LABORATORIUM INSTRUKSIONAL II
TEKNIK KIMIA
KELOMPOK 24
MODUL:
DISTILASI
NAMA :
1.1.Latar Belakang
Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia
ketika suatu cairan pada mulanya diuapkan dan uap tersebut diembunkan menjadi
cairan kembali melalui pendinginan. Dengan metode inilah yang dapat digunakan
agar mendapatkan air suling. Selain digunakan untuk memurnikan pelarut, tujuan
distilasi juga dilakukan untuk memisahkan campuran dua atau lebih cairan yang
mempunyai titik didih berbeda. Dalam hal ini distilasi dinyatakan sebagai suatu
metode pemurnian atau pemisahan komponen penyusun dari suatu larutan
berdasarkan perbedaan titik didih dengan menggunakan panas sebagai pemisah
atau separating agent. Pada distilasi biasa, tekanan uap diatas cairan adalah
tekanan atmosfer (titk didih normal). Untuk senyawa murni, temperatur yang
tercatat pada termometer yang ditempatkan pada tempat terjadinya proses distilasi
adalah sama dengan titik didih destilat. Titik didih suatu cairan adalah temperatur
dimana tekanan uapnya sama dengan tekanan atmosfer. Cairan yang diembunkan
kembali disebut distilat. Saat proses distilasi terjadi, cairan dan uap yang
berkontak berada dalam keadaan kesetimbangan.
Pada skala dunia industri, aplikasi distilasi ini memiliki peran yang
signifikan dalam proses yang terjadi didalamnya. Penerapan distilasi dapat
digunakan pada pengolahan minyak bumi menjadi berbagai produk minyak bumi
seperti bensin, solar, diesel, dan sebagainya. Selain itu, distilasi ini juga
dimanfaatkan untuk produksi air murni dan garam dari campuran air-garam dan
pemurnian larutan alkohol. Pada proses pengolahan tebu menjadi gula, distilasi
juga dimanfaatkan untuk menguapkan molekul air.
Melalui praktikum distilasi ini, diharapkan dapat mengetahui dan
memahami materi, konsep dan penerapan dari distilasi ini sehingga dari
pelaksanaan praktikum ini dapat sesuai dengan tujuan dan sasaran yang akan
dicapai.
1.2.Tinjauan Pustaka
2. Distilasi fraksionasi
Distilasi fraksionasi adalah memisahkan komponen-komponen cair dua atau
lebih,dari suatu larutan berdasarkan perbedaan titik didihnya. Distilasi ini juga dapat
digunakan untuk campuran dengan perbedaan titik didih kurang dari 200C dan
bekerja pada tekanan atmosfer atau dengan tekanan rendah
3. Distilasi uap
Distilasi uap merupaka suatu cara untuk memisahkan dan memurnikan
senyawa organik yang tidak atau sukar larut dalam air serta memisahkan zat yang
mempunyai tekanan uap relatif rendah (5-10 mg Hg) pada sekitar 10 oC.
4. Distilasi vakum
Distilasi vakum adalah proses pemisahan yang digunakan untuk cairan yang
terurai dekat titik didihnya sehingga untuk memisahkan dari komponennya tidak
dapat dilakukan dengan distilasi sederhana. Dalam distilasi vakum, distilasi dilakukan
tidak pada tekanan barometer biasa sehingga cairan tersebut dapat mendidih jauh
dibawah titik didihnya. (Marlina & Pratama, 2018)
Dari persamaan (1) dan (2), harga-K untuk sistem ideal dapat
dinyatakan sebagai berikut :
𝑦𝑖 𝑃𝑖𝑠 ...(3)
𝐾𝑖 = =
𝑥𝑖 𝑃
...(5)
b. q line
𝑦 = 𝑞/(1 − 𝑞) + 𝑥𝑓/(1 − 𝑞) ...(6)
...(7)
Jika langsung digunakan persamaan ini kita memerlukan data panas di
sekitar reboiler. Supaya mudah, kita cari saja titik potong. Antara garis operasi
atas dan garis q, misalnya titik P. kemudian hubungkan titik P dengan titik
XB. Jika ketiga garis tersebut sudah dapat dilukis, maka jumlah plat teoritis
dapat dievaluasi.
Gambar 2. Kurva Kesetimbangan
Pada kondisi rasio reflux minimum terjadi invariant diatas dan
dibawah plate umpan dimana jumlah plate tidak terbatas dan komposisi uap
dan cairan tidak berubah dari plate ke plate yang lain.
3.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut:
a. Rangkaian alat percobaan
b. Beaker glass
c. Erlenmeyer
d. Pipet gondog
e. Gelas ukur
f. Piknometer
g. Buret
h. Labu takar
i. Termometer
j. Refraktometer ABBE
Keterangan :
7
1. Pemanas listrik
2. Labu leher tiga
3 3. Thermometer
5 4. Kolom isian
5. Kran refluks
6 6. Penampung
4
destilat
7. Pendingin tegak
3
Mulai
Nilai indeks
Mematikan pemanas
Selesai
Gambar 6. Diagram Alir Percobaan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
0.4
0.2
0
20.00 22.00 24.00 26.00 28.00 30.00 32.00 34.00
Indeks Bias
Volume Ethanol Volume Butanol Massa Ethanol Massa Butanol Mol Ethanol Mol Butanol Fraksi Ethanol Fraksi Butanol Indeks Bias
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
20 22 24 26 28 30 32 34
Indeks Bias
Keterangan :
1. Garis orange menunjukkan jumlah stage untuk menentukan reflukx
total. Berdasarkan kurva diatas diperoleh jumlah stage sebanyak 1,2,
2. Berdasarkan kurva bottom product (XB) yang diperoleh sebesar 0,37
3. Berdasarkan kurva top product (XD) yang diperoleh 0,7
4.2 Pembahasan
Praktikum ini bertujuan untuk menentukan nilai Height Equivalent of
Theoritical Plate (HETP) atau tinggi bahan isian dalam suatu kolom yang
memberikan perubahan komposisi sama dengan perubahan komposisi yang
dicapai oleh satu plate teoritis atau ekivalen dengan satu plat teoritis dengan
menggunakan bahan butanol dan etanol. Konsentrasi etanol 30% dan volume
larutan sebesar 250 mL.
Pada percobaan pertama yang akan dilakukan yaitu membuat larutan sampel
yang akan digunakan untuk membuat kurva kalibrasi antara konsentrasi etanol
dan indeks bias nya.Dari grafik kurva kalibrasi didapatkan persamaanya =
0,0768x + 1,6515 dengan nilai R2 sebesar 0,9591. Karena nilai R2 mendekati
1, maka ketelitian dari kurva tersebut dapat dikatakan cukup baik. Melalui
persamaanya = 0,00176x + 0,367 dengan R² sebesar 0,948 kita dapat
menghitung nilai konsentrasi fasa uap etanol, dimana konsentrasinya pada
fasa uap destilat sebesar 0,719 (XD) dan pada bottom didapat nilai sebesar
0,367 (XB).
Percobaan kedua yaitu membuat larutan sampel 250 ml dengan
konsentras etanol sebesar 30%, kemudian larutan tersebut diletakkan dialat
distilasi. Titik didih dari etanol dan air berbeda, dimana titikdidih etanol yaitu
78,29 ˚C dan titik didih butanol yaitu sebesar 117,7˚C, sehingga diperoleh fasa
uap yang naik ke destilat adalah etanol. Sampel destilat kemudian diambil
untuk menghitung indeksbias nya dengan menggunakan refractometer. Indeks
bias pada destilat diperoleh 20% brix dan untuk nilai indeks bias pada bottom
sebesar 0% brix.
Berdasarkan nilai XD dan XB yang telah diperoleh, maka nilai refluks total
dapat ditentukan dengan menggunakan grafik kesetimbangan uap-cair etanol dan
butanol yang diperoleh dari literatur. Sehingga didapatkan nilai plat
teoritis dari percobaan sebanyak 1,2 dan HETP yang didapat sebesar 1,25 .
Pada praktikum kali ini, kita perlu membandingkan nilai HETP hasil percobaan
dengan hasil perhitungan. Untuk hasil perhitungan, sebelum menentukan nilai
dari refluks total dan HETP, hal yang harus dilakukan adalah menghitung P sat
pada destilat dan bottom dengan menggunakan persamaan Antoine. Setelah itu
didapatkan nilai αavg sebesar 6,0019 Sehingga diperoleh hasil plat teoritis
perhitungan sebesar 2,19072 dan pada HETP nya diperoleh nilai sebesar
0,6846 m. Hasil nilai HETP antara percobaan dan perhitungan
menunjukkan nilai yang berbeda, jika dilihat dari kedua hasil yang diperoleh
antara perhitungan teoritis dan perhitungan percobaan maka kinerja distilasi pada
perhitungan lebih efektif digunakan karena jumlah plat nya lebih sedikit
dibandingkan dengan kinerja distilasi pada teoritis serta menghemat biaya
dengan mengurangi jumlah plat yang digunakan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Semakin besar konsentrasi larutan maka nilai indeks bias yang didapat
juga semakin besar.
2. Diperoleh nilai persamaan dari regresi kurva kalibrasi indeks bias yaitu y =
0,0176x + 0,0367 dengan nilai R2 sebesar 0,948.
3. Diperoleh nilai indeks bias pada distilat dalam percobaan ini yaitu 20% Brix, dan
indeks bias di bagian bottom sebesar 0 % Brix.
4. Diperoleh nilai refluks total pada percobaan ini yaitu 1,2 dengan tinggi isian
(HETP) 1,25 m. kemudian didapatkan refluks total perhitungan sebabnyak
2,19072 dengan tinggi isian (HETP) menjadi 0,6847 m.
5.2 Saran
Dalam praktikum kali ini diharapkan praktikan lebih memahami konsep
dasar distilasi dan memahami prosedur kerja serta lebih teliti dalam
pengambilan data praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Wernen, L., & Mc.Cabe. (1987). Operasi Teknik Kimia II. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN A
PERHITUNGAN
141,75
mol etanol 46
Fraksi mol umpan Etanol = = = 0.59824
mol total 141,75 59,175
+
46 74
0.8
y1 (mol/mol)
0.6
0.4
0.2
0 ZF X
0 0.1 0.2 0.3 XB
0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 D 0.9 1 1.1
x1 (mol/mol)
B
ln Psat =A−
t+ C
1. Distilat
a. Etanol
3795,17
ln Psat =16,8958− =2,3503
30+230,918
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 2,3503 ) =10,4892
b. Butanol
3212,43
ln Psat =15,3144− =0,2141
30+182,739
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 0,2141 ) =1,2387
2. Bottom
a. Etanol
3795,17
ln Psat =16,8958− =5,5979
105+230,918
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 5,5979 ) =269,8575
b. Butanol
3212,43
ln Psat =15,3144− =4,15001
105+182,739
Psat =exp ( ln P sat )=exp ( 4,15001 )=63,4347
5,659
mol etanol 46
Fraksi mol destilat = = = 0.8045
mol total 5,659 2,211
+
46 74
2,998
mol butanol 74
Fraksi mol bottom = = = 0.2649
mol total 5,172 2,998
+
46 74
xd
N ( Jumlah tahapkesetimbangan)=
log ( 1−xd )( 1−xb
xb )
log α avg
0,8045
N=
log ( 1−0,8045 )( 1−0,2649
0,2649 )
=2,19072
log ( 6,0019 )