pembagian harta warisan si pewaris kepada Meliala S. Djaja, Hukum Perdata dalam
ahli warisnya. Sehingga dalam pembagian Perspektif BW, PT. Nuansa Aulia, Cetakan
ini dapat dilihat bagaimana penerusan Pertama, Bandung, Mei 2012
harta warisan yang akan dilakukan kepada Oemarsalim, Dasar-Dasar Hukum Waris di
anak kandung, anak angkat maupun anak Indonesia, PT. Rineka Cipta, Cetakan ke 2,
diluar nikah, begitu juga dengan anak laki- Jakarta, 1991.

96
Lex et Societatis, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Pitlo, Hukum Waris, Buku 2, Cetakan Pertama,


PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996
Pitlo. A, Hukum Waris, dengan bantuan J.E.
Kasdorp (ahli bahasa), Cetakan ke 3, Jakarta,
PT.Intremasa, 1991.
Salim, Pengantar Hukum Perdata Tertulis
(BW), Cetakan Ketujuh, PT. Sinar Grafika,
November 2011
Sjarif Ahlan Surini & Elmiyah Nurul, Hukum
Kewarisan Perdata Barat, Diterbitkan Atas
Kerjasama dengan badan Penerbitan
Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
Cetakan pertama, Maret, 2005.
Sulistiani Lis Siska, Kedudukan Hukum Anak,
PT.Refika Aditama, Bandung, 2015.
Soepomo, Bab-Bab tentang Hukum Adat, PT
Pradnya Paramita, Jakarta, 1993,
Suparman Eman.Intisari Hukum Waris
Indonesia, Cetakan ke 3, PT.Mandar Maju,
1995.

Sumber-Sumber Lainnya :
Intruksi Presiden (Inpres) no 1 pasal 174
tahun1991
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (BW),
pasal 411, 467, 482, 484, 832, 838 (ayat 1),
852, 1032, 1066, 1112.

Internet :
https://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Waris,dia
kses tanggal 22 September 2016, jam 22.40
wita
https://id.m.wikipedia.org /wiki/HukumWaris,
diakses tanggal 22 september 2016, jam
20:49 PM
https://hukum-
hukumkeseluruhan.blogspot.com/2009/04/
hukum-waris-berdasarkan-bw.html?m=1,
diakses hari jumat, 30 september 2016, jam
08.00 wita

97

Anda mungkin juga menyukai