Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIUM

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL II
TEKNIK KIMIA

KELOMPOK 24

MODUL:

DISTILASI

NAMA :

1. Adela Rosafira (119280024)


2. Fransisco Xala Hutabarat (119280047)
3. Azzahra Muli Berliana (119280077)

PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNOLOGI PRODUKSI DAN INDUSTRI
INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA
2021
ABSTRAK

Destilasi atau penyulingan adalah metode pemisahan bahan kimia berdasarkan


perbedaan kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Tujuan dari praktikum ini
ialah untuk menentukan nilai Height Equivalent of Theoritical Plate (HETP) atau
tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang memberikan perubahan komposisi
sama dengan perubahan komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis atau
ekivalen dengan satu plat teoritis. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini
adalah Butanol dan Etanol. Hal yang pertama dilakukan pertama persiapan
bahan dan perangkaian alat distilasi. Kedua yaitu menghitung kurva kalibrasi
konsetrasi air terhadap indeks bias kemudian menyiapkan larutan. Pada
praktikum ini preparasi larutan volume 250 ml dengan komposisi 30% etanol dan
70% butanol. Pada percobaan pertama yang akan dilakukan yaitu membuat
larutan sampel yang akan digunakan untuk membuat kurva kalibrasi antara
konsentrasi etanol dan indeks biasnya. Dari percobaan didapatkan bahwa Semakin
besar konsentrasi larutan maka nilai indeks bias yang didapat juga semakin besar.
Diperoleh nilai persamaan dari regresi kurva kalibrasi indeks bias yaitu y =
0,0176x + 0,0367 dengan nilai R2 sebesar 0,948. Diperoleh nilai indeks bias pada
distilat dalam percobaan ini yaitu 20% Brix, dan indeks bias di bagian bottom
sebesar 0 % Brix. Diperoleh nilai refluks total pada percobaan ini yaitu 1,2
dengan tinggi isian (HETP) 1,25 m. kemudian didapatkan refluks total
perhitungan sebabnyak 2,19072 dengan tinggi isian (HETP) menjadi 0,6847 m.
Saran yang dapat diberikan pada praktikum kali ini diharapkan praktikan lebih
memahami konsep dasar distilasi dan memahami prosedur kerja serta lebih teliti
dalam pengambilan data praktikum.

Kata Kunci : Distilasi, HETP, indeks bias.


BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
ketika suatu cairan pada mulanya diuapkan dan uap tersebut diembunkan menjadi
cairan kembali melalui pendinginan. Dengan metode inilah yang dapat digunakan
agar mendapatkan air suling. Selain digunakan untuk memurnikan pelarut, tujuan
distilasi juga dilakukan untuk memisahkan campuran dua atau lebih cairan yang
mempunyai titik didih berbeda. Dalam hal ini distilasi dinyatakan sebagai suatu
metode pemurnian atau pemisahan komponen penyusun dari suatu larutan
berdasarkan perbedaan titik didih dengan menggunakan panas sebagai pemisah
atau separating agent. Pada distilasi biasa, tekanan uap diatas cairan adalah
tekanan atmosfer (titk didih normal). Untuk senyawa murni, temperatur yang
tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses distilasi
adalah sama dengan titik didih destilat. Titik didih suatu cairan adalah temperatur
dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan
kembali disebut distilat. Saat proses distilasi terjadi, cairan dan uap yang
berkontak berada dalam keadaan kesetimbangan.
Pada skala dunia industri, aplikasi distilasi ini memiliki peran yang
signifikan dalam proses yang terjadi didalamnya. Penerapan distilasi dapat
digunakan pada pengolahan minyak bumi menjadi berbagai produk minyak bumi
seperti bensin, solar, diesel, dan sebagainya. Selain itu, distilasi ini juga
dimanfaatkan untuk produksi air murni dan garam dari campuran air-garam dan
pemurnian larutan alkohol. Pada proses pengolahan tebu menjadi gula, distilasi
juga dimanfaatkan untuk menguapkan molekul air.
Melalui praktikum distilasi ini, diharapkan dapat mengetahui dan
memahami materi, konsep dan penerapan dari distilasi ini sehingga dari
pelaksanaan praktikum ini dapat sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan
dicapai.

1.2.Tinjauan Pustaka

1.2.1. Pengertian Distilasi


Distilasi adalah metode pemisahan bahan kimia multikomponen
berdasarkan perbedaan titik didih dan kemudahan menguap (volatilitas) bahan.
Dalam proses distilasi, campuran zat yang dididihkan akan menguap dan uap
tersebut kemudian didinginkan kembali membentuk cairan. Zat yang memiliki
titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu sedangkan zat yang
memiliki titik didih yang lebih tinggi akan mengembun dan akan menguap
apabila telah mencapai titik didihnya. Metode ini termasuk unit operasi kimia
jenis perpindahan massa. (Treybal, 1981).
Alat yang diperlukan untuk operasi distilasi dapat berupa kolom berplat
dengan sieve tray atau bubble cap tray, atau dapat pula menggunakan kolom
dengan bahan isian (packing).
Operasi distilasi skala laboratorium atau skala kecil dengan menggunakan
kolom pelat sukar dikerjakan, untuk itu digunakan kolom bahan isian. Bahan isian
dapat secara teratur maupan tidak teratur. Untuk mendapatkan efisiensi yang
tinggi, maka ada berapa bentuk bahan isian, mulai dari yang sederhana sampai
bentuk yang komplek, tetapi umumnya memerlukan ciri-ciri mempunyai bulk
density yang rendah, sukar bereaksi dengan bahan kimia, mudah basah, void
volume besar, luas permukaan per satuan volume besar, tahan korosi.
Faktor-faktor penting dalam merancang dan mengoperasikan kolom plat
adalah jumlah plat yang diperlukan untuk mendapatkan pemisahan yang
dikehendaki, diameter kolom, kalor yang diperlukan dalam pendidihan, kalor
yang dibuang pada kondensor, jarak antar plat yang dipilih, dan konstruksi plat.
1.2.2. Jenis - Jenis Distilasi
1. Distilasi Sederhana
Distilasi sederhana dasar pemisahannya adalah perbedaan titik didih yang
jauh atau dengan salah satu komponen yang bersifat volatile. Jika campuran
dipanaskan maka komponen yang titik didihnya lebih rendah akan menguap lebih
dulu. Selain perbedaan titik didih, juga perbedaan kevolatilan, yaitu kecenderungan
sebuah substansiuntuk menjadi gas. Distilasi ini dilakukan pada tekanan atmosfer.

2. Distilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair dua atau
lebih,dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 200C dan
bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah

3. Distilasi uap
Distilasi uap merupaka suatu cara untuk memisahkan dan memurnikan
senyawa organik yang tidak atau sukar larut dalam air serta memisahkan zat yang
mempunyai tekanan uap relatif rendah (5-10 mg Hg) pada sekitar 10 oC.

4. Distilasi vakum
Distilasi vakum adalah proses pemisahan yang digunakan untuk cairan yang
terurai dekat titik didihnya sehingga untuk memisahkan dari komponennya tidak
dapat dilakukan dengan distilasi sederhana. Dalam distilasi vakum, distilasi dilakukan
tidak pada tekanan barometer biasa sehingga cairan tersebut dapat mendidih jauh
dibawah titik didihnya. (Marlina & Pratama, 2018)

1.2.3. Sistem Distilasi


Perhitungan distilasi menggunakan data kesetimbangan uap - cair. Secara
umum ada dua jenis sistem, yaitu :
1. Sistem ideal
Pada sistem ideal kinerja pemisahan dapat dinyatakan dengan Hukum
Raoult yang diaplikasikan pada keadaan kesetimbangan. Hukum Dalton
menyatakan hubungan antara komposisi uap dengan tekanan total. Yang
dimaksud dengan campuran ideal adalah campuran yang perilaku fasa
uapnya mematuhi Hukum Dalton dan perilaku fasa cairnya mengikuti
Hukum Raoult. Gabungan hukum Raoult dan Hukum Dalton menunjukkan
hubungan antara komposisi cairan yang setimbang dengan uap untuk suatu
senyawa adalah fungsi dari suhu dan tekanan saja. Kurva kesetimbangan pada
tekanan tetap lebih banyak digunakan dikarenakan kebanyakan proses distilasi
dilakukan pada tekanan tetap dan bukan pada suhu tetap. Hukum Dalton
untuk gas ideal, seperti diperlihatkan pada persamaan (1), menyatakan
bahwa tekanan parsial komponen dalam campuran, p i sama dengan
fraksi mol komponen tersebut, yi dikalikan tekanan parsial komponen, pi
sama dengan fraksi mol komponen di fasa cair, pis persamaan (2)
menampilkan pernyataan ini.
𝑝𝑖 = 𝑦𝑖𝑃 ...(1)
𝑝𝑖 = 𝑥𝑖𝑃𝑖𝑠 ...(2)

Dari persamaan (1) dan (2), harga-K untuk sistem ideal dapat
dinyatakan sebagai berikut :
𝑦𝑖 𝑃𝑖𝑠 ...(3)
𝐾𝑖 = =
𝑥𝑖 𝑃

2. Sistem non ideal


Sistem ini tidak mengikuti hukum Raoult dengan kondisi pada
campuran terjadi azeotrop. Keadaan azeotrop tersebut menunjukkan keadaan
di dalam sistem distilasi di mana volatilitas relatif menjadi kebalikannya.
Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen yang
memiliki titik didih yang konstan. Azeotrope dapat menjadi gangguan yang
menyebabkan hasil destilasi menjadi tidak maksimal. Azeotrop dapat
didestilasi dengan menggunakan tambahan pelarut tertentu, misalnya
penambahan benzena atau toluena untuk memisahkan air.
Berdasarkan persamaan (3), pernyataan harga-K untuk sistem tak ideal
tidak seringkas pernyataan untuk sistem ideal. Data kesetimbangan uap-cair
umumnya diperoleh dari serangkaian hasil percobaan. Walaupun tidak
mudah, upaya penegakan persamaan-persamaan untuk mengevaluasi
sistem tak ideal telah banyak dikembangkan dan bahkan telah
diaplikasikan.

1.2.4. Pengertian HETP


Salah satu cara perancangan menara bahan isian adalah dengan konsep
HETP (Height of packing Equivalent to a Theoritical Plate). HETP adalah
tinggi bahan isian yang akan memberikan perubahan komposisi yang sama
dengan perubahan komposisi yang diberikan oleh satu plate teoritis. Nilai
HETP dapat digunakan untuk menentukan efisiensi suatu menara bahan isian
dan untuk menentukan tinggi dan jenis bahan isian yang seharusnya
digunakan agar memberikan hasil yang maksimum. Metode ini dipilih karena
mudah dalam perhitungannya. tinggi kolom (packed tower) dapat dinyatakan
sebagai hasil kali dari HETP dengan jumlah pelat teoritis yang diperlukan.
𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑏𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑖𝑠𝑖𝑎𝑛 (𝑍) .............................
𝐻𝐸𝑇𝑃 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑙𝑎𝑡 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 (𝑁) (4)

1.2.5. Penentuan Jumlah Plat Teoritis (N)


Untuk menentukan jumlah plat teoritis dapat digunakan metode
sebagai berikut :
1. Grafis (Mc. Cabe Theile)
Untuk menentukan jumlah plate menggunakan metode ini harus digambar
kurva kesetimbangan sistem dan garis operasi masing-masing bagian yaitu
bagian Rectifying dan bagian Stripping.
Persyaratannya:
 Dalam diagram entalpi-komposisi, garis uap jenuh dan cairan jenuh
keduanya berupa garis lurus dan sejajar
 Kecepatan aliran molal tetap
 Panas laten penguapan mendekati tetap
 Campuran biner, ideal

Untuk evaluasi jumlah plat teoritis (N) diperlukan data kesetimbangan


termodinamika atau y vs x pada suhu tekanan operasi tertentu. Dalam hal ini
perlu melukiskan garis-garis operasi berikut:

a. Garis operasi atas

...(5)

Jika R = perbandingan refluks, eksternal diketahui garis operasi atas


dapat dilukiskan dalam diagram y vs x.

b. q line
𝑦 = 𝑞/(1 − 𝑞) + 𝑥𝑓/(1 − 𝑞) ...(6)

Garis q adalah panas untuk menguapkan 1 mol umpan semula menjadi


uap dibagi panas laten penguapannya. Beberapa harga q untuk berbagai
kondisi umpan dapat diketahui sebagai berikut:
q > 1, umpan dingin

q = 1, umpan pada titik gelembung (zat cair jenuh)


0 < q < 1, umpan sebagian berwuju uap
q = 0, umpan pada titik embun (uap jenuh)
q < 0, umpan uap panas lanjutInvalid source specified.

Gambar 1. Posisi Garis Umpan, Garis Operasi Atas dan Bawah

c. Garis operasi bawah

...(7)
Jika langsung digunakan persamaan ini kita memerlukan data panas di
sekitar reboiler. Supaya mudah, kita cari saja titik potong. Antara garis operasi
atas dan garis q, misalnya titik P. kemudian hubungkan titik P dengan titik
XB. Jika ketiga garis tersebut sudah dapat dilukis, maka jumlah plat teoritis
dapat dievaluasi.
Gambar 2. Kurva Kesetimbangan
Pada kondisi rasio reflux minimum terjadi invariant diatas dan
dibawah plate umpan dimana jumlah plate tidak terbatas dan komposisi uap
dan cairan tidak berubah dari plate ke plate yang lain.

Gambar 3. Menentukan Jumlah Plat Teoritis


Gambar 4. Grafik Penentuan Reflux Total

2. Analitis (Fenske Underwood)


Metoda Fenske Underwood untuk operasi refluks total berlaku rumus:
𝑋𝐷(1−𝑋𝑊)
𝐿𝑜𝑔 [
]
𝑁𝑃 = (1−𝑋𝐷)𝑋𝑊
...(8)
𝐿𝑜𝑔 𝛼𝑎𝑣𝑟

α avr = [ αD αW ] 0,5 ...(9)


αD = ( PºAD / PºBD ) ...(10)
α W = ( PºAW / Pº BW ) ...(11)
dengan
HETP = ( Tinggi bahan isian / NP )
NP = jumlah plat teoritis minimum
D = distilat
W = residu
α = sifat terbang relatif
α avr = sifat terbang relatif rerata
α D = sifat terbang relatif distilat
PºAD = tekanan uap murni A distilat
PºBD = tekanan uap murni B distilat
(Tim Dosen Teknik Kimia ITERA, 2021)
BAB II
TUJUAN DAN SASARAN PERCOBAAN

2.1 Tujuan Percobaan


Percobaan ini bertujuan untuk menentukan niai Height Equivalent of Theoritical
Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang memberikan perubahan
komposisi sama dengan perubahan komposisi yang dicapai oleh satu plate teoritis atau
ekivalen dengan satu plat teoritis
2.2 Sasaran Percobaan
Sasaran yang hendak dicapai melalui percobaan ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah plat teoritis minimum dengan menggunakan metoda grafis
dan analisis.
2. Menentukan tinggi bahan isian yang setara dengan sebuah plat teoritis
BAB III
RANCANGAN PERCOBAAN

3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Rangkaian alat percobaan
b. Beaker glass
c. Erlenmeyer
d. Pipet gondog
e. Gelas ukur
f. Piknometer
g. Buret
h. Labu takar
i. Termometer
j. Refraktometer ABBE

3.1. Bahan/Zat Kimia


Bahan-bahan maupun zat kimia yang digunakan dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut:
a. Ethanol teknis kadar sekitar 95 % atau asam asetat teknis
b. Aquades

3.2. Kondisi Percobaan


Di dalam pelaksanaan pelaksanaan percobaan terdapat kondisi operasi
dan parameter percobaan yang dibuat tetap serta variabel bebas yang
diubah-ubah dan variabel terikat yang diamati.

3.2.1. Kondisi Operasi/Parameter Percobaan


Kondisi operasi dan parameter percobaan yang dibuat tetap adalah sebagai berikut:
a. Tekanan dan suhu ruangan
b. Refluk total
c. Steady state
d. Volum larutan: 300 ml
3.2.2. Variabel Bebas
Adapun variabel bebas yang divariasikan adalah sebagai berikut:
a. Konsentrasi larutan standar
b. Konsentrasi umpan (komposisi umpan)

3.2.3. Variabel Terikat


Dengan menggunakan parameter percobaan dan variabel bebas yang
ditentukan, variabel terikat yang harus diamati di dalam percobaan ini
adalah sebagai berikut:
a. Densitas larutan standar
b. Densitas bottom dan top product (komposisi destilat dan bottom)

3.3. Rangkaian Alat


Rangkaian alat yang digunakan dalam percobaan dapat dilihat seperti
ilustrasi pada Gambar 1.

Keterangan :

7
1. Pemanas listrik
2. Labu leher tiga
3 3. Thermometer
5 4. Kolom isian
5. Kran refluks
6 6. Penampung
4
destilat
7. Pendingin tegak
3

Gambar 5 Rangkaian Alat


3.4. Diagram Alir

Mulai

Persiapan Mengencerkan larutan


larutan pekat

Penentuan kurva kalibrasi

Nilai indeks

Merangkai alat distilat

Mengukur densitas umpan dengan Nilai densitas umpan


piknometer

Mengambil 25 sampel saat steady

Mematikan pemanas

Mengambil residu dengan pipet 25 sampel residu

Selesai
Gambar 6. Diagram Alir Percobaan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Praktikum


A. Penentuan Volume Larutan dan Indeks Bias
Tabel 1. Data kurva kalibrasi
Index Bias (%
Konsentrasi Ethanol (%) Volume larutan Brix)
1 5,5 33,00
0,9 6,2 32,80
0,8 7,1 32,00
0,7 8,2 31,30
0,6 9,8 30,60
0,5 12,3 28,00
0,4 16,3 27,00
0,3 24,5 26,00
0,2 48,9 24,00
0,1 97,8 22,00
Kurva Kalibrasi
1.2

0.8 f(x) = 0.08 x − 1.65


Konsentrasi
R² = 0.96
0.6

0.4

0.2

0
20.00 22.00 24.00 26.00 28.00 30.00 32.00 34.00

Indeks Bias

Gambar 7. Kurva kalibrasi Indeks Bias vs Konsentrasi Larutan (%)

Berdasarkan kurva kalibrasi diatas, dari persamaan y = 0,0768x – 1,6515


diperoleh R2 = 0,9591 sehingga dapat dikatakan bahwa kurva di atas memiliki
keakuratan yang cukup baik karena nilai R2 yang mendekati 1. Kemudian
persamaan yang diperoleh dapat digunakan untuk mencari nilai konsentrasi
larutan yang terdapat pada destilat dan bottom pada proses distilasi yang
dilakukan.

Tabel 2. Data Kurva Kalibrasi Indeks Bias dan Fraksimol

Volume Ethanol Volume Butanol Massa Ethanol Massa Butanol Mol Ethanol Mol Butanol Fraksi Ethanol Fraksi Butanol Indeks Bias

5,5 0,5 4,3395 0,405 0,094336957 0,005472973 0,945166047 0,054833953 33


6,2
0,7 4,87602 0,5508 0,106000435 0,007443243 0,934388206 0,065611794 32,8
7,1 0,9 5,57034 0,7128 0,121094348 0,009632432 0,926316303 0,073683697 32
8,2 1,2 6,49347 0,9477 0,141162391 0,012806757 0,916822578 0,083177422 31,3
9,8
1,6 7,7322 1,2717 0,168091304 0,017185135 0,907245977 0,092754023 30,6
12,3 2,5 9,66525 1,9845 0,21011413 0,026817568 0,886813087 0,113186913 28
16,3 4,1 12,8607 3,2805 0,279580435 0,044331081 0,863138299 0,136861701 27
24,5 8,2 19,29105 6,6015 0,419370652 0,089209459 0,824591136 0,175408864 26
48,9 24,5 38,5821 19,8045 0,838741304 0,267628378 0,758102213 0,241897787 24
97,8
48,9 77,1642 39,609 1,677482609 0,535256757 0,758102213 0,241897787 22
Kurva Indeks Bias vs Fraksi Mol
1
0.9 f(x) = 0.02 x + 0.37
R² = 0.95
0.8
0.7
Fraksi Mol

0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
20 22 24 26 28 30 32 34

Indeks Bias

Gambar 8. Kurva Fraksi Mol vs Indeks Bias


Berdasarkan kurva di atas, diperoleh hasil bahwa indeks bias mengalami
kenaikan seiring dengan besarnya fraksi mol yang diberikan hal ini dapat
terjadi karena perbedaan volume larutan dan konsentrasi larutan yang
digunakan berbeda-beda. Dari praktikum yang telah dilakukan, diperoleh
persamaan y = 0,0176x + 0,0367 dengan nilai R2 sebesar 0,948.

B. Data Fraksi Mol Etanol


Dari percobaan yang telah dilakukan maka didapatkan hasil fraksimol
senyawa etanol adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Fraksi Mol Etanol
Fraksi Mol Etanol
Feed Destilat Bottom
0,4017 0,8045 0,2649
Gambar 9. Kurva Kesetimbangan Etanol + 1-Butanol

Keterangan :
1. Garis orange menunjukkan jumlah stage untuk menentukan reflukx
total. Berdasarkan kurva diatas diperoleh jumlah stage sebanyak 1,2,
2. Berdasarkan kurva bottom product (XB) yang diperoleh sebesar 0,37
3. Berdasarkan kurva top product (XD) yang diperoleh 0,7

C. Penentuan nilai HETP


 Nilai HETP percobaan dengan metod grafis = 0,6847
 Nilai HETP percobaan dengan metod Analisis = 1,25

4.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai Height Equivalent of
Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang
dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis dengan
menggunakan bahan butanol dan etanol. Konsentrasi etanol 30% dan volume
larutan sebesar 250 mL.
Pada percobaan pertama yang akan dilakukan yaitu membuat larutan sampel
yang akan digunakan untuk membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi etanol
dan indeks bias nya.Dari grafik kurva kalibrasi didapatkan persamaanya =
0,0768x + 1,6515 dengan nilai R2 sebesar 0,9591. Karena nilai R2 mendekati
1, maka ketelitian dari kurva tersebut dapat dikatakan cukup baik. Melalui
persamaanya = 0,00176x + 0,367 dengan R² sebesar 0,948 kita dapat
menghitung nilai konsentrasi fasa uap etanol, dimana konsentrasinya pada
fasa uap destilat sebesar 0,719 (XD) dan pada bottom didapat nilai sebesar
0,367 (XB).
Percobaan kedua yaitu membuat larutan sampel 250 ml dengan
konsentras etanol sebesar 30%, kemudian larutan tersebut diletakkan dialat
distilasi. Titik didih dari etanol dan air berbeda, dimana titikdidih etanol yaitu
78,29 ˚C dan titik didih butanol yaitu sebesar 117,7˚C, sehingga diperoleh fasa
uap yang naik ke destilat adalah etanol. Sampel destilat kemudian diambil
untuk menghitung indeksbias nya dengan menggunakan refractometer. Indeks
bias pada destilat diperoleh 20% brix dan untuk nilai indeks bias pada bottom
sebesar 0% brix.
Berdasarkan nilai XD dan XB yang telah diperoleh, maka nilai refluks total
dapat ditentukan dengan menggunakan grafik kesetimbangan uap-cair etanol dan
butanol yang diperoleh dari literatur. Sehingga didapatkan nilai plat
teoritis dari percobaan sebanyak 1,2 dan HETP yang didapat sebesar 1,25 .
Pada praktikum kali ini, kita perlu membandingkan nilai HETP hasil percobaan
dengan hasil perhitungan. Untuk hasil perhitungan, sebelum menentukan nilai
dari refluks total dan HETP, hal yang harus dilakukan adalah menghitung P sat
pada destilat dan bottom dengan menggunakan persamaan Antoine. Setelah itu
didapatkan nilai αavg sebesar 6,0019 Sehingga diperoleh hasil plat teoritis
perhitungan sebesar 2,19072 dan pada HETP nya diperoleh nilai sebesar
0,6846 m. Hasil nilai HETP antara percobaan dan perhitungan
menunjukkan nilai yang berbeda, jika dilihat dari kedua hasil yang diperoleh
antara perhitungan teoritis dan perhitungan percobaan maka kinerja distilasi pada
perhitungan lebih efektif digunakan karena jumlah plat nya lebih sedikit
dibandingkan dengan kinerja distilasi pada teoritis serta menghemat biaya
dengan mengurangi jumlah plat yang digunakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin besar konsentrasi larutan maka nilai indeks bias yang didapat
juga semakin besar.
2. Diperoleh nilai persamaan dari regresi kurva kalibrasi indeks bias yaitu y =
0,0176x + 0,0367 dengan nilai R2 sebesar 0,948.
3. Diperoleh nilai indeks bias pada distilat dalam percobaan ini yaitu 20% Brix, dan
indeks bias di bagian bottom sebesar 0 % Brix.
4. Diperoleh nilai refluks total pada percobaan ini yaitu 1,2 dengan tinggi isian
(HETP) 1,25 m. kemudian didapatkan refluks total perhitungan sebabnyak
2,19072 dengan tinggi isian (HETP) menjadi 0,6847 m.

5.2 Saran
Dalam praktikum kali ini diharapkan praktikan lebih memahami konsep
dasar distilasi dan memahami prosedur kerja serta lebih teliti dalam
pengambilan data praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Marlina, L., & Pratama, D. W. (2018). PENGAMBILAN MINYAK BIJI ALPUKAT


DENGAN METODE EKSTRAKSI. JURNAL ILMIAH BERKALA
VOLUME 12 NOMOR 1, 31-37.

Mc.Cabe, W. L. (1993). Unit Operation Of Chemical Engineering 5th edition.


New York: McGraw Hill.

Tim Dosen Teknik Kimia ITERA. (2021). Modul Praktikum Destilasi.


Lampung Selatan: Institut Teknologi Sumatera.

Treybal, R. E. (1981). Mass Transfer Operations Third. Singapura: McGraw-


Hill Companies, Inc.

Wernen, L., & Mc.Cabe. (1987). Operasi Teknik Kimia II. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN

A.1 Pengenceran Larutan


Larutan untuk kalibrasi dengan volume etanol 10 ml

 Pada konsentrasi 100 %


M1. V1 = M2. V2
90 x V = 99,5 x 10
V = 11,05 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 1,05 ml
 Pada konsentrasi 80 %
M1. V1 = M2. V2
80 x V = 99,5 x 10
V = 12,43 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 2,43 ml
 Pada konsentrasi
70 % M1. V1 = M2.
V2
70 x V = 99,5 x 10
V = 14,21 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 4,21 ml
 Pada konsentrasi 60 % M1. V1 = M2.V2
60 x V = 99,5 x 10
V = 16,58 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 6,58 ml
 Pada konsentrasi 50
% M1. V1 = M2. V2
50 x V = 99,5 x 10
V = 19,9 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 9,5 ml
 Pada konsentrasi
40 % M1. V1 = M2.
V2
40 x V = 99,5 x 10
V = 24,875 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 14,875 ml
 Pada konsentrasi
30 % M1. V1 = M2.
V2
30 x V = 99,5 x 10
V = 33,16 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 23,16 ml
 Pada konsentrasi
20 % M1. V1 = M2.
V2
20 x V = 99,5 x 10
V = 49,75 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 39,75 ml
 Pada konsentrasi
10 % M1. V1 = M2.
V2
10 x V = 99,5 x 10
V = 99,5 ml à V isopropil = 10 ml dan V air = 89,5 ml

Tabel 4. Penentuan Indeks Bias


Konsentrasi Ethanol (%) Volume larutan Index Bias (% Brix)
1 5,5 33,00
0,9 6,2 32,80
0,8 7,1 32,00
0,7 8,2 31,30
0,6 9,8 30,60
0,5 12,3 28,00
0,4 16,3 27,00
0,3 24,5 26,00
0,2 48,9 24,00
0,1 97,8 22,00

Gambar 14. Kurva Kalibrasi Indeks Bias vs Konsentrasi Larutan


T [K] x1 [mol/mol] y1 [mol/mol]
390,75 0 0
388,15 0,0345 0,125
385,65 0,0685 0,2285
383,15 0,1055 0,327
380,65 0,145 0,416
378,15 0,188 0,496
373,15 0,284 0,6345
368,15 0,399 0,7495
363,15 0,5365 0,843
360,65 0,616 0,883
358,15 0,703 0,9169
355,65 0,7995 0,9508
353,15 0,908 0,9798
351,45 1 1

Massa umpan Etanol = 0.3 x densitas x v


= 0.3 x 0.789 x 250
= 141,75 g

Massa umpan Butanol = 0.7 x densitas x v


= 0.7 x 0.81 x 250
= 59,175 g

141,75
mol etanol 46
Fraksi mol umpan Etanol = = = 0.59824
mol total 141,75 59,175
+
46 74

Fraksi mol umpan Butanol = 1−Fraksi mol umpan Butanol=1−0,59824=0,40176

→ Nilai Indeksi bias pada destilat = 20


y = 0.0176x + 0,367
y = 0.0176(20) + 0,367
y = 0.719  XD

→ Nilai indeks bias pada bottom = 0


y = 0.0176x + 0,367
y = 0.0176(0) + 0,367
y = 0.367  XB

Massa Bottom Etanol = (1-0.367) x densitas x V


= 0.633 x 0.3268 x 25
= 5,172 g

Massa Bottom Butanol = 0,367 x densitas x V


= 0.367 x 0.81 x 25
= 2,998 g

Kurva Kesetimbangan Etanol + 1-Butanol


1.2

0.8
y1 (mol/mol)

0.6

0.4

0.2

0 ZF X
0 0.1 0.2 0.3 XB
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 D 0.9 1 1.1
x1 (mol/mol)

Tinggi Bahan Isian 1.5


HETP = =¿ =¿ 1.25
Jumlah Tahap Kesetimbangan 1,2
I. Peritungan HETP: metode grafis

B
ln Psat =A−
t+ C
1. Distilat
a. Etanol
3795,17
ln Psat =16,8958− =2,3503
30+230,918
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 2,3503 ) =10,4892

b. Butanol
3212,43
ln Psat =15,3144− =0,2141
30+182,739
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 0,2141 ) =1,2387

2. Bottom
a. Etanol
3795,17
ln Psat =16,8958− =5,5979
105+230,918
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 5,5979 ) =269,8575

b. Butanol
3212,43
ln Psat =15,3144− =4,15001
105+182,739
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 4,15001 )=63,4347

P sat etanol distilat 10,4892


αdes= = =8,4679
P sat butanol distilat 1,2387

P sat etanol bottom 269,8575


αbot = = =4,2541
P sat butanol bottom 63,4347
α avg=( αdes x αbot )0,5=( 8,4679 x 4,2541 )0,5=6,0019

5,659
mol etanol 46
Fraksi mol destilat = = = 0.8045
mol total 5,659 2,211
+
46 74
2,998
mol butanol 74
Fraksi mol bottom = = = 0.2649
mol total 5,172 2,998
+
46 74

xd
N ( Jumlah tahapkesetimbangan)=
log ( 1−xd )( 1−xb
xb )
log α avg

0,8045
N=
log ( 1−0,8045 )( 1−0,2649
0,2649 )
=2,19072
log ( 6,0019 )

Tinggi Bahan Isian 1.5


HETP = =¿ =¿ 0,6847
Jumlah Tahap Kesetimbangan 2,19072

Anda mungkin juga menyukai