net/publication/349867462
CITATIONS READS
0 77
1 author:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Adenan Yandra Nofrizal on 07 March 2021.
153
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
1. PENDAHULUAN
Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan di dunia yang terdiri dari 34
provinsi, 416 kabupaten, 98 kotamadya. Menurut Badan Pusat Statistik pada survey
tahun 2015 menjelaskan penduduk Indonesia 53 persen tinggal diwilayah perkotaan dan
akan terus meningkat menjadi 66 persen pada tahun 2035 (BPS, 2015). Dengan
meningkatnya jumlah penduduk yang ada di perkotaan tentu akan menciptakan masalah
tersendiri bagi wilayah perkotaan jika tidak mampu untuk mencukupi kebutuhan para
penduduk perkotaan (Adenan, 2018). Untuk mengatasi permasalahan tersebut salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan membangun wilayah baru sebagai pusat
permukiman atau perkotaan yang strategis sebagai wilayah bermukim. Banyak faktor
yang harus dipertimbangkan dan diperhitungkan untuk menciptakan wilayah perkotaan
baru sebagai tempat bermukim serta untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Dari
berbagai faktor tersebut, salah satu faktor nya adalah satuan kemampuan lahan untuk
perkotaan. Analisis satuan kemampuan lahan memiliki sasaran yaitu 1) mendapatkan
klasifikasi kemampuan lahan untuk dikembangkan sesuai fungsi kawasan, 2)
memperoleh gambaran potensi dan kendala masing-masing kelas kemampuan lahan,
dan 3) sebagai dasar penentuan: arahan-arahan kesesuaian lahan pada tahap analisis
berikutnya dan rekomendasi. Satuan kemampuan lahan terbagi menjadi beberapa jenis
satuan, diantaranya satuan kemampuan lahan morfologi, satuan kemampuan lahan
kemudahan dikerjakan, satuan kemampuan lahan kemudahan dikerjakan, satuan
kemampuan lahan kestabilan lereng, satuan kemampuan lahan kestabilan pondasi,
satuan kemampuan lahan ketersedian air, satuan kemampuan lahan erosi, satuan
kemampuan lahan drainase dan satuan kemampuan lahan pembuangan limbah. Pada
penelitian ini penulis akan menganalisis satuan kemampuan lahan morfologi yang ada
di Kabupaten Kaur. Hal ini dikarenakan morfologi adalah salah satu faktor penting yang
harus diperhatikan untuk pemilihan lokasi pengembangan tempat tinggal perkotaan.
Kabupaten Kaur merupakan salah satu kabupaten yang berada di Provinsi Bengkulu.
Kabupaten ini berada di bagian selatan Provinsi Bengkulu yang berbatasan langsung
dengan Provinsi Lampung, Sektor pariwisata berupa wisata pantai dan sektor perikanan
merupakan aktivitas utama sumber perekonomian masyarakat Kabupaten Kaur
sehingga sebagian pusat perkotaan. Peningkatan jumlah penduduk yang signifikan tentu
akan menimbulkan wilayah permukiman-permukiman baru yang memicu terjadinya
pusat-pusat aktivitas baru serta mampu menarik terjadinya sub-sub kota baru. Dengan
demikian perlu diperhatikan wilayah yang akan dijadikan untuk pusat pengembangan
perkotaan tersebut, terutama aspek morfologis nya agar dapat dimanfaatkan secara
maksimal, hal ini dapat dianalisis dengan satuan kemampuan lahan morfologi (Gisilabe,
2017). Perkembangan teknologi spasial dapat dimanfaatkan dalam menganalisis
morfologi yang ada dipermukaan bumi. Salah satu teknologi yang berkembang pada era
saat ini adalah Sistem Informasi Geografi (SIG), banyak bidang yang dapat dijadikan
obyek peng aplikasian teknologi SIG salah satunya adalah bidang perkotaan, karena
lebih efisien dan memiliki waktu singkat dan hasil yang akurat. Selain dengan
menggunakan teknologi SIG, teknologi penginderaan jauh juga sudah berkembang di
Indonesia untuk menyelesaikan berbagai macam permasalahan spasial (Adenan, 2018).
Penginderaan jauh dan Sistem informasi geografis seringkali di integrasikan untuk
menyelesaikan suatu permasalahan sebagai sebuah metode. Pada penelitian ini penulis
juga mengintegrasikan kedua teknologi ini menganalisis satuan kemampuan lahan
morfologi yang ada di Kabupaten Kaur.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui satuan kemampuan lahan morfologi yang
ada di Kabupaten Kaur dengan menggunakan data spasial hasil perekaman citra satelit
penginderaan jauh dan foto udara berupa hasil Digital Elevation Model, Selanjutnya
penelitian ini juga bertujuan ini mengetahui luas setiap satuan kemampuan lahan
morfologi yang di Kabupaten Kaur pada setiap kecamatan yang ada.Dengan demikian
maka akan dapat diketahui wilayah yang sesuai untuk dijadikan wilayah pengembangan
154
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
perkotaan sesuai dengan satuan kemampuan lahan morfologi yang telah dianalisis
menggunakan data penginderaan jauh dan sistem informasi geografis.
2. METODE
155
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
156
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
Sumber : Modul Terapan Pedoman Teknis Analisis Aspek Lingkungan, Ekonomi, Serta Sosial
Budaya dalam Penyusunan Tata Ruang
Analisis tersebut dapat disimpulkan dengan persamaan algorithma yang di input pada
software Sistem Informasi Geografis berupa VBScript dengan persamaan ;
Dim n
if [KemiringanLereng] = ”>40” or [Morfologi] = “Pegunungan” then
n = “KemampuanLahandariMorfologiTinggi”
elseif [KemiringanLereng] = “25-40” or [Morfologi] = “Perbukitan” then
n = “KemampuanLahandariMorfologiCukup”
elseif [KemiringanLereng] = “15-25” or [Morfologi] = “Bergelombang” then
n = “KemampuanLahandariMorfologiSedang”
elseif [KemiringanLereng] = “2-15” or [Morfologi] = “Landai” then
n = “KemampuanLahandariMorfologiRendah”
elseif [KemiringanLereng] = “0-2” or [Morfologi” = “Dataran” then
n = “KemampuanLahandariMorfologiKurang”
end if
157
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
158
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
159
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
160
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
4. KESIMPULAN
Dari penelitian yang dilakukand dengan menggunakan data sekunder berupa data
jumlah penduduk Kabupaten Kaur, Citra SRTM yang berupa Demnas yang diperoleh
melalui Badan Informasi Geospasial (BIG), dan data batas administrasi yang diperoleh
dari Dinas Permukiman dan Penataan Ruang Kabupaten Kaur untuk mengetahui satuan
kemampuan lahan morfologi Kabupaten Kaur dengan menggunakan bebereapa metode
diantaranya mosaic dan transformasi citra. analisis kemiringan lereng, analisis
morfologi dan analisis algorihtma SKL Morfologi yang diolah dengan menggunakan
software berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Penginderaan Jauh yang di
tranformasikan menjadi VBScript. Maka dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa
Kabupaten Kaur memiliki satuan kemampuan lahan yang paling luas adalah
kemampuan lahan dari morfologi rendah seluas 685 km2 atau seluas 26,23 % yang dapat
dijadikan sebagai wilayah untuk pengembangan perkotaan dan permukiman.
Sedangkan yang paling kecil yaitu kemampuan lahan dari morfologi tinggi dengan luas
82 km2 atau sekitar 3,14 %, merupakan wilayah yang terdiri dari kelerengan yang terjal
dan bentang alam pegunungan sehingga tidak cocok dijadikan sebagai wilayah
permukiman atau pengembangan, wilayah ini cocok dijadikan sebagai kawasan lindung.
161
Adenan Yandra Nofrizal
Prosiding Seminar Nasional Bumi dan Atmosfer 2019
5. DAFTAR PUSTAKA
1
BPS, 2015. Statistik Indonesia 2015. Jakarta : Badan Pusat Statistik
2
Diva, HI, SartikaDewi, NizamKhairul, Abe Akina, 2018. Investigation Volcanic Land
Form and Mapping Landslide Hazard Potential at Mount Talang. Sumatra
Journal of Disaster, Geography and Geography Education.Vol 2, No 1 pp 16-
23.
3
Nofrizal AY, et al, 2018. Identifikasi Perubahan Penggunaan Lahan di Kota Solok,
Sumatera Barat Berbasis Penginderaan Jauh dan SIG dengan menggunakan
Object Base Image Analyst (OBIA) Prosiding Seminar Nasional GEOTIK 2018.
UMS, Solo
4
Nofrizal AY, Purwaningsih. 2018. Aplikasi Landchange modeler untuk
mengidentifikasi nilai driving factor prediksi perubahan penggunaan lahan studi
kasus di Kota Solok, Sumatera Barat. Prosiding Seminar Nasional Geomatika
2018. BIG, Bogor
5
Nofrizal AY, Hanif M, 2018. Identifikasi Urban Heat Island di Kota Solok
menggunakan Algoritma Landsat-8 OLI Landsurface Temperature. Media
Komunikasi Geografi Vol 19, No. 1, Juli 2018. Halaman 31-41
6
Gisilabe, et all, 2017. Soil Morphological Properties, Classification, Suitability and
Capability Classification on Dabora-Yelfa Toposequene, Adamawa State,
Northeastern Nigeria. International Journal of Pland and Soil Science. 17(4),
2017
7
Nofrizal, AY, 2017. Normallized Difference Built-Up Index (NDBI) Sebagai
Paraemeter Identifikasi Perkembangan Permukiman Kumuh pada Kawasan
Pesisir di Kelurahan Kalang Kawal, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten
Bintan. Tunas Geografi Vol.6 No.2 2017 (143-150)
8
Hanif M, Nofrizal, AY. 2017. Hubungan Perkembangan Lahan Terbangun Perkotaan
dengan Fenomena Iklim Urban Heat Island. Jurnal Spasial Nomor 3, Volume 4,
2017
9
RSNI, 2010. Klasifikasi Penutup lahan
10
Antomi, Yudi et all, 2018, Model Habitat Quality in The Future in Padang City,
International Journal of GEOMATE, Vol 15, Issues 52, pp.99-107
162