Mkalah Hadist

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Studi Hadist
Klasifikasi Hadist Dhaif

Dosen pengampu: Dr.H.Ahmad Suyuthi,M.Ag,M.Si.

Disusun oleh:

Hanifah Intan Rahmadani (10010121011)

PROGRAM STUDI S1 ILMU POLITIK


FAKULTAS ILM SOSIAL & ILMU POLITIK
UNIVERSITAS NEGERI ISLAM SUNAN AMPEL
SURABAYA
BAB I

Pendahuluan
A. Latar Belakang

Dewasa ini, pengamalan tentang hadist banyak disalahgunakan. Terutama pada oknum-
oknum yang membuat suatu provokasi atau konspirasi guna untuk menghasut dengan dalih
membela agama tanpa adanya pengetahuan dalam penyampaian. Salah satunya adalah
menggunakan hadist sebagai alat atau tameng tanpa meneliti kebenaran hadist tersebut. Tidak
mengkajinya secara keseluruhan, namun disampaikan dalam bentuk dakwah. Untuk itu,
pentingnya memahami komponen agama sebagai dasar dalam menutut ilmu adalah wajib.

Sementara itu, hadist merupakan sesuatu yang disandarkan kepada nabi, baik sabdanya,
perbuatannya maupun persetujuannya terhadap hal-hal yang dilakukan para sahabat (taqrir).
Hadist diriwayatkan oleh seorang atau dua orang, lalu hanya mereka saja yang mengetahuinya
dan tidak jadi pegangan atau amalan umum. Para ahli hadist membagi hadist menjadi banyak
bagian dengan istilah yang berbeda-beda. Namun, semua itu tujuan pokoknya kembali pada tiga
objek pembahasan, yaitu dari segi matan, sanad, serta matam dan sanad-sanad secara bersama
sama-sama. Dan kebanyakan dari mereka mengklasifikasikan hadist secara keseluruhan menjadi
tiga kategori yaitu shahih, hasan, dan dhaif.

Dalam makalah ini saya akan membahas lebih dalam dari salah satu kategori hadist diatas
yaitu hadist dhaif. Mmaka dari itu pembahasan hadist dhaif akan dibahas pada bab selanjutnya.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian dari hadist dhaif


2. Kriteria hadist dhaif
3. Klasifikasi hadist dhaif.
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Hadist Dhaif

kata dha’if menurut bahasa berasal dari kata dhaifun yang berarti lemah lawan dari kata
qawiy yang berarti kuat. Sedangkan dhaif berarti hadist yang tidak memenuhi hadist hasan.
Hadist dhaif disebut juga hadist mardud (ditolak). Sebuah hadist yang diriwayatkan olej Abu
Qais Al-Audi yang artinya; “Bahwasanya Nabi SAW wudhu dan beliau mengudap kedua aos
kakinya”. Hadist tersebut dikatakan dhaif karena perawi yang masih dipersoalkan.

B. Kriteriia Hadist Dhaif

Krteria hadist dhaif yakni kehilangan slah satu syaratnya sebagai hadist sahih dan hadist
hasan. Adapun dikatakan tidak memenuhi syarat hadist sahih dan hasan karena; perawi tidak adil,
sanad terputu, perawi pelupa, ada cacat dan ada syadz 1. Kehatian-hatian ulama dalam mengkaji
hadist adalah menulusuri dari segi sanad, matan dan perawi adalah untuk meghindarkan
kemungkinan hadist tersebut bukan dari nabi. Namun, bukan berarti semua hadist dhaif adalah
hadist yang tidak dibenarkan. Hanya saja kewaspadaan terhadap perawi yang masih diragukan
kebenarannya.

Demikian pula kedhaifan suatu hadist karena tidak sambunya sanad. Hadist demikian
dihukmi dhaif karena identitas rawi yang tidak tercantum sehingga boleh jadi ia adalah rawi yang
dhaif. Sendainya ia adalah rawi yang dhaif, maka boleh jadi ia melakukan kesalahan saat
meriwayatkan.

C. Klasifikasi Hadist Dhaif

Hadist dhaif memiliki klasifikasi atau macam-macam yang dikarenakan sanad atau perawi
antara lain;

Dhaif sanad terputus Dhaif perawi tercela

1.Mursal 1. Matruk 7. Muharraf


2.Munqathi’ 2, Mungkar 8. Mubham
3.Mu’dhal 3. Mudraj 9. Majhul
4.Muallaq 4. Maqlub 10.Mastur

1
Khazanah aswaja/215
5.Mudallas 5. Mudtharib 11. Syadz
6.Muallal 6.. Mushahhaf 12. Mukhtalith

1.Dhaif sanad terputus

a. Mursal

Mursal menurut bahasa artinya “ yang terlepas”. Hadist mursal yaitu hadist yang gugur
perawinya. Dikatakan gugur karena nama sanad terakhir tidak disebutkan. Yakni nama sahabat
yang menerima hadist. Padahal yang pertama dalam menerima hadist dari Rasulullah adalah para
sahabat.

b. Munqathi’

Menurut bahasa hadist munqathi’ berarti hadist yang terputus. Sedangkan menurut istilah hadist
munqathi’ adalah hadist yang gugur pada sanadnya perawi atau pada sanad tersebut ada
seseorang yang tidak dikenal namanya.

c. Mu’dhal

Menurut bahasa hadist mu’dhal yakni hadist yang sulit difahami. Sedangkan menrut istilah ialah
hadist yang gugur dua orang sanadnya atau lebih secara berturut-turut. Atau hadist yang gugur
dua orang perawi secara berturut-turut, baik gugurnya antara sahabat dan thabin antara tabi’ at-
tabiin, atau dua orang sebelumnya.perawi yang gugur dalam hadist mu’dhal lebih dari satu orang.

d. Muallaq

Hadist muallaq menurut bahasaberarti hadist yang tergantung. Batasan para ulama tentang hadist
ini ialah hadist yang gugur satu rawi atau lebih diawal sanad atau bias juga bila semua rawinya
digugurkan ( tidak disebutkan).

e. Mudallas

Menurut bahasa mudallas adalah isim maf’ul tadlis, dan tadlis artinya penyembunyian barang.
Lantas hadist mudallas sendiri memiliki arti penyembunyian aibdalam sanad dan menampakkan
dzahirnya secara baik 2

2
Taisir Musthalah Al-Hadist, karya Dr. Mahmud Thahhan.
f. Muallal

Hadist muallal menurut bahasa memiliki arti hadist yang terkena illat. Para ulama memberi
batasan bahwa hadist iniadalah hadist yang mengandung sebab-sebab tersembunyi, dan illat yang
menjatuhkan itu bisa terdapat pada sanad, matan ataupun keduanya.

2. Dhaif Perawi Tercela.

a. Matruk

Matruk merupakan isim maf’ul dari kata taraka yang berarti meninggalkan, dan matruk meiliki
arti sesuatu yang ditinggalkan. Lantas meurut istilah, hadist matruk berarti hadist yang para
rawinya secara individu melakukan kebohongan agar hadist itu bertentangandengan kaidah-
kaidah yang telah diketahui dan tidaklah diriwayatan kecuali berasal dari dirinya rawi itu sendiri

b. Munkar

Secara bahasa, hadist munkar berarti yang diingkari. Sedangkan secara istilah ialahhadist yang
diriwayatkan oleh perawi yang dhaif yang matannya bertentangan dengan periwayatan perawi
tsiqah.

c. Mudraj

Menurut bahasa mudraj artinya disisipkan, sedangkan menurut istilah hadist mudraj berarti hadis
yang didalamnya terdapat sisipan atau tambahan baik di awal, tengah, maupun akhir.

d. Maqlub

Secara bahasa hadist maqlub berarti hadist yang diputarbalikkan para ulama menerangkan bahwa
terjadi pemutarbalikkan pada matannya atau pada nama rawi dalam sanadnya atau penukaran
suatu sanad untuk matan yang lain.

e. Mudhtarib

Merupakan hadist yang diriwayatkan dengan kalimat atau bentuk yang berbeda sertasering terjadi
perselisihan. Mudhtharib diambil dari kata idhtharaba, yang artinya kacau balau, bingung.

f. Mushahhaf
Yakni hadist yang terdapat perbedaan dengan hadist yang diriwayatkan oleh orang tsiqah karena
di dalamnyaterdapat beberapa huruf yang dirubah. Perubahan dapat terjadi pada lafadz atau
makna, sehingga maksud hadist jauh dari sempurna.

g. Muharraf

Merupakan yang syakal katanya atau pengucapan huruf didalam matannya berubah sehingga
menyebabkan menyalahi hadist lain.

h. Mubham

“ Dan mubham yang didalamya terdapat perawi yang tidak disebutkan namanya”. Jadi, hadist
mubham yakni hadist yang dalam silsilah perawinya, ada perawi yang tidak disebutkan namanya.

i. Majhul

Majhul memiliki arti hadist yang diriwayatkan oleh perawi kepada dua orang atau lebih namun
tidak ditsiqahkan oleh ahli jahr dan ta’dil, atau bias dikatakan sebagai perawi yang tidak dikenal
jati diri atau identitasnya.

j. Syadz

Hadist syadz merupakan hadist yang diriwayatkan oleh seorang rawi. Namun ditentang oleh rawi
yang lebih unggul dikarenakan ada kejanggalan. Syadz menurut bahasa adalah isim fail dari dari
lafadz syadzza yang berarti janggal. Sedangkan syadz berarti sesuatu yang janggal.

k. Mastur

Hadist mastur merupakan hadist yang perawinya dikenal keadilannya dan kedlabithannya atas
dasar periwayatan orang-orang tsiqah, akan tetapi penilaian orang-orang tersebut belum mencapai
kebulatan suara.

l. Mukhtalith

“hadist yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, yertimpa bahaya,
terbakar atau hilang kitb-kitabnya”3. Hadistnya orang yang su’ul hifdzi termasuk syadz serta

3
Ikhtisar Musthalahl Hadist / 203
tidk dapat diterima sebagai hujjah. Sementara su’ul hifdzi sendiri merupakan seorang yang
hafalannya tidak lebih banyak daripada lupanya.

BAB III

KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pentingnya mengenai
pendidikan agama yang dilandaska Qur’an dan hadist. Dan pengajaran mengenai klasifikasi
hadist-hadist tersebut harus jelas dari segi sanad, matan ataupun perawi agar tidak menjadi
kesalah pahaman yang berakibat fatal. Terutama pada hadist dhaif yang diragukan kebenarannya
karena beberapa sebab.

Dhaif sendiri memiliki arti yang lemah. Oleh karenanya, kelemahan hadist tersebut harus
teridentifikasi dengan benar dan detail. Sehingga para ulama sepakat untuk mengelompokkan
hadist dhaif berdasarkan sanad atau perawinya.
Daftar Pustaka

Tim aswaja NU center, 2016, Khaznah Aswaja, Surabaya, Aswaja NU center

Dr. Mahmud Thahhan, 1985, TaisirMusthalah Al-hadist, Surabaya, Syirkah Bungkul


indah

Drs. Fatchur Rahman, 1968, Ikhtisar Musthalahul Hadist, Yogyakarta, PT Almaarif

Anda mungkin juga menyukai