Anda di halaman 1dari 20

0

Modul 1

Memahami PAUD HI

Modul Pelatihan PAUD & Parenting


Penerapan PAUD HI di Satuan PAUD

Penyusun:

Heru Supratikno, M.Pd

Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Centre for


Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP)

2021

1
LEMBAR IDENTITAS

Penyusun:

Heru Supratikno, M.Pd

Kontributor:

Heru Supratikno, M.Pd

Elina Sadiah, S.Pd.I, M.Pd

Perancang Pelatihan:

Tim Capacity Building SEAMEO CECCEP

2021

2
KATA PENGANTAR

SEAMEO CECCEP merupakan SEAMEO Centre di Asia


Tenggara yang fokus pada inovasi di bidang Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) dan Pendidikan Keluarga.
SEAMEO CECCEP ini dibangun sebagai pusat rujukan
dalam bidang PAUD dan Parenting. Satu dari tiga
tugas pokok dan fungsinya adalah meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia. Dalam hal ini,
SEAMEO CECCEP berperan sebagai “hub” yang
menjadi penghubung antara Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya
dan juga sebaliknya. Peran sebagai “penghubung” ini salah satunya
dipraktikkan dengan melakukan adaptasi dari hasil penelitian, model, dan
best practices dari kementerian pendidikan negara anggota, perguruan tinggi,
dan para praktisi PAUD dan Parenting di regional Asia Tenggara menjadi
materi peningkatan kapasitas bagi guru, orang tua, dan praktisi PAUD dan
Parenting.

Paket Pelatihan ini merupakan inovasi program Peningkatan Kapasitas


SEAMEO CECCEP. Paket pelatihan ini dirancang agar mampu membentuk
program pelatihan yang terstandar sejak penyusunan materi, metodologi
pelatihan, media pembelajaran, hingga evaluasi. Dengan penetapan standar
diharapkan pelatihan yang digelar mampu mencapai tujuan yang sudah
ditetapkan. Di sisi lain, paket pelatihan dapat menjadi pedoman
penyelenggaraan pelatihan bagi penyelenggara dan narasumber.

Akhirnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dan bekerja sama dalam penyusunan Paket Pelatihan
SEAMEO CECCEP. Semoga cita-cita kita dalam mewujudkan PAUD dan
Parenting yang berkualitas di Asia Tenggara dapat tercapai dengan lebih
cepat.

Bandung, Maret 2021

Direktur SEAMEO CECCEP

Dr. Dwi Priyono, M.Ed.

3
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL 1

LEMBAR IDENTITAS 2

KATA PENGANTAR 3

DAFTAR ISI 4

PANDUAN PENGGUNAAN MODUL 5

STANDAR KOMPETENSI 6

KOMPETENSI DASAR 6

POKOK MATERI/URAIAN 6

1. Latar Belakang PAUD HI ……................................................................ 6

2. Sumber dan Dasar Hukum PAUD HI ………………............................. 8

3. Pengertian PAUD HI ……....................................................................... 11

4. Tujuan PAUD HI ……............................................................................. 12

RANGKUMAN 14

LATIHAN 15

TUGAS 16

REFERENSI 18

4
Panduan Penggunaan Modul

Program E-Training Peningkatan Kompetensi Pendidik PAUD Melalui Model


“PAUD HI Sekolahku!” (Cara Praktis Penerapan PAUD HI di Satuan PAUD)
merupakan paket perangkat lunak yang diproduksi untuk kegiatan belajar
berbasis internet dan situs web yang menggunakan prinsip social
constructionist pedagogy. Dengan menggunakan sistem ini, pembelajaran
akan lebih fleksibel. Peserta diklat tidak dibatasi oleh ruang dan waktu dalam
melaksanakan pembelajaran selama masih ada jaringan internet. Dengan
menggunakan sistem ini diharapkan

1. Proses belajar mengajar menjadi fleksibel karena peserta diklat dapat


belajar di mana saja dan kapan saja.

2. Akses pendidikan menjadi lebih mudah.

3. Materi pembelajaran menjadi lebih lengkap.

4. Proses belajar menjadi lebih hidup dan terbuka.

5. Efektivitas pembelajaran meningkat.

6. Waktu pembelajaran menjadi lebih hemat.

7. Biaya pendidikan secara keseluruhan (infrastruktur, peralatan, dan


buku) dapat diminimalkan.

8. Biaya pendidikan peserta diklat menjadi berkurang karena peserta tidak


harus datang ke tempat belajar.

9. Wilayah geografis jangkauan pembelajaran lebih luas.

10. Peserta diklat terlatih untuk lebih mandiri dalam mendapatkan ilmu
pengetahuan.

5
Setiap diklat terdiri atas materi-materi diklat yang dapat Anda baca, baik
secara online maupun offline dengan mengunduhnya terlebih dahulu.
Beberapa diklat mensyaratkan Anda untuk melakukan pre test dan post test.
Aktivitas-aktivitas yang ada di setiap diklat ini terdiri atas kuis, penugasan,
dan ujian akhir.

Materi-materi diklat dapat Anda unduh jika Anda ingin membacanya secara
offline. Lalu, klik materi yang ingin Anda unduh. Format materi diklat dapat
berupa file PDF atau file Word (Docx). Cara unduh materi akan berbeda-
beda bergantung dari pengaturan sistem pada komputer/laptop Anda.

Konsep Dasar PAUD HI


Standar Kompetensi

Mengetahui konsep dasar pengenalan dan kemunculan PAUD HI.

Kompetensi Dasar

1. Mengetahui latar belakang kemunculan PAUD HI;

2. Menjelaskan sumber dan dasar hukum PAUD HI;

3. Menguasai beberapa definisi tentang PAUD HI;

Menguasai tujuan PAUD HI.

Pokok Materi/Uraian

1. Materi: Latar Belakang PAUD HI

Dalam mewujudkan ketercapaian tujuan sistem pendidikan nasional,


penyelenggaraan satuan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menjadi bagian
penting di dalam keluarga dan masyarakat (Ulfah, 2019). Walaupun
bentuknya merupakan pendidikan nonformal, PAUD harus dikelola dengan
baik. Pengelolaan pendidikan tersebut tak hanya diserahkan kepada orang
tua, tetapi pemerintah pun ikut berperan dalam memajukan PAUD. Tujuan
hal itu dilakukan adalah untuk membentuk kepribadian dan perkembangan
anak yang berkualitas.

6
Untuk menciptakan anak yang berkualitas, mereka perlu dibina sejak
usia dini. Kualitas anak yang baik tidak semata-mata hanya mementingkan
segi akademiknya saja. Namun, faktor lainnya pun perlu dikuatkan untuk
anak, seperti bahasa, agama, sosial, seni, budaya, dan lainnya yang tentunya
biasa diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tahap
pengimplementasian awal dapat dilakukan oleh orang tua, salah satunya
dengan mengikutsertakan anak ke satuan PAUD.

Sebenarnya, kegiatan pendidikan anak-anak usia dini telah


berlangsung sejak lama. Tanpa kita sadari, anak-anak tersebut telah
mendapatkan pendidikan dari lingkungan keluarganya. Dalam hal ini, selain
sebagai orang tua, ayah dan ibu juga berperan menjadi guru mereka.
Pendidikan yang demikian itu termasuk dalam pendidikan nonformal.
Ternyata, pendidikan yang dilakukan tersebut masih menghadapi berbagai
persoalan. Persoalan-persoalan itu di antaranya adalah sebagai berikut.

1. Kurangnya pemahaman orang tua terhadap pola asuh anak yang benar;

2. Keterbatasan waktu yang dimiliki orang tua dalam membimbing anak;


dan

3. Minimnya ketersediaan fasilitas belajar dan bermain untuk anak di


rumah.

Persoalan yang demikian itu tentu perlu diantisipasi agar anak tidak
dirugikan. Oleh karena itu, untuk menunjang aktivitas belajar anak-anak
usia dini yang lebih kondusif dan efektif, pemerintah merasa perlu untuk
melembagakan pendidikan ini secara formal. Awalnya, pada tahun 1960-an
mulai didirikan TK yang berstatus negeri di bawah Kemendikbud.
Selanjutnya, pada tahun 1988, Departemen Kesehatan berupaya
mengembangkan anak usia dini melalui program Deteksi Dini Tumbuh
Kembang Anak (DDTKA). Kemudian, pada tahun 1999-an, pemerintah
membentuk Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di bawah
Departemen Pendidikan Nasional. Saat itulah, upaya PAUD mulai
berkembang dan mendapat respons yang positif dari masyarakat.

7
Seiring berkembangnya waktu, keberadaan PAUD semakin diminati
oleh orang tua dan masyarakat. Dengan begitu, kebutuhan ke-PAUD-an juga
akan meningkat dan bertambah. Namun, peningkatan kebutuhan tersebut
belum dapat dipenuhi secara keseluruhan, baik oleh lembaga penyelenggara
maupun pemerintah selaku pemangku kebijakan. Berdasarkan hal tersebut,
kebutuhan PAUD yang masih belum tercapai adalah sebagai berikut.

1. Kualitas tenaga pendidik yang kurang profesional;

2. Distribusi tenaga pendidik yang tidak merata;

3. Keberadaan lembaga PAUD yang tidak berimbang;

4. Pelayanan PAUD yang belum memenuhi semua aspek kebutuhan anak;

5. Pelayanan PAUD yang belum terintegrasi.

Oleh karena itu, banyaknya kebutuhan akan PAUD tersebut membuat


beberapa kalangan, seperti dosen, pakar, dan asosiasi ikut terlibat untuk
mencarikan alternatifnya. Salah satu yang mereka lakukan adalah dengan
melakukan penelitian dan kajian bagaimana mengembangkan PAUD yang
sesuai kebutuhan anak. Sejalan dengan hal itu, mereka menganggap sangat
perlu dan mendesak untuk melakukan perubahan konsep PAUD, yakni
dengan cara Pengembangan Anak Usia Dini secara Holistik dan integratif
atau yang lebih dikenal dengan istilah PAUD HI.

2. Materi: Sumber dan Dasar Hukum PAUD HI

Keberadaan PAUD HI di Indonesia tidak terlepas dari latar belakang


yang memengaruhinya. Pengaruh tersebut datang dari para penggagas yang
konsen dalam bidang PAUD, yakni peneliti, pakar, dosen, asosiasi, dan
sebagainya. Tujuannya semata-mata adalah dalam rangka meningkatkan
mutu PAUD agar dapat memberikan layanan yang bermutu, menyeluruh,
dan melibatkan komitmen seluruh unsur terkait (Hidayati, 2017). Untuk itu,
pemerintah perlu mengeluarkan payung hukumnya dalam rangka
menguatkan keberadaan PAUD HI. Landasan hukum yang berkaitan dengan
PAUD HI dikeluarkan oleh pemerintah terdapat beberapa macam, di

8
antaranya ada yang berupa undang-undang, perpres, dan peraturan menteri.
Untuk lebih jelas mengenai landasan hukum tersebut, berikut ini adalah
rinciannya.

A. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional

Pasal 3 berisi:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

Pasal 28 berisi:
“Penyelenggaraan PAUD dapat dilakukan melalui tiga hal, yakni
1. pendidikan formal, seperti pada Taman Kanak-Kanak (TK),
Raudatul Athfal (RA), atau sederajat;
2. pendidikan nonformal, seperti Kelompok Bermain (KB), Taman
Penitipan Anak (TPA), atau sederajat;
3. pendidikan informal, yakni berbentuk pendidikan keluarga atau
pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.”

B. Sementara itu, kebijakan PAUD HI telah tertuang dalam Peraturan


Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang PAUD Holistik Integratif.

Pasal 4 berisi:
“Arah kebijakan PAUD HI dilakukan melalui
1. Peningkatan akses, pemerataan, dan berkesinambungan serta
kelengkapan jenis pelayanan PAUD HI;
2. Peningkatan kualitas penyelenggaraan pelayanan PAUD HI;
3. Peningkatan koordinasi dan kerja sama lintas sektor serta
kemitraan antarinstitusi pemerintah, lembaga penyelenggara
layanan, dan organisasi terkait, baik lokal, nasional, maupun
internasional;
4. Penguatan kelembagaan dan dasar hukum, serta pelibatan
masyarakat termasuk dunia usaha dan media massa dalam
penyelenggaraan pelayanan PAUD HI.”

C. Permendikbud RI No. 80 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan PAUD


Pasal 1 Ayat 3 berisi:

9
“Yang termasuk satuan PAUD adalah

1. Taman Kanak-Kanak (TK),


2. Taman Kanak-Kanak Luar Biasa (TKLB),
3. Kelompok Bermain (KB),
4. Taman Penitipan Anak (TPA), dan
5. Satuan PAUD Sejenis (SPS).”

Pasal 1 Ayat 8 berisi:


“Satuan pendidikan anak usia dini sejenis yang selanjutnya disebut
SPS adalah salah satu bentuk satuan PAUD jalur pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan bagi anak
sejak lahir sampai dengan 6 tahun secara mandiri atau terintegrasi
dengan berbagai layanan kesehatan, gizi, keagamaan, dan/atau
kesejahteraan sosial.”

D. Pelaksanaan pembelajaran dalam ruang lingkup anak usia dini tertuang


dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 137 Tahun
2014 tentang Standar Nasional PAUD

Pasal 4 Ayat 1 berisi:


“Standar PAUD bertujuan menjamin mutu pendidikan anak usia dini
dalam rangka memberikan landasan untuk:
a. Melakukan stimulan pendidikan dalam membantu pertumbuhan
dan perkembangan jasmani dan rohani sesuai dengan tingkat
pencapaian perkembangan anak;
b. Mengoptimalkan perkembangan anak secara holistik dan integratif;
c. Mempersiapkan pembentukan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan anak.”

E. Kurikulum KBTK mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan


Kebudayaan No. 146 Tahun 2014 tentang Perpaduan Kurikulum 2013
dengan Kurikulum Nasional.
Berdasarkan isi peraturan tersebut, penyusunan kurikulum PAUD
harus memperhatikan beberapa prinsip. Salah satunya adalah dengan
mempertimbangkan keterpaduan aspek dalam PAUD HI, yaitu pendidikan,
kesehatan dan gizi, pengasuhan, dan perlindungan anak sebagai upaya yang
dilakukan dengan menggunakan langkah terpadu. Pedoman penilaian
Kurikulum 2013 PAUD mempersyaratkan penggunaan penilaian otentik.
Penilaian otentik lebih mampu memberikan informasi kemampuan anak
secara holistik (menyeluruh) dan valid (terpercaya).

10
Dengan adanya landasan hukum tersebut, penyelenggaraan PAUD berbasis
PAUD HI diharapkan tidak lagi mengalami hambatan. Di samping itu,
landasan hukum juga memberikan arah yang jelas terhadap pengembangan
satuan PAUD di Indonesia. Para penyelenggara, pendidik, dan siswa PAUD
harus konsisten dalam melaksanakan konsep dan program PAUD HI sesuai
peraturan yang telah disebutkan di atas. Dengan begitu,
pengimplementasian PAUD HI akan tercapai dengan baik sesuai harapan
semua pihak.

3. Materi: Pengertian PAUD HI

Istilah PAUD HI bagi sebagian orang masih kurang familier


kedengarannya, bahkan belum dipahami sepenuhnya. Sebenarnya,
kepanjangan dari akronim PAUD HI adalah Pengembangan Anak Usia Dini
Holistik Integratif. Namun, hal itu masih dicampuradukkan dengan istilah
PAUD itu sendiri. Jadi, perbedaan antara PAUD dengan PAUD HI terletak
pada konsepnya. PAUD dipahami hanya sebatas satuan pendidikan atau
sama halnya dengan jenjang pendidikan, yakni pada tingkat usia dini, seperti
TK, KB, TPA, dan sejenisnya. Lebih jelasnya, PAUD adalah suatu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun
agar siap memasuki usia lebih lanjut (Hidayati, 2017).

PAUD HI itu sendiri adalah konsep yang lebih menekankan pada aspek
layanan yang menyeluruh dan tergabung dalam lintas sektor. Pemaknaan
pendidikan holistik dalam konteks PAUD HI adalah penanganan anak usia
dini secara utuh/menyeluruh yang menyangkut layanan pendidikan, gizi
seimbang, kesehatan, pengasuhan, dan perlindungan. Di samping itu,
pendidikan integratifnya adalah penanganan anak usia dini yang dilakukan
secara terpadu oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat
dan pemerintah. Jadi, holistik dan integratif adalah pendekatan yang
memerlukan kesinambungan terpadu dan keselarasan layanan bagi anak
usia dini.

Menurut Bappenas, PAUD HI adalah pengembangan anak usia dini


yang dilakukan berdasarkan pemahaman untuk memenuhi kebutuhan

11
esensial anak yang beragam dan saling berkait secara simultan sistematis.
Adapun pengertian lanjutan, PAUD HI adalah program layanan intervensi
bagi anak usia dini dengan menyelenggarakan satuan PAUD untuk melayani
kebutuhan dasar anak secara simultan dan sistematis dalam pembinaan,
penyelenggaraan, dan pengelolaannya yang dilakukan secara terpadu dan
terkoordinasi (Hajati, 2018).

Peraturan Presiden Nomor 60 Tahun 2013 tentang PAUD Holistik Integratif


Pasal 1 Ayat 2 mendefinisikan PAUD HI adalah upaya pengembangan anak
usia dini yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan esensial anak yang
beragam dan saling terkait secara simultan, sistematis, dan terintegrasi.
Dengan demikian, PAUD HI adalah penanganan anak usia dini secara utuh
dan menyeluruh yang mencakup layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan
pengasuhan, dan perlindungan dengan mengoptimalkan semua aspek
perkembangan anak yang dilakukan secara terpadu oleh berbagai pemangku
kepentingan di tingkat masyarakat, pemerintah daerah, dan pemerintah
pusat.
4. Materi: Tujuan PAUD HI

Dalam penyelenggaraan PAUD HI, hal itu tentu harus didasari pada
konsep dan tujuan yang jelas. Hal ini dilakukan agar kegiatan dan program
tersebut memiliki target dan pencapaian yang benar. Berikut ini adalah hal-
hal yang menjadi tujuan penerapan PAUD HI di lingkungan satuan
pendidikan tingkat usia dini.

1. Terpenuhinya kebutuhan esensial anak secara utuh dan menyeluruh;

2. Terpenuhinya pelayanan kepada anak yang sistematik dan terencana;

3. Terpenuhinya tumbuh kembang anak yang dipengaruhi oleh sistem


interaksi lingkungan sekitarnya;

4. Tercapainya masa emas perkembangan anak mulai dari dalam


kandungan sampai ia usia 6 tahun;

Berdasarkan tujuan tersebut, secara rinci dapat dibedakan menjadi dua hal,
yakni tujuan umum dan tujuan khusus. Secara umum, terselenggarakannya
PAUD HI adalah untuk mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas,

12
ceria, dan berakhlak mulia. Sementara itu, tujuan khususnya adalah
terlindunginya anak dari segala bentuk kekerasan, penelantaran, perlakuan
yang salah, dan eksploitasi di mana pun anak berada. Tujuan lain dari PAUD
HI adalah memberi kemudahan bagi semua anak Indonesia untuk dapat
mengakses jenjang PAUD (Siagian and Adriany, 2020). Oleh sebab itu,
pelaksanaan PAUD HI harus serius dilaksanakan secara simultan,
sistematis, menyeluruh, terintegrasi, dan berkesinambungan untuk
menciptakan masa depan anak yang berkualitas dan kompetitif.

13
Rangkuman:

Kegiatan pendidikan anak-anak usia dini telah berlangsung sejak


lama, yakni di lingkungan keluarganya. Namun, pendidikan yang dilakukan
tersebut masih menghadapi berbagai persoalan. Oleh karena itu, untuk
menunjang aktivitas belajar anak-anak usia dini yang lebih kondusif dan
efektif, pemerintah merasa perlu untuk melembagakan pendidikan ini secara
formal. Dengan demikian, pemerintah membentuk Direktorat Pendidikan
Anak Usia Dini (PAUD) di bawah Departemen Pendidikan Nasional. Seiring
dengan berkembangnya PAUD, perubahan konsep PAUD pun dilakukan,
yakni dengan cara Pengembangan Anak Usia Dini secara Holistik dan
integratif atau yang lebih dikenal dengan istilah PAUD HI.

Karena semua pihak menganggap betapa pentingnya satuan PAUD


bagi buah hatinya, pemerintah perlu mengeluarkan payung hukumnya
dalam rangka menguatkan keberadaan PAUD HI. Landasan hukum yang
berkaitan dengan PAUD HI dikeluarkan oleh pemerintah. Terkait landasan
hukum tersebut terdapat beberapa macam, di antaranya ada yang berupa
undang-undang, perpres, dan peraturan menteri. Dengan adanya landasan
hukum tersebut, penyelenggaraan PAUD berbasis PAUD HI diharapkan tidak
lagi mengalami hambatan.

Konsep antara PAUD dengan PAUD HI perlu dipertegas. PAUD hanya


dipahami sebatas satuan pendidikan atau sama halnya dengan jenjang
pendidikan, yakni pada tingkat usia dini. Sementara itu, PAUD HI adalah
penanganan anak usia dini secara utuh dan menyeluruh yang mencakup
layanan gizi dan kesehatan, pendidikan dan pengasuhan, dan perlindungan
dengan mengoptimalkan semua aspek perkembangan anak yang dilakukan
secara terpadu oleh berbagai pemangku kepentingan di tingkat masyarakat,
pemerintah daerah, dan pemerintah pusat.

14
Dengan begitu, terselenggarakannya PAUD HI secara umum adalah untuk
mewujudkan anak Indonesia yang sehat, cerdas, ceria, dan berakhlak
mulia. Sementara itu, tujuan khususnya adalah terlindunginya anak dari
segala bentuk kekerasan, penelantaran, perlakuan yang salah, dan
eksploitasi di mana pun anak berada. Oleh sebab itu, pelaksanaan PAUD HI
harus serius dilaksanakan secara simultan, sistematis, menyeluruh,
terintegrasi, dan berkesinambungan untuk menciptakan masa depan anak
yang lebih berkualitas dan kompetitif.

Evaluasi (Pemahaman Modul)

Latihan

Silakan jawab pertanyaan berikut sebagai bahan refleksi diri

1. Bagaimanakah proses keberadaan munculnya PAUD HI di Indonesia?


Jelaskan historisnya secara runtut!
2. Sebutkan landasan hukum tentang PAUD HI yang diterbitkan oleh
pemerintah?
3. Apa saja hal yang membedakan antara PAUD dengan PAUD HI?
4. Adanya PAUD HI tentu berdampak positif bagi dunia pendidikan di
Indonesia.
Sebenarnya, apa yang menjadi tujuan PAUD HI?
Apakah dari tujuan tersebut sudah tercapai? Mengapa?
Lalu, bagaimanakah cara yang efektif untuk meraih tujuan PAUD HI?
5. Berdasarkan referensi yang ada di modul 1, pilihlah salah satu dari
artikel tersebut yang paling relevan dari materi ini!
Cari dan temukan artikel yang telah Anda pilih!
Baca dan pahami artikel tersebut!
Buatkan resume dari artikel tersebut secara sistematis!

15
TUGAS

1.
KEGIATAN 1
Kompentensi Dasar : Memahami latar
belakang kemunculan PAUD HI di Indonesia
Waktu : 2 x 60 menit
Kegiatan :

Menyimak dan memahami pemaparan materi


Menuliskan tanggapan berdasarkan materi latar
belakang keberadaan PAUD HI

2. KEGIATAN 2
Kompentensi Dasar : Memahami pengetahuan tentang
sumber dan dasar hukum keberadaan PAUD HI
Waktu : 2 x 60 menit
Kegiatan :

Mendengarkan dan memahami penyampaian materi


Menuliskan review apa saja sumber dan dasar hukum
keberadaan PAUD HI

16
3.
KEGIATAN 3
Kompentensi Dasar : Memahami konsep dan
definisi yang berkaitan tentang PAUD HI
Waktu : 2 x 60 menit
Kegiatan :

Memperhatikan dan mendengarkan penyampaian


materi
Menuliskan identifikasi konsep dan definisi yang
berkaitan tentang PAUD HI dari berbagai sumber

4.
KEGIATAN 4
Kompentensi Dasar : Memahami apa saja tujuan keberadaan PAUD HI
Waktu : 2 x 60 menit
Kegiatan :

Menyimak dan memperhatikan pemaparan materi


Menulis resume apa saja yang menjadi tujuan
adanya PAUD HI

17
Referensi

Replika PAUD HI di Kabupaten Kupang, Nusa Tenggara Timur

Pdf UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

Pdf Permendikbud No. 80 Tahun 2014 tentang Pendirian Satuan PAUD

Pdf PP No. 60 Tahun 2013 tentang PAUD Holistik Integratif

Pdf Permendikbud No. 137 Tahun 2014 tentang Standar Nasional PAUD

Pdf Permendikbud No. 146 Tahun 2014 tentang Kurikulum PAUD

Hajati, K. (2018) ‘Pelaksanaan Pendidikan Holistik-Integratif dalam


Pelayanan Kebutuhan Dasar Anak Usia Dini di Kabupaten Mamuju
Sulawesi-Barat’, Indonesian Journal of Educational Science (IJES), 1(1). doi:
10.31605/ijes.v1i1.133.

Hidayati, U. (2017) ‘PENDIDIKAN HOLISTIK INTEGRATIF DI RAUDLATUL


ATHFAL (RA)’, EDUKASI: Jurnal Penelitian Pendidikan Agama dan
Keagamaan, 15(2). doi: 10.32729/edukasi.v15i2.451.

Siagian, N. and Adriany, V. (2020) ‘The Holistic Integrated Approach of Early


Childhood Education and Development in Indonesia: Between Issues and
Possibilities’, in. doi: 10.2991/assehr.k.200808.037.

Ulfah, M. (2019) ‘Pendekatan Holistik Integratif Berbasis Penguatan


Keluarga pada Pendidikan Anak Usia Dini Full Day’, Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini. doi: 10.31004/obsesi.v4i1.255.

18
19

Anda mungkin juga menyukai