Anda di halaman 1dari 2

1

Nama : Ivan Suriansyah Matusin


NIM : 024032001142
Matkul : Pajak International

JAWABAN

A. PILIHAN GANDA

1. B. PPh Pasal 4 ayat 2


2. C. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia yang menjalankan usaha
atau melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia.
3. D. Khusus untuk BUT walaupun statusnya WP luar negeri akan tetapi kewajiban pajaknya
dipersamakan dengan kewajiban perpajakan WP dalam negeri.
4. B. Subjek pajak luar negeri
5. B. Asas Domisili
6. A. Hak pemajakan penuh, pemajakan terbatas, dan pelepasan hak pemajakan
7. D. Subjek Pajak luar negeri adalah orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau
berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
8. A. Royalti

B. ESSAY

1. Pajak internasional yang diberlakukan di Indonesia diatur sepenuhnya dalam beberapa


peraturan perpajakan nasional, di antaranya:

 Peraturan Perpajakan Nasional yang mengatur Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda


(Pasal 32 A Undang Undang PPh) mengenai pemerintah berwenang untuk melakukan
perjanjian dengan pemerintah negara lain dalam rangka penghindaran pajak berganda
dan pencegahan pengelakan pajak.
 Peraturan Perpajakan Nasional (Pasal 3 UU PPh) tentang: Tidak termasuk Subjek
Pajak.
 Peraturan Perpajakan Nasional (Pasal 2 UU PPh) tentang Subjek Pajak Luar Negeri dan
Bentuk Usaha Tetap (BUT).
 Peraturan Perpajakan Nasional (Pasal 18 UU PPh) tentang: Hubungan Istimewa,
Bilamana terdapat Ketidakwajaran dalam Perpajakan.
 Peraturan Perpajakan Nasional (Pasal 24 UU PPh) tentang: Kredit Pajak Luar Negeri.

2. Pasal 9 peraturan itu menyebutkan bahwa penyalahgunaan P3B tidak terjadi dalam hal WPLN
memiliki enam syarat berikut:

 substansi ekonomi (economic substance) dalam pendirian entitas atau pelaksanaan


transaksi;
 bentuk hukum (legal form) yang sama dengan substansi ekonomi (economic substance)
dalam pendirian entitas atau pelaksanaan transaksi;
 kegiatan usaha yang dikelola oleh manajemen sendiri dan manajemen tersebut
mempunyai kewenangan yang cukup untuk menjalankan transaksi;
 aset tetap dan aset tidak tetap, yang cukup dan memadai untuk melaksanakan kegiatan
usaha di negara mitra atau yurisdiksi mitra P3B selain aset yang mendatangkan
penghasilan dari Indonesia;
 pegawai dalam jumlah yang cukup dan memadai dengan keahlian dan keterampilan
tertentu yang sesuai dengan bidang usaha yang dijalankan perusahaan; dan
2

 kegiatan atau usaha aktif selain hanya menerima penghasilan berupa dividen, bunga
dan/atau royalti yang bersumber dari Indonesia.

3. Perpajakan berganda terjadi karena benturan antar klaim perpajakan. Hal ini karena adanya
prinsip perpajakan global untuk wajib pajak dalam negeri (global principle) dimana penghasilan
dari dalam luar negeri dan dalam negeri dikenakan pajak oleh negara residen (negara domisili
wajib pajak). Selain itu, terdapat pemajakan teritorial (source principle) bagi wajib pajak luar
negeri (WPLN) oleh negara sumber penghasilan dimana penghasilan yang bersumber dari
negara tersebut dikenakan pajak oleh negara sumber. Hal ini membuat suatu penghasilan
dikenakan pajak dua kali, pertama oleh negara residen lalu oleh negara sumber Misalnya: PT A
punya cabang di Jepang. Penghasilan cabang di jepang dikenakan pajak oleh fiskus Jepang.
Lalu di Indonesia penghasilan itu digabung dengan penghasilan dalam negeri lalu dikalikan
tarif pajak UU domestik Indonesia.

Bentrokan klaim lebih diperparah bila terjadi dual residen, dimana terdapat dua negara sama-
sama mengklaim seorang subjek pajak sebagi wajib pajak dalam negerinya yang menyebabkan
ia terkena pemajakan global dua kali. Misalnya: Mr. A bekerja di Indonesia lebih dari 183 hari
namun setiap sabtu dan minggu ia pulang ke rumahnya di Singapura. Mr. A dianggap WPDN
oleh Indonesia dan juga Singapura sehingga untuk wajib melapor dan membayar pajak untuk
penghasilan globalnya pada Indonesia maupun Singapura.

4. Perjanjian penghindaran pajak berganda, yang umum disingkat menjadi P3B, dan juga dikenal
dengan nama tax treaty, termasuk salah satu sumber hukum yang digunakan dalam perpajakan
internasional. Perjanjian penghindaran pajak berganda ini adalah perjanjian internasional di
bidang perpajakan antar kedua negara yang mengatur pembagian hak pemajakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh penduduk salah satu negara atau penduduk kedua
negara dalam persetujuan itu.

Anda mungkin juga menyukai