Anda di halaman 1dari 26

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengolahan Kelapa Sawit


Pabrik Kelapa sawit mengolah TBS (Tandan Buah Segar) menjadi CPO
(Crude Palm Oil) dan inti sawit. CPO dan inti yang dihasilkan dari pabrik
kelapa sawit merupakan produk setengah jadi. Stasiun Proses pengolahan
tandan buah segar menjadi minyak kelapa sawit dan inti kelapa sawit
umumnya terdiri dari setasiun utama dan stasiun pendukung. Stasiun utama
berfungsi sebagai berikut penerimaan buah (Fruit reception), rebusan
(Strelizer), Pemipilan (Stripper), Pencacahan (Digester), Pengempaan
(Presser), Pemurnian (Clarifier), dan Pemisahan biji dan kernel. Sementara,
stasiun pendukung berfungsi sebagai berikut, Pembangkit Tenaga (Power),
Laboratorium (Laboratory), Pengolahan air (Water treatment), Penimbunan
produk (Bulking), dan Bengkel (Workshop). (Pahan Iyung, 2006)

Gambar 2.1 Alur proses pengolahan kelapa sawit

1
2.2 Perebusan
Dalam proses pengolahan kelapa sawit, tahap pertama setelah penimbangan
yang harus di jalani oleh buah kelapa sawit dalam pengolahan untuk
memperoleh minyak secara rasional adalah proses perebusan atau lazim di
sebut dengan proses sterilizer. Pada penelitian yang saya lakukan perebusan
yang digunakan adalah perebusan yang bekerja secara secara terus menerus
atau biasa disebut dengan continous sterilizer.

Perebusan merupakan mesin yang digunakan untuk merebus tandan buah


segar kelapa sawit didalam proses ini buah kelapa sawit di biarkan selama
beberapa saat berada di bawah pengaruh panas dari uap air. Uap yang
berasal dari back pressure vessel masuk kedalam perebusan akan di
injeksikan untuk memanaskan buah yang berada didalam perebusan, Panas
yang di terima oleh setiap lapisan tandan buah segar tidak sama.dan uap
yang digunakan adalah uap basah.

Keberhasilan dalam proses perebusan akan mendukung kemudahan-


kemudahan dalam proses selanjutnya, baik di stasiun Thressing, Press,
Digester dan lain-lain. Fungsi dari Sterilizer untuk melakukan proses
perebusan buah TBS sebelum di proses menjadi minyak.

2.2.1 Tujuan Perebusan


a. Menghentikan Aktifitas Enzim
b. Melepaskan Buah dari Tandannya
c. Menurunkan Kadar Air
d. Melunakkan Buah Sawit
e. Pemecahan emulsi
f. Melepaskan serat dan biji
g. Membantu proses pelepasan inti dari cangkang
2.3 Sistem Perebusan
Sistem perebusan yang dipilh harus sesuai dengan kemampuan boiler
memproduksi uap, dengan sasaran bahwa tujuan perebusan dapat tercapai.
Sistem perebusan yang lazim dikenal di Pabrik Kelapa Sawit (PKS) adalah
single peak, double peak, tripple peak.

2.3.1 Perebusan Single Peak


Proses perebusan yang dilakukan hanya satu tahap. Uap masuk
sesuai dengan waktu yang ditentukan, sampai tercapai tekanan
konstan dan kemudian turun, dan uap dibuang dari ruang perebusan

Gambar 2.2 Sistem perebusan single peak


(Tekad Sitepu, 2011:29)

Sistem Perebusan Single Peak adalah sebagai berikut :


1. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0 ÷ 2 kg/cm2 selama ± 10
menit
2. Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit
3. Dilakukan pembuangan uap dari 2 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air
kondensat ± 5 menit
4. Selesai
2.3.2 Perebusan Double Peak
Proses perebusan dilakukan dengan dua tahap pemasukan uap,
demikian juga dengandua tahap pembuangan kondensat (uap air).
Proses ini digambarkan sebagai berikut.

Gambar 2.3 Sistem perebusan double peak


(Tekad Sitepu, 2011:29)

Sistem Perebusan Double Peak adalah sebagai berikut :


1. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0 ÷ 2 kg/cm2 selama ± 10
menit
2. Dilakukan pembuangan uap dari 2 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air
kondensat ± 2 menit
3. Menaikkan tekanan uap Puncak II dari 0 ÷ 2.6 kg/cm2 selama ±
12 menit
4. Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit
5. Dilakukan pembuangan uap dari 2.6÷0 kg/cm2 ; buang air
kondensat ± 5 menit
6. Selesai

2.3.3 Perebusan Tripple Peak


Proses perebusan dilakukan dengan tiga tahap pemasukan uap,
demikian juga dengan tiga tahap pembuangan kondensat (uap air).
Proses ini digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.4 Sistem perebusan tripple peak
(Tekad Sitepu, 2011:29)

Sistem Perebusan Tripple Peak adalah sebagai berikut :


1. Menaikkan tekanan uap Puncak I dari 0 ÷ 2 kg/cm2 selama ± 8
menit
2. Dilakukan pembuangan uap dari 2 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air
kondensat ± 4 menit
3. Menaikkan tekanan uap Puncak II dari 0 ÷ 2.6 kg/cm2 selama ±
12 menit
4. Dilakukan pembuangan uap dari 2.6 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air
kondensat ± 7 menit
5. . Menaikkan tekanan uap Puncak III dari 0 ÷ 3 kg/cm2 selama ±
14 menit
6. Dilakukan penahanan waktu perebusan selama ± 45 menit
7. Dilakukan pembuangan uap dari 3 ÷ 0 kg/cm2 ; buang air
kondensat ± 5 menit
8. Selesai

2.4 Continous Strealizer


Sistem Continous adalah sistem perebusan dimana proses perebusan tandan
buah segar dilakukan secara terus menerus. Sistem ini hanya dikenal satu
jenis saja yaitu sistem Continous Sterilizer. Prinsip pengoperasian yang
perlu diperhatikan pada continuous sterilizer antara lain :
a. Menggunakan live steam injection dengan tekanan 14,7 psi (1 bar)
atau low pressure sterilizing
b. TBS direbus melalui conveyor dua tingkat yang berada di dalam
kompartemen sterilizer
c. Proses perebusan continous single pressure.
d. Siklus perebusan 60 – 70 menit

Gambar 2.5 Continuous strealizer

2.4.1 Tahap-tahap system continous sterilizer


a. Tahap Pre-Sterilization tandan buah segar dikondisikan dengan
cara merobek janjang TBS menjadi dua menggunakan alat FFB
Crusher.
b. Tahap perebusan buah direbus secara terus menerus pada
tekanan atmosfer (Low Pressure Sterilizing) dengan cara
melewatkan tandan buah segar yang telah dirobek kemudian
melalui continous strealizer menggunakan conveyor yang
kemudian disemprotkan steam secara terus menerus pada
tekanan atmosfer.
c. Tahap Post Sterilization Pemanasan lanjut terhadap brondolan
yang telah dipipil dari tandannya menggunakan alat bejana Post
Heated Cooker (PH-Cooker) dan juga pada horizontal digester.
1.INPUT

2. PROSESSING

3. OUTPUT

Gambar 2.6 Flow prosses continous strealizer

2.5 Bagian-bagian continuous sterilizer


2.5.1 Elektromotor
Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis yang
mengubah energi listrik menjadi energi mekanik..Motor listrik dalam
dunia industri seringkali disebut dengan istilah “kuda kerja” nya
industri sebab diperkirakan bahwa motor-motor menggunakan
sekitar 70% beban listrik total di industri. Elektromotor ini
digunakan untuk menggerakkan mesin continous strealizer dalam
prosses perebusan.

Gambar 2.7 Elektromotor

Pada dasarnya motor listrik terbagi menjadi 2 jenis yaitu motor


listrik DC dan motor listrik AC. Kemudian dari jenis tersebut
digolongkan menjadi beberapa klasifikasi lagi sesuai dengan
karakteristiknya.
Gambar 2.8 Jenis-jenis motor listrik

2.5.2 Gearbox
Transmisi manual atau lebih dikenal dengan sebutan gearbox,
mempunyai beberapa fungsi antara lain :
a. Merubah momen puntir yang akan diteruskan ke spindel mesin.
b. Menyediakan rasio gigi yang sesuai dengan beban mesin.
c. Menghasilkan putaran mesin tanpa selip

Gambar 2.9 Gearbox

2.5.3 Link Chain


a. Rantai
Rantai paling sering digunakan sebagai komponen hemat biaya
dari mesin power transmission untuk beban berat dan kecepatan
rendah. Rantai lebih sesuai untuk aplikasi tanpa henti dengan
masa operasional jangka panjang dan penyaluran daya dengan
fluktuasi torsi terbatas. Bagaimanapun juga, rantai juga bisa
digunakan dalam kondisi berkecepatan tinggi, misalnya, di
sepeda motor dan di penggerak camshaft mesin mobil.
Sama fleksibelnya dengan belt dan sama positifnya dengan roda
gigi, rantai menyediakan fleksibilitas desain, kenyamanan, daya
tahan terhadap beban kejut, kesederhanaan pemasangan, dan
keandalan yang tak tersamai.

Gambar 2.10 Rantai

b. Shackle
Shackle adalah sebuah alat bantu angkat yang terbuat dari bahan
mild steel, carbon steel, alloy steel dan Stainless steel 304 &
316. Shackle / Segel ini fungsinya untuk menyambung atau
mengkaitkan sling dengan objek angkat. Shackle biasanya
digunakan untuk mengangkat barang, basket, beam, mesin, dan
objek angkat lainnya yang berat sehingga harus menggunakan
sling dan shackle sebagai alat bantu angkatnya.

1. Shackle JIS type

Shackle ini sering disebut dengan shackle galvanis atau shackle


dee galvanis. Shackle jenis ini terbuat dari bahan baku mild steel
atau Malleable Steel. Shackle ini memiliki karakteristik yaitu
tidak mempunyai nilai breaking load. Shackle jenis ini tidak
cocok digunakan untuk aplikasi berat.

2. Shackle SWL

Shackle jenis ini terbuat dari bahan baku carbon steel yang
artinya bahan campuran baja dan karbon yang memiliki
karakteristik kuat dan memiliki nilai breaking load. Besi karbon
adalah besi yang mengandung antara 0.5% sampai dengan 1.5%
karbon dengan sejumlah kecil mangan, belerang, fosforus, dan
silikon. Shackle jenis ini dapat digunakan untuk aplikasi berat.
Shackle yang digunakan pada continous strealizer adalah jenis
SWL merek IMC CAW 19S.

Gambar 2.11 Shackle caw 19s

2.5.4 Scraper
Scraper digunakan untuk memuat, memindahkan, menyebarkan dan
membuang material dalam rangka pemeliharaan jalan.dan bisa juga
digunakan untuk menggali muatannya sendiri, lalu mengangkut ke
tempat yang ditentukan, kemudian muatan itu disebarkan dan
diratakan.

2.5.5 Hydrolik Tension


Dalam hidrolik, mesin dioperasikan menggunakan tenaga fluida.
Fluida mampu menyalurkan energi berdasarkan Hukum Pascal, yang
menyatakan: tekanan satu volume fluida dalam wadah tertutup
bergerak sama rata ke semua arah dan pada sudut yang tepat ke
semua permukaan yang bersentuhan dengan fluida tersebut. Medium
yang digunakan dalam kebanyakan hidrolik awalnya adalah air,
namun saat ini oli bermineral lebih banyak digunakan.
2.5.6 Sprocket
Sprocket adalah roda bergerigi yang berpasangan dengan rantai,
track, atau benda panjang yang bergerigi lainnya. Sproket berbeda
dengan roda gigi; sproket tidak pernah bersinggungan dengan
sproket lainnya dan tidak pernah cocok.

2.5.7 Lantai rebusan


Lantai perebusan continous strealizer terdapat dua bagian, yaitu
lantai bagian atas dan lantai bagian bawah.

2.5.8 Pipa inlet steam


Pipa inlet steam pada continous strealizer terdapat 45 bagaian atas
dan 45 bagian bawah.

2.5.9 Manhole
Manhole digunakan sebagai tempat keluar masuknya pekerja jika
continous strealizersedang dalam perbaikan atau dalam masa
perawatan.

2.5.10 Pipa air condensate


Pembuangan kondensat dilakukan secara terus menerus melalui pipa
air condensate, di sepanjang lantai bawah sterilizer terdapat tiga pipa
condensate untuk mencegah buah tidak tergenang.

2.6 Analisa kegagalan


Kegagalan dapat didefinisikan sebagai kejadian sewaktu komponen tidak
lagi mampu memenuhi fungsi pemakaiannya dengan baik dikarenakan
patahan atau deformasi berlebih ataupun deteriorasi. Mekanisme kegagalan
umumnya merupakan kegagalan bahan yang ditentukan oleh riwayat
termomekanis bahan selama pemrosesan dan kondisi pemakaian.
Kegagalan merupakan semua perubahan dalam bagian mesin yang
menyebabkannya tidak bisa melakukan fungsinya dengan baik. Tahap-tahap
yang mendahului kegagalan akhir adalah kegagalan dini, kerusakan dini
semua ini akan membuat bagian atau komponennya menjadi tidak aman
untuk pemakaian berikutnya.

2.6.1 Penyebab Kegagalan


Penyebab kegagalan biasanya ditentukan dengan mengkaitkannya
pada satu atau lebih bentuk kegagalan yang spesifik dan dari sini
akan menjadi gagasan utama dari kegiatan analisa kegagalan.
Penyebab kegagalan sering dimonitor dari perancangan, operasi dan
pemeliharaan, pada bagian dalam operasi dan pemeliharaan secara
tradisional ada penekanannya untuk analisa kegagalan dan
pencegahan kegagalan. Pengurangan kegagalan jangka panjang
dapat dicapai dengan spesifikasi dan modifikasi rancangan.

Kegagalan pada komponen teknik dapat dikelompokan menjadi tiga


bagian :
a. Kegagalan yang disebabkan oleh desain yang salah atau
pemilihan bahan yang tidak tepat.
b. Kegagalan akibat pemrosesan yang salah.
c. Kegagalan akibat keausan selama pemakaian.
d. Kegagalan pada tegangan di atas level desain.
Kegagalan jenis ini paling mudah diperbaiki dan terutama
terjadi karena kesalahan, seperti desain yang salah atau
penggunaan bahan yang salah , atau karena beban yang lebih.
e. Kegagalan pada tegangan dibawah level desain.
Kegagalan ini terjadi karena adanya cacat dianggap sebagai
kegagalan beban lebih setempat, karena kondisi tegangan setempat
melebihi tegangan desain. Ini terjadi akibat adanya konsentrasi
tegangan berkurang sehingga berada dibawah tegangan desain.
2.7 Beban
Beban merupakan muatan yang diterima oleh suatu struktur, konstruksi,
atau komponen yang harus diperhitungkan sedemikian rupa sehingga
struktur, konstruksi, atau komponen tersebut aman.

2.7.1 Jenis Beban


Jenis beban yang diterima oleh elemen mesin sangat beragam, dan
biasanya merupakan gabungan dari beban dirinya sendiri dan beban
yang berasal dari luar.
a. Beban berdasarkan sifatnya
1. Beban konstan (steady load)
2. Beban tidak konstan (unsteady load)
3. Beban kejut (shock load)
4. Beban tumbukan (impact)
b. Beban berdasarkan cara kerja
1. Gaya aksial (Fa) = gaya tarik dan gaya tekan
2. Gaya radial (Fr)
3. Gaya geser (Fs)
4. Torsi (momen puntir) T
5. Momen lentur (M)

2.8 Beban kejut (shock load)


Fracture karena beban kejut, yang umumnya terjadi melalui pecah/belah
pada material getas. Sebagai contoh pada baja di bawah transisi temperatur
getas-ulet, dan pada plastik di bawah temperatur transisi kaca. Beban dapat
dikelompokkan sebagai beban statik dan beban dinamik. Dimana salah satu
bentuk dari beban dinamik adalah beban kejut, yang mana beberapa beban
diterapkan dan dihilangkan secara tiba–tiba. Beban kejut dihasilkan apabila
dua benda bertumbukan atau apabila benda jatuh dan mengenai suatu
struktur.
Konstruksi beton yang biasanya menerima beban kejut antara lain struktur
SABO, pemasangan balok girder yang saling bertumbukan, landasan pacu
pesawat terbang, pondasi tiang pancang dan bangunan tahan gempa.

2.9 Beban tumbukan (impact)


Beban impak sering didefinisikan sebagai beban yang bekerja pada struktur
dalam waktu yang sangat singkat, umumnya kurang dari 1 detik, bahkan
hanya selama beberapa milidetik. Beberapa contoh beban impak adalah
beban tekanan udara akibat bom, tembakan peluru, atau benturan benda
pada struktur. Pada beberapa struktur, umumnya dengan alasan
keamanan, struktur tersebut harus direncanakan terhadap beban impak
yang mungkin terjadi selama umur rencana bangunan. Analisis struktur
terhadap beban impak umumnya meliputi: prediksi besar dan lama
pembebanan beban impak, analisis perilaku elemen struktur dan struktur
secara keseluruhan terhadap beban impak, analisis kekuatan struktur
terhadap beban impak. (Ilham Nurhuda ,2008)

Pada teori ini dijelaskan apa saja yang terjadi pada dua buah material yang
mengalami impact. Dua buah material yang bertumbukan akan
menghasilkan suatu gelombang kejut pada masing material tersebut.
Impact adalah salah satu dari bentuk sederhana dari metode gelombang
kejut yang sering digunakan. Suatu benda yang bergerak dan menumbuk
suatu permukaan, dimana benda yang bergerak tersebut tegak lurus
dengan permukaannya disebut normal impact. Sebelum terjadinya impact,
benda bergerak menuju permukaan target yang diam. Proyektil memiliki
kecepatan V menuju permukaan target. Kondisi dimana proyektil sesaat
sebelum menumbuk permukaan target inilah yang disebut impact. Setelah
impact, terdapat dua gelombang kejut yang terjadi. Gelombang kejut yang
menuju ke permukaan target dengan kecepatan dan gelombang kejut yang
lain bergerak menuju proyektil dengan kecepatan. Daerah yang diarsir
adalah daerah yang terkena kompresi dari proyektil, dan daerah yang lain
adalah daerah yang tidak terdapat kompresi. Daerah yang tidak terdapat
kompresi pada proyektil 1 masih bergerak dengan kecepatan V. Dan pada
permukaan target, daerah yang tidak terkompresi masih diam.
(Much Nabillah Akbar,2017)

2.10 Tegangan
Tegangan (stress) secara sederhana dapat didefinisikan sebagai gaya
persatuan luas penampang.

𝐹(𝑁)
𝜎= 𝐴(𝑚𝑚2) ......................................................................... (1)
F : gaya (N)
A : luas penampang (mm2)
a. Tegangan tarik (σt) : tegangan akibat gaya tarik
b. Tegangan geser (τ) : tegangan akibat gaya geser.

2.11 Regangan
Regangan (strain) merupakan pertambahan panjang suatu struktur atau
batang akibat pembebanan.

∆𝐿(𝑚𝑚)
s= 𝐿(𝑚𝑚) ......................................................................... (2)

ΔL : Pertambahan panjang (mm)


L : Panjang mula-mula (mm)

2.12 Diagram Tegangan Regangan


Secara umum hubungan antara tegangan dan regangan dapat dilihat pada
diagram tegangan – regangan berikut ini :
Gambar 2.12 Diagram tegangan regangan
(agustinus purna irawan, 2009)
Keterangan :
A : Batas proposional
B : Batas elastis
C : Titik mulur
D : σy : tegangan luluh
E : σu : tegangan tarik maksimum
F : Putus

Dari diagram tegangan regangan pada Gambar 2.12 di atas, terdapat tiga
daerah kerja sebagai berikut :
a. Daerah elastis merupakan daerah yang digunakan dalam desain
konstruksi mesin.
b. Daerah plastis merupakan daerah yang digunakan untuk proses
pembentukan material.
c. Daerah maksimum merupakan daerah yang digunakan dalam proses
pemotongan material.

Dalam desain komponen mesin yang membutuhkan kondisi konstruksi yang


kuat dan kaku, maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a. Daerah kerja : daerah elastis atau daerah konstruksi mesin.
b. Beban yang terjadi atau tegangan kerja yang timbul harus lebih kecil dari
tegangan yang diijinkan.
c. Konstruksi harus kuat dan kaku, sehingga diperlukan deformasi yang
elastis yaitu kemampuan material untuk kembali ke bentuk semula jika
beban dilepaskan.
d. Perlu safety factor (SF) atau faktor keamanan sesuai dengan kondisi kerja
dan jenis material yang digunakan.

2.13 Modulus Elastisitas


Perbandingan antara tegangan dan regangan yang berasal dari diagram
tegangan regangan dapat dituliskan sebagai berikut :

𝐸=𝜎
𝗌 .................................................................................. (3)
Keterangan :
𝜎 : Tegangan (N/mm2)
s : Regangan (mm/mm)

Menurut Hukum Hooke tegangan sebanding dengan regangan, yang dikenal


dengan deformasi aksial. Thomas Young (1807) membuat konstanta
kesebandingan antara tegangan dan regangan yang dikenal dengan Modulus
Young atau Modulus Elastitas “E”.

2.14 Modulus Geser


Modulus geser merupakan perbandingan antara tegangan geser dengan
regangan geser.
Gambar 2.13 Gaya Geser
(agustinus purna irawan, 2009)
Keterangan
γ : regangan
geser Fs :
Gaya geser

2.15 Possion Ratio


Suatu benda jika diberi gaya tarik maka akan mengalami deformasi lateral
(mengecil). Jika benda tersebut ditekan maka akan mengalami pemuaian ke
samping (menggelembung). Penambahan dimensi lateral diberi tanda (+)
dan pengurangan dimensi lateral diberi tanda (-). Possion ratio merupakan
perbandingan antara regangan lateral dengan regangan aksial dalam harga
mutlak.

Gambar 2.14 perubahan bentuk akibat gaya tarik dan gaya


tekan (agustinus purna irawan, 2009)

Harga ν berkisar antara 0,25 sampai dengan 0,35, harga ν tertinggi adalah
dari bahan karet dengan nilai 0,5 dan harga ν terkecil adalah beton dengan
nilai 0,1. Efek ν yang dialami bahan tidak akan memberikan tambahan
tegangan lain, kecuali jika deformasi melintang dicegah. Tiga konstanta
kenyal dari bahan isotropic E, G, V saling berkaitan satu dengan yang lain
menjadi persamaan

𝐸
𝐺 = 2(1+𝑉) .......................................................................... (4)

2.16 Faktor Konsentrasi Tegangan


Pembahasan persamaan tegangan di atas diasumsikan bahwa tidak ada
penambahan tegangan. Hal ini karena deformasi yang terjadi pada elemen-
elemen yang berdampingan dengan tingkat keseragaman yang sama. Jika
keseragaman dari luas penampang tidak terpenuhi maka dapat terjadi suatu
gangguan pada tegangan tersebut. Oleh karena itu perlu diperhitungkan
harga faktor konsentrasi tegangan (K) yang hanya tergantung pada
perbandingan geometris dari struktur, benda, dan komponen. Dalam desain
dengan menggunakan metode tegangan maksimum, nilai faktor konsentrasi
tegangan (K) diperhitungkan dalam persamaan.

𝜎𝑚𝑎𝑥 = 𝐾 𝐹
𝐴
........................................................................ (5)

Untuk mengurangi besarnya konsentrasi tegangan, maka dalam mendesain


komponen mesin harus dihindari bentuk-bentuk yang dapat memperbesar
konsentrasi tegangan. Sebagai contoh dengan membuat camfer dan fillet,
pada bagian-bagian yang berbentuk siku atau tajam.

Gambar 2.15 Pembuatan Fillet


(agustinus purna irawan, 2009)
2.17 Teori Energi Distorsi (von Mises-Hencky)
Teori kegagalan ini diperkenalkan oleh Huber (1904) dan kemudian
disempurnakan melalui kontribusi Von Mises dan Hencky. Teori ini
menyatakan bahwa ”Kegagalan diprediksi terjadi pada keadaan tegangan
multiaksial bilamana energi distorsi per unit volume sama atau lebih besar
dari energi distorsi per unit volume pada saat terjadinya kegagalan dalam
pengujian tegangan uniaksial sederhana terhadap spesimen dari material
yang sama”.

2.18 Deformasi
Deformasi terjadi bila bahan mengalami gaya. Selama deformasi, bahan
menyerap energi sebagai akibat adanya gaya yang bekerja sepanjang
deformasi. Sekecil apapun gaya yang bekerja, maka benda akan mengalami
perubahan bentuk dan ukuran. Perubahan ukuran secara fisik ini disebut
deformasi. Deformasi ada dua macam yaitu deformasi elastis dan deformasi
plastis. Yang dimaksud deformasi elastis adalah deformasi yang terjadi
akibat adanya beban yang jika beban ditiadakan, maka material akan
kembali keukuran semula. Sedangkan deformasi plastis adalah deformasi
yang bersifat permanen jika bebannya dilepas, ( Edi Jasmani 2001 ).

Penambahan beban pada bahan yang telah mengalami kekuatan tertinggi


tidak dapat dilakukan, karena pada kondisi ini bahan telah mengalami
deformasi total. Jika beban tetap diberikan maka regangan akan bertambah
dimana material seakan menguat yang disebut dengan penguatan regangan
(strain hardening) yang selanjutnya benda akan mengalami putus pada
kekuatan patah (Singer dan Pytel, 1995).

2.19 Maintenance
Pada umumnya sebuah produk yang dihasilkan oleh manusia, tidak ada
yang tidak mungkin rusak, tetapi usia penggunaannya dapat diperpanjang
dengan melakukan perbaikan yang dikenal dengan pemeliharaan (Anthony,
1992). Oleh karena itu, sangat dibutuhkan kegiatan pemeliharaan yang
meliputi kegiatan pemeliharaan dan perawatan mesin yang digunakan dalam
proses produksi. Kata pemeliharaan diambil dari bahasa yunani terein
artinya merawat, menjaga, dan memelihara.

Pemeliharaan adalah suatu kombinasi dari berbagai tindakan yang dilakukan


untuk menjaga suatu barang dalam, atau memperbaikinya sampai suatu
kondisi yang bisa diterima. (Anthony, 1992). Untuk Pengertian
Pemeliharaan lebih jelas adalah tindakan merawat mesin atau peralatan
pabrik dengan memperbaharui umur masa pakai dan kegagalan atau
kerusakan mesin.

2.20 Klasifikasi Pemeliharaan


Secara garis besar manajemen pemeliharaan dapat dibagi dalam tiga jenis,
yaitu improvement, preventive dan corrective.

Gambar 2.16 Klasifikasi


Pemeliharaan (Yatin
Ngadiono, 2010)
2.20.1 Perbaikan Pemeliharaan (Maintenance Improvement)
Manajemen pemeliharaan dari waktu kewaktu harus meningkat
untuk memperbaiki segala kekurangan yang ada. Oleh karenanya
perbaikan pemeliharaan merupakan upaya untuk mengurangi atau
menghilangkan kebutuhan pemeliharaan. Kita sering terlibat dalam
menjaga pemeliharaan, namun kita lupa untuk merencanakan dan
menghilangkan sumbernya. Oleh karenanya keandalan rekayasa
diharapkan mampu menekan kegagalan sebagai upaya menghapus
kebutuhan perawatan. Kesemuanya ini merupakan pra-tindakan,
bukan bereaksi. Sebagai contoh, untuk komponen mesin yang
berlokasi di tempat gelap, kotor, dan sulit dijangkau, maka petugas
pelumas mesin tidak melumasi sesering ia melumasi komponen yang
mudah dijangkau. Ini kecenderungan alamiah. Oleh karena itu perlu
dipertimbangkan mengurangi kebutuhan pelumas dengan
menggunakan pelumas permanen, kualitas bantalan life-time. Jika
hal tersebuttidak praktis, setidaknya pesawat bertangki otomatis bisa
diterapkan.

2.20.2 Pemeliharaan Preventif (Preventive Maintenance)


Pelaksanaan pemeliharaan preventif sebenarnya sangat bervariasi.
Beberapa program dibatasi hanya pada pelumasan dan sedikit
penyesuaian. Program pemeliharaan preventif lebih komprehensif
dan mencakup jadwal perbaikan, pelumasan, penyesuaian, dan
membangun kembali semua mesin sesuai perencanaan. Prioritas
utama untuk semua program pemeliharaan preventif adalah pedoman
penjadwalan. Semua manajemen pemeliharaan program preventif
mengasumsikan bahwa mesin dalam jangka waktu tertentu
produktifitasnya akan menurun sesuai klasifikasinya. Program
preventif dapat dibagi 3 (tiga) macam:
a. Time driven: program pemeliharaan terjadwal, yaitu dimana
komponen diganti berdasarkan waktu atau jarak tempuh
pemakaian. Sistem ini banyak digunakan perusahaan yang
menggunakan mesin dengan komponen yang tidak terlalu
mahal.
b. Predictive: pengukuran untuk mendeteksi timbulnya
degradasi sistem (turunnya fungsi), sehingga diperlukan
mencari penyebab gangguan untuk dihilangkan atau
dikontrol sebelum segala sesuatunya membawa dampak
penurunan fungsi komponen secara signifikan.
c. Proactive: perbaikan mesin didasarkan hasil studi kelayakan
mesin. Sistem ini banyak diaplikasikan pada industri yang
menggunakan mesin-mesin dengan komponen yang berharga
mahal.

2.20.3 Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance)


Sistem ini dilakukan ketika sistem produksi berhenti berfungsi atau
tidak sesuai dengan kondisi operasi yang diharapkan. Pada umumnya
berhentinya sistem diakibatkan kerusakan komponen yang telah atau
sedang dalam proses kerusakan. Kerusakan yang terjadi umumnya
akibat tidak dilakukannya kegiatan preventive maintenance maupun
telah dilakukannya kegiatan preventive maintenance tetapi
kerusakan dalam batas dan kurun waktu tertentu tetap rusak.
Kegiatan corrective maintenance biasa disebut pula sebagai
breakdown maintenance, namun demikian kegiatannnya dapat terdiri
dari perbaikan, restorasi atau penggantian komponen. Pemeliharaan
korektif berbeda dari pemeliharaan. Pada sistem ini tidak dilakukan
pemeliharaan secara berkala dan tidak terjadwal.

Kebijakan untuk melakukan corrective maintenance saja tanpa


adanya kegiatan preventive maintenance, dapat menimbulkan
hambatan proses produksi atau membuat macet jalannya proses
produksi. Kebijakan yang mungkin tepat akan tindakan corrective
maintenance adalah atas dasar pertimbangan emergency akibat
kerusakan-kerusakan yang tidak terduga atas aset atau peralatan.
Kondisi inilah yang menuntut adanya tindakan reaktif (reactive
maintenance), karena tidaklah mungkin menduga dan menjadwal
datangnya kerusakan. Namun manakala kerusakan datang pada saat
proses produksi berlangsung, maka akibat yang ditimbulkan akibat
hanya dilakukannya corrective maintenance adalah kerusakan yang
parah dari dibandingkan preventive maintenance. (Yatin Ngadiono,
2010)

2.21 Mekanika Benda Tegar


Pada benda tegar tidak pernah benar-benar tegar, melainkan tetap
mengalami deformasi akibat beban yang diterima tetapi umumnya deformasi
kecil, sehingga tidak mempengaruhi kondisi keseimbangan atau gerakan
struktur yang ditinjaumaka diabaikan. Fokus mekanika teknik mempelajari
benda tegar dalam keadaan diam.

Prinsip dasar mekanika benda tegar (6 hukum utama) :


1. Hukum Paralelogram
Dua buah gaya yang bereaksi pada suatu partikel, dapat digantikan
dengan satu gaya (gaya resultan) yang diperoleh dengan
menggambarkan diagonal jajaran genjang dengan sisi kedua gaya
tersebut. Dikenal juga dengan Hukum Jajaran Genjang
2. Hukum Transmisibilitas Gaya
Kondisi keseimbangan atau gerak suatu benda tegar tidak akan berubah
jika gaya yang bereaksi pada suatu titik diganti dengan gaya lain yang
sama besar dan arahnya tapi bereaksi pada titik berbeda, asal masih
dalam garis aksi yang sama dikenal dengan Hukum Garis Gaya.
3. Hukum I Newton
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel sama dengan nol
(tidak ada gaya), maka partikel diam akan tetap diam dan atau partikel
bergerak akan tetap bergerak dengan kecepatan konstan. Dikenal
dengan Hukum Kelembaman.
Σ F = 0..................................................................................(7)
4. Hukum II Newton
Bila resultan gaya yang bekerja pada suatu partikel tidak sama dengan
nol partikel tersebut akan memperoleh percepatan sebanding dengan
besarnya gaya resultan dan dalam arah yang sama dengan arah gaya
resultan tersebut. Jika F diterapkan pada massa m, maka berlaku:
Σ F = m .a.............................................................................(8)
5. Hukum III Newton
Gaya aksi dan reaksi antara benda yang berhubungan mempunyai besar
dan garis aksi yang sama, tetapi arahnya berlawanan.
Gaya Gesek :
𝐹g = 𝜇 × 𝑁......................................................................(9)
Gaya Berat :
𝑤 = 𝑚 × 𝑔 .......................................................................... (10)
Berat Jenis :
𝑠 = p × g..............................................................................(11)
6. Hukum Gravitasi Newton
Dua partikel dengan massa M dan m akan saling tarik menarik yang
sama danberlawanan dengan gaya F dan F’ , dimana besar F dinyatakan
dengan :
𝐹 = 𝐺 𝑀.𝑚 ............................................................................(12)
𝑟²

Sistem Gaya :
a. Gaya merupakan aksi sebuah benda terhadap benda lain dan
umumnya ditentukan oleh titik tangkap (kerja), besar dan arah.
b. Sebuah gaya mempunyai besar, arah dan titik tangkap tertentu yang
digambarkan dengan anak panah. Makin panjang anak panah maka
makin besar gayanya.
2.22 Ansys Workbench
Ansys adalah salah satu perangkat lunak berbasiskan metode elemen hingga
yang dipakai untuk menganalisa masalah-masalah rekayasa (engineering).
Ansys Workbench 15 juga dapat berintegrasi dengan perangkat lunak cad
(computer aided Design) sehingga memudahkan pengguna dalam
membangun model geometri dengan berbagai perangkat lunak Cad.
Beberapa perangkat lunak tersebut adalah AutoCad, Catia, dan Solidwork.
Finite element method (metode elemen hingga) atau FEM adalah salah satu
metode numerik yang paling banyak dipakai di dunia engineering (sipil,
mesin, penerbangan, mikroelektronik, bioengineering, material) dan
diajarkan di dunia. Usianya lebih dari 40 tahun, dan hingga kini masih tetap
dipakai, bahkan makin disukai.
Metode ini berusaha memecahkan partial differential equations dan
persamaan integrasi lainnya yang dihasilkan dari hasil diskritisasi benda
kontinum. Meski berupa pendekatan, metode ini dikenal cukup ampuh
memecahkan struktur-struktur yang kompleks dalam analisis mekanika
benda padat (solid mechanics) dan perpindahan panas (heat transfer).
Biasanya matematikawan mencari closed-form solution untuk suatu kasus
fisika, dan karena mentok mereka lalu memanfaatkan metode numerik ini
untuk memecahkan kasusnya.
ANSYS adalah sebuah software analisis elemen hingga dengan kemampuan
menganalisa dengan cakupan yang luas untuk berbagai jenis masalah (Tim
Langlais,1999). ANSYS mampu memecahkan persamaan differensial
dengan cara memecahnya menjadi elemen-elemen yang lebih kecil.
Tahapan pemodelan ANSYS :
1. Preprocessing (penentuan material,mendefinisikan bentuk geometri)
2. Solusi (penentuan beban, tumpuan,meshing, dan penentuan output
analisa)
3. Postprocessing (hasil analisa berupa tabel dan diagram kontur)

Anda mungkin juga menyukai