Anda di halaman 1dari 42

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN, UKURAN PERUSAHAAN DAN

LIKUIDITAS TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERBANKAN PADA


PERUSAHAAN KEUANGAN

(pada perusahaan keuangan yang terdaftar di BEI periode 2017-2019)

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh :

Putri Widyaningsih (181120002193)

Akuntansi A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA’ JEPARA

2020

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah.


Peranan perbankan saat ini sangat dominan dalam sistem keuangan, bahkan
sebagai pemegang peranan penting untuk meunjang kemajuam ekonomi suatu
negara. Bank merupakan sector ketat yang diatur oleh Bank Indonesia sebagai bank
sentral yang ada di Indonesia karena bank memiliki operasional dengan libatan
banyak pihak di masyarakat. Sehingga pemahaman dan pengelolaan bank yang baik
tentunya akan mendorong sistem keuangan yang baik. Sistem keuangan yang baik
akan berpengaruh positif pada kinerja bank dan tingkat profitabilitas.
Kondisi keuangan yang saat ini mengalami perkembangan yang menyebabkan
sector perbankan mempunyai kekuatan dan peluangan yang besar untuk memenuhi
kebutuhan keuangan masyarakat dan sector usaha yang dimilikinya. Perekonomian
Indonesia berhasil tumbuh positif di tengah perlambatan ekonomi global yang
dipengarugi oleh dinamika perang dagang dan geopolitik, penurunan harga komoditi,
serta perlambatan ekonomi di banyak negara.
Kinerja keuangan merupakan gambaran kondisi keuangan perusahaan pada
suatu periode tertentu baik menyangkut aspek perhimpunan dana maupun penyaluran
dana, yang biasanya diukur dengan indicator kecukupan modal, likuiditas.
Bagaimana posisi keuangan, informasi keuangan dan kinerja perusahaan pada suatu
periode sebelumnya akan digunakan sebagai dasar memperediksi kinerja keuangan
yang akan dating.
Berkaitan dengan kinerja keuangan perbankan, maka rasio yang digunakan
untuk mengukur kinerja keuangan adalah rasio likuiditas. Untuk meningkatkan
likuiditas perusahaan harus mampu menganalisis risiko yang munkin terjadi. Risiko
likuiditas adalah risiko yang muncul akibat kesulitan menyediakan uang tunai dalam
jangka waktu tertentu.
Beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengukuran kinerja perbankan
dengan menggunakan rasio keuangan untuk menilai profitabilitas perbankan antara
lain: Hasil penelitian Werdaningtyas (2002) menunjukkan Variabel bebas yang
signifikan positif berpengaruh terhadap profitabilitas adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR). Variabel bebas yang signifikan negatif adalah Loan Deposite Ratio (LDR).
Sedangkan variabel yang tidak signifikan berpengaruh terhadap profitabilitas adalah

3
pangsa asset, pangsa dana, dan pangsa kredit. Sedangkan hasil penelitian Mawardi
(2005) menujukkan Non Perfoming Loan (NPL), Biaya Operasional Pendapatan
Operasi (BOPO) mempunyai pengaruh signifikan negatif terhadap kinerja
profitabilitas perbankan (ROA).
Sedangkan Net Interst Margin (NIM) mempunyai pengaruh signifikan positif.
Rasio CAR mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Hasil penelitian Yuliani
(2007) menunjukkan variabel BOPO berpengaruh signifikan negatif, sedangkan CAR
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja Profitabilitas Perbankan. Variabel
LDR tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja profitabilitas perbankan. Wisnu
Mawardi (2005) tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja 5
keuangan Bank Umum di Indonesia. Rasio-rasio yang digunakan pada variabel bebas
adalah CAR, NPL, NIM, BOPO. Didalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat
analisis regresi linier berganda.

Maka penelitian terhadap factor-faktor yang mempengaruhi kinerja perbankan


yang diukur dengan NPL, NIM, LDR dan BOPO adalah sangat penting, NPL yang
tinggi akan mengganggu perputaran dana perbankan sehingga menyebabkan bank
mengalami kesulitan likuiditas. NIM yang tinggi akan menunjukan semakin efisien
bank tersebut dalam operasi, bank memungut bunga dari penyaluran kredit/pinjaman,
dan membayar bunga ke pemilik dana, sebagai contoh dalam bentuk bunga deposito.
Selisih antara bunga kredit yang tentu saja lebih besar dari bunga deposito, itulah
yang kemudian menjadi pendapatan bank. LDR yang tinggi menunjukkan
kesanggupan dan kesediaan bank untuk mengatasi persoalan likuiditasnya,
sebaliknya rendahnya LDR menunjukkan bank tidak mampu berperan sebagai
lembaga intermediasi sehingga hilangnya kepercayaan masyarakat pada bank
tersebut. BOPO yang tinggi menunjukkan tidak efisiennya bank dalam menjalankan
usahanya sehingga menyebabkan kerugian bagi bank. Sebagai upaya dalam
meminimalkan risiko-risiko yang terjadi, bank harus menjalankan fungsinya dengan
berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian dalam mengelola dana masyarakat. Oleh
karena itu, setiap bank wajib memiliki manajemen risiko yang mampu
mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko, sehingga segala
macam risiko yang berpotensi untuk muncul dapat diantisipasi dari sejak awal dan
dicarikan cara penanggulangannya.
Berdasarkan uraian diatas penelitian ini ingin mengetahui serapa besar kinerja
keuangan perbankan pada bank go public di Indonesia yang diukur dengan
4
mengunakan rasio keuangan bank selama periode tahun 2017 sampai dengan tahun
2019.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka judul penelitian ini adalah “
Pengaruh Tata Kelola Perusahaan, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas
Terhadap Kinerja Keuangan Perbankan Pada Perusahaan Keuangan (yang
terdaftar di BEI periode 2017-2019).

1.2. Ruang Lingkup Masalah (Batasan Masalah)


Untuk membatasi pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan
pembatasan pada :
1. Focus penelitian adalah tata kelola perusahaan yang di pengaruhi oleh
ukuran perusahaan,ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
perbankan,
2. Objek penelitian dilakukan pada perusahaan perbankan yang terdaftar di
bursa efek Indonesia.
3. Tahun penelitian di mulai tahun 2017 sampai dengan tahun 2019
1.3. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan ruang lingkup di atas, maka dapat disusun rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
perbankan?
2. Bagaimana pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja keuangan
perbankan ?
3. Bagaimana pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan perbankan ?

5
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
perbankan.
2. Untuk menganalisis pengaruh tata kelola perusahaan terhadap kinerja
keuangan perbankan.
3. Untuk menganalisis pengaruh likuiditas terhadap kinerja keuangan perbankan.

1.5. Manfaat penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang
bersangkutan, baik manfaat secara teoritis maupun manfaat praktis.
1. Manfaat Teoritis
a. Bagi akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan mengenai pengaruh penerapan tata kelola
perusahaan, ukuran perusahaan dan likuiditas terhadap kinerja keuangan
perbankan pada perusahaan keuangan.
b. Bagi Penelitian yang akan Datang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan sumber
bacaan di bidang keuangan sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya mengenai kinerja keuangan.

6
1.6. Sistemmatika
Proposal penelitian ini dibagi menjadi lima bab dengan urutan penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah dari penelitian ini yang selanjutnya

dirumuskan permasalahan penelitian yang berupa pertanyaan kajian.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut maka dikemukakan tujuan penelitian,

dan manfaat penelitian. Pada bagian akhir bab ini akan disampaikan sistematika

penulisan.

BAB II TELAAH PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang telaah teori dan penelitian terdahulu yang

melandasi penelitian ini. Berdasarkan teori dan hasil penelitian terdahulu, maka

akan terbentuk suatu kerangka pemikiran teoritis dan penentuan hipotesis awal

yang akan diuji.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini berisi tentang variabel dan definisi operasional variabel penelitian,

populasi dan sampel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, serta

metode analisis yang digunakan.

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

Bab ini menyajikan data penelitian dari hasil pengumpulan data, hasil penelitian

dari pengujian hipotesis, dan pembahasan mengenai hasil analisis dari objek

penelitian.

BAB V PENUTUP

Bab ini berisi dua bagian ; pertama merupakan kesimpulan yang diperoleh dari

hasil analisis; kedua adalah keterbatasan dan saran dalam penelitian.

7
BAB II
TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


Teori adalah seperangkat konsep dan definisi yang saling berhubungan yang

mencerminkan suatu pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menerangkan

hubungan antara variable, dengan tujuan untuk menerangkan dan meramalkan fenomena.

Teori digunakan untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai referensi untuk

menyusun instrumen penelitian dan memperjelas ruang lingkup atau konstruk variabel

yang diteliti. landasan toeri dalam penelitian ini sebagai berikut :

2.1.1 Kinerja Keuangan Perbankan

1. pengertian bank

Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998

tentang Perbankan, yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun

dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak.

2. Jenis – jenis bank

Dalam praktik perbankan di Indonesia saat ini terdapat beberapa jenis

perbankan yang diatur dalam Undang-Undang Perbankan. Jenis perbankan

sebelum keluar Undang-Undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 dengan

sebelumnya, yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 terdapat beberapa

perbedaan. Namun, kegiatan utama bank sebagai lembaga keuangan yang

menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tidak berbeda satu

sama lainnya. Perbedaan jenis perbankan dapat dilihat dari segi fungsi bank, serta

kepemilikan bank. Dari segi fungsi bank, perbedaan yang terjadi terletak pada

8
luasnya kegiatan atau jumlah produk yang dapat ditawarkan maupun jangkauan

wilayah operasinya, sedangkan 19 kepemilikan perusahaan dilihat dari segi

pemilikan saham yang ada serta akte pendiriannya. Perbedaan lainnya adalah

dilihat dari segi siapa nasabah yang mereka layani apakah masyarakat luas atau

masyarakat dalam lokasi tertentu (kecamatan). Jenis perbankan juga dibagi ke

dalam caranya menentukan harga jual dan harga beli.

Menurut Kasmir (2013: 32-35) jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari

berbagai segi antara lain:

1) Dilihat dari Segi Fungsinya

Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 jenis

perbankan menurut fungsinya terdiri dari:

a) Bank Umum

b) Bank Pembangunan

c) Bank Tabungan

d) Bank Pasar

e) Bank Desa

f) Lumbung Desa

g) Bank Pegawai

h) Dan bank lainnya

Namun setelah keluar UU Pokok Perbankan Nomor 7 Tahun 1992 dan

ditegaskan lagi dengan keluarnya Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998

maka jenis perbankan terdiri dari:

a) Bank Umum Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan

usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam

kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sifat jasa yang

9
diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan

yang ada. Begitu pula dengan wilayah operasinya dapat dilakukan di seluruh

wilayah. Bank umum sering disebut bank komersil (commercial bank).

b) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah

bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan

prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu

lintas pembayaran. Artinya di sini kegiatan BPR jauh lebih sempit jika

dibandingkan dengan kegiatan bank umum.

2) Dilihat dari Segi Kepemilikannya

Ditinjau dari segi kepemilikan maksudnya adalah siapa saja yang memiliki bank

tersebut. Kepemilikan ini dapat dilihat dari akte pendirian dan penguasaan saham

yang dimiliki bank yang bersangkutan.

Jenis bank dilihat dari segi kepemilikan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Bank milik pemerintah

Di mana baik akte pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah

sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula.

Contoh bank milik pemerintah antara lain:

(1) Bank Negara Indonesia 46 (BNI)

(2) Bank Rakyat Indonesia (BRI)

(3) Bank Tabungan Negara (BTN)

Sedangkan bank milik pemerintah daerah (pemda) terdapat di daerah tingkat I

dan tingkat II masing-masing provinsi. Sebagai contoh:

(1) BPD DKI Jakarta

(2) BPD Jawa Barat

(3) BPD Jawa Tengah

10
(4) BPD Jawa Timur

(5) BPD Sumatera Utara

(6) BPD Sumatera-Selatan

(7) BPD Sulawesi Selatan

(8) Dan BPD lainnya

b) Bank Milik Swasta Nasional

Bank jenis ini seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akte

pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya untuk

keuntungan swasta pula. Contoh bank milik swasta nasional antara lain:

(1) Bank Muamalat

(2) Bank Central Asia

(3) Bank Bumi Putra

(4) Bank Danamon

(5) Bank Duta

(6) Bank Lippo

(7) Bank Nusa Internasional

(8) Bank Niaga

(9) Bank Universal

(10) Bank Internasional Indonesia

c) Bank Milik Koperasi

Kepemilikan saham-saham bank ini dimiliki oleh perusahaan yang berbadan

hukum koperasi. Sebagai contoh adalah Bank Umum Koperasi Indonesia

d) Bank milik Asing Bank

11
jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta

asing atau pemerintah asing. Jelas kepemilikannya pun dimiliki oleh pihak luar

negeri.

Contoh bank asing antara lain:

(1) ABN AMRO Bank

(2) Deutsche Bank 23

(3) American Express Bank

(4) Bank of America

(5) Bank of Tokyo

(6) City Bank

(7) European Asian Bank

(8) Hongkong Bank

(9) Standard Chartered Bank

(10)Chase Manhattan Bank

e) Bank Milik Campuran

Kepemilikan saham bank campuran dimiliki oleh pihak asing dan pihak

swasta nasional. Kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh

warga negara Indonesia.

Contoh bank campuran antara lain:

(1) Sumitomo Niaga Bank

(2) Bank Merincorp

(3) Bank Sakura Swadarma

(4) Bank Finconesia

(5) Mitsubishi Buana Bank

(6) Inter Pasific Bank

12
(7) Paribas BBD Indonesia

(8) Ing Bank

(9) Sanwa Indonesia Bank

(10)Bank PDFCI

13
3. Pengertian Kinerja Keuangan Perbankan
Menurut Irham Fahmi (2012: 2), kinerja keuangan adalah suatu analisis yang
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk menilai sejauh mana suatu perusahaan telah
melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik
dan benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah memenuhi
standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akuntansi Keuangan) atau GAAP
(General Accepted Accounting Principle), dan lainnya. Menurut Jumingan (2009:
239), kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai
bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran
penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia.
Menurut Rivai (2012: 459), penilaian kinerja perbankan meliputi seluruh aspek
operasional maupun nonoperasional bank tersebut. Kinerja bank menunjukkan
keberhasilan bank dalam menarik dana masyarakat dan menyalurkanya kembali
melalui pelaksanaan manajemen yang telah ditentukan. Jadi, dari berbagai pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan bank adalah suatu gambaran
sampai mana tingkat keberhasilan yang dicapai oleh bank dalam kegiatan
operasionalnya.
Kinerja keuangan adalah gambaran setiap hasil ekonomi yang mampu diraih oleh
perusahaan perbankan pada periode tertentu melalui aktivitas-aktivitas perushaan
untuk menghasilkan keuntungan secara efektif dan efisien, yang dapat diukur
perkembangannya dengan mengadakan analisis terhadap data-data keuangan yang
tercermin dalam laporan keuangan (Supriyono, 2011).
Menurut Bastian (2006), kinerja keuangan dapat diukur dengan menggunakan rasio
profitabilitas yang terdiri dari ROA dan ROE. ROA merupakan rasio yang digunakan
untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan
dengan memanfaatkan keseluruhan total aset yang dimiliki dan ROE digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh keuntungan bersih dengan
menggunakan modal sendiri.
Menurut Marsuki (2006), kinerja bank secara umum merupakan gambaran prestasi
yang dicapai oleh bank dalam operasionalnya. Kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik mencakup aspek
penghimpunan dana maupun penyaluran dananya. Kinerja menunjukkan sesuatu
14
yang berhubungan dengan kekuatan serta kelemahan suatu 20 perushaan. Kinerja
perusahaan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan.
Informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan di masa lalu seringkali digunakan
sebagai dasar utnuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja di masa yang akan
datang, seperti pembayaran deviden, upah, penggerakan harga sekuritas dan
kemampuan perusahaan untuk memenuhi komitmenya ketika jatuh tempo. Informasi
kinerja perusahaan terutama profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan
potensi sumber daya ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan. Informasi
fluktuasi kinerja bermanfaat untuk memprediksi kapasitas perusahaan dalam
menghasilkan arus kas dari sumber daya yang ada, disamping itu informasi tersebut
juga dapat berguna dalam perumusan pertimbangan tentang efektivitas perusahaan
dalam memanfaatkan tambahan sumber daya
Menurut Jumingan (2009: 239), kinerja bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi
yang dicapai bank dalam operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran
penghimpunan dan penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia..
Jadi, dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa kinerja keuangan
bank adalah suatu gambaran sampai mana tingkat keberhasilan yang dicapai oleh
bank dalam kegiatan operasionalnya.
4. Pengukuran Kinerja Keuangan Perbankan
Dalam menilai kinerja perbankan, dapat dilakukan dengan melihat laporan keuangannya.
Investor dapat melakukan analisis kinerja dengan melihat profitabilitas yang dihasilkan. Penilaian
ini dapat menggunakan rasio.Return On Assets.
Return On Asset (ROA) merupakan salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
profitabilitas suatu bank. Rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar laba yang dapat
diperoleh dari seluruh aktiva yang dimiliki bank. Lukman Dendawijaya (2009: 120) menjelaskan
bahwa rasio ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar ROA semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank dari segi penggunaan aset.
Menurut Hanafi dalam Mawar Rohmah (2013: 18) “Return On Asset adalah rasio yang
mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba dengan menggunakan total aset (kekayaan)
yang dimiliki perusahaan setelah disesuaikan dengan biaya-biaya untuk menandai aset tersebut”.
Menurut Brigham & Houston (2012: 148) ROA merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur
tingkat pengembalian total aset yang digunakan dan biasa digunakan sebagai indikator tingkat
profitabilitas.

15
Menurut Ponttie Prasnanugraha (2007: 17), ROA dapat digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva yang dimilikinya.
Menurut Rivai (2013: 480), ROA digunakan untuk mengukur kemampuan bank

16
dalam memperoleh keuntungan secara keseluruhan. Informasi mengenai efisiensi bank yang
dijalankan akan terlihat pada ROA karena ROA menunjukkan berapa banyak laba yang dihasilkan
secara rata-rata dari Rp 1,00 asetnya (Miskhin, 2008: 306). Darsono dan Ashari (2005: 57) juga
menjelaskan bahwa ROA menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Rasio ini memberikan ukuran lebih baik
atas profitabilitas perusahaan karena menunjukkan manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa ROA merupakan rasio yang mampu
menggambarkan kemampuan efisiensi bank dalam menghasilkan laba/ keuntungan dengan
memanfaatkan aset yang dimiliki. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/DPNP/2011,
ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ROA = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
Total aset
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Keuangan Perbankan
Dari berbagai penelitian sebelumnya, diperoleh kajian mengenai faktor-faktor yang
mempengaruhi kinerja keuangan. Faktor-faktor tersebut antara lain: struktur
kepemilikan, ukuran perusahaan, good corporate governance, risiko, kesempatan
bertumbuh, CAR (Capital Adequacy Ratio), NIM (Net Interest Margin). 27 1)
Struktur Kepemilikan Menurut Sisca Christianty Dewi (2008: 48), struktur
kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya
perusahaan yang kemudian akan dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Struktur
kepemilikan merupakan satu mekanisme corporate governance untuk mengurangi
konflik antara manajemen dan pemegang saham. Kepemilikan manajerial dan
kepemilikan institusional adalah bagian dari struktur kepemilikan yang termasuk
dalam mekanisme corporate governance yang dapat mengurangi masalah
keagenan. 2) Ukuran Perusahaan Menurut Sri Nurul Fajri dalam Ludhfiana Rahayu
(2014: 22-23), ukuran perusahaan adalah suatu cara yang dapat mengklasifikasi
perusahaan dengan berbagai cara yaitu total aset, jumlah penjualan, jumlah tenaga
kerja, dan lain-lain. Semakin besar total aset maupun penjualan, maka akan
semakin besar pula ukuran sebuah perusahaan. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Faiza Nur Rohmah (2013) ukuran perusahaan berpengaruh
terhadap kinerja keuangan dibuktikan dengan signifikansi lebih dari 0,05. 3)
Penerapan Good Corporate Governance (GCG) Penilaian terhadap faktor GCG
merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip
GCG. Untuk 28 mengatasi turunnya kinerja keuangan perbankan nasional,
17
pemerintah mengeluarkan paket kebijakan 8/14/PBI/2006 tentang pelaksanaan
GCG bagi bank umum. 4) Risiko Menurut Peraturan Bank Indonesia No.
13/1/PBI/2011, penilaian risiko merupakan penilaian terhadap risiko-risiko dalam
operasional bank. Profil risiko meliputi risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,
risiko operasional, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko
reputasi. Perusahaan dengan risiko yang besar akan memberikan insentif yang
besar pula kepada manajemen yang mengelola perusahaan agar pengelolaan
perusahaan dilakukan dengan baik. Pengelolaan yang baik akan menarik investor
untuk menanamkan dananya sehingga akan meningkatkan kinerja keuangan. 5)
Kesempatan Bertumbuh Pertumbuhan penjualan mencerminkan manifestasi
keberhasilan investasi periode masa lalu dan dapat dijadikan sebagai prediksi
pertumbuhan di masa yang akan datang. Pertumbuhan penjualan juga merupakan
indikator dan daya saing dalam suatu perusahaan. Laju pertumbuhan perusahaan
akan mempengaruhi kemampuan mempertahankan keuntungan dalam mendanai
kesempatankesempatan pada masa yang akan datang (Barton dalam Okajaya
Kusuma Warenda, 2013: 7) 29 6) Penilaian permodalan merupakan penilaian
terhadap bank mengenai tingkat kecukupan permodalan bank. Penilaian
permodalan ini dapat diukur dengan Capital Adequacy Ratio (CAR). 7) Penilaian
rentabilitas merupakan penilaian terkait pencapaian pendapatan bank. Penilaian
rentabilitas ini dapat diukur dengan rasio Net Interest Margin (NIM)
2.1.2 Tata kelola perusahaan

1. Pengertian Tata Kelola Perusahaan.


Bank Dunia mendefinisikan tata kelola perusahaan sebagai kumpulan hukum,
peraturan dan kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong kinerja

Sumber-sumber perusahaan untuk berungsi secara efisien guna menghasilkan nilai


ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun
masyarakat sekitar secara keseluruhan. Menurut Muh. Arief Effendi (2009: 2) “tata
kelola perusahaan merupakan seperangkat sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi para pemangku kepentingan”.
Menurut Cadbury, GCG adalah sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan agar tercapai keseimbangan antara kekuatan dan kewenangan perusahaan.
Dari berbagai pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa GCG adalah suatu
seperangkat sistem atau tata kelola perusahaan yang mengatur perushaaan agar
mampu mendorong terciptanya kinerja 30 manajemen untuk menciptakan nilai
18
tambah bagi para pemangku kepentingan.

19
2. Manfaat Tata Kelola Perusahaan

Menurut Adrian Sutedi (2011: 125-126), secara teoritis harus diakui bahwa

dengan melaksanakan prinsip tata kelola perusahaan ada beberapa manfaat yang

bisa diambil antara lain sebagai berikut:

1) Meningkatnya kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang baik.

2) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah yang pada

akhirnya akan meningkatkan corporate value.

3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4) Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders.

3. Prinsip Tata Kelola Perusahaan

20
Menurut The Organization for Economic Corporation and Development

(OECD), ada beberapa prinsip dasar yang harus diperhatikan dalam penerapan

corporate governance yaitu sebagai berikut :

1) Transparency (Keterbukaan)

Keterbukaan kepada stakeholders dalam melakukan proses

pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi

materiil dan relevan mengenai perusahaan dengan lima karakteristik, yaitu

komprehensif, relevan, friendly, reliable, dan comparable. Informasi mengenai

laporan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan, dan pengelolaan

perusahaan harus 31 diungkapkan secara tepat dan akurat agar pemegang

saham dan pihak lainnya dapat mengetahui keadaan perusahaan.

2) Accountability (Akuntabilitas)

Kejelasan fungsi, struktur, sistem pengendalian, dan

pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan dan

keseimbangan kekuasaan antara stakeholders terlaksana secara efektif.

Para anggota eksekutif seperti komisaris, direksi, dan jajarannya wajib

memiliki integritas untuk menjalankan usaha sesuai dengan aturan dan

ketentuan yang berlaku.

3) Responsibility (Pertanggungjawaban)

Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip

korporasi yang sehat serta peraturan perundangan yang berlaku. Prinsip ini

menuntut agar seluruh jajaran perusahaan untuk melakukan tugasnya

dengan bertanggung jawab dan mematuhi hukum yang ditetapkan.

4) Independency (Kemandirian)

21
Suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa

benturan kepentingan dan pengaruh dari pihak manajemen yang tidak

sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku dan

prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5) Fairness (Keadilan)

Perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak

stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan 32

perundangan yang berlaku. Setiap keputusan yang diambil sentantiasa

memperhatikan kepentingan dan memberikan perlindungan kepada

pemegang saham minoritas. Melindungi semua pemegang saham, baik

mayoritas maupun minoritas dari rekayasa dan transaksi yang bertentangan

dengan peratuaran yang berlaku.

4. Unsur – Unsur Tata Kelola Perusahaan

Menurut Adrian Sutedi (2011: 41-42) ada beberapa unsur-unsur dalam

corporate governance yang bisa menjamin berfungsinya tata kelola perusahaan:

1) Corporate Governance – Internal Perusahaan Internal perusahaan adalah

unsur-unsur yang berasal dari dalam perusahaan dan merupakan unsur yang selalu

diperlukan di dalam perusahaan. Unsur-unsur internal perusahaan tersebut sebagai

berikut:

a) Pemegang saham;

b) Direksi;

c) Dewan komisaris;

d) Manajer;

e) Karyawan/serikat pekerja;

f) Sistem remunerasi berdasar kinerja;

22
g) Komite audit;

Unsur-unsur yang selalu diperlukan di dalam perusahaan, antara lain yaitu:

a) Keterbukaan dan kerahasiaan (disclosure)

b) Transparansi

c) Accountability

d) Fairness

e) Aturan dari code of conduct.

2) Corporate Governance – External Perusahaan Unsur – unsur yang berasal

dari luar perusahaan dan unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan,

dinamakan Corporate Governance – External Perusahaan.

Unsur yang berasal dari luar perusahaan adalah antara lain :

a) Kecukupan undang-undang dan perangkat hukum

b) Investor

c) Institusi penyedia informasi

d) Akuntan public

e) Institusi yang memihak kepentingan publik bukan golongan

f) Pemberi pinjaman

g) Lembaga yang mengesahkan legalitas.

Unsur yang selalu diperlukan di luar perusahaan yaitu meliputi:

a) Aturan dari code of conduct

b) Fairness

c) Accountability

d) Jaminan hukum.

2.1.3 Ukuran perusahaan

1. Definisi Ukuran Perusahaan

23
Menurut Sri Nurul Fajri dalam Ludhfiana Rahayu (2014: 22-23), ukuran

perusahaan adalah suatu cara yang dapat mengklasifikasi perusahaan dengan berbagai

cara yaitu total aset, jumlah penjualan, jumlah tenaga kerja, dan lain-lain. Semakin

besar total aset maupun penjualan, maka akan semakin besar pula ukuran sebuah

perusahaan.

Menurut Masud Machfoeds (1994) dalam Fitria Ingga (2015: 15) kategori

ukuran perusahaan terbagi menjadi tiga yaitu:

1) Perusahaan Besar Perusahaan besar adalah perusahaan yang memiliki

kekayaan bersih lebih besar dari Rp 10 Milyar termasuk tanah dan bangunan.

Memiliki penjualan lebih dari Rp 50 Milyar per tahun.

2) Perusahaan Menengah Perusahaan menengah adalah perusahaan yang

memiliki kekayaan bersih Rp 1-10 Milyar termasuk tanah dan bangunan. Memiliki

hasil penjualan lebih besar dari Rp 1 Milyar dan kurang dari Rp 50 Milyar.

3) Perusahaan Kecil Perusahaan kecil adalah perusahaan yang memiliki

kekayaan bersih paling banyak Rp 200 juta tidak termasuk tanah dan bangunan dan

memiliki hasil penjualan minimal 1 Milyar per tahun.

Jadi, dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ukuran

perusahaan adalah ukuran besar kecilnya perusahaan yang dilihat dari total aset

maupun penjualannya. Semakin besar total aset yang dimiliki maka menunjukkan

bahwa semakin besar ukuran perusahaan.

2 Pengukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan dapat diukur dengan berbagai macam cara seperti total

aset, jumlah penjualan, dan jumlah tenaga kerja. Dalam penelitian ini, ukuran

perusahaan diukur dengan logaritma dari total asset (Logtotal asset) yang

dimiliki perusahaan. Hal ini disebabkan karena besarnya total aset masing-

24
masing perusahaan berbeda bahkan mempunyai selisih yang besar, sehingga

dapat menyebabkan nilai yang ekstrim. Rumus yang digunakan untuk mengukur

ukuran perusahaan yaitu: SIZE = Log Total Asset

2.1.3 Likuiditas

1. Risiko Likuiditas

Menurut Hanafi (2012), risiko likuiditas terjadi apabila perusahaan mengalami

kesulitan membayar kewajiban jangka pendek. Jika risiko likuiditas tidak

ditangani dengan baik, risiko tersebut bisa meningkat menjadi risiko solvabilitas

atau solvency risk, yang mengakibatkan kebangkrutan perusahaan. Dibandingkan

sektor usaha lain, bank menghadapi risiko likuiditas yang lebih besar. Risiko

likuiditas bersumber dari sisi aset dan sisi pasiva.

a. Sisi Aset

Jika bank memberikan jaminan atau komitmen untuk memberikan

utang sejumlah tertentu dimasa mendatang (misal tiga bulan).

b. Sisi Pasiva

Sumber dana bank sebagian besar berasal dari dana pihak ketiga dalam

bentuk tabungan dan deposito. Tabungan praktis bisa ditarik setiap saat.

Deposito mempunyai jangka waktu yang biasanya cukup pendek (1 bulan

sampai satu tahun). Jika penarikan dana oleh masyarakat lebih besar dari

apa yang diperkirakan, maka bank tersebut bisa mengalami krisis

likuiditas. Jika krisis tersebut tidak ditangani, perusahaan bisa terancam

keberlangsungannya.

Menurut Ikatan Bankir Indonesia (2015), risiko likuiditas adalah risiko akibat

ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber

25
pendananaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat

digunakan, tanpa menggangu aktivits dan kondisi keuangan bank. Risiko likuiditas

dapat melekat pada fungsional perkreditan (penyediaan dana), aktivitas treasury dan

investasi, dan kegiatan hubungan koresponden dengan bank lain. Sebagai contoh:

1) Bank tidak mampu memenuhi penarikan kredit oleh nasabah karena dana yang

tersedia tidak mencukupi.

2) Bank mengalami kalah kliring dan tidak dapat memenuhi kekurangan dana di Bank

Indonesia.

3) Bank tidak dapat memenuhi permintaan penarikan dana masyarakat yang terjadi

secara tiba-tiba.

4) Bank tidak dapat memperoleh pinjaman dari bank lain pada saat bank memerlukan

likuiditas.

Risiko likuiditas terjadi bila bank tidak mampu menyediakan dana tunai untuk

memenuhi kebutuhan transaksi para nasabah dan memenuhi kewajiban-kewajiban

yang harus dilunasi dalam tempo lebih kecil dari satu tahun. Risiko likuiditas

(liquidity risk) adalah risiko yang mungkin dihadapi oleh bank untuk memenuhi

kebutuhan likuiditasnya dalam rangka memenuhi permintaan kredit dan semua

penarikan dana oleh penabung pada suatu waktu. Faktor yang menyebabkan bank

mengalami risiko likuiditas ialah bank tidak dapat memaksimumkan pendapatan

karena adanya desakan kebutuhan likuiditas. Risiko likuiditas pada umumnya berasal

dari dana pihak ketiga, aset-aset dan kewajiban pada counter-parties. LDR adalah

rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima

oleh bank (Dendawijaya, 2009).

Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.12/19/2010, menetapkan LDR bank

umum berada pada kisaran 78-100%. Apabila LDR berada dibawah ketentuan BI

26
menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan kredit sehingga

hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan. Sedangkan, LDR yang berada

diatas 100% menunjukkan kredit yang disalurkan melebihi dari dana yang dihimpun

sehingga bank akan mengalami kekurangan dana untuk mencukupi kewajibannya.

Menurut Syamsuddin (2007), semakin tinggi rasio likuiditas maka semakin baik suatu

perusahaan, karena semakin tinggi rasio ini berarti jumlah kredit yang diberikan

meningkat sehingga menyebabkan pendapatan bunga dan laba yang diterima

meningkat, akhirnya ROA dan ROE pun ikut meningkat. Selanjutnya, Menurut

Muljono (2002), LDR yang rendah akan mengakibatkan bank dalam keadaan likuid

sehingga menyebabkan idle fund akibatnya profitabilitas (ROA dan ROE) rendah.

Indikator yang digunakan untuk mengukur penerapan manajemen risiko liquiditas

adalah LDR (Loan to Deposits Ratio). LDR mencerminkan kemampuan bank dalam

membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan

kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Rasio likuiditas dihitung dengan

menggunakan rumus sebagai berikut (Ali, 2006): LDR 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡


𝑋100
𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎

2.2 Penelitian Terdahulu

Table penelitian terdahulu di sajikan peneliti sebagai berikut:

Table 2.1

Penelitian Terdahulu

No Judul (penelitian,tahun) Variabel Alat Hasil Perbedaan

Analisis

1 Analisis pengaruh rasio Y = kinerja Analisis - Berdasarkan hasil - Mengunakkan


CAR,BOPO,NPL,NIM,SLPR, keuangan analisis regresi sempel yang
regresi
terhadap kinerja keuangan perbankan berganda karateristik dan
perbankan. (ROA) berganda menunjukan lebih beragam dari
(Pandu Mahardian,S.T.,2008) X1= Capital bahwa sebagian berbagai variabel
Adequacy besar hipotesis dependen yang
Ratio (CAR) yang diajukan termasuk dalam
diterima ( dalam strategi yang

27
X2 = Efesiensi arti terdapat berpengaruh
Operasi pengaruh yang terhadap kinerja
(BOPO) signifikan antara keuagan perpankan
X3 = Non variabel yang terdaftar di
Performing independen dan bursa efek
Loan (NPL) variabel Indonesia.
X4 = Net Interest dependen.) - Tahun penelitian
Margin - Capital Adequancy jaraknya sudah
(NIM) Ratio (CAR) lama, hal ini
X5 = Likuiditas berpengaruh memungkin sudah
(LDR) positif signifikan menunjukkan
terhadap Return perbedaan masa
On Asset (ROA). jauh berbeda.
- Efesiensi Operasi
(BOPO)
berpengaruh
negative signifikan
terhadap Return
On Asset (ROA).
- Non Performing
Loan (NPL) pada
penelitian ini
secara statistic
tidak berpengaruh
terhadap Return
On Asset (ROA).
- Net Interest
Margin (NIM)
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Return
On Asset (ROA).
- Loan to Deposit
Ratio (LDR)
berpengaruh
positif signifikan
terhadap Return
On Asset (ROA).
- Dari kelima
variabel
independen yang
diuji pengaruhnya
terhadap variable
dependen (dalam
hal ini ROA),
diketahui bahwa
variabel
independen BOPO
mempunyai
pengaruh yang
paling besar dari
pada keempat
variabel lainnya
(satu variabel tidak
signifikan), yaitu

28
dengan koefisien
sebesar 3,404%.
Tanda minus (-)
menunjukan
bahwa BOPO
mempunyai
hubungan yang
berbanding balik
terhadap ROA.
Setiap rasio
kenaikan BOPO
1%, maka akan
berakibat turunnya
rasiao BOPO turun
sebesar 1% maka
akan
mengakibatkan
naiknya rasio ROA
sebesar 3,404%.
2 Analisis pengaruh efesiensi Y = kinerja Analisis -Mengenai objek -Dapat mengukur
operasi, risiko pasar, dan keuangan Regresi penelitian yang
perbankan kinerja suatu
modal terhadap kinerja Berganda digunakan dalam
X1 = Efisiensi
perusahaan
keuangan perbankan. (Anisa operasi penelitian. Analisa
Nursatyani,2011) (BOPO) data adalah bentuk perbankan,
X2 = Risiko kredit
sederhana agar
(NPL) menunjukan seberapa
X3 = Risiko pasar deskripsi objek
(NIM) efektif perusahaan
penelitian lebih
X4 = Modal (CAR)
muda dibaca. perbankan yang
Pembahasan dikelola.
bertujuan untuk
mencari makna yang
mendalam dan
implikasi hasil
analisis.
3 Pengaruh GOOD Y = kinerja Analisis -Dewan komisaris Menghasilkan
keuangan
CORPORATE Linier menghasilkan hipotesis yang
perbankan
GOVERNANCE dan X1= Dewan Berganda hipotesis yang berpengaruh positif
Komisaris
LEVERAGE terhadap kinerja berpengaruh dan signifikan.
X2= Komite Audit
keuagan perbankan yang X3= Leverage negative dan tidak
terdaftar di bursa efek signifikan. Hipotesis
Indonesia. (Elvina pertama di tolak.
Agustin,2019). Komite audit
memberikan

29
hipotesis yang
positif dan tidak
signifikan. Hipotesis
kedua di terima.
Leverage
memberikan
hipotesis yang
berpengaruh
negative dan tidak
signifikan terhadap
kinerja keuangan.
Hipotesis ketiga
ditolak.
4 Pengaruh risiko kredit dan Y = Kinerja Regresi Menunjukan bahwa -Rasio terhadap laba
likuiditas terhadap kinerja Keuangan Linier seluruh variabel sebelum pajak
keuangan perbankan pada perbankan(ROA) Berganda independen, risiko terhadap total asset
bank umum konvesional yang X1= Risiko Kredit kredit (NPL) dan -Rasio yang
terdaftar di BEI. (2012-2016) (NPL) risiko likuiditas memberikan
(Chairul Anam,2018). X2= Risiko (LDR) secara gambaran sejauh
LIkuiditas (LDR) simultan mana simpanan yang
berpengaruh dihimpun dapat
signifikan terhadap mendukung pinjaman
kinerja keuangan yang dikeluarkan.
perbankan (ROA). -Tahun penelitian
jaraknya sudah lama,
hal ini memungkin
sudah menunjukkan
perbedaan masa jauh
berbeda
5 Pengaruh penerapan Y = Kinerja Regeresi Analisis data dan Lebih memperhatikan
manajemen risiko Keuangan Linier pengujian hipotesis faktor-faktor yang
kredit,risiko pasar, risiko perbankan(ROA) Berganda tentang pengaruh mempengaruhi
likuiditas dan risiko X1= Risiko Kredit risiko kredit (NPL), kinerja perusahaan
operasional terhadap kinerja (NPL) risiko pasar (NIM),
keuangan perbankan (Yara X2= Risiko Pasar risiko likuiditas
Nurintan,2016). (NIM) (LDR), dan risiko

30
X3= Risiko operasional (BOPO)
LIkuiditas (LDR) terhadap kinerja
X4= Risiko keuangan (ROA)
Operasional pada perusahaan
(BOPO) perbankan yang
terdaftar di bursa
efek Indonesia (BEI)
periode 2011-2015.

2.3 Kerangka Pikiran

Tata Kelola Perusahaan


X1 (+)

Kinerja Keuangan
Ukuran Perusahaan
Perbankan
X2 (+)
(Y)

Likuiditas
X3 (+)

Keterangan :

X1 Y= Variabel X1 terhadap Y

X2 Y= Variabel X2 terhadap Y

X3 Y= Variabel X3 terhadap Y

31
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu diatas, maka
penelitian ini mengajukan hipotesis sebagai berikut:
2.4.1 Hubungan tata kelola perusahaan terhadap kinerja
keuangan perbankan pada perusahaan keuangan
Pengaruh dewan direksi.Dewan direksi merupakan organ
penting dalam perusahaan dan memiliki tugas dan tanggung jawab
secara penuh terhadap kepentingan perusahaan. Dewan direksi juga
memiliki tugas untuk membuat rencana strategis dan memstikan
berjalannya sistem dalam perusahaan. Peran yang dimiliki oleh dewan
direksi menjadikannya organ yang sangat penting bagi perusahaan
untuk menentukan arah kebijakan perusahaan. Perencanaan strategis
yang dibuat oleh dewan direksi akan menentukan peningkatan kinerja
suatu perusahaan. Dengan adanya dewan direksi yang berperan dalam
operasional perusahaan, maka akan meningkatkan kinerja perusahaan
yang akan terlihat dari peningkatan kinerja perusahaan dan dapat
dilihat dari kinerja keuangan perusahaan.
H1 = Dewan Direksi Independen berpengaruh positif terhadap
Kinerja Keuangan Perbankan.
2.4.2 Hubungan ukuran perusahaan terhadap kinerja keuangan
perbankan pada perusahaan keuangan
Ukuran Perusahaan (Firm Size) adalah skala untuk menentukan
besar kecilnya suatu perusahaan yang dapat diproksikan dengan
beberapa cara, antara lain total aktiva (Total Assets) dan total
penjualan (Total Sales) (Saemargani, 2015). Definisi tersebut
menjelaskan bahwa ukuran perusahaan merupakan skala
pengukuran yang menunjukkan besar atau kecilnya suatu
perusahaan melalui total aktiva dan total penjualan yang dimiliki
H2= ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap

32
kinerja keuangan perbankan
2.4.3 Hubungan likuiditas terhadap kinerja keuangan perbankan
pada perusahaan keuangan
Likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan membayar
utang jangka pendek tepat pada waktunya (Sartono, 2010: 116).
Nilai likuiditas yang rendah menunjukkan masalah dalam
perusahaan dan berakibat menyebabkan terjadinya penurunan
harga pasar dari saham perusahaan yang bersangkutan. Semakin
tinggi likuiditasini berarti semakin besar kemampuan perusahaan
untuk memenuhi kewajiban financial jangka pendek (Sartono,
2010: 116).
Likuiditas adalah kemampuan sebuah perusahaan dalam
melunasi utang serta kewajiban jangka pendek yang dimiliki.
Utang jangka pendek perusahaan tersebut meliputi utang usaha,
pajak, dividen, dan lain sebagainya. Berdasarkan rumusan
masalah, tujuan penelitian serta landasan teori, maka hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini adalahpenelitian Febry Naomi
(2015) perhitungan menggunakan current ratio, yaitu Hasil
penelitian menunjukkan bahwa Likuiditas yang diproksikan
dengan Current Ratio berpengaruh positif tidak signifikan
terhadap kinerja keuangan ynag diproksikan dengan Return On
Asset (ROA) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI
dari tahun 2011-2013.
H3= likuiditas berpengaruh posituf terhadap kinerja
keuangan.

33
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Variable Penelitian dan Definisi Operasional Variable
3.1.1 Variable Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya
dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Return Saham. Return
Saham adalah hasil yang diperoleh dari suatu investasi dari dana
yang sudah diinvestasikan yang dapat dinikmati oleh investor.
3.1.2 Variable Indepeden
Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab
terjadinya atau terpengaruhnya variabel dependen. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah:
a) X1 : Tata Kelola Perusahaan
b) X2 : Ukuran Perusahaan
c) X3 : Likuiditas

3.1.3 Definisi Operasional


Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari
orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya (Sugiono 2012). Definisi operasional diperlukan
untuk menentukan jenis dan indikator dari variabel-variabel yang
terkait dalam penelitian ini. Selain itu dimaksudkan juga untuk
menentukan skala pengukuran dari masing-masing variabel
sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat
digunakan secara benar. Adapun variabel penelitian dan definisi
operasionalnya di jelaskan sebagai berikut :
Variable Definisi Indikator
Penelitian
Kinerja Kinerja keuangan adalah Cash Flow Return On Assets
keuangan pencapaian prestasi (CFROA)
perbankan (Y) perusahaan pada suatu = −laba sebelum pajak
ROA
total aset

34
periode yang
menggambarkan kondisi
kesehatan keuangan
perusahaan.
Tata Kelola Dewan Komisaris adalah Jumlah Dewan Komisaris
Perusahaan Organ Perseroan yang
(X1) bertugas melakukan
pengawasan secara umum
dan/atau khusus sesuai
dengan anggaran dasar
serta memberi nasihat
kepada Direksi.

Komite Audit Adalah Jumlah Komite Audit


sekelompok orang yang
dipilih oleh dewan
komisaris untuk
mengerjakan pekerjaan
tertentu.

Ukuran Ukuran perusahaan Total Asset


Perusahaan adalah ukuran besar SIZE =Log Total Asset
(X2) kecilnya perusahaan
yang dilihat dari total
aset maupun
penjualannya. Semakin
besar total aset yang
dimiliki maka
menunjukkan bahwa
semakin besar ukuran
perusahaan.
Likuiditas Likuiditas adalah rasio Likuiditas adalah rasio yang

35
(X3) yang digunakan untuk digunakan untuk menganalisa
menganalisa dan dan menginterpretasikan posisi
menginterpretasikan keuangan jangka pendek
posisi keuangan jangka (Munawir, 2001).
pendek (Munawir, 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
𝐿𝐷𝑅 𝑥 100
𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎
2001).

3.2 Jenis dan Sumber


Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan
sumber data sekunder berupa daftar saham perusahaan
manufaktur yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI)
selama periode 2017-2019. Data tersebut ter sumber dari BEI
yang diakses melalui www.idx.co.id serta berbagai website
penyedia data dan informasi saham lainnya, seperti
www.duniainvestasi.com dan www.sahamok.com.

3.3 Populasi, Jumlah Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek
atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua perusahaan di sektor manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan aktif
menerbitkan laporan keuangan selama tahun pengamatan
3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2013), sampel adalah bagian dari
jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Pemilihan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan
purposuve sampling, yaitu pengambilan sampel dari suatu
populasi dengan kriteria tertentu.
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

36
a) Perusahaan manufaktur yang terdaftar dua Bursa Efek
Indonesia (BEI) secara berturut-turut selama periode 2017-
2019.
b) Perusahaan manufaktur yang memiliki kelengkapan data
yang dibutuhkan penelitian selama periode 2017-2019.
c) Perusahaan manufaktur yang memiliki laba bersih uang
positif selama periode 2017-2019.

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Untuk teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini
digunakan teknik purposive sampling. Metode purposive
sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
subjek peneliti, sampel dipilih berdasarkan pada kesesuaian
karakterisitik dengan kriteria sampel yang ditentukan agar
diperoleh sampel yang representatif.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode observasi non partisipan, dimana
peneliti dapat melakukan pengamatan tapi tidak terlibat
langsung dan hanya sebagai pengamat independen (Sugiyono,
2013 : 204). Data diperoleh dengan cara melakukan pengamatan
dan mencatat serta mempelajari uraian-uraian dari buku-buku,
jurnal, skripsi, tesis, dan litelatur lain yang terkait dengan
penelitian yang dilakukan serta mengakses laporan keuangan
perusahaan yang terdaftar di BEI melalui situs www.idx.co.id.

3.5 Metode Pengolahan Data


Metode pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain sebagai berikut:
a) Editing
Editing yaitu proses pengkorcksian kemungkinan adanya

37
kesalahanterhadap data yang telah diperoleh berdasarkan hasil
penelitian.
b) Coding
Merupakan tindakan untuk melakukan pemberian code atau
angka untuk memudahkan pengolahan data.
c) Tabulating
Tabulating yaitu pengelompokkan data dalam tabel yang telah
disediakan secara teliti dan teratur. Kemudian dihitung dan
dijumlahkan sampai berwujud dalam bentuk tabel yang berguna.

3.6 Metode Analisis Data


Teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis data-data
yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini adalah :

3.6.1 Statistik Deskriptif


Statistik deskriptif pada umumnya digunakan untuk memberikan
informasi mengenai variabel-variabel penelitian di dalam suatu
penelitian. Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis
dimana data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan
diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi
dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Statistik deskriptif
memberikan gambaran dari fenomena atau karakteristik dari data.

3.6.2 Uji Asumsi Klasik


Karena data yang digunakan adalah data sekunder, maka untuk
menentukan ketepatan model perlu digunakan pengujian atas
beberapa asumsi klasik yang mendasari model regresi. Pengujian
asusmsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji
normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji
autokorelasi.

3.6.2.1 Uji Normalitas

38
Uji normalitas digunakan untuk melihat apakah data penelitian
memiliki distribusi normal atau tidak, yang dilihat dari nilai
residual dengan menggunakan uji Jarque-Bera (J-B). Dalam
penelitian ini, tingkat signifikansi yang digunakan 𝛼 = 0,05. Dasar
pengambilan keputusan sebagai berikut:
a. Jika nilai probabilitas p > 0,05, maka asumsi normalitas
terpenuhi.
b. Jika probabilitas p < 0,05, maka asumsi normalitas tidak
terpenuhi.
Pada prinsipnya normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau
dengan melihat histogram dari residualnya. Jika data menyebar
jauh dari garis diagonal, maka model regresi dikatakan tidak
memenuhi asumsi normalitas (Ghozali, 2011).

3.6.2.2 Uji Multikolinearitas


Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel independen.
Menurut Ghozali (2011), model regresi yang baik seharusnya tidak
memiliki korelasi diantara variabel independen. Jika terdapat
korelasi yang tinggi pada variabel indpenden tersebut, maka
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen
menjadi terganggu. Ada tidaknya multikolinearitas dalam model
regresi dapat dilihat dari Variance Inflation Factor (VIF) dan nilai
Tolerance (T). Jika nilai VIF < 10 dan nilai T > 0,01, maka tidak
terjadi multikolinearitas.
3.6.2.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians residual dari satu pengamatan
ke pengamatan lain (Ghozali, 2011). Jika varians residual dari satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap sama, maka disebut
homoskedastisitas, sedangkan sebaliknya disebut
heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan Glejser. Uji Glejser
adalah meregresi masing-masing variabel independen dengan
absolute residual sebagai variabel dependen. Hipotesis yang

39
digunakan dalam pengujian heteroskedastisitas adalah sebagai
berikut (Ghozali, 2011):
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
Ha : ada heteroskedastisitas
Dasar pengambilan keputusannya adalah jika signifikansi < 5%,
maka H0 ditolak, artinya ada heteroskedastisitas, sedangkan jika
signifikansi > 5%, maka H0 diterima, artinya tidak ada
heteroskedastisitas.

3.6.2.4 Uji Antokorelasi


Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi ada korelasi antara kesalahan penggunaan pada periode t
dengan kesalahan penggunaan periode t-1 (sebelumnya). Model
regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Untuk mengetahui ada tidaknya autokorelasi perlu dilakukan
pengujian terlebih dahulu dengan menggunakan statistik Durbin
Watson (D-W).
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah (Ghozali,
2011):
H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0)
Ha : ada autokorelasi (r ≠ 0)
3.6.3 Analisis Regresi berganda
Teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda adalah teknik
statistik melalui koefisien parameter untuk mengetahui besarnya
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen.
Pengujian terhadap hipotesis baik secara parsial maupun simultan
dilakukan setelah model regresi yang digunakan bebas dari
pelanggaran asumsi klasik. Tujuannya adalah agar hasil penelitian
dapat diinterpretasikan secara tepat dan efisien. Persamaan regresi
tersebut adalah sebagai berikut :

40
Y = a + β1 X1 + β2 X2 + .... + βn Xn + e
Keterangan :
Y = Variabel Dependen
a = Konstanta
β1 ... β2 = Koefisien regresi varianel independen ke 1 sampai
ke n
X1 ... Xn = Variabel independen ke 1 sampai ke n
3.6.4 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh
variabel bebas (independent variable) terhadap variabel terikat
(dependent variable), baik uji koefisien regresi secara bersama-
sama (serempak) (Uji-F) atau uji koefisien regresi secara individu
(parsial) (Uji-t). Selanjutnya dilakukan uji koefisien determinasi
(UjiR2) untuk mengetahui tingkat ketepatan perkiraan dalam
analisis regresi.
3.6.4.1 Uji –F (Uji Ketepatan Data)
Pengujian ini pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen atau variabel bebas yang dimasukkan dalam
model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap
variabel dependen atau variabel terikat menurut Ghozali (2013).
Uji statistik F ini dilakukan untuk menunjukkan Profitabilitas,
Leverage, Likuiditas, dan Penilaian Pasar secara serempak
merupakan penjelas yang signifikan terhadap Return Saham.
Bentuk pengujiannya adalah:
1) Jika nilai probabilitas (F-statistic) ≥ 0,05 maka H 0 diterima
H1 ditolak, artinya secara serempak terdapat pengaruh yang tidak
signifikan dari Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, dan Penilaian
Pasar terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan Terbuka
di Bursa Efek Indonesia.
2) Jika nilai probabilitas (F-statistic) ≤ 0,05 maka H 0 ditolak
H1 diterima, artinya secara serempak terdapat pengaruh signifikan

41
dari Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, dan Penilaian Pasar
terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan Terbuka di
Bursa Efek Indonesia.

3.6.4.2 Uji –t (Uji Parsial)


Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh setiap
variabel bebas secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat menurut Ghozali (2013).
Uji statistik t ini dilakukan untuk menunjukkan apakah
Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, dan Penilaian Pasar secara
individual dalam menerangkan variasi terhadap Return Saham.
Pengujian ini dilakukan untuk mencari pengaruh paling besar
diantara variabel independen terhadap variabel dependen.
Bentuk pengujiannya adalah:
1. Jika nilai probabilitas≥ 0,05 maka H 0 diterima H1ditolak,
artinya secara parsial terdapat pengaruh yang tidak signifikan
dari Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, dan Penilaian Pasar
terhadap Return Saham Perusahaan Pertambangan Terbuka di
Bursa Efek Indonesia.
2. Jika nilai probabilitas≤ 0,05 maka H 0 ditolak H1 diterima,
artinya secara parsial terdapat pengaruh signifikan dari
Profitabilitas, Leverage, Likuiditas, dan Penilaian Pasar terhadap
Return Saham Perusahaan Pertambangan Terbuka di Bursa Efek
Indonesia.

3.6.4.3 Koefisien Determinasi (R2)


Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui besarnya
kontribusi variabel profitabilitas, leverage, likuiditas, ukuran,
dan penilaian pasar (X) terhadap return saham (Y). Nilai R2
terletak antara 0 sampai dengan 1(0 ≤ R2 ≤ 1). Jika nilai R2
mendekati nilai satu (1) maka semakin kuat kemampuan

42
variabel- variabel independen dalam menjelaskan variabel
dependennya, sebaliknya jika nilai R2 mendekati nilai nol (0)
maka kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependennya semakin lemah dan
terbatas.

43

Anda mungkin juga menyukai